Hubungan Kondisi Habitat dengan Keanekaragaman Kupu-Kupu

Genus Euploea lebih banyak ditemukan di habitat terestrial, sedangkan di habitat riparian hanya ditemukan beberapa individu saja. Sari 2008 juga mengungkapkan hal yang sama dalam penelitiannya bahwa Papilio paris hanya di temukan di sekitar telaga dan Euploea eunice hanya di temukan di tepian hutan.

5.3 Hubungan Kondisi Habitat dengan Keanekaragaman Kupu-Kupu

Habitat terestrial dan riparian memiliki karakteristik yang berbeda, hal ini mempengaruhi adanya perbedaan keberadaan jenis kupu-kupu antara kedua habitat, karena kemampuan masing-masing habitat untuk memenuhi kebutuhan hidup kupu-kupu berbeda-beda. Berdasarkan nilai indeks kekayaan dan keanekaragaman, habitat riparian memiliki kekayaan dan keanekaragaman jenis yang lebih tinggi daripada habitat terestrial. Habitat riparian memiliki jalur yang lebih panjang daripada habitat terestrial, tetapi keanekaragaman jenis kupu-kupu tidak dipengaruhi oleh panjang jalur melainkan dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor biotik habitat yang memiliki kondisi yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan hidup kupu-kupu. Faktor fisik habitat seperti suhu, kelembaban dan cahaya matahari tidak menunjukan kondisi yang jauh berbeda antara kedua habitat. Habitat terestrial memiliki suhu 26,28°C dengan kelembaban 77 dan habitat riparian memiliki suhu 25,64°C dengan kelembaban 80,33. Lembah Cilengkrang memiliki suhu lingkungan yang optimum untuk mendukung kehidupan kupu-kupu, karena kupu- kupu membutuhkan suhu lingkungan 16-42 °C untuk terbang dan suhu tubuh 28- 38°C Scott 1986. Cahaya matahari erat hubungannya dengan ketersediaan ruang terbuka, pada kondisi tajuk yang terbuka distribusi cahaya akan lebih banyak masuk ke lantai hutan. Kedua tipe habitat sama-sama memiliki ruang terbuka yang penting bagi kupu-kupu untuk melakukan aktivitasnya. Sumah 2012 menyebutkan bahwa hubungan parameter lingkungan dengan individu kupu-kupu menunjukkan bahwa intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap keanekaragaman kupu-kupu, tetapi pada dasarnya kupu-kupu memerlukan cahaya matahari untuk berjemur karena mereka adalah hewan berdarah dingin yang harus menghangatkan tubuh mereka dengan cara berjemur basking di bawah sinar matahari Glassberg 1999 . Kondisi habitat yang jelas berbeda di kedua habitat yaitu keberadaan sumber air. Sumber air berperan penting bagi kupu-kupu karena kupu-kupu dewasa aktif mencari air yang dibutuhkan sama pentingnya dengan nektar. Habitat riparian memiliki sumber air dari Sungai Cilengkrang yang mengalir disepanjang jalur wisata, kemudian terdapat dua buah air terjun yaitu Curug Sabuk dan Curug Sawer serta terdapat pula sumber pemandian air panas, sedangkan di habitat terestrial hanya memiliki satu sumber air, yaitu berupa kolam berukuran + 2,5m x 2 m di depan pos tiket masuk kawasan wisata dengan kondisi air yang dialiri melalui sebuah pipa. Perbedaan keberadaan sumber air di kedua habitat dapat mempengaruhi keberadaan jenis kupu-kupu. Kupu-kupu aktif mencari sumber air di habitat riparian dan banyak ditemukan pada pasir dan bebatuan di sekitar sungai dan sekitar kolam pemandian air panas saat melakukan pelumpuran puddling. Menurut Knodel et al. 2004, kupu-kupu tertarik dengan sumber air seperti genangan lumpur, daerah yang basah dan berpasir yang menyediakan garam atau mineral yang dibutuhkan oleh kupu-kupu untuk melakukan pelumpuran puddling. Kupu-kupu menyerap natrium dan protein pada saat puddling yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi kupu-kupu dan merupakan perilaku eksklusif kupu-kupu jantan untuk mentransfer sejumlah besar natrium untuk betina pada saat kawin sebagai hadiah perkawinan Boggs Dau 2004. Jenis-jenis yang terlihat melakukan aktivitas puddling yaitu Papilio paris, Graphium sarpedon, Prioneris autothisbe, Polyura athamas, Chirestis nivea, Libythea myrrha, Euploea eunice, Udara akasa, Caleta roxus, Jamides alecto, Jamides celeno, Ionolice helicon, Prosotas nora dan Prosotas dubiosa. Jenis yang paling banyak terlihat melakukan puddling yaitu jenis kupu-kupu dari famili Lycaenidae, hal ini sesuai dengan pernyataan Pyle Hughes 1992, bahwa kupu- kupu dari famili Lycaenidae menyukai habitat yang tergenang air dan berlumpur untuk melakukan puddling. Aktifitas puddling kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar 16. a b c d e f g h i Gambar 16 Aktifitas puddling kupu-kupu a. Papilio paris, b. Chirestis nivea, c. Libythea myrrha, d. Prioneris autothisbe, e. Euploea eunice, f. Udara akasa, g. Caleta roxus, h. Graphium sarpedon, i. Polyura athamas. Menurut Indriyani 2010, keberadaan tumbuhan pakan dan sumber air mempengaruhi keanekaragaman kupu-kupu, semakin banyak tumbuhan pakan maka keanekaragaman kupu-kupu semakin tinggi. Penelitian ini tidak menunjukkan kesimpulan yang sama, bahwa keanekaragaman kupu-kupu tertinggi terdapat pada habitat yang memiliki tumbuhan pakan yang lebih sedikit, tetapi memiliki sumber air yang lebih banyak. Keanekaragaman jenis kupu-kupu tidak hanya dipengaruhi oleh tumbuhan sebagai sumber pakan tetapi keberadaan sumber air juga sangat mempengaruhi karena kupu-kupu membutuhkan air sama pentingnya dengan kebutuhan terhadap nektar. Ketersediaan tanaman pakan memiliki peranan penting terhadap kupu- kupu. Tanaman pakan bagi kupu-kupu dewasa yaitu berasal dari tumbuhan berbunga yang menghasilkan nektar. Pada saat penelitian terdapat beberapa jenis tumbuhan yang sedang berbunga dan sering dikunjungi oleh kupu-kupu, diantaranya seperti jenis kaliandra putih Calliandra tetragona dan kalindra merah Calliandra calothyrsus, jenis ini merupakan tumbuhan yang memiliki INP tertinggi dihabitat riparian yaitu 26,39 dan 23,88. Tumbuhan kaliandra terlihat sering dikunjungi oleh Troides Helena dan Troides cuneifera, sedangkan pada habitat terestrial jenis Troides Helena dan Troides cuneifera tidak banyak ditemukan, hal ini dapat disebabkan pakan dari tumbuhan berbunga seperti tumbuhan kaliandra di habitat terestrial tidak banyak ditemukan. Tanaman yang ditemukan sedang berbunga di habitat terestrial diantaranya yaitu alpukat Persea americana, tembelekan lantana camara dan badotan Ageratum conyzoides. Alpukat merupakan jenis yang memiliki INP tertinggi di habitat terestrial pada tingkat pancang, dan sering terlihat dikunjungi oleh kupu-kupu genus Delias dan Euploea yang merupakan salah satu jenis kupu-kupu dominan dan sub-dominan di habitat terestrial . Total jenis kupu-kupu yang ditemukan 95 jenis dari lima famili, Nymphalidae merupakan famili dengan jumlah jenis dan individu terbanyak. Dalam susunan taksonomi ordo Lepidoptera, famili Nymphalidae mempunyai genus yang terbanyak dengan jumlah 13 genus Vane et al. 1984. Kondisi seperti ini mempengaruhi jenis vegetasi yang digunakan sebagai sumber pakan larva lebih beragam dan merata. Jenis vegetasi pakan dari famili Nymphalidae yang ditemukan bervariasi yaitu dari famili Anacardiaceae, Annonaceae, Euphorbiaceae, Melastomacaceae, Mimosaceae, Moraceae, Poaceae, Rubiaceae, Sapindaceae dan Urticaceae Vane et al. 1984. Habitat terstrial memiliki jumlah jenis dan individu famili Nymphalidae yang lebih banyak daripada habitat riparian, hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh keberadaan tumbuhan pakan Nymphalidae di habitat terestrial lebih banyak daripada riparian. Sebagai contoh, tumbuhan pakan larva Nymphalidae dari famili Poaceae di habitat terestrial lebih banyak daripada riparian dan termasuk jenis tumbuhan yang mendominasi dihabitat terestrial.

5.4 Upaya Konservasi Kupu-Kupu