BAB III PENGAWASAN TERHADAP TAYANGAN IKLAN ROKOK
A. Peranan Pemerintah dalam Pengawasan terhadap Tayangan Iklan Rokok
Semakin beragamnya tindak pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan pelaku usaha menuntut pemerintah untuk selain melakukan pembinaan
juga meningkatkan pengawasan pelaksanaan perlindungan konsumen. Hal tersebut dilaksanakan dengan turut melibatkan partisipasi masyarakat
dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM untuk lebih menjamin terlaksananya perlindungan terhadap konsumen.
Partisipasi tersebut tergambar dalam ketentuan Pasal 30 Undang-undang Perlindungan Konsumen, yakni :
69
1. Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta
penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya
masyarakat.
2. Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilaksanakan oleh menteri danatau menteri teknis terkait. 3.
Pengawasan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat dilkukan terhadap barang danatau jasa yang beredar di pasar.
4. Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 ternyata
menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan membahayakan konsumen, menteri danatau menteri teknis mengambil
tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Hasil pengawasan yang diselenggarakan masyarakat dan lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat dapat disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat disampaikan kepada menteri dan menteri teknis.
6. Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
1, ayat 2, dan ayat 3 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
69
Pasal 30 Undang-undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum dilakukan pengawasan oleh pemerintah, ada 3 tiga hal yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka membatasi terjadinya pelanggaran
terhadap tayangan iklan rokok, yaitu : 1.
Upaya Untuk Membatasi Isi Tayangan Iklan Rokok Berbagai bentuk pelangaraan yang dilakukan oleh pelaku usaha produk
rokok memerlukan sikap yang serius dari pemerintah. Maka upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah guna membatasi isi tayangan iklan rokok adalah
dengan membentuk Peraturan Perundang-undangan yang mengaturnya dan memberikan sanksi atas pelanggarannya. Upaya yang dapat dilakukan untuk
membatasi isi tayangan iklan rokok adalah Melarang menggunakan animasi atau kartun dalam mengiklankan produk rokok dan Tidak boleh menyatakan
atau mencantumkan kata-kata aman, tidak berbahaya atau bebas resiko, tanpa keterangan lengkap yang menyertainya. Penggunaan animasi atau kartun
dilarang karena animasi dan kartun dapat menarik perhatian anak-anak dan remaja. Bukan tidak mungkin iklan rokok tidak dilihat anak-anak dan remaja di
televisi meskipun penanyangannya bukan pada jam menonton anak-anak dan remaja. Penggunaan animasi berupa gambar hewan atau kartun yang berupa
gambar fiksi dapat mengundang minat atau ketertarikan bagi orang-orang yang melihat karena gambar yang unik dan lucu, apalagi jika yang melihat adalah
anak-anak. Anak-anak yang melihat tayangan tersebut akan memunculkan rasa ingin tahu.
Larangan menggunakan animasi atau kartun diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan antara lain : Etika Pariwara Iklan terhadap iklan
Universitas Sumatera Utara
rokok dan Undang-undang No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Disamping melarang menggunakan animasi, upaya lain yang dapat dilakukan adalah Tidak
boleh menyatakan atau mencantumkan kata-kata aman, tidak berbahaya atau bebas resiko, tanpa keterangan lengkap yang menyertainya.
70
Maksudnya adalah bahwa suatu iklan rokok haruslah jujur dimana tidak diperbolehkan
tidak memberitahukan efek – efek atau dampak – dampak dari pemakaian rokok itu sehingga orang – orang yang menggunakannya tidak merasa
dikelabui. Sejalan dengan itu, ketentuan mengenai tidak boleh menyatakan atau mencantumkan kata-kata aman, tidak berbahaya atau bebas resiko, tanpa
keterangan lengkap yang menyertainya juga diatur dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen yakni : Tidak boleh memuat informasi yang keliru,
salah atau tidak tepat mengenai barang atau jasa dan Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang atau jasa.
71
2. Upaya Pembatasan Terhadap Jam Tayang Iklan Rokok
Mengenai jam tayang iklan rokok sudah ditetapkan mengenai pengaturannya. Dimana sesuai dengan pengaturan dalam Etika Pariwara
Indonesia dan beberapa peraturan perundangan terkait seperti Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2000 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah
Nomor 81 Tahun 1999 tentang tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan telah memberikan batasan atas penayangan iklan rokok yaitu antara Pukul
21.30 sampai 05.00 waktu setempat. Pembatasan terhadap penayangan iklan
70
N.H.T Siahaan, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Jakarta : Panta Rei, 2005, hal. 135.
71
Pasal 17 Undang-undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821.
Universitas Sumatera Utara
rokok dianggap perlu dilakukan agar dapat dibatasi juga orang-orang yang menonton. Secara umum, sasaran iklan rokok adalah pria dewasa. Namun
apabila tidak ditetapkan batasan terhadap jam tayang iklan rokok, bukan tidak mungkin apabila sasaran tersebut akan meleset. Mungkin saja yang
menyaksikan anak-anak dan remaja yang belum seharusnya mengkonsumsi rokok karena tidak ada batasan jam tayang.
Pengaturan jam tayang yang paling tepat dirasa oleh pemerintah adalah Pukul 21.30 sampai 05.00 waktu setempat. Hal tersebut diterapkan dengan
alasan masa waktu tersebut adalah masa istirahat bagi anak-anak dan remaja. Sehingga anak-anak dan remaja tidak akan melihat tayangan iklan rokok
tersebut. Dengan pembatasan jam tayang ini, diharapkan muncul kesadaran bagi pelaku usaha agar tidak menayangkan iklan rokok diluar jam yang telah
ditentukan. 3.
Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Dampak Negatif Konsumsi Rokok
Upaya terakhir yang dapat dilakukan untuk membatasi konsumsi rokok adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak negatif
konsumsi rokok tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mensosialisasikan kepada masyarakat secara langsung mengenai dampak rokok. Bentuk
sosialisasi yang dapat dilakukan adalah seperti memberikan penyuluhan bagi masyarakat atau membuat artikel bahaya merokok di koran, majalah atau
internet dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terdapat 2 dua Kementrian yang berkaitan dengan
pengawasan terhadap periklanan rokok yaitu: 1.
Pengawasan Oleh Kementrian Perdagangan Dalam
melaksanakan tugas-tugasnya, menteri danatau menteri teknis
terkait dikoordinasikan oleh menteri yang ruang lingkup tugas dan tanggung-jawabnya meliputi bidang perdagangan sesuai dengan ketentuan
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Oleh karena itu, menteri perdagangan memegang peranan yang sangat strategis dalam memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas pembinaan
dan pengawasan Perlindungan Konsumen bersama-sama dengan menteri- menteri terkait, misalnya : menteri perindustrian, menteri kesehatan, menteri
komunikasi dan informasi, menteri perhubungan dan lain-lain, yang bidang tugasnya menyangkut kepentingan-kepentingan konsumen.
Periklanan menjadi tugas dan tanggung-jawab menteri perdagangan melalui departemen perdagangan yang tidak baik dan benar oleh pelaku
usaha serta kebohongan-kebohongan informasi produk yang dapat merugikan konsumen.
Bentuk lain dari tugas pengawasan periklanan adalah melalui kewenangan menteri perdagangan melalui departemen perdagangan untuk
menerbitkan izin usaha bagi perusahaan periklanan. Dengan kewenangan tersebut, departemen perdagangan dapat membina dan mengawasi perilaku
Universitas Sumatera Utara
perusahaan periklanan dalam memenuhi tata cara perdagangan yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
72
Bagi perusahaan periklanan yang melanggar ketentuan tersebut maka menteri perdagangan dapat menjatuhkan sanksi administratif berupa
peringatan tertulis, sampai pencabutan izin usaha, dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari menteri terkait.
2. Pengawasan Oleh Kementrian Kesehatan
Kementrian kesehatan
melakukan pengawasan terhadap periklanan
berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai berikut : “ Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua
kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan”.
73
Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah sebagaimana diatur pada Pasal 74 angka 1 undang-undang ini yaitu terpenuhinya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan dan perbekalan kesehatan yang cukup, aman, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta melindungi
masyarakat terhadap segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan atau bahaya terhadap kesehatan.
74
Hal ini tentu saja terkait dengan informasi yang dituangkan dalam iklan. Untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan tersebut akan ditetapkan
72
Dedy Harianto, Disertasi “Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap Periklanan yang Menyesatkan”, Medan : USU, 2007, hal. 78.
73
Pasal 73 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1993 tentang Kesehatan , Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495.
74
Pasal 74 angka 2 dan 3 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3945.
Universitas Sumatera Utara
dengan peraturan pemerintah,
75
hal ini berarti di buka kesempatan untuk membentuk suatu badan pengawasan yang lebih tangguh dengan dasar
hukum yang sesuai. Melalui PP RI No 38 Tahun 2000 tentang Perubahan atas PP RI No 81
Tahun 1999 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan yaitu : Pasal 35 “Menteri dan menteri terkait melakukan pengawasan atas pelaksanaan
upaya pengamanan rokok bagi kesehatan”. Pasal 36 ayat 1 “Menteri dan menteri terkait dapat mengambil tindakan administratif terhadap
pelanggaran ketentuan dalam peraturan pemerintah ini” dan ayat 2 “Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan
sesuai peraturan perundang-undangan”.
76
Oleh karena rokok memberikan dampak yang kurang begitu baik begi kesehatan masyarakat atau penggunanya, maka pemerintah melalui
kementrian kesehatan melakukan pengawasan terhadap penayangan iklan agar tetap disampaikan melalui iklan bahwa terdapat bahaya dengan
mengkonsumsi rokok.
B. Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pengawasan Tayangan Iklan