Analisis Pengaruh Rasio Pasar Terhadap Return Saham Indeks LQ45 Di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

ANALISIS PENGARUH RASIO PASAR TERHADAP RETURN SAHAM INDEKS LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

OLEH:

FETTI AGUSTINA HUTAGAOL 080521197

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Fetti Agustina Hutagaol (2011). Analisis Pengaruh Rasio Pasar Terhadap Return Saham Indeks LQ45 Di Bursa Efek Indonesia. Prof. Dr. Ritha F.

Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen, Drs. Syahyunan M.Si selaku Dosen Pembimbing, Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Dosen Penguji I dan Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Dosen Penguji II.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengaruh variabel Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, dan Dividend Payout Ratio terhadap Return Saham. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia dan jumlah sampel 13 emiten. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data laporan keuangan tahunan perusahaan selama tahun 2006-2009.

Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis pengaruh Rasio Pasar terhadap Return Saham adalah deskriptif dan analisis regresi berganda. Analisis statistik menggunakan software SPSS 17.0 for Windows. Pengujian hipotesis

menggunakan Uji Simultan (Uji F) dan Uji Parsial (Uji t) dengan tingkat signifikansi

(α) 5%.

Hasil Uji Simultan (Uji F) pada hipotesis menunjukkan bahwa variabel independen (Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, dan Dividend Payout Ratio) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Return Saham). Hasil Uji Parsial (Uji t) pada hipotesis menunjukkan bahwa Price Book Value (PBV) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Return Saham.

Kata Kunci : Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Dividend Payout Ratio (DPR) dan Return Saham Indeks LQ45.


(3)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah Bapa atas kasih, berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dengan memilih judul : “Pengaruh Rasio Pasar Terhadap Return Saham Indeks LQ45 Di Bursa Efek Indonesia”.

Penulis banyak memperoleh arahan dan bimbingan selama mengikuti perkulihan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dari dosen-dosen dan berbagai pihak yang memberi bantuan baik berupa materi, tenaga maupun dorongan semangat.

Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahyunan M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Dosen penguji yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.


(4)

6. Ibu Dr. Elisabet Siahaan, SE, MEC. selaku dosen wali penulis.

7. Seluruh Dosen serta Staff Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, untuk segala jasa-jasanya selama perkulihan.

8. Orangtuaku tercinta, Sabungan Hutagaol dan Ruslan Tampubolon yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, nasihat, motivasi, bantuan dana dan material, serta doa yang selalu menyertai penulis. 9. Saudara-saudaraku Torang Hutagaol, Juntriana Hutagaol, Februanto Hutagaol dan

Vensy Pardede yang sudah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

10.Para Sahabatku Leny Dachi, Ratauli, terima kasih buat dukungan, masukan serta semangatnya, Tuhan Memberkati.

11.Teman-teman stambuk 2008 Ekstension, hayoo Lanjutkan perjuangan!!!.

12.Semua pihak yang mendukung penulis sehingga skripsi ini selesai pada waktunya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari terhadap kekurangan dan kesilapan yang mungkin saja terjadi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari setiap pembaca.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Januari 2011 Penulis


(5)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik

Penarikan Sampel ... 12

Tabel 1.2 Sampel Penelitian ... 13

Tabel 3.1 Profil Perusahaan ... 38

Tabel 4.1 Earning Per Share Indeks LQ45 Tahun 2006-2009 ... 39

Tabel 4.2 Price Earning Ratio Indeks LQ45 Tahun 2006-2009 ... 41

Tabel 4.3 Price to Book Value Indeks LQ45 Tahun 2006-2009 ... 42

Tabel 4.4 Divedend Payout Ratio Indeks LQ45 Tahun 2006-2009 ... 43

Tabel 4.5 Return Saham LQ45 Tahun 2006-2009 ... 44

Tabel 4.6 Uji Normalitas ... 47

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas ... 48

Tabel 4.8 Uji Autokorelasi ... 49

Tabel 4.9 Uji The Run Test ... 49

Tabel 4.10 Uji Glejser ... 50

Tabel 4.11 Koefisien Determinasi ... 51

Tabel 4.12 Hasil Estimasi Berganda ... 51

Tabel 4.13 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 53

Tabel 4.14 Hasil Uji Parsial (Uji t)... 54


(6)

No. Judul Halaman Gambar 1.1 Perkembangan Index Harga Saham Gabungan

Dan Indeks LQ 45 di BEI tahun 2005-2009 ... 3

Gambar 1.2 Kerangka Konseptual ... 8

Gambar 4.1 Histogram Dependent Variable (Return Saham) ... 45

Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regresion Standardized ... 46

Gambar 4.3 Scatterplot Dependent Variable ... 50


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B . Perumusan Masalah ...6

C. Kerangka Konseptual ...6

D. Hipotesis ...8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8

F. Metode Penelitian ...9

1. Batasan Operasional ...9

2. Definisi Operasional Variabel ...10

3. Jenis dan Sumber Data ...11

4. Tempat dan Waktu Penelitian ...12

5. Populasi dan Sampel ...12

6. Teknik Pengumpulan Data ...13

7. Metode Analisis Data ...13

BAB II URAIAN TEORITIS ... 19

A. Penelitian Terdahulu ... 19

B. Pengertian Saham... 20

C. Analisis Rasio Pasar ... 24

D. Konsep Tingkat Pengembalian Saham... 29


(8)

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...35

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia ...35

B. Perkembangan Bursa Efek Indonesia ...38

C. Profil Perusahaan ...40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...42

A. Analisis Deskriptif ...42

B. Hasil Uji Asumsi Klasik ...50

1. Uji Normalitas...50

2. Uji Multikolinearitas ...53

3. Uji Autokorelasi ...54

4. Uji Heteroskedastisitas ...55

5. Koefisien Determinasi ...57

C. Regresi Linier Berganda ...58

D. Pengujian Hipotesis ...59

1. Pengujian Hipotesis Secara Serempak (Uji-F) ...59

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t) ...61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...65

A. Kesimpulan ...65

B. Saran ...66

DAFTAR PUSTAKA


(9)

ABSTRAK

Fetti Agustina Hutagaol (2011). Analisis Pengaruh Rasio Pasar Terhadap Return Saham Indeks LQ45 Di Bursa Efek Indonesia. Prof. Dr. Ritha F.

Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen, Drs. Syahyunan M.Si selaku Dosen Pembimbing, Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Dosen Penguji I dan Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Dosen Penguji II.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui dan menganalisis apakah pengaruh variabel Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, dan Dividend Payout Ratio terhadap Return Saham. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia dan jumlah sampel 13 emiten. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data laporan keuangan tahunan perusahaan selama tahun 2006-2009.

Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis pengaruh Rasio Pasar terhadap Return Saham adalah deskriptif dan analisis regresi berganda. Analisis statistik menggunakan software SPSS 17.0 for Windows. Pengujian hipotesis

menggunakan Uji Simultan (Uji F) dan Uji Parsial (Uji t) dengan tingkat signifikansi

(α) 5%.

Hasil Uji Simultan (Uji F) pada hipotesis menunjukkan bahwa variabel independen (Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, dan Dividend Payout Ratio) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Return Saham). Hasil Uji Parsial (Uji t) pada hipotesis menunjukkan bahwa Price Book Value (PBV) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Return Saham.

Kata Kunci : Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Dividend Payout Ratio (DPR) dan Return Saham Indeks LQ45.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan lembaga perantara dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Pasar modal mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien yaitu pihak yang kelebihan dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang optimal. Investasi yang memberikan return relatif besar adalah sektor-sektor paling produktif yang ada di pasar (Tandelilin, 2001:13).

Jogiyanto (2000:59) menyatakan bahwa informasi yang diperlukan oleh para investor di pasar modal tidak hanya informasi yang bersifat fundamental saja, tetapi juga informasi yang bersifat teknikal. Informasi yang bersifat fundamental diperoleh dari kondisi intern perusahaan, dan informasi yang bersifat teknikal diperoleh dari luar perusahaan, seperti ekonomi, politik, finansial dan faktor lainnya. Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis melalui analisis rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran lainnya seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Dari berbagai rasio keuangan terdapat beberapa rasio dan informasi keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk memprediksi return saham. Rasio keuangan dikelompokkan dalam lima jenis yaitu: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas (leverage), dan rasio pasar.

Return saham sangat penting bagi perusahaan karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari suatu perusahaan, sehingga perusahaan berusaha menjaga


(11)

dan memperbaiki kinerjanya yang dapat mempengaruhi return saham agar portofolio saham yang diinvestasikan meningkat (Jogiyanto, 2000). Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan sebagai parameter, dari berbagai macam faktor tersebut antara lain adalah informasi keuangan perusahaan dan informasi pasar atau saham. Informasi keuangan dan informasi pasar yang dapat digunakan untuk memprediksi return saham adalah berupa rasio pasar.

Menurut Bodie (2006) bahwa rasio pasar menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham, yang diukur dari earning per share (EPS), price earning ratio (PER), price to book value (PBV), dan dividend payout ratio (DPR). Investor dapat mempertimbangkan rasio pasar modal seperti pendekatan Earning Per Share (EPS). Earning Per Share (EPS) menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa, EPS juga merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan. Rasio pasar lain yang dapat dipertimbangkan investor adalah Price Earning Ratio (PER). Pendekatan PER dalam penentuan nilai suatu saham dilakukan dengan menghitung berapa rupiah uang yang diinvestasikan ke dalam suatu saham untuk memperoleh satu rupiah pendapatan (earning) dari saham tersebut. Rasio price to book value (PBV) untuk membedakan saham mana yang harganya wajar. Di samping pendekatan dengan rasio harga per nilai buku (PBV), dalam metode penilaian saham berdasar fundamental dikenal juga pendekatan lain yang disebut Dividend payout ratio (DPR).

Berbagai macam indeks harga saham diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satunya Indeks LQ45 yang merupakan 45 saham pilihan dengan mengacu kepada dua variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Saham-saham yang termasuk di dalam Indeks LQ45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan diadakan review (awal Februari dan Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak


(12)

masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat. Pengaruh Indeks LQ45 adalah menjadi pemicu utama penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dan khususnya untuk menyediakan sarana yang objektif dan terpecaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pengamat pasar modal lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.

Gambar 1.1: Grafik Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009

Sumber:

Pada Grafik 1.1 dapat dilihat perkembangan IHSG dan Indeks LQ45 selama tahun 2005 sampai dengan 2009 harga saham Indeks LQ45 naik mengikuti IHSG. Pada tahun 2006 IHSG mengalami kenaikan menjadi 1805,523 dan saham Indeks LQ45 naik 369,582. Pada tahun 2007 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 1805,523 ke posisi 2.745,826 pada perdagangan karena IHSG berhasil ditutup menguat di tengah pelemahan indeks regional, memberikan pengaruh positif pada LQ45 naik 369,582 ke 559,821. Volume perdagangan sekitar 2,160 miliar lembar saham dengan frekuensi 42.853 kali transaksi senilai Rp2,819 triliun.

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Harga Saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun 2008 tercatat sebagai tahun

0 1000 2000 3000

Tahun

Nilai TAHUN

IHSG LQ45

TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009

IHSG 1162,635 1805,523 2745,826 1355,408 2534,356 LQ45 254,348 369,582 559,821 430,975 498,288


(13)

berprestasi sekaligus tahun keterpurukan. Hal ini mendorong BEI mensuspen perdagangan saham di seluruh pasar. Pada penutupan perdagangan saham di akhir tahun, IHSG ditutup 1.355,408. Di akhir tahun 2007, IHSG ditutup di 2745,83, dengan kata lain, selama tahun 2008 ini IHSG mengalami penurunan lebih dari 50%, penurunan yang signifikan bila dilihat dari angkanya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam transaksinya akhir tahun ini ditutup menguat, dan berada di posisi tertingginya sepanjang 2009. IHSG ditutup menguat 15,362 poin (0.61 persen) ke level 2.534,356. Indeks LQ45 Juga menguat 2.743 poin (0.55 persen) ke level 498.288. Frekuensi transaksi di seluruh pasar hanya 63.996 kali pada volume 2.803 juta lembar saham senilai Rp 2.111 triliun.

Tabel 1.1

Harga Saham Perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2009

(dalam rupiah)

No. KODE Nama Perusahaan

HARGA PER SAHAM (Rupiah)

2006 2007 2008 2009

1 AUTO PT ASTRA OTOPARTS Tbk 2.950 3.325 3.500 5.750 2 BBRI PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk 5.150 7.400 4.575 7.650 3 BMRI PT BANK MANDIRI Tbk 2.900 3.500 2.025 4.700 4 CMNP CITRA MARGA NUSAPHALA Tbk 1.650 2.200 940 920 5 GJTL PT GAJAH TUNGGAL Tbk 580 490 200 425 6 HMSP PT HM SAMPOERNA Tbk 9.700 14.300 8.100 10.400 7 INTP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk 5.750 8.200 4.600 13.700 8 KLBF PT KALBE FARMA Tbk 1.190 1.260 400 1.300 9 PGAS PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk 2.320 3.070 1.860 3.900 10 SMGR PT SEMEN GRESIK Tbk 6.300 5.600 4.175 7.550 11 SMRA PT SUMMARECON AGUNG Tbk 585 585 166 600 12 TSPC PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk 900 750 400 730 13 UNVR PT UNILEVER INDONESIA Tbk 6.600 6.750 7.800 11.050

Sumber :

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat adanya kecenderungan peningkatan maupun penurunan harga saham yang ada di Bursa Efek Indonesia. Harga saham perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ45 dipengaruhi oleh IHSG yang berfluktuasi setiap


(14)

tahunya. Oleh karena itu pada tahun 2008 harga saham IHSG turun drastis lebih 50% yang berdampak turunya semua harga saham yang terdaftar di LQ45 seperti PT Summercon Agung Tbk, harga sahamnya Rp 166/lembar. PT HM Sampoerna Tbk mempunyai harga saham tertinggi dibandingkan dengan harga saham perusahaan lainnya dengan rata rata harga saham sebesar Rp 10.625 dan rata rata harga saham terendah dimiliki oleh PT Gajah Tunggal Tbk sebesar Rp 424.

Tabel 1.2

Nilai Rata-Rata Jumlah Saham, Laba Bersih dan Dividen Perusahaan Yang Terdaftar pada LQ45 di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2006-2009

No. KODE Nama Perusahaan Jumlah Saham Laba Bersih (Rp) Dividen (Rp) 1 AUTO PT ASTRA OTOPARTS Tbk 437.276.171.875 463.025.937.500 354.528.964.844 2 BBRI PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk 2.068.240.656.250 2.846.266.125.000 2.252.658.570.313 3 BMRI PT BANK MANDIRI Tbk 4.070.939.593.750 4.319.315.875.000 3.299.808.492.188 4 CMNP PT CITRA MARGA NUSAPHALA Tbk 56.094.113.382 59.363.744.974 52.843.176.346 5 GJTL PT GAJAH TUNGGAL Tbk 282.130.750.000 100.747.000.000 126.330.937.500 6 HMSP PT HM SAMPOERNA Tbk 3.093.961.484.375 3.254.225.187500 2.595.617.105.469 7 INTP PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk 1.441.256.026.850 1.502.105.008.723 1.114.906.515.793 8 KLBF PT KALBE FARMA Tbk 570.279.251.202 597.587.830.199 480.598.128.918 9 PGAS PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk 2.761.239.469.792 2.335.763.512.577 1.894.288.463.161 10 SMGR PT SEMEN GRESIK Tbk 1.894.199.107.781 2.020.068.180.625 1.536.126.895.477 11 SMRA PT SUMMARECON AGUNG Tbk 104.227.038.875 102.209.867.500 88.448.112.844 12 TSPC PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk 228.744.502.245 247.125.181.469 195.939.533.722 13 UNVR PT UNILEVER INDONESIA Tbk 1.815.609.203.125 1.933.933.562.500 1.508.484.753.906

Sumber :

Berdasarkan Tabel 1.2 PT Bank Mandiri Tbk mempunyai nilai rata-rata tertinggi jumlah saham 4.070.939.593.750 per tahun , laba bersih Rp 4.319.315.875.000 per tahun dan dividen Rp 3.299.808.492.188 per tahun dan yang terendah PT Citra Marga Nusaphala Tbk dengan jumlah saham Rp 56.094.113.382 per tahun , laba bersih Rp 59.363.744.974 per tahun dan dividen Rp 52.843.176.346 per tahun. Secara teori apabila tingkat rasio pasar tertentu mengalami kenaikan maka


(15)

perusahaan tersebut dinilai baik, seharusnya investor berani menginvestasikan dananya untuk perusahaan tersebut, dan jika banyak investor cenderung ingin membeli saham perusahaan tersebut maka harga saham perusahaan tersebut akan mengalami tren yang meningkat. Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi bahwa apabila permintaan terhadap pasar naik maka harga juga akan mengalami kenaikan diluar faktor-faktor eksternal yang lain.

Tingkat harga saham di pasar modal yang tinggi akan berdampak adanya laba bersih dan dividen yang relatif besar sehingga meningkatkan kemampuan perusahaaan dalam menghasilkan keuntungan menambah minat investor dalam membeli kembali sahamnya. Berdasarkan teori dan fenomena diatas maka perlu dianalisis pengaruh Rasio Pasar terhadap Return Saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia maka judul dalam penelitian ini adalah:

“Analisis Pengaruh Rasio Pasar Terhadap Return Saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah rasio pasar yang terdiri dari earning per share (EPS), price earning ratio (PER), price to book value (PBV) dan dividend payout ratio (DPR) berpengaruh terhadap return saham Indeks LQ45 di BEI?”

C. Kerangka Konseptual

Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi


(16)

pemilik dana (investor), sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Syahyunan, 2004:11).

Return saham dapat berupa imbal hasil realisasi yang sudah terjadi atau hasil ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogiyanto, 2000:109).

Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Pada dasarnya ada dua jenis keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham yaitu dividen dan capital gain (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:8).

Besarnya Earning Per Share (EPS) sangat tergantung pada pilihan pendanaan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, karena EPS adalah laba per lembar saham yang tersedia untuk pemegang saham (Bodie, 2006:220).

Price Earning Ratio (PER) atau juga disebut sebagai earning multiplier. Informasi PER mengindentifikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. PER juga dapat menunjukkan tingkat return yang diisyaratkan investor atas suatu saham, sebagai kompensasi atas resiko yang harus ditanggung investor (Jogiyanto, 2000:104).

Price to Book Value (PBV) atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham. Rasio harga per nilai buku (PBV) untuk membedakan saham mana yang harganya wajar, terlalu tinggi (overvalued), atau terlalu rendah (undervalued) (Bodie, 2006:222).

Rasio pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai bentuk sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan


(17)

Earning Per Share (X1)

Price Earning Ratio (X2)

Dividend Payout Ratio(X4)

Return Saham (Y) Price to Book Value (X3)

sebagai pemegang saham perusahaan berupa dividen kas (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:201).

Berdasarkan uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa penilaian return suatu saham dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio pasar, yaitu Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR).

Gambar 1.2. Gambar Kerangka Konseptual

Sumber : Bodie (2006); Darmadji dan Fakhruddin (2006); Jogiyanto (2000), diolah.

D. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka hipotesis penelitian ini adalah: “Rasio pasar yang terdiri dari earning per share, price earning ration, price to book value dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap return saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(18)

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio pasar yang terdiri dari earning per share, price earning ratio, price to book value ratio dan dividend payout ratio terhadap return saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Investor

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan return saham khususnya di masa mendatang.

b. Bagi Peneliti

Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dan menambah wawasan penulis dalam bidang investasi khususnya mengenai return saham perusahaan sebagai dasar untuk memulai suatu investasi.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu pedoman dan menjadi sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai penilaian return saham pada suatu perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Untuk lebih mengarahkan pembahasan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengertian dan juga lebih jelas memecahkan permasalahan maka di bawah ini penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut :


(19)

a. Data laporan keuangan yang di gunakan perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2009. b. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Regresi Linear Berganda untuk

mengetahui adanya pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap return saham.

c. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price).

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Return Saham (Y)

Return saham dapat berupa imbal hasil realisasi yang sudah terjadi atau hasil ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Satuan Return saham yang digunakan adalah % (persen) (Jogiyanto, 2000:109).

Y =

1 t 1

t 1 t t

P P

P

− −

+

P Dt

Dimana :

Pt = Harga saham penutupan bulan ke t

Pt-1 = Harga saham penutupan bulan sebelumnya

b. Rasio Pasar (X)

Analisis rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku berdasarkan pada sudut pandang investor. Ada beberapa macam rasio pasar:


(20)

1) Earning Per Share (EPS) yaitu merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan laba yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar sahamnya (Bodie, 2006:220).

EPS =

Saham Jumlah

Bersih Laba

2) Price Earning Ratio (PER) yang menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga per saham terhadap earning perusahaan (Jogiyanto, 2000:104).

PER =

EPS Saham per Harga

3) Price to Book Value (PBV) menggambarkan rasio harga per nilai buku merupakan hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut (Bodie, 2006:222).

PBV =

Saham Buku Nilai

Saham Pasar Harga

4) Dividend Payout Ratio menggambarkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dari laba bersih per saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:201).

DPR =

Saham per Laba

Saham per Dividen

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui media internet, data harga saham dan IHSG, jurnal, buku-buku referensi, majalah dan surat kabar lainnya


(21)

Tempat penelitian dilakukan dengan menggunakan situs penelitian dimulai pada bulan Desember 2010 sampai Januari 2011.

5. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk di dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai dengan 2009. Berdasarkan periode waktu penelitian di atas maka jumlah populasi Indeks LQ45 adalah sebanyah 74 perusahaan.

2. Sampel

Tabel 1.1

Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel

No. Kriteria Sampel Jumlah

1. Perusahaan yg tergabung dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian tahun 2006 – 2009.

74 2. Perusahaan yang bertahan dalam Indeks LQ45 selama

periode penelitian tahun 2006 – 2009.

(21) 3. Perusahaan yang tidak membayar dividen selama periode

penelitian tahun 2006 – 2009.

(53) 4. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian 13

Sumber: www.idx.com

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari 74 perusahaan yang tergabung dalam LQ45 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009, hanya terdapat perusahaan yang memenuhi karakteristik sampel yang telah di tentukan. Adapun sampel penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2 Sampel Penelitian No Kode Emitten Nama Perusahaan

1 AUTO Astra Otoparts Tbk

2 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 3 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk


(22)

5 GJTL Gajah Tunggal Tbk

6 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 7 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk

8 KLBF Kalbe Farma Tbk

9 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 10 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk

11 SMRA Summarcon Agung Tbk

12 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 13 UNVR Unilever Indonesia Tbk

Sumber: www.idx.com 6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melakukan studi dokumentasi berupa laporan-laporan keuangan emiten yang di publikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik sebagai berikut :

a. Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang ada dikumpulkan dan digolong-golongkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif.

b. Metode Analisis Statistik


(23)

untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas yaitu faktor fundamental terhadap variabel terikat yaitu pendapatan saham, dengan rumus :

Y = a+ b1X1 + b2 X2 + b3X3+ b4X4+ e

Dimana :

Y = Return Saham

X1 = Earning Per Share (EPS)

X2 = Price Earning Ratio (PER)

X3 = Price to Book Value (PBV)

X4 = Dividend Payout Ratio (DPR)

α = Intercept

b1,2,3,4 = Koefisien Regresi Variabel X 1, 2, 3, 4

e = Epsilon atau variabel yang tidak diteliti

Pengujian model regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh positif atau negatif dari masing-masing variabel bebas X1, X2, X3, X4, terhadap variabel terikat Y. Namun sebelum model dikatakan layak digunakan maka harus memenuhi syarat asumsi klasik yang meliputi:

a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikut i atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Dengan menggunakan tingkat


(24)

signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, dkk., 2009:62).

b. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas adalah ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varian yang sama di antara grup tersebut. Jika varian sama, dan ini yang harus terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas sedangkan jika varian tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel depen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas (Situmorang, dkk., 2009:73).

c. Uji Autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan uji The Ran Test. Metode ini diperkenalkan oleh Geary sebagai uji nonparametik dengan tanda positif dan negatif. Kaidah keputusan dari metode ini adalah; tidak menolak hipotesis nol jika taksiran R berada pada jarak interval; dan


(25)

menolak hipotesis nol jika batas taksiran R diluar batas interval (Situmorang, dkk., 2009:82).

d. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi atau singkatnya dapat diartikan sebagai hubungan linear antara variabel eksplonatoris dari suatu model regresi adalah sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah Tolerance>0,1 atau nilai VIF<5 maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang, dkk., 2009:104).

2). Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) akan menunjukkan besarnya presentase sumbangan faktor fundamental saham terhadap variasi naik turunnya tingkat pendapatan saham, dimana 0 < R2 < 1, nilai R yang semakin mendekati 1 berarti semakin kuatnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

3). Uji Statistik a. Uji – F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rasio pasar secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian (return) saham, bentuk pengujian :


(26)

H0 = X1, X2, X3, X4=0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama dari analisis rasio pasar terhadap tingkat pengembalian saham.

Ha = X1, X2, X3, X4 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama dari rasio pasar terhadap tingkat pengembalian saham. Nilai fhitung nantinya akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan

tingkat signifikansi (alpha) 5% dengan derajat kebebasan df = (n – k) dan (k – 1) dengan kriteria sebagai berikut :

Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak

Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima

b. Uji – t

Pengujian ini dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y), bentuk pengujian :

Ho : Ha = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat.

Ha : Ho ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Selanjutnya akan dilakukan uji signifikan dengan membandingkan tingkat signifikan (alpha) 5% dan derajat kebebasan (n-k) dengan thitung yang diperoleh dengan kriteria uji yang digunakan adalah :

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak


(27)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Ardiansyah (2006) melakukakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi terhadap Return Saham pada perusahaan Index LQ45”. Penelitian ini untuk menganalisis pengaruh antara Return on Assets (ROA), Price Book Value (PBV), Inflasi dan Kurs Rupiah terhadap Dollar terhadap return saham perusahaan sektor LQ45 yang go publik di Bursa Efek Jakarta. Sampel penelitian sebanyak 36 perusahaan sektor LQ45 yang go publik di Bursa Efek Jakarta, dengan metode pooling data (tahun 2002 - 2005), sehingga jumlah sampel (n) = 144. Hasil penelitiannya menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dan positif antara ROA terhadap Return Saham (Ln_RETUR) secara parsial, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara PBV terhadap Return Saham (Ln_Harga) secara parsial. Signifikan antara variabel bebas secara simultan terhadap Return Saham (Ln_RETUR) pada perusahaan sektor LQ45 yang go publik di Bursa Efek Jakarta.

Pribawanti (2006) melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Total Return pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.” Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa analisis rata-rata selama periode pengamatan (2003-2005) yang lebih panjang menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada analisis tahunan yang lebih pendek. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan yaitu: Secara simultan variabel Quick Asset to Inventory (QAI), Net


(28)

Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA), Debt to Total Assets (DTA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning per Share (EPS) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel total return saham. Secara parsial variabel QAI tidak signifikan berpengaruh terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 0,46%, secara parsial variabel NPM berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 4,05%, secara parsial variabel ROA berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 4,5%, secara parsial variabel DTA berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 9,7%, secara parsial variabel DER berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 6,8%, secara parsial variabel EPS berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 12,4%.

B. Pengertian Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Anoraga, 2001:58) dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan, persentase kepemilikan hak tersebut tergantung jumlah saham yang dimiliki investor.

Harga saham yang terjadi di pasar sangat berfluktuasi tergantung dari jumlah permintaan dan penawaran saham tersebut. Harga saham akan cenderung naik apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan akan cenderung turun apabila mengalami kelebihan penawaran.


(29)

Darmadji dan Fakhruddin (2006:8) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua jenis keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham yaitu dividen dan capital gain. Jika ada pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapat saham bonus berupa:

1. Dividen

Pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut. Atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dividen tersebut diberikan persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen merupakan salah satu motivator bagi pemegang saham yang berorientasi pada inveastasi jangka panjang.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai dan dividen saham. Dividen tunai adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap saham, sedangkan dividen saham adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk sejumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen tersebut.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akibat fluktuasi harga yang terjadi di pasar modal ketika pemegang saham tersebut menjual sahamnya, berbeda dengan dividen, Capital Gain merupakan daya tarik bagi pemegang saham yang berorientasi pada investasi jangka pendek. Capital Gain akan diperoleh apabila harga saham pada saat penjualan lebih tinggi dibandingkan harga saham pada saat pembelian.

Pemegang saham selain mendapat dua keuntungan tersebut, juga dimungkinkan mendapatkan saham bonus (jika ada). Saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham, yaitu selisih


(30)

antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.

Menurut Tambunan (2007:89) Para pemegang saham selain mendapatkan keuntungan dari penanaman modalnya, juga dapat mengalami kerugian dalam waktu singkat akibat fluktuasi harga saham, kerugian tersebut antara lain:

a. Tidak Mendapat Dividen

Potensi keuntungan pemodal ditentukan oleh kinerja perusahaan, jika operasi perusahaan tidak menghasilkan keuntungan, dengan kata lain perusahaan mengalami kerugian, maka perusahaan tersebut tidak dapat membagikan dividen.

b. Capital Loss

Fluktuasi harga saham yang terjadi tidak hanya mengakibatkan pemegang saham memperoleh keuntungan (Capital Gain) namun dapat menyebabkan kerugian (Capital Loss) hal ini terjadi apabila harga pada saat penjualan saham lebih rendah dibandingkan harga saat pembelian saham tersebut.

c. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka secara otomatis, saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa (di-delist). Dalam kondisi tersebut, maka pemegang saham akan menempati posisi terendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua asset perusahaan yang dilikuidasi tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang


(31)

obligasi dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

d. Saham di delist dari Bursa (Delisting)

Suatu saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak mendapatkan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa saham yang telah di delist tentu saja tidak dapat lagi diperdagangkan di bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.

e. Saham di Suspend

Saham di-suspend berarti saham tersebut dihentikan perdagangannya sementara oleh otoritas bursa, dan pemodal tidak dapat menjual sahamnya sampai suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya dan berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa mensuspend saham perusahaan tersebut, untuk kemudian dimintakan konfirmasi dan informasi lainnya dari perusahaan tersebut, sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspend atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.


(32)

f. Break Even Point

Analisis Break Even Point (BEP) sangat bermanfaat untuk merencanakan laba perusahaan. Dengan mengetahui besarnya BEP maka kita dapat menentukan berapa jumlah minimal produk yang harus dijual (budget sales) dan harga jualnya (sales price) apabila kita menginginkan laba tertentu. Dengan mengetahui budget sales tersebut kita juga dapat mengetahui besarnya margin of safety yang harus dipertahankan oleh perusahaan. Margin of safety (MOS) merupakan persentase batas penurunan penjualan sampai dengan keadaan BEP. Margin of safety ini juga merupakan batas risiko penurunan penjualan hingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.

C. Analisis Rasio Pasar

Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai instrinsik suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut pada saat ini.

Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, seperti laba dan dividen.

1. Analisis Teknikal

Analisis teknikal metupakan metodologi dari perkiraan pergerakan harga saham, baik sebagai saham individu atau pasar secara keseluruhan. Inti pemikiran dari teknik analisis ini adalah bahwa nilai dari sebuah saham merupakan hasil dari adanya penawaran dan permintaan yang terjadi. Metode ini mengamati dan mempelajari


(33)

perubahan-perubahan harga saham di masa lalu dengan menggunakan analisis grafis untuk menetapkan estimasi harga saham. Analisis grafis ini kemudian dipelajari untuk mengetahui kemungkinan terjadinya status grafis ini kemudian dipelajari untuk mengetahui kemungkinan terjadinya status pengulangan fluktuasi dan arah trend harga. Prediksi ini dimungkinkan karena konsep pendekatan teknikal beranggapan bahwa pola pergerakan saham yang terjadi saat ini dan di masa yang lalu cenderung akan terulang di masa yang akan datang. Kelemahan utama yang dimiliki oleh analisi ini adalah tidak dimasukkannya variabel ekonomi yang terkait dengan perusahaan atau pasar pada umumnya, sehingga faktor-faktor penyebab kondisi penawaran dan permintaan tidak begitu berpengaruh.

2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Faktor –faktor tersebut diantaranya kinerja perusahan secara keseluruhan yang diukur dari tingkat penjualan, pertumbuhan penjualan, kebijakan dividen, manajemen.

Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat yang disebut dengan nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui analisis terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Nilai intrinsik merupakan nilai saham yang sebenarnya atau nilai saham yang seharusnya terjadi.

Analisis fundamental merupakan analisis yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara mengestimasi nilai dari faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham sekaligus keuntungan (return).


(34)

Pada umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai interinsik, nilai pasar, Return on Total Assets (ROA), Return on Total Investment (ROI), Return On Equity (ROE), Book Value (BV), Debt Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield dan likuiditas saham.

Analisis Rasio merupakan alat untuk memberi pemahaman awal terhadap kondisi yang terjadi dan membantu untuk mengidentifikasi area yg memerlukan investigasi lebih lanjut dinterpretasi. Analisis rasio dapat dikelompokkan ke dalam 5 macam kategori: Rasio Likuiditas (liquidity ratio), Rasio Solvabilitas (Solvency ratio), Rasio Aktivitas (activity ratio), Rasio Profitabilitas (profitability ratio) atau rasio rentabilitas, Rasio Pasar (market ratio). Menurut Bodie (2006) Analisis rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku berdasarkan pada sudut pandang investor. Ada beberapa macam rasio pasar: Price Earning Rasio, Dividend yield, Dividen pay out, Earnings yield, Price to book value.

Faktor Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER), suatu perusahaan digunakan untuk melihat apakah harga saham suatu perusahaan sesuai dengan nilai pasarnya. Earning Per Share (EPS) menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa, EPS juga merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan, para calon pemegang saham tertarik pada EPS yang besar, semakin tinggi EPS maka semakin tinggi harga saham begitu juga dengan pendapatan (return) baru perusahaan tersebut.

Price Earining Ratio (PER) merupakan rasio antara harga saham dengan pendapatan setiap lembar saham, PER juga merupakan indikator perkembangan atau pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, PER memilihi hubungan yang


(35)

negatif dengan harga saham sehingga jika PER meningkat maka harga saham akan turun begitu juga tingkat pengembalian investasi saham.

Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal memerlukan informasi tentang penilaian saham. Menurut Harmono (2009:79) terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan emiten.

Nilai pasar merupakan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham. Investor perlu mengetahui dan memahami ketiga nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi saham karena dapat membantu investor untuk mengetahui saham mana yang bertumbuh dan murah. Investor dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan membeli atau menjual saham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham bersangkutan.

Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsik saham adalah price to book value (PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan rasio yang menunjukkan apakah harga saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku saham tersebut (Syahyunan, 2004:86).

Menurut Martono (2001:253) Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividend per share (DPS) dengan earning per share (EPS). Perusahaan hanya dapat memebagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Menurut Sartono (2001:232) dividend payout ratio adalah


(36)

perbandingan antara dividen yang dibagikan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk prosentase.

Dividend payout ratio dapat diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum. Perusahaan uang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout ratio lebih kecil supaya nanti tidak memotong dividen jika laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi, probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi (Martono, 2001:253). Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara DPS dengan EPS, jadi perspektif yang dilihat adalah pertumbuhan devidend per share (DPS) terhadap pertumbuhan earning per share (EPS).

Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikankan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan.

D. Konsep Tingkat Pengembalian Saham

Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkannya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham atau dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang, return realisasi dihitung berdasarkan data historis (Jogiyanto, 2003:107)


(37)

Salah satu pengukuran return realisasi adalah return total. Return total, merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu (Jogiyanto, 2000:107).

Pada aktivitas investasi hubungan antara resiko dan return merupakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Semakin besar resiko yang harus ditanggung, semakin besar return yang harus di kompensasikan (Jogiyanto, 2003:124). Return yang diharapkan dari sekuritas terdiri dari dua komponen utama penyusun tingkat return yang disyaratkan investor (Required Rate of Return), yaitu tingkat return bebas resiko dan premi resiko.

Nilai waktu dari uang diperlukan oleh manajer keuangan dalam mengambil keputusan ketika akan melakukan investasi pada suatu aktiva dan pengambilan keputusan ketika akan menentukan sumber dana pinjaman yang akan dipilih. Nilai waktu yang akan datang merupakan suatu jumlah yang dicapai dari suatu nilai tertentu dengan pertumbuhan pembayaran selama periode waktu yang akan datang apabila dimajemukkan dengan suku bunga tertentu. Nilai sekarang merupakan besarnya jumlah uang pada awal periode yang diperhitungkan atas dasar tingkat bunga tertentu dari suatu jumlah uang yang baru akan diterima atau dibayarkan.

E. Indeks Harga Saham dan Indeks LQ45 1. Indeks Harga Saham

Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Indeks harga saham membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah suatu harga saham mengalami kenaikan atau penurunan dibandingkan satu waktu tertentu (Purba: 2007).


(38)

Penentuan indeks harga saham dibedakan menjadi dua, yaitu indeks harga saham individu (indeks individual) dan indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks individual merupakan indeks masing-masing saham terhadap harga dasarnya (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:95), indeks ini tidak dapat mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek (Anoraga, 2001:101). Indeks ini melibatkan seluruh harga saham yang terdaftar di bursa dan paling banyak digunakan sebagai acuan tentang perkembangan kegiatan di pasar modal, indeks harga Saham Gabungan (IHSG) dapat digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan.

Saham akan cenderung mengalami kenaikan jika indeks harga saham naik, demikian sebaliknya jika indeks harga saham turun, kebanyakan saham cenderung mengalami penurunan harga. Hal ini menggambarkan bahwa return dari sekuritas, mungkin berkorelasi karena adanya reaksi umum terhadap perubahan-perubahan nilai pasar (Jogiyanto, 2000:203).

IHSG di Indonesia, merupakan salah satu indeks yang merangkum perkembangan harga-harga di Bursa Efek Jakarta (BEJ). IHSG dapat dibaca sebagai gambaran ekonomi nasional Indonesia, jika IHSG menunjukkan peningkatan menjelaskan bahwa keadaan ekonomi sedang dalam siklus membaik dan sebaliknya jika IHSG menurun, menjelaskan bahwa keadaan ekonomi Indonesia sedang mengalami kesulitan. Selain indeks harga saham individu dan IHSG ada juga jenis indeks harga saham yang digunakan dalam kegiatan di Bursa Efek Jakarta yaitu indeks harga saham sektoral dan indeks LQ45, Indeks harga saham sektoral


(39)

menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Indeks LQ45 menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan, dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah. Tujuan indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati diperdagangkan.

2. Indeks LQ45

Indeks LQ45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.

Untuk masuk dalam pemilihan tersebut, sebuah saham harus memenuhi kriteria tertentu dan lolos dari seleksi utama sebagai berikut:

a. Masuk dalam top 60 dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

b. Masuk dalam ranking yang didasarkan pada nilai kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

c. Telah tercatat di BEJ sekurang-kurangnya 3 bulan

d. Kondisi keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan jumlah transaksi di pasar reguler.


(40)

e. Saham-saham yang termasuk didalam LQ45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan diadakan review (awal Februari, dan Agustus). Apabila ada saham yang sudah tidak masuk kriteria maka akan diganti dengan saham lain yang memenuhi syarat.

Pemilihan saham - saham LQ45 harus wajar, oleh karena itu BEJ mempunyai komite penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas, dan para ahli di bidang pasar modal. BEJ secara terus menerus memantau perkembangan komponen saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45. Setiap 3 bulan, di-review pergerakan ranking saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45. Pergantian saham akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada setiap awal bulan Februari dan Agustus. Bila terdapat satu saham yang tidak memenuhi kriteria, saham tersebut akan dikeluarkan dari perhitungan indeks dan digantikan dengan saham yang memenuhi kriteria. Saham-saham yang masuk dalam kriteria ranking 1-35 dikalkulasikan dengan cepat dalam perhitungan indeks. Sedangkan saham yang masuk pada ranking 36-45 tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan indeks. Untuk manjamin kewajaran dalam seleksi saham, BEJ memiliki sebuah Komite Penasehat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas, dan profesional independen bidang pasar modal.

Faktor –faktor yang berperan dalam pergerakan Indeks LQ45, yaitu :

a.

pasar keuangan Indonesia.

b. Tingkat toleransi investor terhadap risiko.

c. Saham – saham penggerak indeks (index mover stocks) yang notabene merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEJ.


(41)

e. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga minyak mentah dunia.

f. Penguatan


(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek Indonesia juga berperan dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan pasar modal yang stabil.

Pasar modal atau Bursa Efek berdiri sejak jaman kolonial belanda pada tahun 1912 didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda dan pada saat ini dikenal sebagai Jakarta. Pasar modal tersebut didirikan oleh pemerintahan Belanda untuk kepentingan pemerintahan Belanda. Meskipun pasar modal di Indonesia telah ada sejak tahun 1912, namun perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan.

Pasar modal yang awalnya dikenal dengan nama Bursa Batavia ini pernah ditutup selama periode perang dunia pertama pada sekitar tahun 1914 sampai tahun 1918 kemudian bursa efek ini dibuka lagi pada tahun 1925. selain mengoperasikan bursa Batavia pemerintahan kolonial belanda juga mulai mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini kembali dihentikan kembali ketika terjadi pendudukan pemerintahan jepang di Batavia pada saat perang dunia kedua.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Tujuan awal pendirian bursa ini adalah untuk menghimpun dana guna kepentingan mengembangankan sektor perkebunan yang ada di Indonesia. Investor yang berperan


(43)

pada saat itu adalah orang-orang India Belanda dan orang-orang Eropa lainnya. Sekuritas yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia maupun obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda serta sekuritas Belanda lainnya.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

a. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

b. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

c. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

d. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

e. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II f. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950)

g. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

h. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

i. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar


(44)

modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

j. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

k. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

l. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

m. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

n. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

o. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

p. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

q. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).


(45)

r. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

s. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

t. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

u. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

v. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Perkembangan Bursa Efek Indonesia

Awalnya, Bursa Efek Indonesia yang mulai beroperasi sejak agustus 1977 berjalan agak tersendat-sendat mengingat pada saat itu jumlah perusahaan yang go public hanya bertambah dalam hitungan jam selama sepuluh tahun pertama. Minat investor sangat terbatas, mengingat belum banyak yang memahami berinvestasi di pasar modal. Hal ini dapat dimengerti karena kegiatan pasar modal masih relatip baru bagi masyarakat Indonesia. Keadaan demikian membuat pergerakan harga saham hanya bergerak di sekitar 60-100 dan nilai perdagangan setiap hari rata-rata tidak lebih dari Rp. 50.000.000.

Keadaan ini mulai berubah pada tahun 1988 sejak pemerintah meluncurkan berbagai deregulasi antara lain diperbolehkannya investor asing berinvestasi di pasar modal. Tidak adanya batasan fluktuasi harga saham di bursa efk. Hal ini dapat dilihat dari indeks harga saham yang naik menjadi 305 atau meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan kurun waktu sepuluh tahun pertama.


(46)

Nilai transaksi harian meningkat menjadi Rp. 120.000.000 atau meningkat lebih dari dua kali lipat. Kenaikan dramatis ini diikuti dengan meningkatnya jumlah perusahaan go public pada tahun 1989 menjadi 56 atau meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan 10 tahun pertama. Perkembangan ini berlanjut hingga tahun 1993 dengan mencapai pertumbuhan 114,62%. Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan nomor tiga yang tertinggi di bursa-bursa Asia yang hanya dapat disaingi oleh Hongkong dan Philipina.

Tahun 1994 merupakan tahun tantangan bagi Bursa Efek Indinesia akibat perkembangan faktor eksternal seperti keputusan yang dilakukan oleh Federal Reserve Bank yang sepanjang tahun 1994 menaikkan suku bunga beberapa kali yang secara keseluruhan mencapai 25%.

Perubahan suku bunga ini mau tidak mau berpengaruh pada kinerja Bursa efek Indonesia. Hal ini dapat dilihat bahwa pada akhir tahun 1994 IHSG Bursa Efek Indonesia menurun sebesar 20,23% yang dihitung dari IHSG tahun1993. Selanjutnya IHSG naik 469,64 pada akhir desember 1994 menjadi 519,57 pada akhir desember 1995. Perkembangan faktor eksternal ini tidak hanya terasa pada Bursa Efek Indonesia tetapi juga mempengaruhi bursa lainnya di dunia.

C. Profil Perusahaan

Tabel 3.1 berikut menunjukkan profil perusahaan secara ringkas. Tabel ini akan memperlihatkan jenis bisnis yang dikelola, tahun berdiri, serta status hukum dari masing-masing emiten yang menjadi sampel penelitian.


(47)

Sumber : Tabel 3.1 Profil Perusahaan

No Kode Nama Emiten Berdiri Listing Bussiness Status 1 AUTO ASTRA OTOPARTS 20/09/1973 15/06/1998

Automottive and

Companents PDMN 2 BBRI

BANK RAKYAT

INDONESIA 16/12/1895 10/11/2003 Bank Services BUMN 3 BMRI BANK MANDIRI 02/10/1998 14/07/2003 Bank Services BUMN 4 CMNP

CITRA MARGA

NUSAPHALA 19/07/1987 10/1/1990 Toll Way PMDN 5 GJTL GAJAH TUNGGAL 11/08/1982 8/5/1990 manufacturer PMDN 6 HMSP HM SAMPOERNA 15/08/1931 15/08/1990

Cigarette

manufacturer PMDN 7 INTP

INDOCEMENT TUNGGAL

PRAKARSA 14/07/1951 5/12/1989

Cement

manufacturer PMDN 8 KLBF KALBE FARMA 14/10/1966 30/07/1991 Pharmaceuticals PMDN 9 PGAS

PERUSAHAAN GAS

NEGARA 13/05/1965 15/12/2003 manufacturer BUMN 10 SMGR SEMEN GRESIK 13/08/1972 7/5/1990

Cement

manufaturer PMDN 11 SMRA SUMMARECON AGUNG 26/11/1975 7/5/1990

Property And

Real Estate PMDN 12 TSPC TEMPO SCAN PACIFIC 20/05/1970 17/061994 Pharmaceuticals PMDN 13 UNVR UNILEVER INDONESIA 05/12/1993 11/01/182

Cosmetics And


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang ada di kumpulkan dan digolongkan/dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif.

Tabel 4.1

Perkembangan Earning Per Share (EPS)

Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesi Tahun 2006-2009 NO. KODE NAMA PERUSAHAAN 2006 2007 2008 2009

RATA-RATA 1 AUTO ASTRA OTOPARTS

365.76 585.35 733.99 996.25 670.34 2 BBRI BANK RAKYAT INDONESIA

346.53 392.53 483.43 107.91 332.60 3 BMRI BANK MANDIRI

117.37 209.46 254.13 341.22 230.55 4 CMNP

CITRA MARGA NUSAPHALA Tbk 60.76 60.30 36.22 34.55 47.96 5 GJTL GAJAH TUNGGAL Tbk

37.37 26.07 (179.29) 259.79 35.99 6 HMSP HM SAMPOERNA

805.50 826.84 888.72 1,160.70 920.44 7 INTP

INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 161.03 266.24 474.16 746.12 411.89 8 KLBF KALBE FARMA

66.62 69.49 69.60 91.47 74.29 9 PGAS PERUSAHAAN GAS NEGARA

421.92 256.61 27.60 256.96 240.77 10 SMGR SEMEN GRESIK

218.41 299.32 425.45 560.82 376.00 11 SMRA SUMMARECON AGUNG Tbk

61.04 49.75 14.63 26.00 37.85 12 TSPC TEMPO SCAN PACIFIC

60.57 61.86 71.26 79.99 68.42 13 UNVR UNILEVER INDONESIA

225.63 257.49 315.50 398.97 299.40 Sumber :

Pada Tabel 4.1 menunjukkan perkembangan Earning Per Share (EPS) pada masing-masing perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2006-2009. Pada tahun 2006 nilai EPS tertinggi dimiliki oleh


(49)

diperoleh investor atau pemegang saham per saham sebesar Rp. 808,50 dan yang terendah dimiliki oleh perusahaan GJTL dengan nilai EPS sebesar 37,37 artinya keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham sebesar Rp. 37,37. Pada tahun 2007 nilai EPS tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai EPS sebesar 826,84 artinya keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham sebesar Rp. 826,84 dan yang terendah dimiliki oleh perusahaan GJTL dengan nilai sebesar 26,07 artinya keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham sebesar Rp. 26,07.

Pada tahun 2008 nilai EPS tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai EPS sebesar 888,72 artinya keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham sebesar Rp. 888,72 dan yang terendah dimiliki oleh perusahaan GJTL dengan nilai sebesar -179,29 artinya investor atau pemegang saham merugi sebesar Rp. 179,29 per saham. Pada tahun 2009 nilai EPS tertinggi dimiliki oleh perusahaan HMSP dengan nilai EPS sebesar 1160,70 artinya keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham sebesar Rp. 1160,70 dan yang terendah dimiliki oleh perusahaan SMRA dengan nilai sebesar 26,00 artinya keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham sebesar Rp. 26,07.

Nilai rata-rata Earning Per Share (EPS) tahun 2006 hingga tahun 2009 yang tertinggi dimiliki oleh PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sebesar 920.44, artinya keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham sebesar Rp. 920,44. Sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) sebesar 35,99 artinya keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham sebesar Rp. 35,99.


(50)

Perkembangan Price Earning Ratio (PER)

Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009 NO. KODE NAMA PERUSAHAAN 2006 2007 2008 2009

RATA-RATA 1 AUTO ASTRA OTOPARTS

8.07 5.68 4.77 5.77 6.07 2 BBRI BANK RAKYAT INDONESIA

14.86 18.85 9.46 70.89 28.52 3 BMRI BANK MANDIRI

24.71 16.71 7.97 13.77 15.79 4 CMNP

CITRA MARGA NUSAPHALA Tbk 27.16 36.48 25.95 26.63 29.06 5 GJTL GAJAH TUNGGAL Tbk

15.52 18.80 (1.12) 1.64 8.71 6 HMSP HM SAMPOERNA

12.04 17.29 9.11 8.96 11.85 7 INTP

INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 35.71 30.80 9.70 18.36 23.64 8 KLBF KALBE FARMA

17.86 18.13 5.75 14.21 13.99 9 PGAS PERUSAHAAN GAS NEGARA

5.50 11.96 67.39 15.18 25.01 10 SMGR SEMEN GRESIK

28.84 18.71 9.81 13.46 17.71 11 SMRA SUMMARECON AGUNG Tbk

9.58 11.76 11.35 23.08 13.94 12 TSPC TEMPO SCAN PACIFIC

14.86 12.12 5.61 9.13 10.43 13 UNVR UNILEVER INDONESIA

29.25 26.21 24.72 27.70 26.97 Sumber :

Pada Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan nilai PER pada masing-masing perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2006-2009.

Pada tahun 2006 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh UNVR sebesar 29,25, artinya kenaikan harga saham perusahaan dapat dibeli kembali sebesar Rp. 29,25. Sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh PGAS sebesar 5,50 artinya kenaikan harga saham perusahaan dapat dibeli kembali Rp. 29,25. Pada tahun 2007 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh CMNP sebesar 36,48, artinya kenaikan harga saham perusahaan dapat dibeli kembali sebesar Rp. 36,48. Sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh AUTO sebesar 5,68 artinya


(51)

Pada tahun 2008 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh PGAS sebesar 67,39, artinya kenaikan harga saham perusahaan dapat dibeli kembali sebesar Rp. 67,39. Sedangkan nilai ratarata terendah dimiliki oleh GJTL sebesar -1,12 artinya kenaikan harga saham perusahaan dapat dibeli kembali lebih dari Rp. 1,25. Pada tahun 2009 nilai Price Earning Ratio (PER) tertinggi dimiliki oleh BBRI sebesar 70,89, artinya kenaikan harga saham perusahaan dapat dibeli kembali sebesar Rp. 70,89. Sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh GJTL sebesar 1,64 artinya kenaikan harga saham perusahaan dapat dibeli kembali sebesar Rp. 1,25.

Nilai rata-rata Price Earning Ratio (PER) tahun 2006 hingga tahun 2009 yang tertinggi dimiliki oleh PT Citra Marga Nusaphala Tbk (CMNP) sebesar 29,06, artinya kenaikan harga saham perusahaan dapat dibeli kembali sebesar Rp. 29,06. Sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) sebesar 6,07 artinya kenaikan harga saham perusahaan dapat dibeli kembali sebesar Rp. 6,07.

Tabel 4.3

Perkembangan Price Book Value (PBV)

Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009

NO. KODE NAMA PERUSAHAAN 2006 2007 2008 2009

RATA-RATA 1 AUTO ASTRA OTOPARTS

1.22 1.13 1.02 1.38 1.19 2 BBRI BANK RAKYAT INDONESIA

3.67 4.69 2.52 3.46 3.59 3 BMRI BANK MANDIRI

2.27 2.48 1.39 2.81 2.24 4 CMNP CITRA MARGA NUSAPHALA Tbk

2.57 3.23 1.33 0.66 1.95 5 GJTL GAJAH TUNGGAL Tbk

0.86 0.72 0.42 0.55 0.64 6 HMSP HM SAMPOERNA

7.47 7.77 4.41 4.36 6.00 7 INTP

INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 3.51 4.38 1.99 4.72 3.65 8 KLBF KALBE FARMA

4.04 3.78 1.12 3.06 3.00 9 PGAS PERUSAHAAN GAS NEGARA

1.89 2.35 6.04 8.06 4.58 10 SMGR SEMEN GRESIK

8.33 5.01 3.07 4.39 5.20


(52)

11 SMRA SUMMARECON AGUNG Tbk 1.65 1.25 0.68 2.25 1.46 12 TSPC TEMPO SCAN PACIFIC

2.09 1.60 0.81 1.36 1.46 13 UNVR UNILEVER INDONESIA

21.26 19.13 19.20 22.77 20.59 Sumber :

Pada Tabel 4.3 menunjukkan nilai PBV pada masing-masing perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2006-2009. Pada tahun 2006 dan 2007 nilai Price Book Value (PBV) tertinggi dimiliki oleh perusahaan UNVR sebesar 21,26X dan 19,13X, artinya besarnya tingkat perbandingan harga saham dan nilai buku ekuitas dari suatu perusahaan yaitu sebesar 21,26X dan 19,13X. Nilai terendah dimiliki oleh perusahaan GJTL sebesar 0,86X dan 0,72X, artinya besarnya tingkat perbandingan harga saham dan nilai buku ekuitas dari suatu perusahaan yaitu sebesar 0,50X dan 0,72X.

Pada tahun 2008 dan 2009 nilai Price Book Value (PBV) tertinggi dimiliki oleh perusahaan UNVR sebesar 19,20X dan 22,77X, artinya besarnya tingkat perbandingan harga saham dan nilai buku ekuitas dari suatu perusahaan yaitu sebesar 19,20X dan 22,77X. Nilai terendah dimiliki oleh perusahaan GJTL sebesar 0,42X dan 0,55X, artinya besarnya tingkat perbandingan harga saham dan nilai buku ekuitas dari suatu perusahaan yaitu sebesar 0,42X dan 0,55X.

Tabel 4.4

Perkembangan Dividend Payout Ratio (DPR) Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009

NO. KODE NAMA PERUSAHAAN 2006 2007 2008 2009

RATA-RATA 1 AUTO ASTRA OTOPARTS

31.44 15.38 43.60 30.01 30.11 2 BBRI BANK RAKYAT INDONESIA

44.73 44.03 40.62 199.31 82.17 3 BMRI BANK MANDIRI

60.00 33.43 35.26 5.71 33.60 4 CMNP CITRA MARGA NUSAPHALA Tbk

20.57 29.85 24.85 26.05 25.33 5 GJTL GAJAH TUNGGAL Tbk

13.38 17.04 (2.79) 1.92


(1)

Analisa Tabel 4.13 untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari Earning Per Share, Price Earning Ratio, Price to Book Value, dan Dividend Payout Ratio terhadap Return Saham adalah sebagai berikut:

a) Earning Per Share (EPS)

Variabel EPS memiliki hasil nilai thitung sebesar -2,106 yang berarti lebih kecil

dari nilai ttabel sebesar 1,67 dengan nilai signifikan sebesar 0,041 yang berarti lebih

kecil dari 0,05 (hipotesis ditolak). Maka dapat disimpulkan bahwa earning per share berpengaruh dan signifikan terhadap return saham. Hal ini berarti didalam melakukan investasi di pasar modal para investor harus memperhatikan laba per lembar saham yang dihasilkan perusahaan Indeks LQ45 sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam saham. Hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa EPS berpengaruh dan signifikan terhadap Return Saham. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pribawanti (2007:88) yang menyatakan bahwa EPS secara konsisten dan signifikan memiliki pengaruh terhadap Return Saham.

Para investor masih tetap menggunakan EPS sebagai tolak ukur kinerja perusahaan untuk memprediksi return saham di pasar modal (terutama BEI), hal ini sesuai dengan teori yang mendasarinya bahwa EPS yang semakin besar akan menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak semakin meningkat, dengan meningkatnya laba bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh perushaan maka return saham yang diterima oleh para pemegang saham juga meningkat.

b) Price Earning Ratio (PER)

Variabel PER memiliki hasil nilai thitung sebesar -1,605 yang berarti lebih kecil

dari nilai ttabel sebesar 1,67 dengan nilai signifikan sebesar 0,115 yang berarti lebih


(2)

ratio berpengaruh dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini menguatkan pendapat Bodie (2006:246) bahwa price earning ratio adalah laba akuntansi sementara rasio harga terhadap laba akuntansi pada akhir tahun dilaporkan sehingga laba akuntansi saat ini bisa sangat berbeda dari laba ekonomis masa depan. Bagaimanapun, laba yang dilaporkan dihitung berdasarkan standar akuntansi yang diterima umum dan tidak harus terkait dengan laba ekonomis perusahaan, dan sebaliknya, laba yang dilaporkan dapat berfluktuasi secara dramatis di sekitar garis tren akibat siklus bisnis. c) Price to Book Value (PBV)

Variabel PBV memiliki hasil nilai thitung sebesar 3,247 yang berarti lebih besar

dari nilai ttabel sebesar 1,67 dengan nilai signifikan sebesar 0,002 yang berarti lebih

kecil dari 0,05 (hipotesis ditolak). Maka dapat disimpulkan bahwa price book value berpengaruh dan signifikan terhadap return saham. Menurut Bodie (2006:219) bahwa nilai buku perusahaan merupakan hasil dari penerapan serangkaian aturan akuntansi akrual untuk menyebarkan harga perolehan asset selama jangka waktu tertentu, sedangkan nilai pasar saham memperhitungkan nilai perusahaan sebagai entitas yang terus beroperasi. Dengan kata lain, harga pasar mencerminkan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa depan. Tidaklah umum jika harga pasar saham sama persis dengan nilai bukunya. Hal ini berarti didalam melakukan investasi para investor memperhatikan nilai buku dari harga saham perusahaan apakah undervalued atau overvalued. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan Ardiansyah (2006) bahwa terdapat hubungan signifikan PBV terhadap return saham.

d) Dividend Payout Ratio (DPR)

Variabel DPR memiliki hasil nilai thitung sebesar -1,731 yang berarti lebih kecil dari

nilai ttabel sebesar 1,67 dengan nilai signifikansi sebesar 0,090 yang berarti lebih


(3)

berpengaruh dan tidak signifikan terhadap return saham (hipotesis ditolak). Rasio pembayaran dividen hanya merupakan bagian kecil dari keputusan investasi perusahaan karena nilai perusahaan sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba, atau kebijakan investasinya, dan perlakuan alokasi laba menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah faktor-faktor Fundamental melalui rasio pasar yang terdiri dari Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Dividen Payout Ratio (DPR) yang mempunyai pengaruh terhadap Return Saham pada perusahaan Indeks LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia . Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukan Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price Book Value (PBV) dan Dividen Payout Ratio (DPR) berpengaruh signifikan terhadap Return Saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia setelah dilakuka n Uji Simultan (Uji Statistik F).

2. Variabel Earning Per Share (EPS) dan Price Book Value (PBV) berpengaruh dan signifikan terhadap Return Saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia setelah dilakukan Uji Parsial (Uji Statistik t) menemukan bahwa semakin tinggi rasio Earning Per Share (EPS) dan Price Book Value (PBV) semakin tinggi tingkat Return Saham, dan sebaliknya semakin rendah rasio Earning Per Share


(4)

(EPS) dan Price Book Value (PBV) semakin rendah tingkat Return Saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

B. Saran

Saran yang penulis berikan adalah :

1. Bagi inve stor sebaiknya hanya mempertimbangkan faktor kondisi kinerja keuangan perusahaan atau pendekatan fundamental lainnya sebagai faktor yang mempengaruhi return saham, tetapi juga mempertimbangkan faktor resiko. 2. Bagi perusahaan hendaknya memperhatikan rasio Earning Per Share (EPS) dan

Price Book Value (PBV) karena rasio ini signifikan terhadap return saham walaupun masih banyak faktor lain yang mempengaruhi harga saham yaitu diantaranya rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Perusahaan juga hendaknya tepat waktu dalam mempublikasikan laporan keuangan agar investor dapat mengetahui kondisi kinerja keuangan perusahaan secepatnya.

3. Bagi peneliti lanjutan hendaknya penelitian ini dapat membantu dalam melakukan penelitian dan dapat diperluas tidak hanya dengan rasio pasar, tetapi rasio keuangan lainya yang diperkirakan berhubungan dengan analisis terhadap terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi return saham perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji, dan Pakarti Piji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta: PT Asdi Mhasatya.

Ardiansyah, Kris. 2006. Pengaruh Faktor Fundamental dan Resiko Ekonomi terhadap Return Saham pada perusahaan LQ-45. Skripsi. Universitas Islam Sultan Agung.

Bodie, Zvie, Alex Kane, Alan J. Marcus. 2006. Investasi Terjemahan. Edisi Keenam.

Jakarta. Salemba Empat.

Darmadji, Tjiptono dan Henry M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Harmono. 2009. Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus dan Riset Bisnis. Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara. Jogiyanto, 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta:

BPFE.

Martono, 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.

Pribawanti. 2009. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Total Return Saham Pada Perusahaan Industri Manufaktur Yang Membagikan Dividen Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Purba, Benny H. (2007). Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.

Situmorang, Syafrizal Helmi, Doli M. Jafar Dalimunthe , Iskandar Muda, Muslich Lufti dan Syahyunan. 2008. Analisis Data Penelitian. Medan: USU Press.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Syahyunan. 2004. Manajemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis, dan Pengembangan Keuangan). Medan: USU Press.


(6)

Tambunan, Andy Porman. 2007. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE

diakses pada tanggal 10 Oktober 2010 Pukul 19.00 WIB diakses pada 12 Desember 2010 Pukul 10.00 WIB diakses pada 14 Desember 2009 Pukul 19.00 WIB pada 15 Oktober 2010 Pukul 12.00 WIB

November 2010 Pukul 11.00 WIB

10.00 WIB