17 - Kemoautotrof, yaitu organisme yang menggunakan bahan kimiawi
sebagai sumber energi dan CO
2
- Kemoheterotrof, yaitu organisme yang menggunakan bahan kimiawi sebagai sumber energi dan bahan organik sebagai sumber karbon.
sebagai sumber karbon.
Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dapat dibedakan atas bakteri aerob, yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk hidup dan bakteri an-aerob, yaitu
bakteri yang tidak mampu menggunakan oksigen. Bakteri aerob dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu bakteri aerob obligat, fakultatif, dan mikroaerofilik.
Bakteri aerob obligat memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya, tetapi tidak dapat tumbuh bila konsentrasi oksigen melebihi konsentrasi oksigen atmosfir
20. Bakteri aerob fakultatif tidak memerlukan oksigen tetapi dapat tumbuh dengan baik bila oksigen tersedia. Bakteri aerob mikroaerofilik memerlukan
oksigen tetapi dengan konsentrasi yang lebih rendah dari konsentrasi oksigen atmosfir 2 – 10 vv. Bakteri an-aerob dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu
bakteri an-aerob obligat dan bakteri an-aerob aerotoleran. Pada bakteri an-aerob obligat, adanya oksigen dalam media pertumbuhannya merupakan racun dan
berbahaya bagi bakteri tersebut. Bakteri an-aerob aerotoleran yaitu bakteri yang tidak dapat menggunakan oksigen untuk pertumbuhannya tetapi dapat
mentoleransi adanya oksigen Tortora et al., 1989; Middelbeek et al., 1992.
2.3.3 Pengukuran kuantitatif pertumbuhan bakteri
Pengukuran kuantitatif pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui berbagai respon pertumbuhan mikroorganisme dalam berbagai media atau pada kondisi
yang berbeda-beda sehingga dapat digunakan dalam menilai daya dukung suatu medium tertentu untuk menunjang pertumbuhan Pelczar dan Chan, 1986.
Beberapa teknik untuk mengukur pertumbuhan mikroorganisme disajikan pada Tabel 2.
Pertumbuhan populasi sel disertai juga dengan peningkatan total massa sel. Pengukuran massa sel dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung
Jenkins, 1992. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur massa sel secara langsung adalah dengan menentukan berat kering sel. Pengukuran berat
kering massa sel meliputi tiga tahap, yaitu : pemisahan organisme dari medium, pencucian sel dan pengeringan biomassa. Organisme dapat dipisahkan dari
18 medium dengan filtrasi atau dengan sentrifugasi. Pencucian biomassa harus
dilakukan sedemikian rupa agar tidak terjadi lisis pada organisme karena pecah akibat osmosis. Pengeringan biomassa biasanya dilakukan pada suhu 80
o
C selama 24 jam atau 110
o
BK gl =
-
x 10 C selama 8 jam Jenkins, 1992. Berat Kering BK sel diperoleh
dengan cara sebagai berikut :
3
Pengukuran massa sel secara tidak langsung didasarkan pada kenyataan bahwa sel bakteri memencarkan kembali cahaya yang membentur sel. Teknik
pengukuran ini merupakan teknik yang lebih cepat dan sensitif. Jumlah cahaya yang tersebar adalah sebanding dengan konsentrasi sel yang ada. Banyaknya
cahaya yang menyebar dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Dalam hal ini cahaya yang terukur sebanding dengan konsentrasi sel bakteri pada
tingkat absorbans yang rendah. Absorbans A didefinisikan sebagai logaritma dari perbandingan antara intensitas cahaya yang melewati suspensi Io dengan
cahaya yang dipencarkan oleh suspensi I, atau A = logIoI Jenkins, 1992. l
Tabel 2 Metode untuk mengukur pertumbuhan bakteri
Metode Beberapa penetapan
Hitungan mikroskopik Perhitungan bakteri dalam susu dan vaksin
Hitungan cawan Perhitungan bakteri dalam susu, air, makanan, tanah,
biakan dan sebagainya Membran atau filter molekuler
Sama seperti hitungan cawan Pengukuran kekeruhan
Uji mikrobiologis, pendugaan hasil panen sel, biakan, atau suspensi berair
Penentuan nitrogen Pengukuran panen sel dari suspensi biakan kental
untuk digunakan pada penelitian mengenai metabolisme
Penentuan berat kering Sama seperti penentuan nitrogen
Pengukuran aktivitas biokimia Uji mikrobiologis
Sumber : Pelczar dan Chan, 1986 2.4
Pewarna alami
Pewarna alami dalam sistem biologi didefinisikan sebagai pewarna yang terbentuk dan terakumulasi dalam atau dikeluarkan dari sel hidup Hendry, 1992.
Pewarna yang terdapat pada sistem biologi dapat diklasifikasikan berdasarkan
19 jenis dari organisme hewan, tumbuhan atau bakteri penghasil pewarna tersebut.
Sehubungan dengan pewarna makanan, bakteri, fungi sel tunggal dan fungi sederhana bersama-sama dengan alga sel tunggal dan juga zooplankton sederhana
dapat menjadi sumber pewarna baru karena potensinya untuk dieksploitasi dengan teknik kultur. Pigmen dari organisme yang lebih tinggi seperti hewan, tumbuhan
dan fungi, lebih kecil kemungkinan untuk dieksploitasi karena struktur pigmennya yang kompleks dengan jaringan sel yang kuat atau karena pigmen dari organisme
yang lebih tinggi hanya terbentuk pada saat-saat kritis dari perkembangan organisme dalam suatu siklus hidup yang kompleks. Sebagai contoh, pigmen yang
berfungsi sebagai bahan perangsang dalam reproduksi seksual yang terbentuk hanya setelah aspek-aspek lain dari siklus hidup selesai.
Klasifikasi pigmen pada sistem biologi menurut Hendry 1992 adalah sebagai berikut :
1 Tumbuh-tumbuhan termasuk alga Pigmen dari tumbuhan merupakan penyumbang terbesar pewarna alami,
namun kisaran atau variasi pigmen yang terdapat pada tumbuhan adalah kecil. Pewarna dominan yang berasal dari tumbuhan darat adalah khlorofil 2 jenis,
karotenoid 4 – 5 jenis dari flavonoid 3 jenis. Dari lautan, terdapat 4 jenis khlorofil yang umum, 6 atau 7 karotenoid dan 2 bentuk phycobilin. Kontribusi
pigmen lainnya dari tumbuhan, termasuk betalain, melanin, anthraquinon, naphthaquinon, karoten yang tidak umum, xanthofil dan beberapa flavonoid yang
relatif tidak signifikan bila dilihat secara global. Pigmen-pigmen yang terdapat pada tumbuhan termasuk alga disajikan pada Tabel 3.
2 Hewan vertebrata Pada hewan vertebrata, kelas-kelas yang menghasilkan pewarna adalah
burung, amphibi, ikan bertulang dan beberapa reptil. Pigmen tersebut disajikan pada Tabel 4.
3 Hewan invertebrata Distribusi pigmen pada hewan lebih rendah lebih besar daripada vertebrata
dan merupakan saingan tumbuhan lebih tinggi dalam variasi.
20 Tabel 3 Pigmen pada tumbuhan dan alga
Pigmen Contoh
Terdapat pada
Khlorofil a
b c, d
Semua organisme eukariot yang berfotosintesis Semua tumbuhan darat, beberapa alga
Alga coklat dan lainnya Phycobilin
Phycocyanin Phycoerythrin
Alga biru –hijau dan lainnya Alga merah dan lainnya
Karotenoid Lutein
β-caroten Violaxanthin
Neoxanthin Fucoxanthin
Xanthofil lebih melimpah, umumnya pada organisme fotosintetik
Karoten lebih melimpah, umumnya pada organisme fotosintetik
Umum pada tumbuhan lebih tinggi Umum pada tumbuhan lebih tinggi
Alga coklat dan lainnya
Anthocyanidin Cyanidin
Pelargonidin Delphinidin
Yang paling umum anthicyanidin, tersebar luas pada tumbuhan lebih tinggi
Umum pada tumbuhan lebih tinggi Umum pada tumbuhan lebih tinggi
Betalain Betacyanin
Tersebar luas tetapi terbatas pada satu ordo timbuhan
Sumber : Hendry, 1992 Tabel 4 Pigmen pada vertebrata
Kelas Pigmen
Mamalia Terutama melanin
Burung termasuk telurnya Melamin
Karotenoid Tetrapyrrole
Reptil dan Amfibi dan
ikan bertulang Melanin
Karotenoid Pterin
Riboflavin
Ikan bertulang rawan Melanin
Sumber : Hendry, 1992 4 Fungi
Fungi, terutama fungi sel tunggal yang lebih sederhana dapat diambil untuk kultur skala besar, mempunyai potensi yang sangat besar sebagai sumber pigmen
alami. 5 Bakteri
Pada umumnya bakteri mengandung banyak pigmen yang sama atau identik dengan pigmen dari organisme yang lebih kompleks terutama tumbuhan. Klorofil
dari bakteri berbeda dengan klorofil tumbuhan dalam reduksi satu ikatan rangkap.
21 Karotenoid dari bakteri mempunyai ciri tersendiri yang berbeda tetapi secara
struktural dan biosintetik berhubungan erat dengan karotenoid dari tumbuhan dan hewan. Kebanyakan bakteri baik fotosintetik maupun non-fotosintetik juga
mengandung β- dan γ-karoten.
2.4.1 Pewarna makanan