Indeks Sektoral Teori Tingkat Suku Bunga Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

dipakai untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG melibatkan seluruh harga saham yang tercatat di bursa. Untuk perhitungan Indeks Harga Saham ini kita harus menjumlahkan seluruh harga saham yang tercatat. Rumus untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan adalah sebagai berikut : 1 100 H IHSG x H    2.1 dimana ; ∑ H 1 = Total harga semua saham pada waktu yang berlaku, ∑ H = Total harga semua saham pada waktu dasar. Dari angka indeks inilah kita bisa melihat apakah kondisi pasar sedang ramai, lesu, atau dalam keadaan stabil. Jika IHSG menunjukan diatas 100 berarti kondisi pasar sedang ramai, sedangkan pada saat IHSG menunjukan dibawah 100 berarti pasar sedang lesu. Jika IHSG menunjukan angka 100 maka pasar dikatakan stabil Setiawan, 2004.

2.1.6. Indeks Sektoral

Dalam Setiawan 2004 dijelaskan bahwa indeks sektoral Bursa Efek Indonesia BEI adalah sub indeks dari Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Semua saham yang tercatat di Bursa Efek IndonesiaBEI diklasifikasikan ke dalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan Bursa Efek Indonesia BEI, yang diberi nama Jakarta Stock Exchange Industrial Clasification JASICA, yaitu : 1 Sektor-sektor primer ekstraktif : a Sektor pertanian, b Sektor pertambangan. 2 Sektor-sektor sekunder industri pengolahanmanufaktur : a Sektor industri dasar dan kimia, b Sektor aneka industri, c Sektor industri barang konsumsi. 3 Sektor-sektor tersier : a Sektor properti dan real estate, b Sektor keuangan, c Sektor perdagangan, jasa, dan investasi.

2.1.7. Teori Tingkat Suku Bunga

Para ekonom menyebutkan tingkat suku bunga yang dibayar bank sebagai tingkat suku bunga nominal nominal interest rate dan kenaikan dalam daya beli masyarakat sebagai tingkat suku bunga riil real interest rate Mankiw, 2003. Jika i menyatakan tingkat suku bunga nominal, r tingkat suku bunga riil dan ∏ e tingkat infasi harapan, maka hubungan diantara ketiga variabel ini dapat ditulis sebagai berikut : r = i - ∏ e 2.2 Tingkat suku bunga riil adalah perbedaan di antara tingkat suku bunga nominal dan tingkat inflasi harapan. Tingkat suku bunga adalah tingkat bunga deposito bank-bank pemerintah bulanan, dimana hubungan negatif antara tingkat suku bunga dan harga saham adalah semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin rendah investasi biaya modal yang semakin tinggi yang pada akhirnya berdampak semakin turunnya harga-harga saham Mankiw, 2003.

2.1.8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Perekonomian sebuah negara yang terbuka open economy terdiri dari empat sektor yang saling berkaitan, yaitu sektor moneter, riil, fiskal, dan eksternal. Hubungan antara sektor moneter dan sektor riil terjadi melalui mekanisme transmisi mechanism of transmission. Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yang ditetapkan, yaitu pertumbuhan ekonomi dan inflasi Warjiyo, 2004. Mekanisme transmisi moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan menggunakan instrumen moneter dalam melaksanakan kebijakan moneternya. Tindakan itu kemudian berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan moneter, yaitu saluran uang, kredit, suku bunga, nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi. Di bidang keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga, nilai tukar, dan harga saham disamping volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha, penanaman dana pada obligasi, saham maupun sekuritas lainnya. Sementara itu di sektor ekonomi riil kebijakan moneter selanjutnya mempengaruhi perkembangan konsumsi, investasi, ekspor, dan impor, hingga pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan moneter. Dalam kenyataannya, mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses yang kompleks, dan karenanya dalam teori ekonomi moneter sering disebut ”black box” seperti digambarkan pada Gambar 2.1. Hal ini terutama karena transmisi banyak dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu perubahan prilaku Bank Sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya, lamanya tenggat waktu lag sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran inflasi tercapai, serta terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter itu sendiri sesuai dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di negara yang bersangkutan. Sumber : Mishkin 1997. Gambar 2.1. Mekanisme Transmisi Moneter Sebagai ” Black Box” Kebijakan Moneter ? Inflasi Output

2.2. Penelitian Terdahulu