a. Saham
Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Dengan memiliki
saham disebuah perusahaan maka manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut ;
1 Deviden, adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham,
2 Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya,
3 Manfaat non-financial yaitu timbulnya kebanggan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.
Dari berbagai saham yang dikenal di bursa, maka saham dapat dikelompokan menjadi dua yaitu saham biasa common stock dan preferen preferred stock. Saham
biasa merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh
keuntungan, sedangkan saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan deviden atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi
terlebih dahulu dari saham biasa, disamping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi atau komisaris Setiawan, 2004.
b. Obligasi
Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan. Obligasi mengandung suatu perjanjian atau kontrak yang melibatkan kedua belah pihak, antara
pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Penerbit obligasi menerima pinjaman dari
pemegang obligasi dengan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur, baik mengenai jatuh tempo pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya pelunasan dan
ketentuan-ketentuan tambahan lainnya Setiawan, 2004.
2.1.4. Bursa Efek
Bursa efek adalah lembaga atau perusahaan yang menyelenggarakan atau menyediakan fasilitas sistem pasar untuk mempertemukan penawaran jual dan beli
efek antar berbagai perusahaan atau perorangan yang terlibat dalam tujuan perdagangan efek perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek. Menurut
undang-undang pasar modal nomor 8 tahun 1995 menjelaskan bahwa bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek kepada pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Di Indonesia, saat ini bursa efek yang ada adalah Bursa Efek Indonesia BEI. Pemegang saham bursa efek adalah perusahaan efek yang telah memperoleh izin
usaha sebagai perantara pedagang efek. Sebagai fasilitator bursa efek mempunyai tugas yang harus dilakukan kepada calon investor agar dapat menjadikan bursa efek
lebih dikenal oleh publik yaitu : 1 Menyediakan sarana perdagangan efek,
2 Mengupayakan likuiditas instrumen yaitu mengalirnya dana secara cepat pada efek-efek yang dijual,
3 Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat,
4 Memasyarakatkan pasar modal untuk menarik investor dan perusahaan yang go public,
5 Menciptakan instrumen dan jasa baru. Disamping itu, sebagai Self Regulatory Organization SRO, bursa efek memliki
tugas sebagai berikut : 1 Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa,
2 Mencegah praktek transaksi yang dilarang melalui pelaksanaan fungsi pengawasan,
3 Ketentuan bursa efek mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi pelaku pasar modal.
2.1.5. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG
Pasar modal saat ini tidak terlepas dari apa yang disebut Indeks Harga Saham. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan ekonomi bergerak, naik dan turun, banyak
orang akan melihatnya dari sisi indeks yang dicapai pada saat itu. Secara sederhana, indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk
membandingkan suatu peristiwa dengan suatu peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga
saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu.
Indeks Harga Saham Gabungan IHSG menunjukan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Indeks inilah yang paling banyak digunakan
dan dipakai sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal. IHSG bisa
dipakai untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG melibatkan seluruh harga saham yang
tercatat di bursa. Untuk perhitungan Indeks Harga Saham ini kita harus menjumlahkan seluruh
harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan adalah sebagai berikut :
1
100 H
IHSG x
H
2.1 dimana ;
∑ H
1
= Total harga semua saham pada waktu yang berlaku, ∑ H
= Total harga semua saham pada waktu dasar. Dari angka indeks inilah kita bisa melihat apakah kondisi pasar sedang ramai,
lesu, atau dalam keadaan stabil. Jika IHSG menunjukan diatas 100 berarti kondisi pasar sedang ramai, sedangkan pada saat IHSG menunjukan dibawah 100 berarti
pasar sedang lesu. Jika IHSG menunjukan angka 100 maka pasar dikatakan stabil Setiawan, 2004.
2.1.6. Indeks Sektoral
Dalam Setiawan 2004 dijelaskan bahwa indeks sektoral Bursa Efek Indonesia BEI adalah sub indeks dari Indeks Harga Saham Gabungan IHSG.
Semua saham yang tercatat di Bursa Efek IndonesiaBEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan Bursa Efek
Indonesia BEI, yang diberi nama Jakarta Stock Exchange Industrial Clasification JASICA, yaitu :
1 Sektor-sektor primer ekstraktif : a Sektor pertanian,
b Sektor pertambangan. 2 Sektor-sektor sekunder industri pengolahanmanufaktur :
a Sektor industri dasar dan kimia, b Sektor aneka industri,
c Sektor industri barang konsumsi. 3 Sektor-sektor tersier :
a Sektor properti dan real estate, b Sektor keuangan,
c Sektor perdagangan, jasa, dan investasi.
2.1.7. Teori Tingkat Suku Bunga
Para ekonom menyebutkan tingkat suku bunga yang dibayar bank sebagai tingkat suku bunga nominal nominal interest rate dan kenaikan dalam daya beli
masyarakat sebagai tingkat suku bunga riil real interest rate Mankiw, 2003. Jika i menyatakan tingkat suku bunga nominal, r tingkat suku bunga riil dan
∏
e
tingkat infasi harapan, maka hubungan diantara ketiga variabel ini dapat ditulis sebagai
berikut : r = i -
∏
e
2.2
Tingkat suku bunga riil adalah perbedaan di antara tingkat suku bunga nominal dan tingkat inflasi harapan.
Tingkat suku bunga adalah tingkat bunga deposito bank-bank pemerintah bulanan, dimana hubungan negatif antara tingkat suku bunga dan harga saham adalah
semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin rendah investasi biaya modal yang semakin tinggi yang pada akhirnya berdampak semakin turunnya harga-harga saham
Mankiw, 2003.
2.1.8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Perekonomian sebuah negara yang terbuka open economy terdiri dari empat sektor yang saling berkaitan, yaitu sektor moneter, riil, fiskal, dan eksternal.
Hubungan antara sektor moneter dan sektor riil terjadi melalui mekanisme transmisi mechanism of transmission. Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya
menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya
dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan, yaitu pertumbuhan ekonomi dan inflasi Warjiyo, 2004.
Mekanisme transmisi moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan menggunakan instrumen moneter dalam melaksanakan kebijakan moneternya.
Tindakan itu kemudian berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan moneter, yaitu saluran uang, kredit, suku
bunga, nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi. Di bidang keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, nilai tukar, dan harga saham
disamping volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha, penanaman dana pada obligasi, saham maupun sekuritas
lainnya. Sementara itu di sektor ekonomi riil kebijakan moneter selanjutnya mempengaruhi perkembangan konsumsi, investasi, ekspor, dan impor, hingga
pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan moneter. Dalam kenyataannya, mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan
proses yang kompleks, dan karenanya dalam teori ekonomi moneter sering disebut ”black box” seperti digambarkan pada Gambar 2.1. Hal ini terutama karena transmisi
banyak dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu perubahan prilaku Bank Sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya,
lamanya tenggat waktu lag sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran inflasi tercapai, serta terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter itu
sendiri sesuai dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di negara yang bersangkutan.
Sumber : Mishkin 1997.
Gambar 2.1. Mekanisme Transmisi Moneter Sebagai ” Black Box”
Kebijakan Moneter
?
Inflasi Output
2.2. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian sebelumnya telah dikaji hubungan antara berbagai kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral di berbagai negara terkait dengan pasar
saham di negara tersebut. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Guidi 2008 mengenai efek kebijakan moneter terhadap volatilitas return dari italian stock market
index mitbel. Penelitian ini mengkaji mengenai hubungan antara shock kebijakan moneter yang dilakukan oleh dua bank sentral yaitu European Central Bank dan
Federal Reserve USA melalui pergerakan suku bunga, serta adanya berbagai berita kabar baik dan kabar buruk antara lain serangan teroris, kondisi bubble, invasi Irak,
dan Euro introduction terhadap return indeks yang mana bukan secara agregat namun dalam sub-sektor indeks. Hasil dari penelitian ini menunjukan perbedaan dinamis,
dalam agregat indeks seperti industri, finance, dan jasa, ditemukan adanya relative asymmetric effect antara berita baik dan berita buruk, di sisi lain hanya kebijakan
moneter ekspansif European Central Bank ECB yang mampu mempengaruhi volatilitas return dari tiap sektor pada italian stock market.
Ioannidas 2006 memeriksa mengenai hubungan antara kebijakan moneter dengan pasar saham dalam 13 negara yang diprediksikan akan menjadi negara maju
atau sering disebut sebagai negara OECD. Pembatasan perubahan dalam kebijakan moneter yang diimplikasikan dengan lebih tingginya tingkat discount rate diikuti oleh
penurunan dari return sejumlah besar negara yang di uji, lebih lanjut terjadi perubahan dalam ekspektasi return dimasa yang akan datang. Faktanya dalam
pembetukan ekspektasi sebagai implikasi dari pembatasan terhadap kebijakan moneter nampak terjadi pengurangan terhadap ekspektasi aktivitas ekonomi di masa
yang akan datang sebagai konsekuensi dari penaikan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral.
2.3. Kerangka Pemikiran