TAP MPR No. IIIMPR2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata

79 dinamakan sumber hukum yang abnormal seperti proklamasi dan revolusi kemerdekaan, Coup d’etat, takluknya suatu negara kepada negara lain. 145 Dalam perkembangan selanjutnya TAP MPR menuai kritik dari para sarjana. Padmo Wahjono, mengemukakan bahwa rumusan itu secara teoritis- ilmiah memerlukan perbaikan. Abdul Hamid, berpendapat bahwa UUD dan TAP MPR tidak masuk sebagai bagian peraturan perundang-undangan. 146

B. TAP MPR No. IIIMPR2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-undangan Dengan menyandarkan pendapatnya terhadap pendapat Hans Kelsen , Carl Schmitt, Hans Nawiasky, Dia mengatakan Pancasila berikut bagian lain dari pembukaan merupakan norma dasar grundnorm, batang tubuh UUD 1945 bersama-sama TAP MPR adalah peraturan dasar grundgesetz. Norma hukum dalam UUD 1945 dan TAP MPR tidak dapat dibandingkan atau disamakan dengan UU formal biasa karena selain lembaga pembentuknya tidak sama dan kedudukannya juga tidak sama. Herman Sihombing, berpendapat TAP MPR lebih rendah derajatnya daripada UUD, kerena TAP MPR yang mengandung norma hukumbersifat melengkapi UUD. Menurut Sri Soemantri, dalam setiap negara selalu ditemukan adanya bermacam-macam peraturan perundang-undangan yang mempunyai bentuk yang berbeda dan derajat peraturan yang tidak sama. Hal ini menimbulkan adanya hirarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan dalam setiap negara. Sama 145 Achmad Sanusi. Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia. Penerbit Tarsito, Bandung, 1977, hlm. 34. 146 Padmo Wahjono. UUD-TAP MPR-UU Masalah Hukum Tata Negara Saat Ini. Ghalia. Jakarta. 1982. hlm. 127. 80 halnya dalam NRI, UUD atau konstitusi merupakan fundamental law dan merupakan landasan hukum peraturan perundang-undangan yang derajatnya lebih rendah. Dalam sejarah ketatanegaraan, TAP MPRS dipergunakan sebagai sumber hukum. Sebelum perubahan UUD, TAP MPR menempati urutan kedua sumber hukum tertulis hukum tata negara TAP MPRS No. XXMPRS1966, dan TAP MPR No. IIIMPR2000. Tetapi tidak seluruh TAP MPRS dapat dijadikan sebagai sumber hukum, namun terbatas pada TAP MPRS yang dikelompokkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu TAP MPRS bersifat mengatur regeling yang memiliki norma abstrak-umum atau konkrit-umum. 147 Dalam Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 TAP MPR No. IIIMPR2000, menyatakan, 1 “sesuai dengan tata urutan perundang-undangan ini maka setiap aturan hukum yang lebih rendah tidak boleh bertentanagan dengan aturan hukum yg lebih tinggi.” 2 “Peraturan atau Keputusan Mahkamah Agung , Badan Pemeriksa Keuangan, Menteri, Bank Indonesia, Badan, Lembaga, atau Komisi yang setingkat yang dibentuk oleh pemerintah tidak boleh bertentangan dengan Dalam TAP MPR No. IIIMPR2000 Pasal 2 dikatakan bahwa : “Tata urutan peraturan perundang-undangan merupakan pedoman dalam pembuatan aturan hukum di bawahnya. Tata urutan peraturan perundang undangan RI adalah : 1. UUD 1945; 2. TAP MPR RI; 3. UU; 4. Perppu; 5. Peraturan Pemerintah; 6. Keputusan Presiden; 7. Peraturan Daerah” 147 Riri Nazriyah, Op.Cit., hlm 295. 81 ketentuan yang termuat dalam tata urutan peraturan perundang-undangan.” Pasal 5 Ketetapan No. IIIMPR2000 mengatur bahwa “1 Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang Menguji peraturan perundang-undangan terhadap Undang-Undang Dasar 1945, dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. 2 Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah Undang- undang. Dalam Pasal 4 ayat 1 dan 2 TAP MPR No. IIIMPR2000, produk hukum MPR yaitu TAP MPR tetap dimasukkan ke dalam tata urutan perundang- undangan. Tetapi menurut Jimly Asshiddiqie 148 Sebagai bentuk hukum perundangan-undangan, tata perundang-undangan di atas kurang sempurna dan memiliki beberapa kelemahan yaitu: “1. Karena naskah perubahan UUD sekarang dibuat terpisah, maka seharusnya penyebutan UUD 1945 tersebut di atas dilengkapi dengan’... dan Perubahan UUD’. 2. Penyebutan Perppu pada urutan keempat di bawah UU dapat menimbulkan penafsiran seakan-akan kedudukan Perppu itu berada di bawah UU. Padahal kedudukan keduanya adalah sederajat. Karena itu, seharusnya, seperti dalam Ketetapan No. XXMPRS1966, keduanya ditempat pada urutan ketiga, yaitu ‘UU dan Perppu’. 3. Penggunaan nomenklatur Keputusan Presiden yang selama ini dipakai mengandung kelemahan karena tidak membedakan secara tegas antara keputusan yang mengatur regeling dengan keputusan yang bersifat administratif belaka beschikking. 4. Bentuk Peraturan Menteri tidak disebut dalam tata urutan tersebut. Padahal, Peraturan Menteri itu sangat penting untuk ditempatkan dalam tata urutan di atas Perda, di samping produk peraturan tingkat menteri itu dalam praktik banyak sekali ditetapkan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari dan memerlukan penertiban sebagaimana mestinya. 149 148 Jimly Asshidiqie, “Tata Urutan Perundang-undangan dan Problematika dan Problem Peraturan Daerah”, disampaikan dalam rangka lokakarya anggota DPRD se-Indonesia, diselenggarakan di Jakarta, Jumat 22 Oktober 2000. 149 Sri Soemantri, UUD dan . . . Op.Cit., hlm 12. TAP MPR menempati urutan kedua setelah UUD 1945 dalam hirarki tata urutan peraturan 82 perundang-undangan. 150

C. UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-