BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan merupakan kesatuan entitas antara pengelola perusahaan manajemen dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
stockholders. Salah satu dari stockholders adalah pemegang saham. Para pemegang saham sebagai pihak yang menginvestasikan sumber daya tentunya
ingin memperoleh nilai yang paling ekonomis atas investasinya. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana atau sumber daya lainnya
pada saat ini dengan harapan dapat memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi dapat berupa aset real misalnya emas, tanah, dan aktiva tetap maupun
aset finansial misalnnya saham, deposito, ataupun obligasi. Saat ini alternatif investasi yang paling populer adalah pasar modal.
Perkembangan investasi tidak terlepas dari perkembangan pasar modal di Indonesia, sejak berdiri pada tanggal 14 Desember 1912 oleh pemerintah Hindia
Belanda hanya sebagai sarana untuk menghimpun dana bagi kepentingan sektor perkebunan. Namun, kebangkitan pasar modal mulai terasa saat pemerintah
Indonesia mengeluarkan paket-paket deregulasi yang berkaitan dengan upaya mendorong kegiatan di pasar modal, diantaranya Paket Desember 1987, Paket
Oktober 1988, dan juga Paket Desember 1988. Deregulasi yang penting dan berkaitan langsung dengan pasar modal adalah pengenaan pajak penghasilan atas
bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15 persen final, sehingga
Universitas Sumatera Utara
keuntungan dari menabung tidak lagi memberikan keuntungan yang besar bagi pendapatan masyarakat. Hal inilah yang mendorong masyarakat pemodal untuk
menginvestasikan dana mereka di pasar modal, khususnya investasi dalam bentuk saham yang harganya lebih terjangkau.
Tabel 1.1 Paket Deregulasi Dalam Upaya Mendorong Kegiatan Di Pasar Modal
N N
o o
T T
a a
h h
u u
n n
K K
e e
t t
e e
r r
a a
n n
g g
a a
n n
H H
a a
s s
i i
l l
1 Desember
1987 Deregulasi pasar modal,
Deregulasi di
bidang pariwisata dan sektor hotel,
Perubahan persyaratan
ekspor kategori
dari kuantitas produksi dari 85
menjadi 65 Pengurangan peran pemerintah
dalam stok sales dan investor asing dapat membeli saham. Untuk bidang
pariwisata yang semula ada 33 jenis ijin, dengan kebijakan Desember itu,
dipotong tinggal dua ijin. Untuk ekspor, pemerintah menghapus
semua perijinan ekspor dan menggantinya dengan ijin usaha.
2 Oktober
1988 Lisensi pembukaan bank
baru dan joint-venture asing; persyaratan cadangan yang
menurun dari 15 menjadi 2.
Berbagai macam bentuk dan nama bank baru bermunculan sebagai
akibat kemudahan dalam pendirian suatu bank.
3 Desember
1989 Deregulasi industri asuransi
Kesempatan pendirian perusahaan asuransi kerugian, asuransi jiwa,
raesuransi, broker asuaransi, adjuster asuransi, dan aktuaria.
Sebagai efek yang terjadi di dalam pasar modal, harga saham selalu mengalami fluktuasi harga. Fluktuasi ini tergantung pada penawaran dan
permintaan akan saham. Harga saham cenderung naik apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, dan apabila terjadi kelebihan penawaran, maka
harga suatu saham akan cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh sifat
Universitas Sumatera Utara
komoditasnya sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan di dalam negeri maupun di luar negeri, perubahan di bidang politik,
ekonomi, moneter, undang-undang atau peraturan pemerintah. Perubahan- perubahan ini dapat berdampak positif dan dapat pula berdampak negatif.
Menurut Anoraga, Pakarti 2006:54 pengertian saham dapat diartikan sebagai berikut :
Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat diantaranya :
1. Dividend, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
2. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dengan harga belinya.
3. Manfaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kepuasan memperoleh hak suara dalam menentukan jumlahnya perusahaan.
Selain keuntungan yang diperoleh investor, investor juga harus menghadapi beberapa resiko, diantaranya resiko pasar berupa penurunan harga saham capital
loss, resiko finansial dimana perusahaan emiten tidak dapat memenuhi kewajibannya dividend dan nilai likuidasi lebih rendah dibandingkan harga beli
saham apabila perusahaan emiten dilikuidasi, dan resiko sistematis lainnya seperti tingkat bunga, inflasi, resesi ekonomi, dan lain-lain. Untuk menghindari resiko
tersebut, maka sebelum melakukan pembelian saham para investor seharusnya memperhatikan dan menganalisis kinerja perusahaan, perkembangan industri
dimana perusahaan emiten berada, kondisi mikro dan makro ekonomi. Kondisi mikro dan makro ekonomi merupakan faktor yang tidak dapat
didiversifikasi, maka dalam hal ini investor cenderung menggunakan analisis
Universitas Sumatera Utara
fundamental untuk menilai kinerja perusahaan secara intern. Analisis fundamental ini menunjukkan adanya hubungan antara harga saham dengan kinerja perusahaan
dan secara implisit harga saham juga mengarah pada peningkatan kesejahteraan pemegang saham. Analisis fundamental ini menitikberatkan pada rasio finansial.
Alat ukur utama untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam kegiatan investasi yang umum digunakan oleh investor adalah rasio profitabilitas
sesuai dengan penjelasan oleh Helfert 1999:86, Daya tarik utama bagi pemilik pemilik perusahaan pemegang saham terletak pada profitabilitas yang
menunjukkan hasil pengelolaan manajemen perusahaan atas dana yang diinvestasikan . Investor akan cenderung memilih berinvestasi dalam perusahaan
yang memiliki rasio profitabilitas dan rasio leverage yang berada di atas atau setara dengan rata-rata industri dan berakibat pada kenaikan harga saham
perusahaan tersebut. Sesuai dengan latar penelitian ini yang mendasar pada investasi dalam surat berharga, maka rasio profitabilitas yang dihitung sebagai
variabel penelitian adalah rasio yang berkaitan dengan profitabilitas investasi yakni ROE, NPM, rasio leverage yakni DER serta rasio pasar yaitu EPS.
Selain itu, latar belakang pemilihan judul turut didasarkan pada hasil penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya inconsistency.
Beberapa diantaranya adalah penelitian Satria 2003 menemukan bahwa Return On Equity ROE berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan
penelitian Wati 2006 menemukan bahwa Return On Equity ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Selain itu, terdapat juga
inkonsistensi hasil penelitian yang dilakukan oleh Satria 2003 menemukan
Universitas Sumatera Utara
bahwa Net Profit Margin NPM berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan penelitian Ardiani 2007 menemukan bahwa Net Profit Margin
NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dan penelitian yang mendukung juga dikemukakan oleh Wati 2006 menemukan bahwa Debt to
Equity Ratio DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham sedangkan penelitian Halim 2007 menemukan bahwa Debt to Equity Ratio DER tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Objek penelitian yang diamati adalah perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di BEI. Perusahaan industri barang konsumsi adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan barang untuk dikonsumsi. Jenis-jenis
perusahaan industri barang konsumsi adalah perusahaan makanan dan minuman, perusahaan rokok, perusahaan farmasi, perusahaan kosmetik dan barang
keperluan rumah tangga, dan perusahaan peralatan rumah tangga Berdasarkan jenis industri barang konsumsi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa perusahaan industri barang konsumsi bergerak pada pelayanan publik yang menyangkut kepentingan banyak orang sehingga dapat dipastikan bahwa
perusahaan industri barang konsumsi memiliki cakupan luas dan modal yang cukup besar sehingga untuk pemenuhan modal tersebut para investor memilih
untuk menarik modal dari pasar melalui proses go public. Periode pengamatan dimulai dari tahun 2006 sampai tahun 2008 dengan tujuan untuk mengumpulkan
data penelitian yang lebih up to date dengan kondisi perekonomian Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pertimbangan-perrtimbangan tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Pengaruh kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia .
B. Perumusan Masalah