16
berhadapan dengan satu setting masyarakat dengan beragam corak dan keadaannya, dengan berbagai persoalannya, masyarakat yang serba nilai
dan majemuk dalam tata kehidupannya, masyarakat yang berubah dengan cepatnya, yang mengarah pada masyarakat fungsional, masyarakat
teknologis, masyarakat saintifik dan masyarakat terbuka.
Keempat, Sudah menjadi tugas manusia untuk menyampaikan saja, sedangkan masalah hasil akhir dari kegiatan dakwah diserahkan
sepenuhnya kepada Allah SWT. Ia sajalah yang mampu memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada manusia, Rasulullah SAW sendiripun tidak
mampu memberikan hidayahnya kepada orang yang dicintainya. Akan tetapi, sikap ini tidaklah berarti menafikan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi dari kegiatan dakwah yang dilakukan. Dakwah, jika ingin berhasil dengan baik, haruslah memenuhi prinsip-prinsip manajerial yang terarah
dan terpadu, dan inilah mungkin salah satu maksud hadis Nabi, “Sesungguhnya Allah sangat mencintai jika salah seorang di antara kamu
beramal, amalnya itu dituntaskan.” HR Thabrani. Karena itu, sudah tidak pada tempatnya lagi kalau kita tetap mempertahankan kegiatan dakwah
yang asal-asalan.
Kelima, secara konseptual Allah SWT akan menjamin kemenangan hak para pendakwah, karena yang hak jelas akan mengalahkan yang bathil.
Akan tetapi, sering dilupakan bahwa untuk berlakunya sunatullah yang lain, yaitu kesungguhan. Hal ini berkaitan dengan erat dengan cara
17
bagaimana dakwah tersebut dilakukan, yaitu dengan al-Hikmah, mau’idzatil hasanan, dan mujadalah billatii hiya ahsan.
Berbicara tentang dakwah adalah berbicara tentang komunikasi, karena komunikasi adalah kegiatan informatif, yakni agar orang lain
mengerti, mengetahui dan kegiatan persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu faham
atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-lain. Keduanya dakwah dan komunikasi merupakan bagian integral yang
tidak dapat dipisahkan. Dakwah adalah komunikasi, akan tetapi komunikasi belum tentu
dakwah, adapun yang membedakannya adalah terletak pada isi dan orientasi pada kegiatan dakwah dan kegiatan komunikasi. Pada
komunikasi isi pesannya umum bisa juga berupa ajaran agama, sementara orientasi pesannya adalah pada pencapaian tujuan dari komunikasi itu
sendiri, yaitu munculnya efek dan hasil yang berupa perubahan pada sasaran. Sedangkan pada dakwah isi pesannya jelas berupa ajaran Islam
dan orientasinya adalah penggunaan metode yang benar menurut ukuran Islam. Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran Islam dari seorang
da’i kepada ummat manusia dikarenakan didalamnya terjadi proses komunikasi.
18
B. Unsur-unsur Dakwah
1. Subyek Dakwah Subyek dakwah di sini adalah da’i yaitu seseorang sebagai pelaku
dakwah atau komunikator. Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan, individu, kelompok,
organisasi atau lembaga. Da’i sering disebut “muballigh” orang yang menyampakan ajaran Islam. Seorang da’i selaku subyek dakwah adalah
unsur terpenting yang menduduki peranan strategis. 2.
Obyek Dakwah Obyek dakwah ialah sasaran, penerima, khalayak, jama’ah,
pembaca, pendengar, pemirsa, audience, komunikan yang menerima dakwah Islam. Obyek dakwah adalah amat luas, ia adalah masyarakat yang
beraneka ragam latar belakang dan kedudukannya. Dengan mengetahui klasifikasi obyek dakwah, memudahkan bagi
da’i melakukan penyesuaian dalam penyampaian isi pesan dakwahnya, tergantung permasalahan kehidupan yang dihadapi masyarakat, sehingga
dakwah dapat menyentuh langsung di hati obyek sasaran dakwah. Seperti misal, Jika yang menjadi obyek dakwah adalah kebanyakan golongan
petani, makai diberikan penjelasan bagaimana cara bertani yang baik sehingga hasil pertaniannya meningkat dan bagaimana peningkatan
tersebut sekaligus merupakan bagian dari ibadahnya kepada Allah. Demikian pula bagi buruh, sehingga peningkatan mutu kerjanya sama
dengan mutu ibadahnya.
19
Hal ini akan mendorong mereka untuk lebih memahami bagaimana beribadah dengan baik akan membantu mereka untuk memperoleh
pendapatan yang lebih baik. Sudah barang tentu da’i yang bertugas di kalangan buruh atau petani atau lainnya haruslah mereka yang memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai dunia buruh dan tani. Dalam hal ini, khutbah atau tabligh perlu disesuaikan degan persoalan buruh dan petani.
Di samping itu perlu dilakukan kegiatan yang lebih konkret seperti latihan keterampilan kerja, pemilihan bibit dan pupuk, sehingga mereka merasa
diperhatikan. Tak lupa juga masalah bagaimana memasarkan hasil tani. Lapangan kerja apa saja yang sedang dibutuhkan dan dagang apa saja yang
sedang laku dan seterusnya. 3.
Metode Dakwah Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan suatu kegiatan
dakwah adalah karena menggunakan metode yang efektif ditentukan. Metode ini adalah satu skema, satu rancangan bekerja untuk menyusun
satu macam masalah menjadi satu sistem pengetahuan. Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani, yakni
dari kata ”metodos” yang berarti cara atau jalan. Dengan demikian, metode berarti ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang di tempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Tidak semua
metode cocok untuk setiap sasaran dakwah untuk setiap sasaran yang akan dipengaruhi. Begitu pula dalam hal dakwah. Dalam hal ini Allah
memberikan pedoman pokok dalam surat surat an-nahl ayat 125:
20
ج ۖ نسحْلا عْ مْلا مْكحْلاّ كِّر لي س ٰىلإ ْدا كَّر َّإ ۚ نسْحأ يه يتَلاّ ْم ْلدا
نيدتْ مْلاّ ملْعأ ه ۖ هلي س ْنع َلض ْنمّ ملْعأ ه
Artinya: ”Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
”. 4.
Materi Dakwah Materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus
disampaikan oleh subyek kepada obyek dakwah, keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya, yang pada
pokoknya mengandung tiga prinsip, yaitu: Aqidah, yang menyangkut sistem keimanankepercayaan terhadap Allah swt. dan ini menjadi
landasan yang fundamental dalam keseluruhan aktifitas seorang muslim, baik yang menyangkut sikap mental maupun sikap lakunya dan sifat-sifat
yang dimiliki. Hal ini merupakan manifestasi masalah-masalah yang berkitan dengan keyakinan keimanan yang meliputi: Iman kepada Allah,
iman kepada Malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada Rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir, iman kepada Qadla dan qadar.
Syari’at, yaitu rangkaian ajaran yang menyangkut aktivitas manusia muslim di dalam semua aspek hidup dan kehidupannya, mana
yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh, mana yang halal dan haram, mana yang mubah dan sebagainya, dan ini juga menyangkut
hubungan manusia dengan sesamanya hablun minallah dan hablun minannas. Pembahasan yang termasuk dalam syari’ah meliputi : a
21
ibadah, dalam arti khusus yaitu: thaharah, sholat, zakat, puasa, haji. b Mu’amalah, dalam arti luas: a.. al-qanunul khas hukum perdata: yaitu
munakahah hukum nikah, waratsah hukum waris. b. al- qanunul ’am
hukum publik yaitu: jinayah hukum pidana, khalifah, hukum niaga, Jihad hukum perang dan damai.
Akhlaq, yaitu menyangkut tata cara berhubungan baik secara vertikal dengan Allah. maupun secara horizontal dengan sesama manusia
dan seluruh makhluk-makhluk Allah. Ada pun pembagian akhlak adalah: a. akhlak terhadap khaliq b. akhlaq terhadap mahluk, meliputi: akhlak
terhadap manusia; diri sendiri, tetangga, masyarakat. ahlak tehadap bukan manusia flora, fauna, dan lain-lain. Keseluruhan ajaran Islam
menjadi materi dakwah, tidak ada lain adalah bersumber dari al- Qur’an
dan al-Hadits. Oleh karena itu pengkajian, pendalaman, pengamalan materi dakwah menjadi sa
ngat dominan bagi pelaksana dakwah da’i. 5.
Media Dakwah Kata media merupakan jamak dari bahasa latin yaitu medion, yang
berarti alat perantara. Sedangkan secara istilah media berarti segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.
8
Dengan demikian dapat di rumuskan bahwa dakwah media dakwah ialah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.
8
Ali Yafie, Teologi Sosial telaah Kritis Persoalan Agama dan Kemanusiaan, Yogyakarta: LKPSM, Oktober 1997, h. 91-92.