tersebut dapat ditulis V
θ sin
2 Ω
1.
Secara matematis keseimbangan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut Pond dan Pickard, 1983 :
i g tan =
Μ F
= V
θ sin
2 Ω
1
Persamaan matematis ini disebut persamaan geostropik dan arus yang ditimbulkan disebut arus Geostropik.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam perhitungan arus Geostropik pada lapisan interior yaitu Stewart, 2003 :
1. Persamaan geostropik mengabaikan percepatan aliran massa air. Oleh karena itu persamaan ini tidak berlaku untuk perairan yang memiliki
dimensi horizontal kurang dari 50 km dan waktu pengukuran tergantung variabilitas arus dan karakteristik perairan tersebut,
2. Persamaan geostropik tidak berlaku untuk daerah dekat ekuator karena gaya Coriolisnya mendekati nol,
3. Persamaan geostropik mengabaikan pengaruh gaya gesekan.
2.5. Massa air
Wyrtki 1961 mengatakan bahwa dalam mempelajari massa air suatu perairan sangat dibutuhkan data suhu, salinitas, dan kandungan oksigen terlarut.
King 1963 mendefinisikan massa air sebagai badan air yang relatif homogen dan dapat digambarkan dengan karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang
terpenting untuk dapat menggambarkan karakteristik massa air adalah suhu, salinitas, dan densitas yang dapat diperoleh dari nilai suhu dan salinitas. Massa
air memiliki karakteristik sesuai dengan daerah asalnya Bishop, 1984. Massa air yang terbentuk di perairan ekuator adalah hangat dengan salinitas yang relatif
rendah dan massa air yang terbentuk di perairan subtropik adalah hangat dengan salinitas yang relatif rendah. Massa air perairan Indonesia lebih banyak diisi oleh
massa air yang berasal dari Samudera Pasifik, baik dari Samudera Pasifik Utara maupun massa air Samudera Pasifik Selatan.
2.6. Diagram T-S
Massa air dapat dikenali berdasarkan karakteristik kombinasi dari sifat- sifat massa air tersebut. Di seluruh perairan laut dunia, suhu dan salinitas suatu
massa air bersifat khas baik secara horizontal maupun vertikal. Saat massa air tenggelam maka massa air akan membawa sifat-sifat tersebut bersamanya. Dalam
lautan terbuka, beberapa massa air yang memiliki sifat yang berbeda tersebut bercampur menjadi satu, namun ada beberapa bagian dari massa air tesebut tetap
mempertahankan karakternya terutama suhu dan salinitas. Helland-Hansen 1961 dalam Pond dan Pickard 1983 memperkenalkan diagram T-S untuk
mengklasifikasikan tipe-tipe massa air. Diagram T-S dapat digunakan untuk mengetahui asal-usul, sebaran dan
pelapisan massa air serta proses percampuran dari dua massa air yang berbeda. Hubungan suhu dan salinitas yang menghasilkan garis lurus mendekati
menunjukkan percampuran dari dua massa air berbeda. Diagram T-S terbentuk dengan memplotkan titik-titik yang mewakili suhu dinyatakan dengan sumbu-y
dan salinitas dinyatakan dengan sumbu-x. Satu titik dalam diagram tersebut menunjukkan tipe massa air, sedangkan gabungan beberapa titik atau garis
menunjukkkan ciri atau karakteristik massa air suatu perairan. Ilahude dan Gordon 1996 menggambarkan diagram T-S Arlindo pada
Musim Barat dan Musim Timur, sehingga dapat diketahui asal-usul massa air
yang melalui perairan Indonesia pada musim-musim tersebut. Pada Musim Barat, Arlindo dipengaruhi oleh massa air Selat Makasar, Laut Timor, Air Subtropik
Pasifik Utara North Pacific Subtropical Water, Laut Banda, Air Subtropik Pasifk Selatan South Pacific Subtropical Water, Air Ugahari Pasifik Utara
North Pacific Inermediate Water, dan Air Ugahari Antartika AAIW.
a. Musim Timur b. Musim Barat
Sumber : Ilahude dan Gordon, 1996 Gambar 3. Diagram T-S perairan Indonesia
Adapun massa air yang mempengaruhi Arlindo pada musim Timur, yaitu massa air Selat Makasar, Air Subtropik Pasifik Utara NPSW, Laut Banda, Air
Subtropik Pasifk Selatan SPSW, Air Ugahari Pasifik Utara NPIW. Metode lain yang digunakan untuk mempelajari penyebaran dan
percampuran berbagai tipe massa air yang disebut metode kernschicht atau
metode lapisan gumbar. Metode ini digunakan untuk mengetahui bagian dari lapisan perairan yang memiliki salinitas yang ekstrim atau salinitas maksimum
dan minimum W ϋst, 1935 in Sverdrup et al., 1942.
2.7. Arus Lintas Indonesia Arlindo