yang akan datang sebagai konsekuensi dari penaikan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral.
2.3. Kerangka Pemikiran
Kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral yaitu Bank Indonesia, akan mempengaruhi pergerakan suku bunga BI-rate. Pergerakan BI-rate yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia akan mempengaruhi pergerakan suku bunga lainnya, baik suku bunga kredit, deposito, dan lainnya. Hal ini dikarenakan pada ketetapan yang
diputuskan oleh Bank Indonesia, bahwa BI-rate digunakan sebagai sasaran operasional dari kerangka kebijakan moneter, sehingga BI-rate akan menjadi acuan
bagi pembentukan suku bunga lainnya. Pergerakan suku bunga ini akan memunculkan ekspektasi di pasar keuangan
terutama pasar saham yang mempengaruhi perubahan harga aset dan kekayaan masyarakat, yang selanjutnya berpengaruh terhadap keputusan masyarakat untuk
konsumsi dan investasi. Keputusan konsumsi dan investasi dari masyarakat merupakan bentuk dari pergerakan sektor riil perekonomian. Pergerakan suku bunga
akan membentuk para pelakupemain saham di pasar saham, sehingga akan memunculkan keputusan para pemain saham untuk membeli atau menjual saham.
Kondisi permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar saham pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pembentukan harga-harga saham emiten yang ada di lantai
bursa, kemudian pembentukan harga saham dapat dilihat secara keseluruhan melalui pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan IHSG yang kemudian berpengaruh
terhadap return.
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Alur Pemikiran
Suku Bunga
Likuiditas Pasar
Uang Instrumen
Bank Indonesia
Penawaran Domestik
Permintaan Domestik
Jalur Trasmisi Kebijakan Moneter Suku Bunga,Kredit,Harga Aset,Nilai Tukar, Ekspektasi
Output Gap
Tekanan Inflasi Asing
Tekanan Inflasi Domestik
Inflasi CPI
Harga Aset Harga Lainnya
2.4. Hipotesis Penelitian
Dari berbagai literatur dan artikel menunjukan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi pasar saham melalui transmisi kebijkan moneter dalam
pengaruhnya terhadap harga aset. Kebijakan moneter yang bersifat ekspansif melalui penurunan suku bunga
acuan atau BI-rate akan menyebabkan jumlah uang yang beredar lebih banyak kemudian perekonomian bergerak lebih cepat yang diindikasikan dengan pergerakan
sektor riil, dimana adanya pertumbuhan dalam investasi dan konsumsi. Pergerakan sektor riil ini akan berpengaruh terhadap indeks dari harga-harga saham di pasar
saham, dimana dengan adanya kelebihan likuiditas di pasar akan berpengaruh terhadap indeks tersebut. Pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan return dari
indeks tersebut. Sedangkan kebijakan moneter bersifat kontraktif memiliki pengaruh yang sebaliknya, karena kebijakan yang bersifat kontraktif menyebabkan jumlah uang
beredar berkurang kemudian cenderung menyebabkan perekonomian melambat, dimana sektor riil yang melambat dan likuiditas yang ketat akan mempengaruhi
indeks harga-harga saham sehingga akan terjadi pelemahan indeks di pasar saham, akibatnya terjadi penurunan return.
Pengumuman kebijakan moneter oleh bank sentral dengan penetapan suku bunga acuan akan membentuk ekspektasi terhadap aktivitas ekonomi di masa yang
akan datang, ekspektasi tersebut akan mempengaruhi perilaku para partisipan di pasar saham yang kemudian akan mempengaruhi return dari pasar saham.
III. Metode Penelitian
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series bulanan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008. Data-data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data nilai indeks saham gabungan dan sektoral, jumlah uang beredar, dan suku bunga. Variabel SBI menunjukan pada nilai suku
bunga dan M menunjuk pada jumlah uang yang beredar. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS, Bank Indonesia BI, Bursa Efek Indonesia BEI, dan
instansi-instansi terkait lainnya.
3.2. Metode Analisis
Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis yang bersifat deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan model
ekonometrika yang merupakan hasil pengembangan model ARCH yaitu GARCH, untuk melihat pengaruh kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral yaitu
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter terhadap return di pasar saham.
3.2.1. Analisis model GARCH
Model ARCH memodelkan keheterogenan ragam heteroskedasticity yang tergantung pada informasi sebelumnya conditional secara autoregresif. Model
ARCH diterapkan pada data deret waktu yang tidak memenuhi asumsi kehomogenan ragam. Contoh data yang memiliki ragam heterogen adalah data yang berhubungan