Perumusan Masalah Penelitian Ide Pariwisata di Bali

Berdasarkan data yang telah dikemukakan, Bali hanya mengalami penurunan wisatawan pada tahun pertama setelah serangan teroris tahun 2002 terjadi dan serangan teroris pada tahun 2005 tidak terlalu berdampak besar terhadap persentase kedatangan wisatawan asing, penuruan drastis hanya terjadi pada kebangsaan tertentu seperti Taiwan. Bali menawarkan keanekaragaman hiburan untuk wisatawan, bahkan budaya menjadi konsumsi wisatawan. Akomodasi di Bali juga beragam, dari yang murah sampai paling mahal terdapat di Bali. Bali yang disebut sebagai Paradise Island oleh para wisatawan asing, mempunyai citra pariwisata yang berkonatasi hiburan malam yang negatif. Akan tetapi tidak semua wisatawan mempunyai pemikiran yang sama, dalam hal ini memilih sebuah daerah tujuan wisata, perilaku masing-masing wisatawan mempunyai andil cukup besar dalam memengaruhi keputusan akhirnya. Oleh karena itu, penelitian ini berkonsentrasi terhadap perilaku konsumen wisatawan terhadap pilihan destinasi untuk menghabiskan waktu liburnya dan diteliti faktor-faktor utama yang memotivasi wisatawan untuk memilih Bali sebagai destinasi untuk liburan dan mengetahui apa yang menjadi preferensinya.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan hal tersebut, dapat disusun perumusan masalah berikut : 1. Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang memengaruhi keputusan wisatawan terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali ? 2. Faktor-faktor utama apakah yang memengaruhi keputusan wisatawan asing terhadap pemilihan derah tujuan wisata di Bali ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor internal dan eskternal yang mempengaruhi keputusan wisatawan asing terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali. 2. Menganalisa faktor-faktor utama yang memengaruhi wisatawan asing terhadap pemilihan daerah tujuan wisata di Bali.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ide Pariwisata di Bali

Ide adanya pariwisata di Bali disinyalir dimulai dari periode penjajahan Belanda. Kontak pertama dengan penduduk asing terjadi pada tahun 1597, di mana pada saat itu perahu dari Belanda ingin memasuki daerah timur Indonesia dan menggunakan Bali sebagai tempat persinggahan Picard, 2006. Mulai pada saat itu penduduk asing dan para penumpang perahu yang bersinggah di Bali merasa kagum dengan pemandangan pulau Bali dan juga dengan keramahan penduduk lokal Picard, 2006, selain itu Bali mulai dikenal dari informasi “mulut-ke-mulut” dari penduduk Eropa yang singgah di Bali. Akan tetapi, tidak hanya informasi yang baik yang diberitahu, informasi yang cenderung memiliki efek negatif terhadap Bali juga tersebar. Bali pada saat itu diceritakan sebagai pulau yang mempunyai pertahanan yang kuat dan penduduk lokal Bali disinyalir mahir dalam merampok Picard, 2006. Setelah pemberitaan itu, berita tentang Bali meredup di kalangan Eropa sampai terjadinya perang Napoleon yang melibatkan kompetisi antara Belanda dan Inggris; dalam perang ini Belanda memenangkan atau bisa mengambil hati raja Bali, sehingga hubungan diplomatik dan perjanjian-perjanjian perdagangan terjalin Picard, 2006. Akan tetapi, dikarenakan kendala bahasa, banyak perjanjian-perjanjian yang telah disepakati diabaikan oleh Raja-raja di Bali, sehingga dengan alasan ini Belanda melakukan intervensi militer Picard, 2006. Intervensi militer ini menghasilkan perang antar kerajaan Bali dengan pasukan Belanda, pasukan dari kerajaan Bali banyak melakukan kurban spiritual atas nama Bali, pengorbanan spiritual ini dikenal juga dengan sebutan “Puputan”, di mana pasukan Bali menyatakan memilih untuk perang sampai nafas terakhir dibandingkan harus mengikuti dan menyanggupi apa yang tentara Belanda minta Picard, 2006. 6 Aksi “Puputan” yang dilakukan oleh pasukan kerajaan Bali ini membuat koloni Belanda merasa malu dan memutuskan untuk memperbaiki citra dan nama baiknya di dunia, yaitu berusaha membawa pengaruh positif atas perbuatannya dengan membuat Bali sebagai destinasi pariwisata Picard, 2006. Kolonial Belanda sudah menyadari akan keunikan Bali lama sebelum memutuskan Bali sebagai obyek pariwisata, yaitu Bali merupakan tempat suci yang mayoritas agamanya adalah Hindu dan sekaligus pemeluk agama Hindu terbesar di Indonesia, maka Belanda berpikir bahwa penduduk lokal Bali harus terus memegang teguh agamanya dan tradisi-tradisi dari agama Hindu. Koloni Belanda akhirnya memberitahukan pada penduduk lokal bahwa disetiap sekolah tarian tradisional harus diajarkan, maka penduduk lokal juga harus tetap menjaga ritual keagamaan dan mempratekkannya di kesehariannya, dengan kata lain koloni Belanda ingin Bali tidak terpengaruh oleh modernisasi global Picard, 2006. Dapat disimpulkan dari buku “Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata” bahwa koloni Belanda memegang peran utama dalam berdirinya pariwisata di Bali. Jika dibandingkan dengan propinsi Indonesia lainnya, Bali merupakan satu- satunya propinsi yang agamanya dapat mempunyai kontrol tentang operasional propinsi tersebut, contohnya: “Hari Raya Nyepi”, di mana pada hari ini semua pemeluk agama Hindu harus diam di rumah, dengan tidak ada penerangan sama sekali, tidak boleh menggunakan listrik maupun memasak, semua bentuk transportasi harus berhenti dan tidak boleh bekerja. Pada hari raya ini, bandara udara Ngurah Rai pun harus mematuhi peraturan tersebut, dan hasilnya pada satu hari itu Bali memang benar-benar “sepi”. Di bawah ini dapat dilihat perkataan dari G.P Rouffaer, Direktur Institute dalam Picard 2006: “Let the Balinese live their own beautiful native life as undisturbed as possible Their agriculture, their village-life, their own forms of worship, their religious art, their own literature-all bear witness to an autonomous native civilization of rare versatility and richness. No railroads on Bali; no western coffee plantations; and especially no sugar factories But also no proselytizing, neither Mohammedan by zealous natives from other parts of the Indies, nor 7 Protestant, nor Roman Catholic. Let the colonial administration, with the strong backing of the Netherlands home government, treat the island of Bali as a rare jewel that we must protect and whose virginity must remain intact”. Perkataan di atas menjelaskan dan mendukung fakta bahwa pionir dari pariwisata Bali adalah koloni Belanda. Bentuk aksi pariwisata Bali terjadi pada tahuan 1908, dengan cara menggunakan kapal dan dengan seiringnya waktu perkembangan pariwisata di Bali terus meningkat dan infrastruktur pun terus diperbaharui hingga saat ini Picard, 2006. GP. Rauffaer menyatakan sebelumnya bahwa Bali hendaknya dijaga dan alangkah lebih baiknya, jika pulau Bali tetap menjadi pulau yang tidak tercemar oleh budaya asing, akan tetapi cita-cita dari Rauffaer itu tidak dapat diwujudkan seiring dengan berkembangnya jaman. Pariwisata terus berkembang dan akomodasi di Bali juga terus bertambah hingga saat ini. Penataan pariwisata di Bali dimulai sejak perusahaan Perancis bernama Societe Centrale pourL’Equipement Touristique outré-Mer SCETO pada tahun 1970 Sondakh, 2010 dipercaya sebagai konsultan oleh pemerintah Republik Indonesia. Setelah dipercaya sebagai konsultan, SCETO membuat rencana induk Pengembangan Industri Pariwisata Internasional di Bali pada tahun 1973 Sondakh, 2010. Rencana tersebut berisi tentang penataan pariwisata Bali berdasarkan tiga 3 konsep, diantaranya adalah kawasan tertutup, terbuka dan kawasan pengembangan Sondakh, 2010. Kawasan yang masuk pada konsep kawasan tertutup adalah kawasan Nusa Dua, sedangkan untuk kawasan terbuka meliputi kawasan pantai Kuta, pantai Sanur dan Denpasar Sondakh, 2010. Seperti yang ditulis dalam buku Jendela Pariwisata 2010, pada tahun 1990 industri pariwisata di Bali sempat mengalami kejenuhan, maka pemerintah daerah Bali membuat Rencana Umum Tata Ruang Daerah Wisata Bali. Rancangan ini berisi tentang penambahan jumlah kawasan wisata dan atas keputusan ini pada tahun 1993 kawasan wisata Bali bertambah menjadi 21 kawasan yang semula hanya berjumlah 15 kawasan Sondakh, 2010. Tabel 3 yang menjelaskan jumlah kawasan pariwisata di Bali pada tahun 2006. 8 Tabel 3. Jumlah kawasan pariwisata, objek wisata, rekreasi, pertunjukan wisata dan usaha wisata di Bali No KabupatenKota Kawasan Wisata unit Objek Wisata unit Tempat Rekreasi unit Pertunjukan Wisata unit Usaha Wisata Tirta unit 1 Denpasar 1 23 10 3 71 2 Badung 3 29 8 - 56 3 Bangli - 22 7 - - 4 Buleleng 2 31 5 1 11 5 Gianyar 2 43 5 25 - 6 Jembrana 2 13 15 - - 7 Klungkung 1 20 - 1 4 8 Karangasem 3 20 1 1 23 9 Tabanan 1 25 14 1 2 Total Bali 15 226 65 32 167 Sumber: Sondakh, 2010. Kawasan wisata yang dijelaskan pada Tabel 3 ini meliputi kawasan wisata hutan, laut, pantai, danau, gunung, sungai, persawahan dan desa-desa. Obyek wisata meliputi isi alam seperti satwa, tumbuhan dan tempat ibadah. Sedangkan untuk tepat rekreasi meliputi taman kota, monumen, patung, kebun raya, taman flora dan satwa. Dapat dilihat bahwa pulau Bali berkembang sangat pesat, penambahan akomodasi dan tempat wisata pun dilakukan untuk menyanggupi wisatawan-wisatawan yang datang ke Bali walaupun pulau Bali terkenal berukuran relatif kecil, yaitu hanya 0,28 dari luas daratan Indonesia Sondakh, 2010. Pariwisata di pulau Bali mempunyai andil yang cukup besar, melalui pariwisata para petani maupun penduduk lokal Bali dapat menerima penghasilan tambahan dan juga dapat mendorongnya berwirausaha Hitchcock dan Putra, 2007. 9

2.2. Perilaku Konsumen