Penelitian Terdahulu LANDASAN TEORI

22

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Alvisa Visnu Ferryanto 2004 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Titik Impas di Perusahaan Penyulingan Minyak Kayu Putih Sendang Mole Gunung Kidul menggunakan metode dasar penelitian berupa metode deskriptif analitis dan pelaksanaannya menggunakan teknik studi kasus. Data yang digunakan adalah data tahun 1998-2002 yang kemudian dianalisis untuk mengetahui titik impas dan tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan tiap tahunnya. Penerimaan PPMKP Sendang Mole diperoleh dari penjualan produk minyak kayu putih. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tetap yang berupa biaya gaji, biaya reparasi, biaya pemeliharaan mesin dan gedung, biaya alat-alat kantor dan biaya penyusutan, dan biaya variabel yang berupa biaya administrasi, biaya bahan baku, biaya listrik, biaya tenaga kerja langsung, biaya angkut, biaya bahan penolong, biaya makan dan minum, serta biaya bahan bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya penerimaan dari hasil penjualan minyak kayu putih serta tingkat keuntungan setiap tahunnya mengalami peningkatan, sedangkan BEP dalam unit dan dalam rupiah cenderung berfluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya biaya tetap, biaya variabel, dan harga jual per unit yang tiap tahunnya mengalami perubahan. Dalam penelitiannya disarankan supaya perusahaan melakukan usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi minyak kayu putih dengan pengelolaan manajemen pemasaran yang lebih baik dan agar lebih aktif dalam memasarkan hasil produksinya terutama untuk pasar ekspor, supaya dapat meningkatkan penerimaan dan keuntungan. Rohayati Suprihatini 2005 dalam penelitiannya yang berjudul Daya Saing Ekspor Teh Indonesia di Pasar Teh Dunia menyatakan bahwa pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah pertumbuhan ekspor teh dunia bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi tersebut disebabkan karena 23 1 komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar; 2 negara-negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara- negara pengimpor teh yang memiliki pertumbuhan impor teh tinggi; dan 3 daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia yang cukup lemah. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekpor teh Indonesia, diperlukan upaya untuk meningkatkan komposisi produk teh Indonesia melalui upaya peningkatan ekspor teh Indonesia dalam bentuk produk-produk hilir teh kemasan dan teh curah. Upaya ini harus didukung oleh kebijakan perpajakan yang kondusif seperti PPN dan tarif impor. Selain itu diperlukan upaya meningkatkan pengaruh distribusi pasar dengan memilih negara-negara tujuan ekspor teh ke negara-negara yang memiliki pertumbuhan impor teh yang cukup tinggi, seperti Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Kanada, Rusia, Jerman, Polandia, dan Jepang. Oleh karena itu, negara-negara tersebut perlu dijadikan negara tujuan ekspor utama bagi teh Indonesia. Pihak pemerintah khususnya atase perdagangan di negara-negara tersebut hendaknya dapat membantu para eksportir teh Indonesia untuk mendapatkan informasi mengenai selera pasar teh dan bernegoisasi untuk meringankan persyaratan serta tarif masuk teh ke negara- negara tersebut.

B. Tinjauan Pustaka