Gambar 14. Proporsi Keikutsertaan Pemagang Responden dalam Pelatihan.
6.3 Penentuan Materi Pelatihan
Dari hasil wawancara kepada pihak penanggung jawab pelaksanaan program pemagangan dari pihak PT X dan pihak LPK F didapatkan informasi bahwa
selama ini penentuan pelatihan ditentukan oleh pihak PT X danatau LPK F. penentuan ini dilakukan secara acak tanpa melakukan analisis kebutuhan
pelatihan terlebih dahulu. Penentuan materi seperti ini dilakukan dengan alasan untuk mengejar target jumlah pelatihan setiap klien LPK F yang sekaligus
menjadi tempat dilaksanakannya program pemagangan. Dilihat dari sudut pandang efisiensi dan kepentingan bisnis, penentuan materi semacam ini
berdampak sangat positif karena menghemat waktu. Sedangkan bila ditilik dari sudut efektifitas, penentuan materi seperti ini sangat tidak efektif. Pelaksana
pelatihan tidak bisa memastikan apakah materi pelatihan yang akan diberikan dibutuhkan atau tidak oleh peserta pelatihan.
6.4 Penentuan Keikutsertaan Pelatihan
Dari hasil pengambilan data di lapangan didapatkan informasi tata cara penunjukan pemagang yang akan diikutkan dalam pelatihan. Dua orang 9,52
menyebutkan bahwa peserta pelatihan adalah mereka yang ditunjuk oleh atasan secara langsung, dua orang 9,52 menyebutkan bahwa peserta adalah mereka
yang lulus seleksi, dan 17 orang 80,95 menyebutkan bahwa pelatihan adalah kewajiban bersama. Jumlah terbanyak dalam data tersebut sejalan dengan
keterangan dari Manajer HRD PT X dan pihak LPK F yang menyebutkan bahwa mengikuti pelatihan adalah salah satu kegiatan wajib pemagang yang sudah
disepakati sebelum pemagang mengikuti program pemagangan. Poporsi Metode Penentuan Keikutsertaan Pemagang dalam Pelatihan di PT X ditampilkan pada
Gambar 15.
Gambar 15. Proporsi Penentuan Keikutsertaan Responden dalam Pelatihan
6.5 Evaluasi dan rekaman pelatihan
Setiap berakhirnya pelaksanaan pelatihan penunjang OJT, dilaksanakan evaluasi tertulis berkaitan dengan materi pelatihan yang disampaikan. Hasil evaluasi ini
digunakan untuk menilai pemahaman pemagang dalam angka. Setelah diakumulasikan dengan keseluruhan nilai pelatihan, nilai akhir menjadi salah satu
indikator layak atau tidaknya pemberian sertifikat pemagang. Selain evaluasi sesaat setelah pelatihan, dilaksanakan juga evaluasi tahunan
pemagang untuk memutuskan kelanjutan program pemagangan yang diikuti pemagang. Evaluasi ini dilakukan secara observasi oleh atasan langsung
pemagang. Hasil evaluasi akan disampaikan kepada LPK F untuk diproses lebih lanjut.
Rekaman pelatihan dibuat oleh kedua belah pihak, LPK F dan PT X. Rekaman pelatihan ini berfungsi sebagai catatan pelatihan apa saja yang sudah diikuti
pemagang, kemudian dibandingkan dengan performa kinerja saat ini.
6.6 Manfaat Pelatihan
Program pelatihan diharapkan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, serta perubahan sikap individu pemagang. Dalam perancangan pelatihan
sudah selayaknya manajemen memperhatikan program-program pelatihan yang akan dilaksanakan agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap bidang
pekerjaan pemagang yang mengikuti pelatihan. Selain itu, metode pelatihan yang akan diberikan juga harus benar-benar dapat dipahami para peserta pelatihan
sehingga tujuan pelatihan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pelatihan akan dikatakan berhasil jika manfaat pelatihan tersebut dirasakan sendiri oleh peserta
pelatihan dengan adanya transformasi pengetahuan, keterampilan dan aspek-aspek lainnya terhadap pemagang peserta pelatihan. Pendapat responden tentang
manfaat pelatihan yang pernah diberikan tersaji dalam Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Responden Menurut Pendapat Tentang Manfaat Pelatihan
Manfaat Jumlah Orang
Wawasan dan Pengetahuan 16
Ketrampilan Kerja 11
Sikap dan kepribadian 11
Lain-lain 1
Catatan: satu orang responden bisa memilih lebih dari satu jawaban. Dari hasil pengambilan data di lapangan didapatkan informasi bahwa empat
orang 19,05 menyebutkan setelah pelatihan mendapatkan wawasan dan pengetahuan, satu orang 4,76 mendapatkan tambahan keterampilan kerja, tiga
orang 14,29 mendapatkan informasi mengenai sikap dan kepribadian. Selain itu, lima orang 23,81 mengaku mendapatkan wawasan dan pengetahuan serta
keterampilan kerja, dua orang 9,52 mendapatkan wawasan dan pengetahuan serta sikap dan kepribadian, lima orang 23,81 mendapat ketiganya, serta satu
orang 4,76 mengaku mendapat sikap dan kepribadian serta hal yang termasuk lain-lain.
VII.
ANALISIS PENENTUAN KEBUTUHAN PELATIHAN DENGAN METODE TNA-T
Sangat penting untuk melakukan analisis penentuan kebutuhan pelatihan sebelum melaksanakan pelatihan. Pelatihan dilakukan hanya jika pemagang
memiliki keadaan dimana kemampuan kerja aktual belum mencapai tingkat kemampuan kerja jabatan dalam perusahaan. Akan sangat merugikan perusahaan
apabila pelatihan diberikan pada peserta yang tidak tepat sasaran. Kerugian perusahaan yang dimaksud ialah kerugian akan biaya pelatihan serta sumberdaya
lainnya yang dialokasikan dalam pelaksanaan pelatihan. Metode TNA-T Training Needs Assesment Tools adalah salah satu metode
yang dapat digunakan dalam analisis kebutuhan pelatihan pemagang. Pada intinya metode ini mengkomparasikan tingkat Kemampuan Kerja Pribadi KKP
pemagang dengan Kemampuan Kerja Jabatan KKJ. Pemagang yang memiliki nilai selisih KKJ dan KKP lebih besar dari satu, KKJ-KKP1 adalah mereka yang
akan direkomendasikan untuk mengikuti pelatihan. Pada Diagram Kebutuhan Pelatihan dalam metode TNA-T terdapat empat
daerah yaitu daerah A, B, C, dan D. Daerah A dan B mengambarkan kondisi bahwa nilai KKJ yang ditargetkan perusahaan terhadap pemagang lebih tinggi
dari nilai KKP pemagang KKP-KKJ 1. Ini berarti, pemagang membutuhkan pelatihan demi peningkatan kemampuan kerja.
7.1 Bagian Produksi Shield