ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI PADA PENGOLAHAN LELE DI KELOMPOK WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI PADA PENGOLAHAN LELE DI KELOMPOK WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh : Anggun Astrini

H 0808170

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PADA PENGOLAHAN LELE DI KELOMPOK WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI

Oleh : Anggun Astrini

H 0808170

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 20 Juli 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Nuning Setyowati, SP., M.Sc NIP. 19820325 200501 2 001

Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si

NIP. 19780715 200112 2 001

Dr. Ir. Kusnandar, M.Si NIP. 19670703 199203 1 004

Surakarta, Juli 2012

Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Break Even Point dan Rentabilitas Ekonomi

Pada Pengolahan Lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten

Boyolali ” ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Dosen Pembimbing Utama skripsi yang selalu memberikan semangat, bimbingan, arahan, dan masukan.

4. Ibu Bekti Wahyu Utami, SP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan semangat, saran, bimbingan dan arahan.

5. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan memberikan saran guna perbaikan bagi penelitian ini.

6. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staff/karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Kelompok Wanita Karmina yang telah memberikan ijin penelitian kepada 7. Kelompok Wanita Karmina yang telah memberikan ijin penelitian kepada

9. Teman-teman seperjuangan Puri, Tisya, Resty, Reni, Ocha, Suryani, Maria, Merlina, Dita dan Lita yang telah memberikan semangat, doa, dukungan dan bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10. Sahabatku-sahabatku Amanda, Ulfha, Mira, Fani dan Dwi yang telah mendukung dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat kembali bersama.

11. Teman-teman Agribisnis 2008, untuk semua kebersamaan, pengalaman, pertemanan dan dukungan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

12. Keluarga besar KAMAGRISTA UNS.

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan membantu penulisan skripsi ini baik moril maupun materiil.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi penyajian maupun pembahasannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari sempurna ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

1. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Budidaya Kolam di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah ................................

2. Produksi Ikan Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Boyolali Tahun 2010 ...............................................................................

3. Produksi Perikanan Kolam Menurut Kabupaten / Kota di Jawa Tengah Tahun 2010..........................................................

4. Produksi dan Penerimaan Kelompok Wanita Karmina.............

5. Biaya Tetap pada Kelompok Wanita Karmina..........................

6. Biaya Variabel Abon Lele 100 gr pada Kelompok Wanita Karmina......................................................................................

7. Biaya Variabel Abon Lele 160 gr pada Kelompok Wanita Karmina......................................................................................

8. Biaya Variabel Abon Lele 250 gr pada Kelompok Wanita Karmina......................................................................................

9. Biaya Variabel Keripik Lele pada Kelompok Wanita Karmina......................................................................................

10. Perkembangan Break Even Point Kelompok Wanita Karmina......................................................................................

11. Perkembangan Keuntungan dan Rentabilitas Ekonomi Kelompok Wanita Karmina.......................................................

12. Analisis Sensitivitas terhadap Harga Produk, Biaya Produksi, dan Jumlah Produksi pada Kelompok Wanita Karmina............

1. Kurva Perilaku Biaya Variabel ...............................................

15

2. Kurva Perilaku Biaya Tetap ....................................................

15

3. Grafik Break Even Point .........................................................

18

4. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................

28

5. Struktur Organisasi Kelompok Wanita Karmina.....................

42

1. Produksi dan Penerimaan Kelompok Wanita Karmina ..........

75

2. Biaya Tetap dan Variabel Abon dan Keripik Lele ..................

76

3. Analisis Break Even Point Kelompok Wanita Karmina .........

78

4. Analisis Rentabilitas Ekonomi Kelompok Wanita Karmina ..

79

5. Analisis Sensitivitas Kelompok Wanita Karmina ..................

80

6. Dokumentasi Penelitian Kelompok Wanita Karmina .............

81

7. Profil Kelompok Wanita Karmina ..........................................

82

Anggun Astrini. NIM H 0808170. Analisis Break Even Point dan Rentabilitas Ekonomi Pada Pengolahan Lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali. Dibawah bimbingan Nuning Setyowati, SP., M.Sc dan Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si.

Kelompok Wanita Karmina yang terletak di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu usaha kecil yang mengelolah makanan dari bahan dasar ikan lele. Usaha ini merupakan usaha kecil sedang berkembang yang anggotanya adalah ibu-ibu rumah tangga di sekitar kawasan Kampung Lele. Kelompok Wanita Karmina ingin agar usaha pengelolahan lele ini dapat tetap eksis dalam agribisnis dan dapat membuat kebijakan mengenai produksi, harga, dan biaya.

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya produksi dan penerimaan Kelompok Wanita Karmina dalam keadaan mencapai Break Even Point , menganalisis rentabilitas ekonomi dari Kelompok Wanita Karmina, serta mengkaji sensitivitas dan keuntungan Kelompok Wanita Karmina apabila terjadi perubahan harga jual produk, biaya produksi, dan jumlah produksi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pelaksanaan berupa studi kasus. Lokasi penelitian adalah Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) produk yang dihasilkan, (2) penerimaan, (3) perhitungan Break Even Point dalam unit dan Rupiah, (4) Rentabilitas Ekonomi (RE), dan (5) analisis sensitivitas.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa : (1) Jumlah produksi dan penerimaan Kelompok Wanita Karmina selama tahun 2009 hingga 2011 telah mencapai titik break even point dan telah memperoleh keuntungan, (2) Rentabilitas Ekonomi Kelompok Wanita Karmina pada tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah sebesar 12,24%, 12,49%, dan 13,77% dan (3) Perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga, biaya produksi dan jumlah produksi abon lele belum dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina berbeda pada keripik lele yang masih dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina dengan perubahan-perubahan tersebut. Saran yang dapat diberikan adalah: (1) Break Even Point pada tahun selanjutnya harus semakin kecil sehingga Kelompok Wanita Karmina lebih mudah dalam mencapai keuntungan yang lebih besar, (2) Kelompok Wanita Karmina dapat meningkatkan penjualan pada kemasan abon lele 250 gram, dengan menambah kemitraan dengan instansi/lembaga dan toko oleh-oleh, (3) Perjalanan peneliti untuk menemukan lokasi dapat dikatakan kurang mudah padahal Kelompok Wanita Karmina ini sudah cukup terkenal sehingga Kelompok Wanita Karmina dapat menambah informasi seperti petunjuk jalan.

Anggun Astrini. NIM H 0808170. Break Even Point Analysis and Economic Rentability at Processing of Catfish in Karmina Women’s Group in Boyolali

Regency. Under the guidance of Nuning Setyowati, SP., M.Sc and Bekti Wahyu Utami, SP, M.Si.

Karmina women’s group which is located in Subdistrict of Sawit in Boyolali Regency, Central Java Province is one of many small business which manage

food from basic ingredients of catfish. This business is growing a small business whose members are mothers of households around “Kampung Lele”. Karmina women’s group want to processing catfish can still exist in agribusiness and

establish policies regarding production, pricing, and cost. This research aims are to count the level of production and revenue of Karmina women’s group in a state of reaching Break Even Point (BEP) in set of unit and set of Rupiah, to analyze economic rentability from Karmina women ’s group, and to study the sensitivities and profit of Karmina women’s group in the event of change of price, production cost, and production quantities.

The basic method in this research used is descriptive method, with the execution technique in the form of case study. Location of research is Karmina women’s group in Boyolali Regency. Data analyze method used are (1) the amount of production (2) income (3) calculation of break even point in unit and Rupiah, (4) Economic Rentability (RE), and (5) sensitivities analysis.

This research result known that : (1) Production and revenue of Karmina women’s group during 2009 to 2011 has reached its break even point and have profit (2) Economic rentability of Karmina women’s group in the year 2009, 2010, and 2011 are 12,24%, 12,49%, and 13,77% and (3) The change of variables

increases and decrease prices, production costs and production quantities of the shredded catfish have not been able to provide profit for Karmina women’s group different with catfish chips that can still provide profit for Karmina women’s group. Suggestion which can be given are: (1) Break even point in the next year should be smaller so Karmina women’s group easier to achieve greater profits, (2) Karmina women’s group can increase sales catfish shredded on 250 gram

package, by increasing partnerships with institutions/agencies and souvenir shops and (3) Find to the location of Karmina women’s group is less easy, so Karmina women’s group can add information such as directions.

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RENTABILITAS EKONOMI PADA PENGOLAHAN LELE DI KELOMPOK WANITA KARMINA DI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh : Anggun Astrini

H 0808170

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Nuning Setyowati, SP., M.Sc 2 Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si 3

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya produksi dan penerimaan Kelompok Wanita Karmina dalam keadaan mencapai Break Even Point, menganalisis rentabilitas ekonomi dari Kelompok Wanita Karmina, serta mengkaji sensitivitas dan keuntungan Kelompok Wanita Karmina apabila terjadi perubahan harga jual produk, biaya produksi, dan jumlah produksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan teknik pelaksanaan berupa studi kasus. Lokasi penelitian yaitu Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) produk yang dihasilkan, (2) penerimaan, (3) perhitungan Break Even Point dalam unit dan Rupiah, (4) Rentabilitas Ekonomi (RE), dan (5) analisis sensitivitas. Dari hasil penelitian diketahui bahwa : (1) Jumlah produksi dan penerimaan Kelompok Wanita Karmina selama tahun 2009 hingga 2011 telah mencapai titik break even point dan telah memperoleh keuntungan, (2) Rentabilitas Ekonomi Kelompok Wanita Karmina pada tahun 2009, 2010, dan 2011 adalah sebesar 12,24%, 12,49%, dan 13,77% dan (3) Perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga, biaya produksi dan jumlah produksi abon lele belum dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina berbeda pada keripik lele yang masih dapat memberikan keuntungan bagi Kelompok Wanita Karmina dengan perubahan-perubahan tersebut. Saran yang dapat diberikan adalah: (1) Break Even Point pada tahun selanjutnya harus semakin kecil sehingga Kelompok Wanita Karmina lebih mudah dalam mencapai keuntungan yang lebih besar, (2) Kelompok Wanita Karmina dapat meningkatkan penjualan pada kemasan abon lele 250 gram, dengan menambah kemitraan dengan instansi/lembaga dan toko oleh-oleh, (3) Perjalanan peneliti untuk menemukan lokasi dapat dikatakan kurang mudah padahal Kelompok Wanita Karmina ini sudah cukup terkenal sehingga Kelompok Wanita Karmina dapat menambah informasi seperti petunjuk jalan.

Kata Kunci: Analisis break even point, rentabilitas ekonomi, sensitivitas, Kelompok Wanita Karmina.

Keterangan

1. Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0808170

2. Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pendamping

2 Nuning Setyowati, SP., M.Sc Bekti Wahyu Utami, SP., M.Si 3

ABSTRAK

This research aims are to count the level of production and revenue of Karmina women’s group in a state of reaching Break Even Point (BEP) in set of unit and set of

Rupiah, to analyze economic rentability from Karmina women’s group, and to study the sensitivities and profit of Karmi na women’s group in the event of change of price, production cost, and production quantities. The basic method in this research used is descriptive method, with the execution technique in the form of case study. Location of research is Karmina women’s group in Boyolali Regency. Data analyze method used are (1) the amount of production (2) income (3) calculation of break even point in unit and Rupiah, (4) Economic Rentability (RE), and (5) sensitivities analysis. This research result known that : (1) Product ion and revenue of Karmina women’s group during 2009 to 2011 has reached its break even point and have profit (2) Economic rentability of Karmina women’s group in the year 2009, 2010, and 2011 are 12,24%, 12,49%, and 13,77% and (3) The change of variables increases and decrease prices, production costs and production quantities of the shredded catfish have not been able to provide profit for

Karmina women’s group different with catfish chips that can still provide profit for

Karmina women’s group. Suggestion which can be given are: (1) Break even point in the

next year should be smaller so Karmina women’s group easier to achieve greater profits, (2) Karmina women’s group can increase sales catfish shredded on 250 gram package, by

increasing partnerships with institutions/agencies and souvenir shops and (3) Find to the location of Karmina women’s group is less easy, so Karmina women’s group can add

information such as directions.

Kata Kunci: Break even point analysis, economic rentability, sensitivities, Karmina women’s group.

Explanation:

1 Student of Agribusiness Program Sebelas Maret University Surakarta with NIM. H 0808170 2 Main Guide Lecturer

3 Assistant Guide Lecturer

A. Latar Belakang

Agribisnis merupakan suatu usaha dalam bidang pertanian baik di subsistem hulu maupun di hilir. Hal ini mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain) yang merupakan serangkaian hubungan mulai dari proses produksi hingga makanan itu siap untuk dikonsumsi. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan hingga tahap pemasaran. Sehingga subsistem tersebut merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan dan saling terkait satu sama lainnya, keberhasilan agribisnis sangat tergantung pada perusahaan di setiap subsistem tersebut. Usaha agribisnis ini perlu dikembangkan agar perekonomian di Indonesia khususnya dari sektor pertanian juga dapat berkembang (Darius, 2009).

Sektor pertanian sendiri masih terbagi menjadi beberapa subsektor. Diantaranya subsektor tersebut adalah tanaman bahan pangan, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Masing-masing subsektor membutuhkan suatu strategi untuk meningkatkan hasil produknya. Strategi peningkatan nilai tambah produk pertanian sangat berhubungan dengan manajemen kebijakan subsistem hulu pertanian seperti memproduksi alat-alat dan mesin pertanian sebagai sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian serta manajemen kebijakan subsistem hilir itu sendiri misalnya mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan pascapanen dan pengolahan hasil pertanian. Sementara kebijakan subsistem hilir juga berhubungan dengan investasi, pemberdayaan usaha, termasuk dukungan pendanaan modal oleh karena itu butuh penanganan yang serius agar subsistem hilir dapat terus mengembang (Arifin, 2009). Untuk mempercepat hal tersebut maka strategi pengembangan komoditi pertanian harus difokuskan kepada produk hilir agroindustri.

mempunyai nilai tambah besar, investasinya tidak terlalu besar, pasar produknya cukup luas, penguasaan sumberdaya manusia mencukupi dan tersedianya berbagai prasyarat normatif lain yang mampu dipenuhi.

Salah satu subsistem hilir yang saat ini sedang berkembang ialah usaha kecil mikro atau yang sering disebut dengan UMKM. UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Hal ini dikarenakan Kementerian Koperasi dan UMKM sedang meningkatkan pengembangan UMKM khususnya di daerah pedesaan. UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia salah satunya adalah UMKM dari sektor pertanian. Sektor pertanian umumnya bersifat padat karya dengan penerapan teknologi yang relatif sederhana dan tepat guna, sehingga peran usaha kecil dan menengah pada sektor ini cukup besar. Produk sektor ini merupakan kebutuhan pokok masyarakat terutama sebagai produk yang dikonsumsi langsung dalam bentuk pangan oleh rumah tangga maupun sebagai bahan baku dalam proses produksi sektor lainnya. Disamping itu produk pertanian ini juga menjadi komoditas ekspor, khususnya dari subsektor perkebunan dan perikanan (Lestari, 2008).

Peran subsektor perikanan sangat strategis dalam mendukung perkembangan sektor riil di Indonesia, baik untuk digunakan langsung maupun sebagai penyedia bahan baku industri dalam negeri dalam kegiatan produktif. Industri yang memanfaatkan bahan baku dari subsektor perikanan diantaranya adalah industri kerupuk dan industri makanan kaleng. Subsektor perikanan dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan petani dan nelayan pada umumnya, sebagai potensi sumber protein hewani dan sumber devisa negara. Penanganan ikan setelah penangkapan atau pemanenan memegang peranan penting untuk memperolah nilai jual ikan yang maksimal.

Usaha pengolahan perikanan adalah sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah yang dimiliki oleh sebuah produk Usaha pengolahan perikanan adalah sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah yang dimiliki oleh sebuah produk

masakan yang memiliki cita rasa lebih baik.

Salah satu jenis ikan tawar yang dapat diolah menjadi beragam bentuk makanan adalah ikan lele. Ikan lele memang menjadi primadona dalam dunia budidaya ikan, permintaan pasar ikan lele selalu tidak pernah sepi karena ikan lele mempunyai nilai gizi yang tinggi dan mempunyai harga jual yang terjangkau, sehingga bagi konsumen dari golongan ekonomi baik menengah ke bawah maupun menengah ke atas yang ingin memperoleh gizi yang baik dapat dengan memngkonsumsi ikan lele. Seiring dengan itu inovasi olahan ikan lele semakin bervariasi. Beragamnya inovasi olahan makanan dari ikan lele semakin menambah jumlah permintaan pasar ikan lele. Akhirnya berbisnis di olahan ikan lele menjadi daya tarik tersendiri. Olahan ikan lele inilah yang menjadi andalan kawasan minapolitan Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Kawasan minapolitan itu sendiri merupakan kawasan ekonomi yang terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan dari komoditas kelautan dan perikanan. Kawasan minapolitan di Kabupaten Boyolali ini sering dikenal dengan sebutan “Kampung Lele“. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar desa ini didominasi para petani budidaya ikan lele. Oleh karena itu, Boyolali memang telah dikenal sebagai kawasan penghasil ikan lele yang besar di Jawa Tengah. Kota-kota di sekitarnya seperti Semarang, Solo, Salatiga dan Yogyakarta mendapatkan pasokan ikan lele dari Boyolali.

Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Tengah

No.

Kabupaten / kota

Kolam (Ton)

1 Kabupaten Brebes

723,66 710,25 2 Kabupaten Tegal

444,11 172,30 3 Kota Tegal

29,80 27,05 4 Kabupaten Pemalang

92,81 96,08 5 Kabupaten Pekalongan

102,69 133,74 6 Kota Pekalongan

33,70 73,40 7 Kabupaten Batang

278,20 280,90 8 Kabupaten Kendal

519,09 605,90 9 Kota Semarang

26,40 27,30 10 Kabupaten Demak

7292,10 12332,60 11 Kabupaten Jepara

68,66 79,65 12 Kabupaten Pati

638,20 2237,00 13 Kabupaten Rembang

34,99 138,23 14 Kabupaten Wonogiri

147,56 163,07 15 Kabupaten Purworejo

516,87 535,40 16 Kabupaten Kebumen

210,58 197,50 17 Kabupaten Cilacap

2158,30 2249,27 18 Kabupaten Banyumas

4440,45 4189,80 19 Kabupaten Purbalingga

7900,00 8096,96 20 Kabupaten Banjarnegara

3254,00 3293,50 21 Kabupaten Wonosobo

923,30 1059,60 22 Kabupaten Temanggung

907,31 997,37 23 Kabupaten Magelang

3047,20 3365,00 24 Kota Magelang

25 Kabupaten Boyolali

26 Kota Salatiga

141,26 215,72 27 Kabupaten Semarang

511,55 682,83 28 Kabupaten Klaten

2368,30 3228,80 29 Kota Surakarta

9,28 9,08 30 Kabupaten Sukoharjo

918,14 2723,20 31 Kabupaten Karanganyar

99,00 987,10 32 Kabupaten Kudus

237,50 279,80 33 Kabupaten Sragen

386,28 853,10 34 Kabupaten Grobogan

228,87 244,53 35 Kabupaten Blora

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2009

Berdasarkan data produksi perikanan budidaya menurut jenis budidaya kolam di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa Kabupaten Boyolali selama empat tahun berturut-turut merupakan produksi ikan budidaya kolam tertinggi dibandingkan dengan kabupaten yang berada di daerah sekitarnya. Pasokan ikan yang melimpah menjadikan kebutuhan ikan di Kabupaten Boyolali tercukupi. Oleh karena itu, Kabupaten Boyolali masih dapat mengirimkan hasil budidaya ikannya ke daerah-daerah yang berada di sekitarnya seperti Salatiga, Semarang, Klaten, Surakarta, Sukoharjo, Karangayar dan Sragen.

Jenis ikan yang menggunakan budidaya kolam salah satunya adalah Jenis ikan yang menggunakan budidaya kolam salah satunya adalah

No.

Jenis Ikan

Produksi (Kg)

10. Red Devil 306.734 Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2010

Berdasarkan data produksi ikan menurut jenis ikan di Kabupaten Boyolali tahun 2010 pada Tabel 2 maka dapat diketahui bahwa dari sepuluh jenis ikan yang di budidayakan di Kabupaten Boyolali, ikan lele merupakan jenis ikan yang mempunyai jumlah produksi tertinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Produksi ikan lele yang besar ini mendorong munculnya inovasi pengolahan lele yang dilakukan oleh beberapa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kategori usaha mikro apabila jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang, kategori usaha kecil apabila jumlah tenaga kerja antara 5-20 orang, kategori usaha menengah apabila jumlah tenaga kerja lebih dari 20

orang (Badan Pusat Statistik, 1994). Ikan Lele di Boyolali diolah menjadi abon, keripik, kerupuk, bakso dan nugget dari ikan lele yang dikemas dengan berbagai kemasan untuk mempermudah konsumen dalam pembelian. Membuat inovasi olahan makanan dari ikan lele ini akan memberikan nilai tambah bagi produk ikan lele. Lele yang hanya digoreng nilai tambahnya rendah dan segmen pasarnya terbatas. Sedangkan jika diolah menjadi bentuk lain akan memberikan nilai tambah dan jangkauan pasar menjadi lebih luas.

UMKM di Boyolali yang bergerak dalam pengelolaan ikan lele ini adalah Kelompok Wanita Karmina. Kelompok wanita ini masuk dalam kelas UMKM dengan kategori usaha kecil. Hal ini dikarenakan memliki jumlah

Karya Mina Utama, pada awalnya berdiri sebagai kelompok tani untuk budidaya lele namun seiring perkembangan budidaya lele yang telah sukses, maka kelompok tani ini berkembang tidak hanya di budidaya lele namun juga di pengolahan lele. Perbedaannya kelompok ini terdiri dari ibu-ibu yang berada di sekitar budidaya lele yang ingin memajukan desanya sehingga terbentuklah Kelompok Wanita Karmina yang memproduksi segala pengolahan lele dengan merk yang sama seperti nama kelompok wanitanya yaitu Karmina. Proses produksi dilakukan setiap minggu sebanyak empat kali namun apabila terjadi kekurangan persediaan produk maka dilakukan produksi kembali, sehingga produksi berjalan juga tergantung pada persediaan produk.

Suatu usaha tentunya memiliki tujuan untuk mencapai kelayakan. Layak tidaknya suatu usaha merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaannya. Dalam hal ini suatu usaha membutuhkan analisis untuk mencapai keberhasilan terutama dalam mengetahui skala kelayakan usaha tersebut, salah satu analisisnya adalah analisis break even point atau sering disebut juga analisis titik impas. Analisa break even point ini merupakan alat bantu bagi manajemen dalam planning dan budgeting, yakni dapat merencanakan penjualan atau produksi, biaya-biaya, laba atau rugi sehingga dapat meningkatkan reliabilitas dan validitas laporan keuangan yang bersangkutan, sehingga manajemen khususnya pada manajemen keuangan mempunyai pembukuan yang rapi dan terperinci dan memudahkan bagi manajemen untuk mengambil suatu keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi Kelompok Wanita Karmina dalam membuat keputusan terkait dengan kegiatan penjualan atau produksi dan mengefisiensikan modal yang ada serta bagaimana sensitivitasnya terhadap adanya perubahan-perubahan dalam harga, produksi, dan biaya.

Manajemen di perusahaan yang berorientasi pada laba diarahkan untuk mempelajari hubungan antara biaya, volume dan laba. Studi ini biasanya disebut analisis biaya volume laba. Analisis ini dapat menggunakan Break Even Point (BEP), karena analisis BEP menyajikan informasi harga, biaya, volume, laba kepada manajemen, sehingga memudahkan manajemen dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian laba perusahaan di masa depan.

Selain laba usaha, adapula efisiensi usaha yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dapat dipergunakan analisis rentabilitas. Analisis rentabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas ekonomi yang tinggi yang mampu dicapai oleh perusahaan akan menggambarkan kinerja perusahaan apakah sudah efisien atau belum.

Suatu perusahaan melakukan usahanya terkadang tidak sesuai dengan perencanaan. Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan jumlah produksi, harga dan biaya produksi. Dalam rangka mengkaji kelayakan aspek finansial atas suatu investasi, dapat dilakukan dengan analisis sensitivitas selama periode tertentu akibat kemungkinan perubahan berbagai unsur atau kondisi.

Pengolahan Lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali adalah salah satu usaha kecil yang melakukan berbagai upaya ke arah peningkatan volume penjualan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan, memperbaiki efisiensi kinerja dan memenuhi kelayakan finansial. Dalam rangka untuk mencapai upaya tersebut, maka Kelompok Wanita Karmina perlu menyusun suatu perencanaan, baik untuk perencanaan penjualan maupun perencanaan mengenai biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi, karena dengan perencanaan yang baik akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha untuk memperoleh laba dan efisien kinerja yang diinginkan. Produk olahan lele di Kelompok Wanita Karmina diantaranyanya adalah abon, keripik, kerupuk, nugget dan bakso. Diantara produk-produk tersebut olahan Pengolahan Lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali adalah salah satu usaha kecil yang melakukan berbagai upaya ke arah peningkatan volume penjualan dengan tujuan untuk meningkatkan keuntungan, memperbaiki efisiensi kinerja dan memenuhi kelayakan finansial. Dalam rangka untuk mencapai upaya tersebut, maka Kelompok Wanita Karmina perlu menyusun suatu perencanaan, baik untuk perencanaan penjualan maupun perencanaan mengenai biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi, karena dengan perencanaan yang baik akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha untuk memperoleh laba dan efisien kinerja yang diinginkan. Produk olahan lele di Kelompok Wanita Karmina diantaranyanya adalah abon, keripik, kerupuk, nugget dan bakso. Diantara produk-produk tersebut olahan

Berkaitan dengan uraian di atas, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Berapa besarnya produk yang dihasilkan setiap tahunnya pada pengolahan abon dan keripik lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali?

2. Berapa besarnya penerimaan setiap tahunnya pada pengolahan abon dan keripik lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali?

3. Berapa besarnya produksi dan penerimaan dalam keadaan mencapai break even point pada pengolahan abon dan keripik lele di Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali?

4. Berapa kemampuan Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali untuk menghasilkan keuntungan dari kekayaan yang dimiliki (rentabilitas ekonomi)?

5. Bagaimana sensitivitas dan keuntungan Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali apabila terjadi perubahan harga jual produk, biaya produksi, dan jumlah produksi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui besarnya produk yang dihasilkan setiap tahunnya pada pengolahan abon dan keripik lele Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten 1. Mengetahui besarnya produk yang dihasilkan setiap tahunnya pada pengolahan abon dan keripik lele Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten

3. Mengetahui besarnya produksi dan penerimaan dalam keadaan mencapai break even point pada pengolahan abon dan keripik lele Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali.

4. Mengetahui rentabilitas ekonomi dari Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali.

5. Mengetahui sensitivitas dan keuntungan Kelompok Wanita Karmina di Kabupaten Boyolali apabila terjadi perubahan harga jual produk, biaya produksi, dan jumlah produksi.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diantaranya adalah :

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan, di samping itu untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang, terutama dalam usaha kecil menengah, khususnya dalam pengolahan lele di Kabupaten Boyolali.

3. Bagi pengurus Kelompok Wanita Karmina, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai kelayakan produksi dan efisiensi usaha pengolahan abon dan keripik lele.

4. Bagi pembaca, semoga penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis.

A. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian dari Rakhmawati (2008) dengan judul Analisis Break Even Point pada Usaha Pengolahan Pucuk Daun Teh (Kasus di Pabrik Teh Sumber Daun Kabupaten Cianjur) menggunakan metode dasar penelitian berupa metode deskriptif analitis dan pelaksanaannya menggunakan teknik studi kasus. Data yang digunakan adalah data tahun 2005-2007 yang kemudian dianalisis untuk mengetahui titik impas dan mengetahui sensitivitas perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya penerimaan dari hasil penjualan pucuk teh serta tingkat keuntungan setiap tahunnya mengalami peningkatan, sedangkan BEP dalam unit dan dalam rupiah cenderung menurun. Hal ini dikarenakan dipengaruhi oleh besarnya biaya tetap, biaya variabel dan harga jual per unit yang tiap tahunnya mengalami perubahan. Perubahan tersebut menjadi dasar adanya analisis sensitivitas dalam penelitiannya. Dimana diuji perubahan variabel kenaikan dan penurunan harga sebesar 3%, kenaikan dan penurunan produksi sebesar 3%, serta kenaikan dan penurunan biaya produksi sebesar 5% masih dapat memberikan keuntungan bagi Pabrik Teh Sumber Daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perubahan sebesar tersebut perusahaan masih mampu dalam mencapai titik impas. Dalam penelitiannya disarankan supaya pabrik melakukan usaha untuk meningkatkan rentabilitas ekonominya atau kemampuan untuk menghasilkan laba caranya dengan memangkas biaya variabel berupa biaya gudang, biaya administrasi dan biaya lain-lain serta perlu adanya penambahan tenaga kerja yang khusus untuk menangani masalah administrasi dan keuangan.

Hasil penelitian dari Verryca (2011) dengan judul Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon dalam Usaha Pembenihan di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar menggunakan metode dasar penelitian berupa metode deskriptif analitis dan pelaksanaannya menggunakan teknik studi kasus. Data yang digunakan adalah data tahun 2006-2009 yang Hasil penelitian dari Verryca (2011) dengan judul Analisis Break Even Point (BEP) Benih Melon dalam Usaha Pembenihan di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Kabupaten Karanganyar menggunakan metode dasar penelitian berupa metode deskriptif analitis dan pelaksanaannya menggunakan teknik studi kasus. Data yang digunakan adalah data tahun 2006-2009 yang

Hasil penelitian dari Sancoyo (2008) dengan judul Strategi Pengembangan Usahatani Lele Dumbo di Kabupaten Boyolali menggunakan metode dasar penelitian berupa metode deskriptif. Data yang digunakan adalah data tahun Desember 2007-Maret 2008 yang kemudian dianalisis untuk mengetahui analisis usahataninya sehingga bisa menganalisis faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi usahataninya serta membuat strategi pengembangan menggunaka analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan utama dalam mengembangkan usahatani lele dumbo yaitu kualitas lele dumbo yang bagus dan sudah diakui masyarakat. Sedangkan kelemahan yang paling mendasar yaitu ketrampilan petani rendah. Peluang utama dalam mengembangkan usahatani lele dumbo adalah lingkungan yang aman dan terkendali. Sedangkan ancaman yang paling besar yaitu harga ikan lele dumbo dari daerah lain yang lebih murah. Sehingga prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usahatani lele dumbo di Kabupaten Boyolali adalah meningkatkan kualitas sumber daya petani secara teknis, moral dan spiritual melaui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing ikan lele dumbo.

Hasil penelitian dari Wibowo (2011) dengan judul Analisis Usaha dan Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Pembenihan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ceper Kabupaten Klaten menggunakan metode dasar penelitian berupa metode deskriptif analisis. Data yang digunakan adalah data tahun Juli 2010-Agustus 2010 yang kemudian dianalisis untuk mengetahui analisis usahataninya sehingga bisa menganalisis faktor eksternal dan internal yang

utama kontinuitas produksi benih, kualitas benih, usaha pembenihan yang mudah dan resiko kecil, organisme pengganggu relatif aman, saprodi mudah di dapat dan potensi SDA yang mendukung. Sedangkan kelemahan yang paling mendasar yaitu kemampuan memperoleh teknologi baru masih terbatas, posisi petani pembenih cenderung sebagai penerima harga, pelaksanaan usaha pembenihan kurang optimal, keterbatasan modal dan pengelolaan keuangan petani pembenih kurang baik. Peluang utama meningkatnya permintaan lele dumbo di masyarakat, memiliki hubungan yang baik dengan stakeholder, kondisi lingkungan yang aman, bantuan dari pemerintah, penyuluhan dan pengawasan yang rutin dari PPL. Sedangkan ancaman yang paling besar yaitu kenaikan harga pakan, tuntutan terhadap penanganan limbah, berkembangnya teknologi pembenihan di daerah lain, harga benih di daerah lain yang lebih murah dan peningkatan pemasaran benih jenis ikan lain. Sehingga prioritas strategi yang dapat diterapkan Mempertahankan kualitas produk benih dan meningkatkan kerja sama dengan stakeholder serta mempererat kemitraan untuk mempertahankan kontinuitas produksi dan dapat bertahan di pasaran.

Berdasarkan penelitian dari Rakhmawati (2008) dan Verryca (2011) mempunyai kesamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan analisis break even point. Sedangkan penelitian lain dari Sancoyo (2008) dan Wibowo (2011) juga mempunyai kesamaan yaitu dalam penelitian ini meneliti tentang komoditas ikan lele. Penelitian ini akan menggunakan analisis break even point dengan komoditas ikan lele yang diolah menjadi abon lele dan keripik lele.

B. Tinjauan Pustaka

1. Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen (management accounting) memfokuskan baik data keuangan maupun non keuangan, historis maupun estimasi yang dibutuhkan manajemen untuk menjalankan operasional perusahaan dan melakukan perencanaan jangka panjang (Hanggana, 2009). Akuntansi biaya 1. Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen (management accounting) memfokuskan baik data keuangan maupun non keuangan, historis maupun estimasi yang dibutuhkan manajemen untuk menjalankan operasional perusahaan dan melakukan perencanaan jangka panjang (Hanggana, 2009). Akuntansi biaya

Menurut Erlina (2002) mengenai tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk :

a. Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi biaya menyediakan informasi atau data biaya masa lalu yang diperlukan untuk menyusun perencanaan, dan selanjutnya atas dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dikendalikan dan akhirnya pengendalian dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

b. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. Penetapan harga pokok akan dapat membantu dalam : (a) penilaian persediaan baik persediaan barang jadi maupun barang dalam proses, (b) penetapan harga jual terutama harga jual yang didasarkan kontrak, walaupun tidak selamanya penentuan harga jual berdasarkan harga pokok, (c) penetapan laba.

c. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam akuntansi manajemen ialah diantaranya:

a. Biaya Tetap dan Biaya Variabel Sebagian besar keputusan yang diambil oleh manajemen memerlukan informasi biaya yang didasarkan pada perilakunya. Perilaku biaya adalah pola perubahan biaya dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas perusahaan (misalnya volume produksi atau volume penjualan). Besar-kecilnya biaya dipengaruhi oleh besar- kecilnya volume produksi atau volume penjualan (Sutanto, 2009).

Biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan (Jusup, 2001). Biaya sendiri Biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan (Jusup, 2001). Biaya sendiri

2) Biaya Variabel adalah biaya yang totalnya berubah-ubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya tetap. Semakin besar volume kegiatan, semakin besar pula biaya totalnya. Sebaliknya, semakin kecil volume kegiatan, semakin kecil pula biaya totalnya. Biaya variabel diantaranya adalah biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan kecil, pengerjaan ulang dan unit-unit rusak (Mulyadi, 2001).

Konsep biaya merupakan salah satu hal yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan. Biaya yang akan memberikan manfaat (benefit) hanya pada periode berjalan (current periode) biasanya dicatat sebagai beban (Hanggana, 2009).

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

TC = TFC + TVC

dimana : TC = biaya total (Rupiah) TFC = total biaya tetap (Rupiah) TVC = total biaya variabel (Rupiah)

Gambar 1. Kurva Perilaku Biaya Variabel

Gambar 2. Kurva Perilaku Biaya Tetap Menurut Dixit dan Stiglitz (1977) suatu yang mendasari biaya adalah sebagai berikut :

“The basic principle is easily stated. A commodity should be produced if the costs can be covered by the sum of revenues and a properly defined measure of consumer's surplus. The optimum amount is then found by equating the demand price and the marginal cost. ”

Pendapat di atas menyatakan bahwa jika biaya tersebut dapat ditanggung oleh semua penerimaan dari produk yang di tawarkan maka perusahaan tersebut bisa dikatakan dalam tahapan yang efisien. Besarnyanya biaya yang dikeluarkan dapat menentukan berapa harga jual produk di pasaran.

Menurut Harahap (1998) penerimaan adalah hasil dari penjualan barang atau pemberian jasa yang dibebankan kepada pelanggan atau mereka yang menerima jasa.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q x P

dimana : TR = penerimaan total (Rupiah) Q

= jumlah produksi yang dihasilkan (kemasan)

= harga produksi per kemasan (Rupiah)

c. Keuntungan Laba atau keuntungan adalah peningkatan aset bersih yang berasal dari transaksi sampingan atau insidental (Subramanyam dan Wild, 2010).

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – TC

dimana : π

= keuntungan produksi (Rupiah) TR = penerimaan total (Rupiah) TC = biaya total (Rupiah)

Dalam analisa keuntungan diperlukan data mengenai penghasilan dari penjualan (jumlah produk dikalikan dengan harga produk), biaya produksi keseluruhan dan besarnya laba yang diperoleh. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

π = Q x P – (TFC + TVC)

dimana : π

= keuntungan produksi (Rupiah)

= jumlah produksi yang dihasilkan (kemasan)

= harga produksi per kemasan (Rupiah) TFC = total biaya tetap (Rupiah) TVC = total biaya variabel (Rupiah)

Analisis Break Even Point (titik impas) sering disebut juga dengan cost volume profit analysis. Karena analisa ini diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya dan juga laba atau rugi. Suatu usaha dikatakan dalam keadaan impas (break even), apabila setelah disusun laporan perhitungan laba rugi untuk periode tertentu tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau sebaliknya juga tidak menderita kerugian. Hasil penjualan yang diperoleh untuk periode tertentu sama besarnya dengan keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan sehingga usaha tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian (Mulyadi, 2001).

Apabila titik impas tercapai pada volume penjualan yang relatif rendah (dari kapasitas optimal produksi) merupakan harapan dari setiap usaha karena memberikan kesempatan kepada usaha untuk segera memeperoleh keuntungan. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan suatu usaha dalam merealisasikan keuntungan, usaha itu perlu membuat perencanaan penjualan, produksi dan biaya produksi. Dengan demikian, analisis titik impas ini sangat erat hubungannya dengan program budgeting atau perencanaan keuangan. Meskipun analisis titik impas ini dapat diterapkan untuk data historis, tetapi sebenarnya penggunaannya yang penting adalah untuk membuat perencanaan laba dalam periode yang akan datang (Nugraheni dan Purwanti, 2001).

Menurut Riyanto (1997) mengenai pendekatan even point terdapat tiga pendekatan yang dapat perusahaan gunakan untuk satu periode. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah:

1) Pendekatan Grafik Salah satu cara untuk menentukan break even point adalah dengan membuat gambar break even. Dalam gambar tersebut akan tampak garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel dan garis hasil penjualan.

Gambar 3. Grafik Break Even Point Besarnya volume produksi dalam unit nampak pada sumbu

horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan dari penjualan nampak pada sumbu vertikal (sumbu Y). Dalam gambar grafik break even tersebut break even point dapat ditentukan, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. Apabila dari titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan nampak besarnya break even dalam unit. Jika dari titik tersebut ditarik garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan nampak besarnya break even dalam rupiah.

2) Pendekatan Trial and Error Perhitungan break even point dengan cara trial and error dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitung keuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume produksi/penjualan yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume 2) Pendekatan Trial and Error Perhitungan break even point dengan cara trial and error dilakukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan menghitung keuntungan operasi dari suatu volume produksi/penjualan tertentu. Apabila perhitungan tersebut menghasilkan keuntungan maka diambil volume produksi/penjualan yang lebih rendah. Apabila dengan mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita kerugian maka kita mengambil volume penjualan/produksi yang lebih besar. Demikian dilakukan seterusnya hingga dicapai volume

3) Pendekatan Matematik Perhitungan break even point dengan menggunakan rumus aljabar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Atas Dasar Unit

b) Atas Dasar Rupiah

Keterangan: FC = Biaya tetap VC = Biaya variabel per unit

= Harga jual per unit

BEP (Rp) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam

rupiah

BEP (Q) = Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam

unit

Reinhardt (1973) mendefinisikan break even point pada suatu kasus di perusahaan Lockheed’s tri star, sebagai berikut :