Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

17 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan individu dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang sedang dan akan terjadi. Pendidikan dilakukan secara terencana, terarah, terprogram, dan berkelanjutan sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menunjang tercapainya tujuan pembangunan nasional. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional UU SPN No. 20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pengertian pendidikan adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadioan, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara Karnadi, 2003 : 4. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar SD. Jujun S. Suriasumantri 1999: 49 menyatakan Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif. Matematika sekolah adalah metematika yang diajarkan di lembaga pendidikan dasar dan menengah Depdikbud, 1994 :110. Ciri-ciri yang dimiliki matematika adalah : 1. Memiliki objek kejadian yang abstrak, 2. Berpola pikir deduktif dan konsisten. Mata pelajaran Matematika di jenjang pendidikan dasar menekankan pada pembentukan nalar, sikap, dan ketrampilan terutama pada penguasaan bilangan termasuk menghitung. Matematika sekolah berfungsi sebagai salah satu 18 18 unsur masukan instrumental, yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan pada kebenaran-kebenaran terdahulu yang telah diterima, dalam sistem proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Penyebab lain adalah selama ini dalam menerapkan pendekatan terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan Sejalan dengan pembaharuan pendidikan yang makin berkembang luas, permasalahan yang makin mendesak adalah faktor kemampuan guru. Oleh karena itu kualitas guru harus ditingkatkan baik, sikap, pengetahuan, ketrampilan dan kreatifitas. Peran Guru hendaknya dapat menumbuhkan semangat untuk belajar bekerja sama dengan siswa di dalam kelas. Komunikasi yang intensif antara siswa dengan guru akan meningkatkan kualitas proses pembelajaran, apabila pengkoordinasian antara penyerasian pemaduan input sekolah, antara lain : guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dan lalin-lain dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong kreatifitas siswa, berfikir kritis dan mampu memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Quantum learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan perubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar siswa. Interaksi-interaksi antar masing-masing komponen pendidikan akan mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi kesuksesan belajar yang bermanfaat bagi dirinya sendiri 19 19 maupun lingkungannya De Porter, Reardon dan Singer-Nourie, 2001 :5. Pendekatan Quantum Learning dalam pembelajaran berusaha menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan sengaja, dan terancam dengan menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Karakter pembelajaran di kelas dengan pendekatan Quantum, banyak dipengaruhi oleh aturan main yang dianut guru, misalnya suasana psikologis kelas yang nyaman, pembelajaran yang menarik, menyenangkan, santai, enak dipandang, motivasi siswa yang tinggi, dan adanya lingkungan yang positif, kondusif, menggembirakan penjelajahan dan santai De Porte dan Hernacki, 2001:15. Apabila suatu sekolah mempunyai guru-guru yang akomodatif, maka tercipta suasana pembelajaran yang sangat menarik, dengan demikian akan membangkitkan kreatifitas yang tinggi pada diri siswa dan kemampuan kerjasama antara siswa dengan guru dan antar siswa di dalam kelas. Pendekatan kooperatif Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang belum banyak diterapkan dalam pendidikan di Sekolah Dasar di Indonesia, meskipun masyarakat Indonesia sangat membanggakan akan sifat gotong royong dalam kehidupannya. Sebagian guru enggan menerapkan sistem kerja kelompok, banyak juga siswa yang tidak senang disuruh bekerja sama dengan yang lain. Sebab ada siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam kelompoknya, sedangkan siswa yang kurang mampu 20 20 merasa minder. Maka faktor kerja sama antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil sering diabaikan oleh guru. Guru diharapkan mempunyai kemampuan dan ketrampilan untuk dapat menumbuhkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran matematika, dengan demikian guru dapat menyajikan pembelajaran secara bervariasi misalnya dengan menggunakan media pembelajaran yang efektif. Penerapan pendekatan pembelajaran secara efektif dapat digunakan sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk merangsang kreatifitas siswa dalam mempelajari konsep matematika. Berangkat dari uaraian di atas maka peneliti mengangkat penelitian tentang Perbedaan Pengaruh Penerapan Pendekatan Pembelajaran Quantum Learning dan Pendekatan Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kreativitas Siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA PENDEKATAN KOOPERATIF DAN KONVENSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

2 26 125

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA SMP Eksperimen Pembelajaran Matematika Melalui Problem Solving Learning Dan Problem Posing Learning Ditinjau Dari Motivasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar (P

0 3 18

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PROBLEM BASED LEARNING DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

0 1 118

PENGARUH PEMBELAJARAN PARTICIPATORY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU PENGARUH PEMBELAJARAN PARTICIPATORY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGPANDAN.

0 1 16

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DAN ACCELERATED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENGARUH METODE PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DAN ACCELERATED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (Penel

0 0 17

PENGARUH METODE QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PENGARUH METODE QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA ( Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2

0 1 24

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA SMA NEGERI SE-KABUPATEN MANGGARAI TIMUR.

0 0 18

Pengaruh Model Cooperative Learning Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Ditinjau Dari Motivasi Belajar FULL TEXT VIKA

0 0 144

Pembelajaran matematika dengan pendekatan cooperative learning ditinjau dari prestasi belajar, motivasi, dan akhlak mulia siswa kelas X MA Ali Maksum Yogyakarta.

0 0 2

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN INQUIRY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA DI SMA NEGERI KOTA MADIUN - UNS Institutional Repository

0 0 15