BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Kawasan
Pada tahun 1941 Kawasan Gunung Ciremai merupakan kawasan hutan lindung yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan fungsi utama
pengaturan tata air, pencegah erosi, sedimentasi, longsor, banjir dan bencana alam akibat letusan gunung merapi, menjaga kesuburan tanah areal di bawahnya dan
kelestarian flora dan fauna di dalam ekosistemnya. Seiring dengan perkembangan periode pengelolaan hutan di Indonesia, pada tanggal 10 Maret 1978, Kawasan
Hutan Gunung Ciremai telah ditunjuk menjadi hutan produksi wilayah kerja unit produksi Unit III Perum Perhutani dengan SK Menteri Pertanian Nomor
143KptsUm31978. Perubahan status kawasan menjadi hutan produksi menyebabkan
terganggunya fungsi utama kawasan Gunung Ciremai karena terdapat pengelolaan tanah secara intensif dan penebangan hutan alam yang diganti dengan pohon
pinus sehingga mengurangi habitat tumbuhan dan satwa liar. Pada tanggal 4 Juli 2003 Kawasan Hutan Gunung Ciremai yang dikelola Perum Perhutani berubah
status menjadi Hutan Lindung Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. 195Kpts-II2003.
Kawasan Hutan Lindung Gunung Ciremai kemudian mengalami perubahan fungsi menjadi taman nasional dengan dikeluarkannya surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 424Menhut-II2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang perubahan fungsi kawasan hutan lindung Gunung Ciremai menjadi taman
nasional. Pada tanggal 30 Desember 2004 dilakukan penunjukan Balai Konservasi Sumberdaya Alam BKSDA Jawa Barat II sebagai pengelola Taman Nasional
Gunung Ciremai TNGC hingga terbentuknya organisasi Taman Nasional Gunung Ciremai berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA No. SK.
140IVSet-32004.
4.2 Letak dan Luas
Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC memiliki ketinggian 3.078 mdpl. Berdasarkan letak geografisnya, TNGC berada pada koordinat
108
o
28’0”BT–108 21’35”BT dan 6
o
50’25”LS–6
o
58’26”LS. Sebelum berubah fungsi menjadi taman nasional, kawasan hutan Gunung Ciremai memiliki luas
sekitar 15.859,17 ha. Kawasan ini tersebar pada wilayah administratif Kabupaten Kuningan seluas 8.931,27 ha dan Kabupaten Majelengka seluas 6.927,90 ha.
Setelah berubah fungsi, luas areal yang ditunjuk sebagai taman nasional sekitar 15.500 ha.
Secara administratif, kawasan TNGC tersebar pada 2 wilayah kabupaten. Sebelah Barat berada pada wilayah Kabupaten Majalengka, dan sebelah Timur
berada pada wilayah Kabupaten Kuningan. Pada wilayah Kabupaten Kuningan, TNGC berbatasan dengan 25 desa dari 7 kecamatan. Pada wilayah Kabupaten
Majalengka, TNGC berbatasan 20 desa dari 7 kecamatan BKSDA Jabar II 2006. Lokasi penelitian berada di wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional SPTN II
Kabupaten Kuningan, termasuk dalam resort Jalaksana Gambar 7.
Gambar 7 Peta lokasi penelitian.
4.3 Topografi