17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 SIFAT FISIKOKIMIA OLEIN SAWIT
Penelitian pembuatan surfaktan Metil Ester Sulfonat MES ini menggunakan bahan baku olein sawit. Olein sawit merupakan salah satu hasil fraksinasi berbentuk cair dari minyak
sawit kasar Crude Palm Oil. Sebelum dilakukan proses transesterifikasi, maka analisis olein sawit diperlukan untuk mengetahui sifat fisikokimia olein sawit. Sifat fisikokimia olein sawit
menjadi acuan kondisi reaksi transesterifikasi yang digunakan untuk mengkonversi olein sawit menjadi metil ester olein. Hasil analisis olein sawit selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Sifat fisikokimia olein sawit
Analisis Satuan
Nilai
Asam lemak bebas 0.19
Bilangan asam mg KOHg minyak
0.41 Bilangan iod
mg iodg minyak 61.33
Bilangan penyabunan mg KOHg minyak
208.40 Densitas
gL 0.906
Viskositas 29
o
C 61.5
Kadar Air 0.103
Fraksi tak tersabunkan 0.38
Menurut Mittelbach dan Remschmidt 2006 minyak dengan bilangan asam di bawah 1 mg KOH gram minyak dapat diolah secara langsung melalui proses transesterifikasi,
sedangkan Sanford et al. 2009 menyebutkan mensyaratkan asam lemak bebas pada bahan baku untuk pembuatan metil ester tidak lebih besar dari 0.5. Hal ini terkait dengan pengaruh
asam lemak bebas dalam proses produksi metil ester yakni menyebabkan terjadinya deaktivasi katalis yang diakibatkan karena asam lemak bebas bereaksi dengan natrium metoksida
membentuk sabun. Aktivitas katalis basa yang berkurang akan mengganggu konversi minyak menjadi metil ester. Analisis sifat fisikokimia olein sawit menunjukkan bilangan asam 0,41 mg
KOHgram dan asam lemak bebas 0.19 sehingga dapat dilakukan proses transesterifikasi langsung untuk membuat metil ester.
Hasil analisa menyebabkan bilangan iod olein sebesar 61.33 mg iodg minyak. Bilangan iod dan komposisi asam lemak tidak berpengaruh terhadap proses transesterifikasi, namun
menentukan karakteristik metil ester yang dihasilkan. Metil ester dari minyak tidak jenuh kurang stabil terhadap oksidasi. Stabilitas terhadap oksidasi ditentukan oleh 2 aspek yaitu
keberadaan atom hidrogen pada ikatan rangkap yang merupakan titik terjadinya oksidasi dan adanya antioksidan alami pada minyak yang dapat mencegah oksidasi pada molekul
trigliserida Sanford et al. 2009. Pengujian terhadap bilangan penyabunan olein 208.4 mg KOHg. Sedangkan bilangan
penyabunan olein sawit sebesar 194 – 202 mg KOHgram minyak Hui 1996.
Bilangan penyabunan mengukur bobot molekul atau panjang rantai karbon asam lemak di dalamnya.
Menurut Sanford et al. 2009, semakin tinggi bilangan penyabunan menunjukkan asam lemak penyusun trigliserida memiliki panjang rantai karbon pendek. Jika panjang rantai karbon asam
18
lemak pendek, maka dalam 1 gram lemak atau minyak kandungan asam lemaknya semakin banyak sehingga kebutuhan KOH untuk penyabunan semakin tinggi demikan sebaliknya.
Dari hasil analisis, olein sawit yang digunakan untuk bahan baku pembuatan metil ester mengandung sejumlah kecil air 0.13. Air merupakan komponen minor dalam olein, namun
dalam proses produksi metil ester sangat penting untuk dihilangkan. Menurut Gerpen et al. 2004 kandungan air dalam bahan baku masih ditoleransi hingga 1. Air mampu
menghidrolisis trigliserida menjadi digliserida dan akhirnya terbentuk asam lemak bebas. Asam lemak bebas akan bereaksi dengan katalis basa membentuk sabun. Air pada olein dapat
dihilangkan dengan proses pemanasan dan dibantu dengan kondisi vakum untuk meminimalkan pembentukan emulsi selama proses transesterifikasi.
Fraksi tak tersabunkan yang terdapat pada olein sawit yang digunakan sebesar 0.38. Fraksi tak tersabunkan merupakan senyawa yang tidak dikehendaki dalam minyak yang harus
dihilangkan atau diminimalkan. Fraksi tak tersabunkan terdiri dari senyawa organik yang tidak bereaksi dengan basa untuk membentuk sabun. Fraksi tak tersabunkan terdiri dari sterol,
alkohol dengan bobot molekul yang tinggi, pigmen, lilin waxes dan hidrokarbon. Fraksi ini bersifat sangat non polar, sehingga memungkinkan terbawa pada metil ester setelah reaksi
transesterifikasi sehingga dapat mengurangi kemurnian metil ester dan dapat mempengaruhi proses selanjutnya.
4.2 SIFAT FISIKOKIMIA METIL ESTER OLEIN