BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini infrastruktur jalan raya di Indonesia masih merupakan masalah besar karena sebahagian jalan raya ini perlu peremajaan atau perbaikan setiap tahunnya dan
ini sangat memerlukan dana yang tidak sedikit dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN setiap tahun. Oleh karena itu perlu dicari solusi untuk dapat
mengurangi pengeluaran tersebut. Salah satu yang sangat memungkinkan untuk menghindari kerugian negara adalah dengan mengkaji ketahanan aspal yang tahan
lama dan berkualitas. Jika dilihat kekuatan atau ketahanan dari jalan yang dibuat begitu cepat rusak, tentu banyak faktor yang menyebabkannya. Hal ini jika dipandang
dari sudut sains kimia boleh jadi akibat kurang kuatnya ikatan kimia antara aspal dengan agregatnya Tamrin, 2011.
Aspal merupakan destilat paling bawah dari minyak bumi, yang memiliki banyak sekali manfaat dan kegunaannya. Aspal sisa dapat digunakan di dalam
bermacam produk-produk, termasuk: jalan aspal, dasar pondasi dan subdasar, tambalan lubang di jalanan, trotoar, kakilima, jalan untuk mobil, lereng-lereng,
jembatan-jembatan, lantai parkir, jalan dan penutup tanah, atap bangunan, dan minyak bakar Asiyanto, 2008.
Pada dasarnya aspal merupakan bahan komposit yang biasa digunakan dalam proyek-proyek konstruksi seperti permukaan jalan, bandara dan tempat parkir. Ini
terdiri dari aspal dan agregat mineral yang dicampur bersama, kemudian ditetapkan dalam lapisan yang dipadatkan sehingga digolongkan material pembentuk campuran
perkerasan jalan. Sukirman, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Aspal dikenal sebagai suatu bahanmaterial yang bersifat viskos atau padat, berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat adhesif, mengandung
bagian-bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau kejadian alami aspal alam dan terlarut dalam karbondisulfida. Aspal dihasilkan dari
minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350
o
C dibawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline bensin, kerosene minyak tanah,
dan gas oil Wignall,A., 2003.
Aspal sendiri memiliki beberapa kelemahan seperti mengalami deformasi perubahan bentuk permanen disebabkan tekanan terlalu berat oleh muatan truk yang
berlebihan, keretakan-keretakan yang ditimbulkan oleh panas, juga kerusakan disebabkan karena kelembaban, ini semua terjadi pada campuran aspal Brown, 1990.
Aspal polimer merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat fisik aspal, Aspal polimer adalah suatu material yang dihasilkan dari modifikasi
antara polimer alam atau polimer sintetis dengan aspal. Modifikasi aspal polimer atau biasa disingkat dengan PMA telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir.
Umumnya dengan sedikit penambahan bahan polimer biasanya sekitar 2-6 sudah dapat meningkatkan hasil ketahanan yang lebih baik terhadap deformasi, mengatasi
keretakan-keretakan dan meningkatkan ketahanan usang dari kerusakan akibat umur sehingga dihasilkan pembangunan jalan lebih tahan lama serta juga dapat mengurangi
biaya perawatan atau perbaikan jalan Polacco, 2005.
PMA telah digunakan di beberapa negara maju, dan berhasil ditempatkan pada lokasi-lokasi jalan raya dengan tingkat tekanan yang tinggi seperti lalu lintas yang
sangat padat, di jalan raya dan di lintasan balap. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hal ini, seperti yang dilakukan oleh Pei-Hung 2000 yang melakukan
memodifikasi pada polietilen, polipropilen, dan karet EPDM dengan aspal. Singh 1992 juga melihat reaksi kimia dari campuran aspal dengan polipropilen dan
polietilen dari sisi thermal bahan yang dihasilkan. Masahiko 1997 menguji reaksi grafting yang terjadi antara polipropilen dengan aspal guna meningkatkan sifat
mekanik. Kiyotada 1978 melihat interaksi polyolefin terhadap komponen aspal
Universitas Sumatera Utara
polar. Mothe 2008 mengkarakterisasi campuran aspal dengan TGDTG, DTA dan FTIR. Butarbutar 2009 melakukan pembuatan campuran aspal beton berbasis dreg
dan grit dan karakterisasinya dengan metode standart Marshall. Penggunaan anhidrat maleat juga telah diteliti oleh Carraher 1983 untuk pembentukan radikal pada
senyawa campuran polyolefin dengan aspal.
Sedangkan polistirena bekas merupakan bahan polimer sintetis yang banyak digunakan terutama yang dalam bentuk stereoform, polistirena sendiri tidak dapat
dengan mudah direcycle sehingga pengolahan limbah polistirena harus dilakukan secara benar agar tidak merugikan lingkungan. Pemanfaatan bahan-bahan polistirena
bekas merupakan salah satu cara untuk meminimalisir limbah polistirena tersebut. Kelebihan dari polistirena adalah ringan, keras, tahan panas, agak kaku, tidak mudah
patah dan tidak beracun Damayanthi, 2007.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian tentang pemanfaatan polistirena bekas yang dicampurkan dengan aspal yang
kemudian digabungkan dengan agregat untuk pembuatan aspal polimer. Pemanfaatan polistirena bekas ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan dari aspal. Diharapkan
dalam penelitian ini penggunaan bahan polimer tersebut dapat meningkatkan sifat- sifat fisik dan mekanik dari aspal polimer yang dihasilkan.
1.2. Permasalahan