Perairan Pintasan Timor Timor Passage

angin yang bertiup berasal dari tenggara Angin Muson Tenggara untuk Belahan Bumi Selatan. Pada bulan Desember-Februari, posisi matahari berada di belahan bumi selatan sehingga Benua Asia memiliki tekanan lebih tinggi daripada Benua Australia. Hal ini menyebabkan angin berhembus dari Benua Asia menuju Benua Australia. Kondisi ini disebut dengan Musim Barat dan angin yang berasal dari arah barat laut Angin Muson Barat Laut, di Belahan Bumi Selatan bertiup Wyrtki, 1961.

2.8. Perairan Pintasan Timor Timor Passage

Pintasan Timor merupakan pintu keluar utama Arlindo karena memiliki kedalaman dan keterbukaan paling besar dengan Samudera Hindia dibanding pintu keluar Arlindo lainnya. Cresswell et al. 1993 menyatakan bahwa kedalaman maksimum Pintasan Timor adalah 3 km pada Timor Trench dengan lebar pintasan 80 km, kedalaman sill di bagian barat 1890 m dan sill di bagian timur 1400 m. Pintasan Timor merupakan bagian di sebelah utara dari wilayah Laut Timor, dimana Paparan Sahul dan Paparan Australia sekitar 23 bagian dari Laut Timor di bagian selatan Cresswell et al., 1993. Kondisi Laut Timor dengan daerah pintasannya diperlihatkan pada Gambar 5. Suhu permukaan laut di Laut Timor pada Muson Tenggara Musim Timur bervariasi antara 26.2 o C dan 27.0 o C dan nilai salinitas pada musim ini berkisar antara 34.1-34.5. Pada Muson Barat laut Musim Barat suhu permukaan laut Timor lebih hangat yaitu berkisar antara 29.9 o C dan 30.4 o C, nilai salinitas pun akan meningkat hingga mencapai 34.92 Ilahude, 1996. Sumber : SRTM, 2005 Gambar 5. Peta Laut Timor Tubalawony 2000 menyatakan adanya pelapisan sebaran vertikal suhu yang diukur pada Musim Timur Juni-Agustus. Lapisan permukaan tercampur memiliki ketebalan rata-rata 70 m. Lapisan termoklin terletak pada kedalaman denagn kisaran batas atas di kedalaman 49 – 117 m dan kisaran batas bawah adalah 77 – 151.2 m. Arus di Pintasan Timor konsisten mengalir ke arah barat daya menuju Samudera Hindia pada musim dan tahun yang berbeda. Kecepatan arus di Pintasan Timor sangat kuat di bagian yang dalam namun melemah di daerah paparan Wyrtki, 1961. Pengukuran yang dilakukan Kapal Riset Franklin pada bulan Oktober 1987 Musim Peralihan II memperoleh nilai kecepatan arus di Pintasan Timor mencapai 0,4 mdetik pada lapisan kedalaman 100 – 150 m sedangkan pada bulan Maret 1988 Musim Peralihan I pada kedalaman 100 m Cresswell et al., 1993. Sumber : Creswell et al., 1993 Gambar 6. Sebaran arus permukaan di daerah paparan Laut Timor pada Musim Timur dan Peralihan I Maret-Agustus serta Musim Barat dan Peralihan II September-Februari Pada Musim Timur, arus di Samudera Hindia bagian timur selatan Indonesia bergerak menuju barat menghasilkan muka air yang rendah di bagian selatan Indonesia. Perbedaan muka air di Samudera Pasifik bagian barat dengan Samudera Hindia bagian timur akan menjadi besar mencapai 28 cm dan kecepatan arus pun akan tinggi pada Musim Timur Cresswell et al., 1993. Arus di Pintasan Timor pada lapisan permukaan memiliki rata-rata kecepatan yang relatif tinggi dan dominan mengalir ke Samudera Hindia ke arah barat daya dibandingkan dengan lapisan yang lebih dalam Amela, 2008. Arus permukaan memiliki kecepatan yang cukup tinggi terjadi pada Musim Timur 0.24 mdtk serta Peralihan II 2005 dan 2006 0.26 dan 0.21 mdtk karena Musim Timur tinggi muka air antara Samudera Pasifk dan Samudera Hindia bagian timur khususnya di selatan Indonesia cukup besar sehingga kecepatan arus menjadi tinggi. Kecepatan arus pada Musim Timur ini akan melemah pada kedalaman 300-997 m, mencapai 0.07 mdtk. Arah arus pada lapisan yang lebih dalam umumnya juga bergerak ke arah barat daya tetapi sering berubah arah ke tenggara, selatan, barat laut, utara, dan timur laut yang diduga karena pengaruh Gelombang Kelvin yang dibangkitkan di Samudera Hindia Amela, 2008.

3. METODE PENELITIAN