Industri Primer Hasil Hutan Kayu IPHHK

55 Apabila setiap tahun seluruh industri sebagaimana pada tabel 8, diasumsikan berproduksi sesuai dengan kapasitas produksinya maka akan membutuhkan bahan baku sekitar 7,4 juta M 3 dengan kebutuhan terbesar adalah pada industri dengan kapasitas diatas 6.000 m 3 tahun. Jenis produksi IPHHK di Jawa Timur umumnya berupa veneer, plywood dan kayu gergajian. Berdasarkan jenis produksi ini maka kebutuhan bahan baku kayu bulat sebagaimana pada tabel 9. Tabel 9. Kebutuhan Bahan Baku IPHHK perjenis Produksi Lokasi IPHHK Kebutuhan Bahan Baku Per Jenis Produksi Plywoodveneer m3 Kayu Gergajian m3 Banyuwangi 80.000 44.700 Bojonegoro 1.000 46.910 Gresik 609.000 907.220 Jember 188.000 18.968 Jombang 600.000 136.308 Kediri 165.000 70.800 Lamongan 5.950 Lumajang 557.300 133.300 Madiun 80.000 79.650 Magetan 48.000 Malang 18.212 100.200 Mojokerto 30.000 14.260 Nganjuk 12.000 Ngawi 36.000 Pacitan 76.000 28.400 Pasuruan 574.000 247.600 Ponorogo 29.050 Probolinggo 297.000 202.000 Sidoarjo 46.000 183.716 Sumenep 114.880 Trenggalek 114.780 Tuban 24.610 Tulungagung 13.752 KotaKediri 12.840 KotaMalang 12.000 Surabaya 572.600 Jumlah 3.369.512 3.162.494 Pada tabel 9 terlihat bahwa umumnya jenis produksi IPHHK di Jawa Timur adalah untuk plywoodveneer dan kayu gergajian. Kebutuhan bahan baku untuk plywood sedikit lebih banyak dibandingkan untuk kayu gergajian. IPHHK yang memproduksi plywood dan veneer terbesar berada pada Kabupaten Gresik, Jombang, Lumajang dan Pasuruan. Sedangkan IPHHK dengan kebutuhan bahan baku terbesar untuk kayu gergajian berada di Kabupaten Gresik dan Kota Surabaya.

5.2.2 Suplai Bahan Baku IPHHK

Bahan baku IPHHK di Jawa Timur antara lain berasal dari hutan alam, hutan tanaman industri HTI, land clearing HTI, Industri Pengolahan Kayu lain, hutan rakyat, kayu perkebunan dan impor kayu bulan sebagaimana pada Gambar 16. 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 900.000 1.000.000 1.100.000 1.200.000 2008 2009 2010 2011 Gambar 16. Sumber Bahan Baku Bagi Industri Kapasitas 6.000 M 3 Tahun Dari grafik pada gambar 16 diatas terlihat bahwa sampai dengan tahun 2008, kayu yang berasal dari hutan alam masih mendominasi pasokan bahan baku terhadap industri di Jawa Timur. Akan tetapi mulai tahun 2009, pasokan dari hutan alam ini semakin turun sementara pasokan dari hutan rakyat semakin meningkat. Berdasarkan data-data pasokan bahan baku yang ada di Jawa Timur diatas baik yang berasal dari luar Jawa, dari hutan produksi Perum Perhutani 57 Unit II Jawa Timur maupun kayu yang berasal dari hutan rakyat di Jawa Timur maka suplai bahan baku dapat dianalisis secara tabular sebagai berikut : Tabel 10 Suplai Bahan Baku di Jawa Timur 2006 2007 2008 2009 2010 1 Kayu Asal Luar Jawa 615.191,69 1.104.302,60 1.053.540,78 1.415.517,72 1.453.248,49 2 Perhutani 336.314,00 537.151,00 491.187,00 416.223,01 348.367,00 3 Hutan Rakyat 569.488,00 839.442,67 977.106,87 1.317.370,87 1.739.896,97 Jumlah 1.520.993,69 2.480.896,27 2.521.834,65 3.149.111,60 3.541.512,45 Tahun No Sumber Bahan Baku Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, 2011 Pada tabel 10 terlihat jumlah total bahan baku yang masuk dan beredar di Jawa Timur setiap tahun cenderung meningkat. Untuk tahun 2010 suplai bahan baku adalah sekitar 3,5 juta m 3. Dari analisa kebutuhan bahan baku dengan asumsi industri berproduksi maksimal sesuai dengan kapasitas produksinya dan dengan meniadakan adanya aliran kayu bulat dari satu IPHHK ke IPHHK lain, maka kebutuhan bahan baku adalah sekitar 7,4 juta m 3 . Ini berarti suplai bahan baku defisit sekitar 3,9 juta m 3 . Adanya kekurangan pasokan bahan baku diharapkan dapat terpenuhi dari pengembangan hutan rakyat. Kekurangan pasokan bahan baku apabila dipenuhi dari hutan rakyat dengan asumsi produksi perhektar 100 m 3 ha berarti ekuivalen dengan 30.000 Ha. Dengan menggunakan daur rata-rata hutan rakyat adalah 10 tahun, maka diperkirakan kebutuhan pengembangan hutan rakyat di Jawa Timur adalah seluas 300.000 Ha.

5.2.3 Potensi Hutan Rakyat Jawa Timur

Semakin langkanya kayu yang berasal dari hutan alam dan negara, membuat industri akhirnya mencari alternatif kayu lain. Jika selama ini umumnya industri menggunakan kayu jenis rimba seperti meranti, nyantoh, pulai, atau rimba campuran lainnya pada tahun-tahun terakhir industri telah memanfaatkan kayu yang berasal dari hutan rakyat seperti jati, sengon, jabon, mahoni dan sebagainya. Khusus untuk jenis cepat tumbuh, misalnya sengon Paraserianthes falcataria, telah cukup memberikan andil terhadap pemenuhan kebutuhan bahan baku industri perkayuan khusunya industri veneer dan plywood. Tabel 11 Produksi Tahunan Hasil Hutan Rakyat Jawa Timur Berdasarkan Jenis Kayu 2009 2010 2011 m 3 m 3 m 3 1 2 3 4 5 1. Jati 117.607,03 598.666,22 620.778,30 2. Mahoni 32.323,91 174.383,56 78.304,39 3. Acacia 8.698,11 235.817,01 79.284,03 4. Pinus 10.027,11 80.086,86 34.591,55 5. Gmelina 9.289,42 959,95 13.299,11 6. Sengon 1.059.588,33 281.406,68 1.265.150,23 7. Sonokeling 8.003,69 17.516,11 17.639,64 8. Mindi 2.800,09 1.080,34 13.469,43 9. Rimba Lainnya 61.676,39 346.020,47 58.016,71 Jumlah 1.310.014,08 1.735.941,20 2.180.533,39 NO. Jenis Kayu Rakyat Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa produksi kayu bulat yang berasal dari hutan rakyat di Jawa Timur setiap tahunnya semakin meningkat. Dari berbagai jenis kayu yang berasal dari hutan ini, sengon merupakan jenis kayu dengan jumlah produksi tertinggi disamping jati. Hal ini terkait dengan adanya program sengonisasi dari pemerintah yang dimulai sekitar tahun 1990 dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menanam hutan rakyat terutama dari fast growing species. Masyarakat saat ini cenderung lebih menyukai menanam sengon dan jabon karena dengan daur tebang yang relatif pendek 5-7 tahun telah mampu memberikan manfaat ekonomi dan ekologi bagi masyarakat. Pada daerah penelitian yaitu Kabupaten Lumajang yang saat ini merupakan sentra produksi sengon di Jawa Timur, masyarakat tidak lagi mengandalkan bantuan bibit dari pemerintah. Masyarakat dengan kesadaran sendiri secara swadaya mengusahakan bibit berkualitas untuk penanaman sengon dilahan miliknya karena telah merasakan manfaat dari harga jual kayu sengon yang cenderung semakin tinggi dengan biaya penanaman dan pemeliharaan yang relatif rendah dibandingkan dengan tanaman semusim. 59 Meningkatnya produksi dan luasan penanaman sengon setiap tahunnya ternyata mendorong munculnya pembangunan industri pengolahan kayu rakyat. Saat ini beberapa industri veneer dan plywood dari bahan baku kayu sengon mendirikan pabrik di sentra-sentra produksi sengon seperti Lumajang dan Jombang untuk mendekati sumber bahan baku. Dengan kondisi bahan baku sekarang, memaksa IPHHK terutama berkapasitas diatas 6.000 m3tahun akhirnya menyesuaikan teknologi pengolahan kayu yang digunakan dengan kondisi bahan baku yang tersedia saat ini. Teknologi yang digunakan berubah sehingga bisa dipergunakan untuk mengolah kayu berdiameter kecil seperti mesin rotary yang mampu mempeeling kayu bulat menjadi veneer dengan menyisakan empulur hanya sekitar 3 cm sehingga dapat menghemat bahan baku. Komponen veneer sengon memberikan kontribusi yang cukup signifikan sebagai bahan pembentuk plywood, dengan kandungan mencapai 70. Hal ini merupakan peluang bagi kayu yang berasal dari hutan rakyat. Produksi jati di Jawa Timur setiap tahun cenderung meningkat meskipun tidak sebesar sengon. Meskipun daur tebang jati lama yaitu lebih dari 20 tahun, namun masyarakat di Jawa Timur tetap menyukai jati karena harga jual kayunya yang tinggi serta kemampuannya untuk tumbuh pada lahan kering berkapur yang banyak terdapat didaerah utara Jawa Timur. Disamping itu jati banyak ditanam sebagai pembatas lahan milik petani dengan harapan menjadi “tabungan” yaitu dijual pada saat petani membutuhkan uang dengan jumlah yan besar. Penanaman hutan rakyat jati pada Kabupaten Bangkalan dan Tuban selain memberikan manfaat ekonomi bagi petani hutan rakyat, juga memberikan manfaat ekologi dengan merehabilitasi lahan yang kering, berkapur dan miskin hara sehingga luasan lahan kritis pada daerah tersebut makin berkurang. Sedangkan untuk daerah-daerah yang lebih subur, bagi petani penanaman jati merupakan tabungan yang dipanen pada saat petani perlu untuk pengeluaran yang besar seperti hajatan dan sebagainya. Jati untuk keperluan ini biasanya ditanam pada batas tanah milik. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, luas hutan rakyat meningkat setiap tahunnya dari seluas 262.279 Ha pada tahun 2006 sampai 664.560 Ha pada tahun 2010. Perkembangan luas hutan rakyat dapat dilihat pada tabel 12.