TINJAUAN PUSTAKA Economic Benefit Analysis of Fishery Resource at Marine Protected Area of Karimunjawa National Park
dan Anna 2002, yang meneliti depresiasi sumberdaya perikanan di pantura, dengan pendekatan resource accounting neraca sumberdaya, yang menunjukkan
bahwa perikanan pelagik di pantura jawa telah mengalami overfishing dimana rasio input-output aktual jauh lebih besar dari rasio input-output optimal.
Hipotesis economic overfishing juga dapat pula dilihat dari rendahnya rente ekonomi aktual dibanding dengan rente ekonomi optimal.Dari hasil penelitian
tersebut perbedaan tersebut rata-rata sekitar 60 selama kurun waktu 20 tahun. Menurut Purwanto 1999, kepulauan Karimunjawa memiliki daya
tampung lingkungan cukup tinggi dengan daya dukung cukup peka, sehingga dalam pengelolaan wilayah perlu menerapkan konsepsiparadigma: “Self
Sustaining Technology”. Kawasan Karimunjawa merupakan merupakan perwakilan 5 tipologi sumberdaya hayati tropis, seperti 1 Ekosistem terumbu
karang, 2 Ekosistem rumput lautpadang lamun, 3 Ekosistem mangrove, 4 Ekosistem hutan pantai, dan Ekosistem hutan dataran rendah. Kekayaandaya
tampung masing-masing untuk: terumbu karang 51 genera 91 spesies, 242 jenis ikan karang, 2 jenis penyu, 13 jenis biota laut yang dilindungi; rumput
lautpadang lamun 14 genera; mangrove 9 genera; hutan pantai 3 genera dan hutan tropis dataran rendah 43 jenis.
Ekosistem Kepulauan Karimunjawa menggambarkan ‘keunikan habitat’ sebagai akibat isolasi geografis dari Gunung Muria P. Jawa dengan terdapatnya
berbagai jenis biota dilindungi dan vegetasi endemik, sebagai akibat keragaan ukuran pulau. Kedua ciri diatas memiliki makna ekologis: kerentananfragilitas
akan pemanfaatan yang sangat berlebihan, keterbatasan sumberdaya air tawar, dan kecenderungan percepatan kerusakan bila terjadi perubahan yang
berlebihanbencana alam Elnino, pencemaran. Sesuai dengan fungsinya, berdasar Surat Keputusan Dirjen PHPA Nomor
53KptsDj-IV1990, Taman Nasional Karimunjawa dibagi menjadi 4 mintakatzonasi, yaitu:
1 Zona Inti. Seluas 1.299 Ha, peruntukan hanya untuk kegiatan penelitian, pendidikan dan ilmu pengetahuan secara terbatas. Fungsi zona ini untuk
melindungi habitat terumbu karang, burung elang laut, dara laut, penyu sisik, penyu hijau dan sawo kecik.
2 Zona Rimba. Seluas 7.801 Ha, peruntukan sama dengan zona inti namun bisa dilakukan wisata terbatas. Meliputi P. Krakal Kecil, P. Krakal Besar,
P. Menyawakan, P. Cemara besar, P, Cemara Kecil, P. Bengkoang serta sebagian P. Karimunjawa dan P. Kemujan.
3 Zona Pemanfaatan. Seluas 4.431 Ha, peruntukan hampir sama dengan zona inti dan zona rimba, namun dapat dilaksanakan kegiatan penunjang
pengembangan karimunjawa, misalnya pariwisata. Meliputi P. Menjangan Besar, Menjangan Kecil, P. Kembang. P. Kembar, Karang Katang, Karang
Kapal. Menurut IUCN 2003, untuk perikanan, Marine Protected Area Kawasan
Konservasi Laut secara umum dapat memberikan empat manfaat dasar, yaitu: •
Mendukung pengelolaan stok, melalui: o
Perlindungan tingkat kehidupan spesifik seperti nursery ground o
Perlindungan fungsi-fungsi penting feeding ground, spawning ground
o Perlindungan bagi spill over spesies yang dieksploitasi
o Penyedia pusat penyebaran suplay larva bagi perikanan
• Meningkatkan outcomes sosio-ekonomik bagi komunitas lokal
• Mendukung stabilitas perikanan; dan
• Penyeimbang ekologi
o Trade-off bagi dampak ekosistem
o Pemahaman yang lebih baik atas dampak dan pilihan.
Menurut Purwanto 2003, Secara ekologis tropis, sistem kepulauan Kawasan Konservasi Laut KKL mempunyai daya tampung yang sangat tinggi
terhadap struktur biodiversitas habitat seperti: terumbu karang, mangrove, teluk, laguna, estuaria, pesisir litoral, padang lamunalgae, up-wellingdaerah umbulan
laut yang menjadi penopang sumberdaya ikan dan non-ikan baik yang bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai nilai pelayanan cukup besar untuk pariwisata.
Dengan demikian KKL mempunyai nilai konservasional, sebagai perwakilan ekosistem perairan laut tropis Indonesia. Bahkan KKL-RI memiliki nilai
konservasi internasional mengingat lokasi KKL-RI terletak tepat di pusat benua
ke-6 bersifat Maritim Tagaroa yanag keanekaragaman jenis biota laut dan ekosistemnya sangat tinggi.
Pembentukan sebuah kawasan konservasi laut atau disebut juga sebagai Marine Protected Area
MPA harus dapat dirasakan masyarakat manfaatnya, sehingga partisipasi masyarakat dalam pengelolaan MPA dapat diharapkan.
Dengan menggunakan metode MPAEM Marine Protected Area Evaluation Method
Alder et al. 2002 telah mencatat adanya peningkatan biomass, kelimpahan, atau keanekaragaman hayati ikan di MPA. Manfaat MPA terhadap
perikanan dibahas secara panjang lebar oleh Gell dan Roberts 2002. Mereka juga melaporkan pengaruh positif MPA terhadap perikanan lobster di
Newfoundland, Kanada. Ukuran lobster di Leigh Marine Reserve Selandia Baru
juga dilaporkan lebih besar dibandingkan dengan lobster di luar MPA tersebut Kelly et al., 2002.
Penelitian mengenai nilai manfaat sosial ekonomi suatu kawasan konservasi laut telah pernah dilakukan oleh Hariyadi 2004 di Taman Nasional
Kepulauan Seribu. Dalam penelitian tersebut dalam metode analisisnya menggunakan metode analisis MPAEM Marine Protected Area Evaluation
Model , MCA Multi Criteria Analysis dan analisis valuasi ekonomi. Ternyata
metode-metode tersebut secara konsisten menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu adanya manfaat penetapan Tanaman Nasional Laut bagi masyarakat
setempat khususnya nelayan. Namun hasil ini berbeda dengan hasil analisis persepsi masyarakat yang cenderung menganggap tidak ada manfaat dari
keberadaa n Taman Nasional Kepulauan Seribu, sehingga degradasi sumberdaya alam disana tetap terjadi.
Menurut WIOMSA 2004, analisis ekonomi untuk menilai suatu kawasan perlindungan laut MPA akan bermanfaat dalam:
• Mengukur dan memperlihatkan nilai ekonomi MPA dalam hal barang dan jasa
kasar, perlindungan sistem alam dan manusia, pemeliharaan pilihan produksi dan pertumbuhan ekonomi dimasa mendatang.
• Mengintegrasikan urusan bisnis dan ekonomi kedalam perencanaan dan
praktek konservasi.
• Mengidentifikasi dan mengembangkan mekanisme pembiayaan potensial dan
insentif ekonomi untuk pengelolaan •
Memperoleh pendanaan dari perusahaan-perusahaan asuransi untuk penanggulangan jika sumberdaya rusak karena suatu kecelakaankejadian,
seperti tercemar minyak •
Mengembangkan mekanisme untuk meyakinkan bahwa manfaat dan biaya dari suatu MPA dapat equally shared.