Valuasi Ekonomi Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Karimunjawa
ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut dan setelah ditetapkannya, kita akan dapat mengukur perubahan nilai ekonomi yang terjadi sebelum dan setelah
terjadinya perubahan. Jenis-jenis ikan yang dapat ditangkap di Kepulauan Karimunjawa antara
lain yaitu tongkol, tenggiri, teri, ekor kuning, kerapu, kakap, badong, layang dan sejumlah jenis ikan lainnya. Adapun jenis ika n yang dihitung nilai
produktivitasnya dalam penelitian ini adalah ikan kerapu, karena ikan tersebut adalah ikan karang, yang memiliki habitat menetap di terumbu karang, bernilai
ekonomis tinggi, disamping dukungan ketersediaan data sekundernya. Besaran jumlah hasil tangkapan ikan kerapu hampir tidak tergantung
kepada musim, kecuali pada musim-musim dimana terjadi gelombang besar musim barat nelayan sedikit mengurangi aktivitas penangkapannya. Jumlah hasil
tangkapan ikan kerapu dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2004 tersaji pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Produksi dan Harga Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa Tahun 1991-2004
Tahun Produksi kg
Harga Rpkg
1991 8410
2400 1992
5873 2500
1993 4008
2500 1994
6287 3750
1995 7507
5000 1996
6093 4500
1997 6093
4000 1998
4705 5000
1999 4387
15000 2000
4395 20000
2001 3650
20000 2002
3156 20000
2003 6716
20000 2004
5699 20000
Menghitung Harga Riil Ikan Kerapu
Selanjutnya nilai produksi diatas dikonversi kedalam nilai riil untuk memperoleh perbandingan nilai yang sama antar waktu. Pergerakan inflasi harga
dari tahun ketahun dapat digambarkan dengan Indeks Harga Konsumen IHK. Dengan indeks tersebut akan diperoleh nilai riil yang tidak lagi terpengaruh
dengan pergerakan inflasi harga. Indeks Harga Konsumen yang digunakan adalah IHK Nasional untuk jenis
ikan segar, yang dipublikan oleh Biro Pusat Statistik Nasional. Selengkapnya disajikan pada tabel 6 berikut:
Tabel 6. Indeks Harga Konsumen Produk Ikan Segar Tahun 1991-2004
Tahun IHK Tahun 1989=100
1991 110,02
1992 126,24
1993 142,35
1994 159,99
1995 173,97
1996 202,09
1997 231,81
1998 175,34
1999 262,62
2000 267,98
2001 290,73
2002 309,39
2003 317,23
2004 310,02
Sumber: Statistik Indonesia, 1991-2004 Pada tabel 7 berikut, diperlihatkan harga riil kolom 4 yang diperoleh dari
harga berlakunominal kolom 2 dibagi dengan IHK kolom 3 dan dikali 100, dari tahun 1991-2004.
Tabel 7. Produksi dan Harga Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa Tahun 1991-2004
Tahun Harga berlaku
IHK Harga riil
1991 20184000
110,02 18345755
1992 14682500
126,24 11630624
1993 10020000
142,35 7038988
1994 23576250
159,99 14736077
1995 37535000
173,97 21575559
1996 27418500
202,09 13567470
1997 24372000
231,81 10513783
1998 23525000
175,34 13416790
1999 65805000
262,62 25057117
2000 87900000
267,98 32800955
2001 73000000
290,73 25109208
2002 63120000
309,39 20401435
2003 134320000
317,23 42341519
2004 113980000
310,02 36765370
Menghitung basis pengurangan produksi
Untuk dapat menghitung pengurangan produksi, maka sebelumnya harus ditentukan batas tahun dimana produktifitas akan dihitung perubahannya, dan
menjadikannya sebagai basis perhitungan. Karena penetapan kawasan Konservasi Laut TN. Karimunjawa adalah pada tahun 1998, maka kita menghitung produksi
rata-rata sebelum penetapan KKL sebagai basis perhitungan. Hasil perhitungan basis tersebut kemudian dijadikan faktor pengurang dalam perhitungan produksi
setelah tahun 1998. Perhitungan rata-rata produksi dan pengurangan produksi setela h tahun 1998 tersaji dalam tabel 8 berikut:
Tabel 8. Selisih Produksi Ikan Kerapu Sebelum dan Setelah Penetapan Taman Nasional Karimunjawa
Periode Tahun
Produksi kg D Produksi
1991 8410
1992 5873
1993 4008
1994 6287
1995 7507
1996 6093
1997 6093
1998 4705
Sebelum KKL. TN. Krimunjawa
Rata-rata 6122
1999 4387
1735 2000
4395 1727
2001 3650
2472 2002
3156 1231
2003 6716
-594
Seteleh KKL. TN. Karimunjawa
2004 5699
423
Menghitung Per Unit Nilai Moneter
Menghitung per unit nilai moneter adalah dengan menggabungkan antara dua tabel sebelumnya. Nilai per unit pada tabel 9 kolom 4 berikut dihitung
dengan membagi nilai produksi pada tahun ke-n dengan produksi total pada tahun yang sama
Tabel 9. Nilai Per-Unit Produksi Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa tahun 1991-2004
.
Tahun Produksi Total kg
Nilai Produksi Rp Nilai per- Unit
Rpkg 1991
8410 18345755
2181 1992
5873 11630624
1980 1993
4008 7038988
1756 1994
6287 14736077
2344 1995
7507 21575559
2874 1996
6093 13567470
2227 1997
6093 10513783
1726 1998
4705 13416790
2852 1999
4387 25057117
5712 2000
4395 32800955
7463 2001
3650 25109208
6879 2002
3156 20401435
6464 2003
6716 42341519
6305 2004
5699 36765370
6451
Setelah nilai per unit diperoleh, selanjutnya adalah menghitung nilai total kehilangan ekonomi dari sisi produksi, dengan cara mengalikan nilai per unit
dengan kerugian produksi.
Tabel 10. Nilai Kerugian Ekonomi Produksi Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa
Tahun nilaiunit
prod.los s nilai prod.loss
1999 5712
1735 9909756
2000 7463
1727 12889022
2001 6879
2472 17005469
2002 6464
1231 7957594
2003 6305
-594 -3744917
2004 6451
423 2728856
Rata-rata
7490532
Memperhatikan tabel 10 di atas, rata-rata nilai ekonomi yang hilang dari sisi produksi selama kurun waktu 1999-2004 adalah sebesar Rp.
7.490.532
,-. Nilai ini mencerminkan kerugian ekonomi yang hilang akibat kawasan konservasi yang
rusak karena berkurangnya kemampuan kawasan tersebut untuk memproduksi output pada tingkat yang seharusnya.
Menurut Fauzi 2003, aspek yang juga perlu diperhatikan adalah preferensi waktu dimana terjadinya kecenderungan orang untuk mengekstraksi
sumberdaya alam sekarang daripada waktu yang akan datang. Dengan kata lain nilai sumberdaya dimasa mendatang sering didiskonto dengan tingkat discount
rate yang tinggi, yang berarti nilainya dimasa mendatang dinilai sangat rendah.
Aspek discount rate sering juga diwakili dengan tingkat suku bunga berlaku mencerminkan preferensi waktu tersebut. Oleh karena itu untuk menganalisis
perubahan dalam waktu cukup panjang digunakan discount rate dalam hal ini tingkat suku bunga sebesar 8 per tahun sehingga dapat diukur dengan nilai masa
kini Present value, yaitu Rp. 97.387.037,5 Kerugian ekonomi produksi yang terjadi setelah penetapan Kawasan
Konservasi Laut Taman Nasional Karimunjawa kemungkinan berkaitan erat dengan kondisi terumbu karang yang berada di kawasan tersebut. Berdasarkan
informasi yang berkembang di masyarakat, di Karimunjawa marak beroperasi nelayan-nelayan yang menangkap ikan-ikan karang dengan menggunakan racun
pottasium sianida yang dapat merusak terumbu karang, khususnya menjelang awal tahun 2000
Sebagaimana menurut Purwanto 1999 yang mengatakan bahwa perikanan karang di perairan Karimunjawa menegalami penangkapan yang
berlebihan sebagai akibat prikanan “muroami” yang berasal dari luar wilayah dan juga teknik pemanfaatan penangkapan dengan cyanida, serta perdagangan ikan
hidup pada ukuran yang tidak semestinya, perikanan tambak yang teknologinya bukan merupakan teknologi bersih lingkungan, dengan cara pembukaan hutan
mangrove. Walaupun dari hasil perhitungan masih terdapat kerugian ekonomi
produksi dibanding berapa tahun sebelumnya, secara umum trend kerugian nilai
ekonomi produksi tersebut dari tahun 1999-2004 setelah penetapan resmi Taman Nasional Karimunjawa cenderung menurun. Bahkan pada tahun 2003 nilai
kerugian tersebut bernilai negatif -3744917, artinya pada tahun tersebut justru terdapat surplus, dibandingkan dengan rata -rata sebelum tahun 1999.
Gambar 4. Nilai Kerugian Produksi Ikan Kerapu Setelah Penetapan Kawasan Konservasi
Hal tersebut dapat menjadi indikator bahwa setelah tahun 2000 keberadaan Kawasan Konservasi Laut setidaknya telah mengurangi laju kerugian ekonomi
produksi di Kawasan Karimunjawa. Setelah tahun 2000 memang perairan Karimunjawa mulai dinyatakan
tertutup bagi nelayan yang bukan berasal dari Karimunjawa, hal tersebut disepakati sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan operasi pengamanan gabungan
Balai Taman Nasional Karimunjawa, Polisi Air dan Udara Provinsi Jawa Tengah serta Dinas Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Kapal-kapal dari luar Karimunjawa
tidak diperbolehkan lagi menangkap ikan di perairan Karimunjawa, kecuali sekedar singgah di dermaga-dermaga sekitar Karimunjawa. Larangan tersebut
Nilai Kerugian Produksi
-5 5
10 15
20
1998 1999
2000 2001
2002 2003
Tahun Nilai Produksi RP dalam
juta Nilai Kerugian Produksi
Trend Nilai Kerugian Produksi
Rerata Penutupan Karang per Tahun
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00
2001 2002
2003
Tahun Persentase
Inti Perlindungan
Pemanfaatan Penyangga
RERATA
dicantumkan dalam setiap ijin penangkapan yang dikeluarkan Dinas Perikanan Provinsi Jawa Tengah kepada setiap armada perikanan di Jawa Tengah.
Trend kerusakan yang menurun tersebut diyakini juga berhubungan dengan kondisi te rumbu karang, yang berfungsi sebagai tempat hidup, mencari
makan dan memijah ikan-ikan karang. Dari data kondisi terumbu karang menunjukkan bahwa terdapat peningkatan tingkat penutupan karang di Kawasan
Karimunjawa dari tahun 2001 hingga tahun 2003, sebagaimana terlihat pada gambar 5.
Karena kawasan terumbu karang bagi ikan dapat merupakan tempat memijah, mencari makan ataupun membesarkan, maka kondisi terumbu karang
dapat berfungsi sebagai indikator kelimpahan ikan di daerah tersebut. Dari peningkatan tingkat penutupan terumbu karang yang terdata di Kawasan
Karimunjawa, mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan kualitas habitat ikan, yang akan mendorong pertumbuhan ikan yang lebih baik.
Gambar 5. Rerata Tingkat Penutupan Karang di Perairan Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2001 -2003
Artinya walaupun untuk saat ini manfaat secara ekonomi keberadaan Kawasan Konservasi Laut belum memberikan manfaat secara optimal, namun
telah memberi harapan yang baik untuk masa kedepannya. Kawasan konservasi adalah kawasan yang pada periode pendek atau menengah mungkin tidak atau
belum memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat, namun merupakan investasi untuk masa yang akan datang.
Lebih jelasnya prinsip manfaat ekonomi kawasan konservasi laut terlihat pada gambar berikut
Gambar 6. Prinsip Manfaat Ekonomi MPA Fauzi, 2005
Kawasan pemanfaatan menghasilkan keuntungan ekonomi sesaat tanpa menyimpan stok ikan untuk masa depan. Oleh karenanya dapat dibayangkan jika
seluruh kawasan laut merupaka n kawasan pemanfaatan, maka dalam jangka panjang stok ikan di kawasan tersebut akan terus menurun bahkan habis tanpa
Wilayah dan Sumberdaya Laut
Kawasan Pemanfaatan
Kawasan Konservasi
Investasi
Manfaat Ekonomi
adanya restocking. Dalam hal ini prinsip kawasan konservasi laut adalah apa yang dikenal dengan spill over effect atau dampak limpahan, dimana pada kawasan
yang dilindungi stok ikan akan tumbuh baik, dan limpahan dari pertumbuhan ini akan mengalir ke wilayah di luar kawasan, yang kemudian dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan tanpa mengurangi sumber pertumbuhan di daerah yang dilindungi.