V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
5.1 Profil Umum Perusahaan
PT X berlokasi di Kawasan Industri MM 2100, Cikarang Barat, Bekasi. PT X didirikan pada tahun 1954 di Jepang dan mulai membuka plant di Indonesia pada
awal tahun 1992. PT X berkonsentrasi pada industri manufaktur spare part otomotif yaitu bearing. PT X didirikan di Indonesia untuk memenuhi permintaan
klien utama PT X, yaitu PT N yang juga bergerak dalam bidang otomotif, juga untuk kepentingan ekspor ke kawasan Asia Tenggara.
Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja, PT X menggandeng beberapa yayasan penyedia tenaga kerja. Selain itu, PT X juga bekerja sama dengan LPK F
untuk menempatkan pemagang dalam perusahaan. Bagi PT X kerja sama ini menguntungkan. PT X tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan biaya penyediaan
tenaga kerja juga pemeliharaan dan peningkatan soft skill, yang notabene diampu oelh LPK F. Bagi LPK F, kerjasama ini juga menguntungkan. LPK F tidak perlu
menyediakan laboratorium khusus bagi pemagang yang ingin belajar sebelum memasuki dunia kerja. Selain itu, LPK F juga mendapatkan management fee
sebagai imbalan telah menyediakan tenaga kerja bagi PT X.
5.2 Karakteristik Responden PT X.
Sebagai objek dalam penelitian ini pemagang LPK F di PT X dikelompokkan ke dalam beberapa kategori seperti; jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan
masa kerja.
5.2.1 Jenis Kelamin
Pemagang yang menjadi responden terdiri dari pria dan wanita Gambar 7. Berdasarkan hasil pendataan responden, maka diketahui pemagang pria sebanyak
13 orang 61,90 dan sisanya adalah wanita. Kecenderungan dominasi pria pada perusahaan ini disebabkan oleh dominannya pekerjaan yang berhubungan mesin
yang membutuhkan tenaga lebih besar, yang sampai saat ini dipercaya lebih dimiliki pria daripada wanita
Gambar 7. Proporsi Jenis Kelamin Responden PT X
5.2.2 Umur.
Berdasarkan persyaratan yang ditentukan dan berlaku di LPK F, untuk mengikuti program pemagangan setidaknya calon pemagang berada pada rentang
usia 18-23 tahun. Jangka waktu maksimal mengikuti program pemagangan adalah tiga tahun untuk satu perusahaan. Dalam penelitian ini responden dibagi dalam
tiga kelompok umur, yaitu di bawah dua puluh tahun, dua puluh tahun sampai dua puluh tiga tahun, di atas dua puluh tiga tahun. Kelompok umur pertama dianggap
sebagai usia dimana pemagang masih baru dalam dunia kerja dengan sedikit pengalaman. Kelompok umur kedua dianggap sebagai usia dimana pemagang
cukup berpengalaman dalam dunia kerja. Kelompok umur ketiga dianggap sebagai usia dimana pemagang berpengalaman di bidangnya dan pada beberapa
kasus sudah diangkat menjadi karyawan kontrak perusahaan tempat pemagang berada.
Dari hasil survey lapangan Gambar 8 responden kelompok umur di bawah 20 tahun sebanyak 4 orang 19,05, kelompok umur 20-23 tahun sebanyak 16
orang 76,19 dan kelompok umur di atas 23 tahun sebanyak 1 orang 4,76.
61,90 38,10
Gambar 8. Proporsi Kelompok Umur Responden PT X
5.2.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang dilalui dan berhasil ditamatkan oleh responden.
Pendidikan formal yang dimaksud mulai dari Sekolah Dasar SD, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama SLTP, Sekolah Menengah Atas atau sederajat serta
Program Diploma dan Sarjana. Dalam penelitian ini keseluruhan responden yang diambil memiliki pendidikan formal terakhir SMUSMK. Hal ini dikarenakan
tingkat pendidikan SMUSMK sederajat adalah tingkat pendidikan minimal yang disyaratkan oleh LPK F untuk mengikuti program pemagangan. Dalam
prakteknya, ketika diketahui terdapat calon pemagang yang berpendidikan Diploma Strata 1 akan diarahkan ke induk perusahaan dari LPK F yang
menyalurkan tenaga kerja dengan kualifikasi Diploma Strata 1.
5.2.4 Masa Kerja
Dalam pelaksanaan program pemagangan, LPK F memberlakukan program sertifikasi berjenjang yang diberikan kepada peserta program pemagangan.
Jenjang yang dimaksud adalah tingkat Muda untuk tahun pertama, tingkat Madya
19,05
76,19 4,76
untuk tahun kedua, dan tingkat Utama untuk tahun ketiga. Setelah genap tiga tahun, ada beberapa kondisi yang biasanya dialami pemagang, yaitu 1 diangkat
menjadi karyawan kontrak perusahaan yang bersangkutan, 2 selesai mengikuti program pemagangan dan kembali ke LPK F untuk mendapatkan penempatan
kembali di perusahaan rekanan LPK F yang lain, 3 selesai mengikuti program pemagangan dan mencari pekerjaan di perusahaan lain. Terkait dengan adanya
sertifikat tersebut di atas, pemagang yang lebih lama bekerja dianggap lebih mumpuni dalam bekerja. Pengalaman kerja dalam bidang pekerjaan yang sama
selama kurun waktu tertentu akan memberikan efek terhadap peningkatan terhadap penguasaan bidang pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kemampuan
kerja.
Gambar 9. Proporsi Masa Kerja Responden Selama Bekerja di PT. X Berdasarkan data pada Gambar 9 dapat dijelaskan bahwa jumlah responden
yang bekerja dalam masa kerja kurang dari satu tahun sebanyak lima orang 23,81, masa kerja lebih dari setahun tapi kurang dari dua tahun sebanyak enam
orang 28,57, masa kerja lebih dari dua tahun tapi kurang dari tiga tahun sebanyak sembilan orang 42,86.
5.2.5 Tingkat Pemahaman Tentang Fungsi dan Tujuan Pelatihan.
Dalam suatu program terdapat fungsi dan tujuan yang harus dimengerti oleh seluruh stakeholder, baik pelaksana ataupun peserta program. Tanpa adanya
pemahaman terhadap fungsi dan tujuan program, tingkat keberhasilan sebuah program akan tidak sempurna. Begitu pula bagi para pemagang yang akan
28,57 23,81
42,86 4,76
mengikuti pelatihan seharusnya sadar dan paham betul akan fungsi dan tujuan pelatihan. Ketidakpahaman pemagang akan fungsi dan tujuan pelatihan akan
menjadi penghambat dalam pencapaian sasaran yang diinginkan dari pelatihan. Proporsi tingkat pemahaman responden mengenai fungsi dan tujuan pelatihan
dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Proporsi Pemahaman mengenai Fungsi dan Tujuan Pelatihan. Hasil pengambilan data di lapangan menunjukkan tingginya jumlah pemagang
yang cukup mengerti fungsi dan tujuan pelatihan. Hal ini mungkin disebabkan oleh seringnya pemagang mengikuti pelatihan yang dalam pelaksanaannya selalu
ditekankan dan dijelaskan kembali fungsi dan tujuan dari setiap pelaksanaan yang sedang dilaksanakan.
5.2.6 Pandangan Diri Pemagang
Dalam menjalankan pekerjaannya, seorang pemagang harus memahami fungsi dirinya dalam perusahaan, menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Dari 21
responden, 14 orang 66,67 mengaku cukup paham dengan apa yang menjadi tugasnya. Sisanya, sebanyak tujuh orang 33,33 mengaku sangat paham dengan
apa yang harus dilakukannya Gambar 11. Dari wawancara dengan atasan didapatkan keterangan bahwa ketika ada ketidakpahaman pemagang terhadap
pekerjaan, atasan ataupun pemagang yang sudah lebih lama bekerja akan memberikan pengarahan mengenai tugas yang dimaksud.
Gambar 11. Proporsi Tingkat Pemahaman Pemagang Terhadap Pekerjaan Pemberian pengarahan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta
mengurangi kesulitan pemagang secara teknis. 17 orang 80,95 menyebutkan bahwa kadang-kadang pemagang mengalami kesulitan dalam melakukan
pekerjaan. Sisanya menyebutkan tidak pernah mengalami kesulitan Gambar 12.
Gambar 12. Proporsi Pemagang yang Mengalami Kesulitan dalam Pekerjaan Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi, 15 orang 71,43 menyebutkan
bahwa mereka masih memerlukan pelatihan untuk meningkatkan kualitas
kerjanya Gambar 13. Diharapkan dengan kesadaran pemagang akan kebutuhan pelatihan ini dapat meningkatkan antusiasme pemagang dalam mengikuti
pelatihan.
Gambar 13. Proporsi Pemagang yang Merasa Membutuhkan Pelatihan.
VI. KARAKTERISTIK PELATIHAN DI PT X
6.1 Jenis pelatihan
Jenis pelatihan yang dilaksanakan di PT X terbagi menjadi dua, yaitu On Job Training OJT dan pelatihan penunjang OJT. OJT yang disebut juga pemagangan
adalah pelatihan dimana pemagang langsung berada pada line produksi mengerjakan tugas selayaknya karyawan dengan diawasi oleh pembimbing atau
karyawan yang sudah berpengalaman. OJT lebih ditekankan pada sisi teknis untuk meningkatkan ketrampilan bekerja. OJT dilaksanakan setiap hari kerja mulai dari
pemagang menanda tangani kontrak pemagangan hingga kontrak berakhir. Pelatihan penunjang OJT adalah pelatihan yang disusun dan diampu oleh LPK
F untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi dari sisi pengetahuan dan sikap pemagang. Pelatihan penunjang OJT dilaksanakan setiap bulan selama pemagang
mengikuti program pemagangan.
6.2 Proporsi Keikutsertaan Pemagang dalam Pelatihan.