76
BAB III STATUS HUKUM TAP MPR DALAM HIRARKI PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN A.
TAP MPRS No. XXMPRS1966 Tentang Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum RI dan Tata Urutan Peraturan Perundang-
Undangan RI
Dalam TAP MPRS No. XXMPRS1966, tidak disinggung hal-hal mengenai garis-garis besar tentang kebijakan hukum nasional, akan tetapi TAP ini
menentukan antara lain mengenai Sumber Tertib Hukum RI, yaitu Pancasila yang dirumuskan sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan menegenai tata urutan
peraturan perundang-undangan RI.
Dalam TAP MPRS ini, diuraikan lebih lanjut dalam lampiran I bahwa perwujudan sumber dari segala sumber hukum RI adalah:
1. Proklamasi;
2. Dekrit Presiden;
3. UUD Proklamasi;
4. Surat Perintah 11 Maret 1966.
Sedangkan dalam lampiran II tentang Tata Urutan Peraturan Perundang- Undangan RI menurut UUD 1945, dalam huruf A. Bentuk-bentuk Peraturan
Perundang-Undangan: 1.
Bentuk Peraturan Perundangan RI menurut UUD 1945 sebagai berikut. a.
UUD 1945. b.
TAP MPR.
77
c. UUPerppu.
d. Peraturan pemerintah.
e. Keputusan Presiden.
f. Peraturan-peraturan Pelaksana lainnya seperti:
1 Peraturan Menteri
2 Instruksi Menteri dan lain-lainya.
2. Sesuai dengan sistem konstitusi seperti yang dijelaskan dalam Penjelasan
autentik UUD 1945, UUD RI adalah bentuk peraturan perundang- undangan yang tertinggi, yang menjadi dasar dan sumber bagi semua
peraturan-peraturan bawahan dalam negara. 3.
Sesuai pula dengan prinsip Negara Hukum, maka setiap peraturan perundangan harus bersumber dan berdasar dengan tegas pada peraturan
peraturan yang berlaku, yang lebih tinggi tingkatnya.
140
Dengan demikian uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa TAP MPRS No. XXMPRS1966 juga mengakui adanya
suatu sistem norma hukum yang berlapis-lapis dan berjenjang-jenjang, dimana suatu norma itu berlaku dan bersumber dari norma yang ada di atasnya dan diakui
pula adanya norma tertinggi yang menjadi dasar dan sumber bagi norma-norma di bawahnya seperti dalam teori Hans Kelsen.
141
140
Indonesia, TAP MPRS No. XXMPRS1966, Lampiran II.
141
Maria Farida Indrati Soeprapto, Op. Cit., hlm. 47-48.
TAP MPR lahir ketika pada sidang pertama dan membuat keputusan-keputusan pada Tahun 1960. Praktik ini telah
berjalan cukup lama sehingga dipandang sebagai salah satu peraturan perundang- undangan Indonesia. Dalam Peraturan Tata Tertib MPR disebutkan bahwa TAP
78
MPR terdiri dari dua jenis, yakni mengikat ke dalam dan mengikat ke luar MPR. Maka TAP MPR yang termasuk dalam hirarki peraturan perundang-undangan
ialah TAP MPR yang mengikat ke luar. Menurut memorandum DPR-GR yang diambil-alih oleh MPR lewat TAP
MPRS No. XXMPRS1966 sumber hukum yaitu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusian, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara,
cita-cita moral mengenai kehidupan masyarakat dan keagamaan sebagai pengejawantahaan budi nurani manusia. Dan sumber dari segala sumber hukum
bagi RI diwujudkan oleh Pancasila, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Dekrit Presiden 5 juli 1959, UUD 1945, dan SP 11 Maret 1966.
142
Menurut Usep Ranawijaya sebagaimana dikutip oleh A.S.S. Tambunan sumber hukum dibagi menjadi dua, yang Pertama dinamakan welborn dilihat dari
mana asal-usulnya yaitu ilmu politik atau ilmu sosiologi hukum; dan yang kedua dinamakan kenborn bentuk perwujudannya yaitu hukum yang tertulis dan
hukum adat.
143
Joeniarto menambahkan satu sumber hukum , yakni adanya hal- hal yang seharusnya menjadi isi hukum positif.
144
142
A.S.S. Tambunan. Op. Cit., hlm 333.
143
Usep Ranawijaya. Hukum Tata Negara Indonesia, Dasar-Dasarnya, Ghalia Indonesia. Jakarta. 1983, hlm 21-22.
144
Joeniarto. Selayang Pandang tentang Sumber-sumber Hukum Tata Negara di Indonesia, Liberty Edisi Kedua Cet. Pertama , Yogyakarta, 1987, hlm 487.
Achamad Sanusi dalam bukunya Achmad Sanusi, menyebutkan satu jenis sumber lainnya lagi yang
79
dinamakan sumber hukum yang abnormal seperti proklamasi dan revolusi kemerdekaan, Coup d’etat, takluknya suatu negara kepada negara lain.
145
Dalam perkembangan selanjutnya TAP MPR menuai kritik dari para sarjana. Padmo Wahjono, mengemukakan bahwa rumusan itu secara teoritis-
ilmiah memerlukan perbaikan. Abdul Hamid, berpendapat bahwa UUD dan TAP MPR tidak masuk sebagai bagian peraturan perundang-undangan.
146
B. TAP MPR No. IIIMPR2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata