BAB 1 PENDAHULUAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBIASAAN PERILAKU ISLAMI DI SMP NEGERI 2 TAWANGSARI, SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi sekarang, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya
hidup manusia, kenyataan semacam ini akan mempengaruhi nilai, moral,
sikap atau tingkah laku kehidupan individu dan masyarakatnya, sehingga
banyak terjadi penyimpangan sosial. Maka dari itu, setiap individu perlu
dibekali dengan budi pekerti (akhlak), dan untuk menanamkan akhlak maka
diperlukan sebuah pembiasaan, salah satunya dengan pembiasaan perilaku
Islami. Pembiasaan perilaku Islami dipandang sebagai salah satu aspek yang
memiliki peranan penuh dalam mengembangkan dan membentuk generasi
muda agar memiliki kepribadian yang baik, dan yang terpenting yang harus
dimiliki dari kepribadian seorang peserta didik adalah akhlak mulia. Maka,
sebagai penanggung jawab utama pembetukan akhlak mulia siswa di sekolah
adalah kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan peserta didik, yang harus memiliki kesiapan dan
kemampuan untuk membangkitkan semangat kerja secara kelompok atau
individu.1 Kepala sekolah juga harus mampu menciptakan suasana yang


1

Wikipedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/kepala_sekolah diakses pada tanggal 13
Oktober 2016 pukul 10.00 WIB.

1

2

aman, nyaman, tentram, menyenangkan dan penuh semangat dalam bekerja
sama, sehingga pendidikan dan pengajaran dapat berjalan tertib dan lancar.
Banyak yang kurang memperhatikan dalam mempelajari akhlak.
Perlu diingat, bahwa selain tauhīd sebagai inti ajaran Islam yang utama,
seseorang juga harus diimbangi dengan berakhlak mulia. Karena tauhīd
merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allāh. Seseorang yang
bertauhīd dan baik akhlaknya adalah sebaik-baiknya manusia.2
Akhlak adalah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia
yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya
suatu pemikiran dan paksaan. Seseorang yang berakhlak mulia berarti dia


memiliki moral yang baik, karenanya pada saat ini pendidikan akhlak sangat
ditekankan pada dunia pendidikan. Salah satu cara untuk membentuk akhlak
peserta didik yaitu dengan sebuah metode pembiasan.
Pembiasaan perilaku Islami sangat penting bagi setiap individu,
terlebih lagi bagi setiap peserta didik, karena disamping harus memiliki ilmu
pengetahuan yang luas seorang peserta didik juga harus memiliki kepribadian
yang ṣāliḥ dan ṣāliḥah. Pendidikan agama di lembaga pendidikan
bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan
pada anak. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat
bergantung pada berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk
memahami nilai-nilai agama. Sebab, pendidikan agama lebih dititikberatkan
pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama.
2

Imam S Ahmad, Tuntunan Akhlaqul Karimah (Jakarta: Lekdis, 2005), hlm. 51.

3

Pembentukan kebiasaan ini menurut Wetherington dapat dilakukan

dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan cara pengulangan, kedua
dengan disengaja dan direncanakan. Jika melalui pendidikan keluarga
pembentukan jiwa keagamaan dapat dilakukan dengan menggunakan cara
yang pertama, maka melalui kelembagaan pendidikan cara yang kedua
tampaknya akan lebih efektif. Dengan demikian, pengaruh pembentukan jiwa
keagamaan pada anak di kelembagaan pendidikan, barangkali banyak
bergantung pada bagaimana perencanaan pendidikan agama yang diberikan di
sekolah (lembaga pendidikan).3
Dengan demikian pembiasaan perilaku Islami adalah suatu
kegiatan pembiasaan perilaku dan sikap dalam pendidikan untuk membentuk
tingkah laku supaya berakhlak mulia. Pembiasaan tersebut juga diterapkan di
SMPN 2 Tawangsari sebagai salah satu upaya membentuk akhlak kepada diri
peserta didik, sehingga peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

SMPN 2 Tawangsari sebagai salah satu lembaga pendidikan
Sekolah Menengah Pertama berstandar Nasional di Kabupaten Sukoharjo,
dan sebagai jembatan transisi dari Sekolah Dasar menuju Sekolah Menengah
Atas ternyata banyak ditemukan penyimpangan-penyimpangan pada peserta
didiknya. Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang budaya

dan kebiasaan masing-masing perilaku peserta didik. Misalnya, membolos

3

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 57.

4

saat jam pelajaran, suka berbicara kotor, merokok, kurang berbicara sopan
santun kepada guru dan teman, serta mencuri.4 Maka dari itu, perlu adanya
penanaman akhlak mulia kepada peserta didik.

Bentuk pembiasaan yang diterapkan di SMPN 2 Tawangsari adalah
sholat dhuhur jama’ah, membaca do’a sebelum dan sesudah belajar, berjabat
tangan dan mengucapkan salam, saling berbagi bekal makanan serta
pengumpulan dana sosial.5

Dari pemaparan di atas, penelitian ini mencoba membahas tentang
bentuk dan pelaksanaan dalam pembiasaan perilaku Islami sebagai upaya
membentuk akhlak mulia kepada peserta didik di SMPN 2 Tawangsari. Para

pelajar Sekolah Menengah Pertama dididik dan dibekali pendidikan agama
agar dapat menampilkan pribadi yang utuh sebagai seorang pelajar yang baik
dan terhindar dari tindakan-tindakan amoral dan asosial yang dapat
merugikan diri sendiri dan masyarakat.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis terdorong untuk
melakukan penelitian dengan judul Fungsi Kepala Sekolah dalam
Membentuk Akhlak Peserta Didik melalui Pembiasaan Perilaku Islami
di SMP Negeri 2 Tawangsari, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2016/2017.

4
5

Wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 13 Oktober 2016.
Ibid.

5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas dan untuk memfokuskan

kajian ini, maka penulis mengemukakan pokok masalah sebagai berikut:
“Bagaimana implementasi fungsi kepala sekolah terhadap pembentukan akhlak
peserta didik melalui pembiasaan perilaku Islami di SMP N 2 Tawangsari?”
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian:
Identifikasi usaha-usaha Kepala Sekolah dalam membentuk akhlak
Islami peserta didik di SMP N 2 Tawangsari.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi skripsi yang dapat
menambah

pengetahuan

tentang

pembentukan

akhlak


melalui

pembiasaan perilaku Islami.
b. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan gambaran tentang
pembentukan akhlak mulia melalui pembiasaan perilaku Islami di SMP
Negeri 2 Tawangsari, Sukoharjo Tahun Pelajaran 2016/2017.