nilai signifikan 0,05. Adapun nilai beta yang dihasilkan adalah negatif yaitu sebesar -0,790.
Sedangkan untuk variabel leverage, memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
leverage berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance karena memiliki tingkat signifikansi yang kurang dari 0,05. Adapun nilai beta
yang dihasilkan adalah negatif yaitu sebesar -0,515.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap tindakan Tax Avoidance
H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap tindakan tax avoidance.
Berdasarkan hasil uji statistik t, variabel kepemilikan institusional memiliki nilai beta sebesar -0,499, tingkat signifikansi sebesar 0,001.
Dengan demikian dapat dikatakan H
1
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap variabel tax avoidance. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Putranti dan Yulita 2014 dan Fadhilah 2014.
Tetapi tidak mendukung penelitian Pranata dan Herawati 2014. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang
dimiliki oleh institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi, investor luar negeri, atau Bank. Menurut Fadhilah 2014 besar kecilnya
konsentrasi kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi kebijakan
57
pajak agresif, tetapi semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin mengurangi tindakan kebijakan pajak agresif.
Dalam penelitiannya, Putranti dan Yulita 2014 menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap
tindakan tax avoidance. Hal ini disebabkan karena para pemilik saham intitusional cenderung menghindari resiko deteksi atas kegiatan
penghindaran pajak dan tidak mau mengambil resiko yang dapat menghancurkan reputasi perusahaan. Menurutnya pula, pemilik saham
institusional telah berfungsi sebagai control yang baik terhadap manajemen perusahaan sehingga dapat mengurangi tindakan penghindaran
pajak..
2. Pengaruh risiko perusahaan terhadap tindakan tax avoidance
H2 : Risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tindakan tax avoidance
Berdasarkan hasil uji statistik t, variabel risiko perusahaan memiliki nilai beta sebesar -0,790 dengan tingkat signifikansi sebesar
0,002. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa H
2
ditolak, hal ini menandakan bahwa variabel risiko perusahaan negatif signifikan terhadap
variabel tax avoidance. Hal ini mendukung penelitian Pranata dan Herawati 2014 dan Dewi dan Jati 2014. Tetapi tidak mendukung
penelitian Budiman dan Setiyono 2012. Naik-turunnya risiko perusahaan mencerminkan kecenderungan
dari karakteristik eksekutif. Tingkat risiko perusahaan yang lebih tinggi
58
mengindikasikan karakter eksekutif lebih memiliki sifat risk taker dibandingkan dengan tingkat risiko perusahaan yang lebih rendah
mengindikasikan karakter eksekutif lebih memiliki sifat risk averse Budiman dan Setiyono, 2012. Ketika pimpinan perusahaan atau
eksekutif memiliki sifat risk taker maka akan mengindikasikan bahwa eksekutif berani untuk mengambil risiko, risiko disini bisa bermacam-
macam jenisnya antara lain risiko untuk melakukan penghindaran pajak, risiko untuk melakukan pembiayaan melalui utang, dan jenis-jenis risiko
lainnya. 3.
Pengaruh Leverage terhadap tindakan Tax Avoidance H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap tindakan tax avoidance
Berdasarkan hasil uji statistik t, variabel leverage memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,001. Dengan demikian dapat dikatakan H
3
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel leverage memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap variabel tax avoidance. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Swingly dan Sukartha 2015, dan
Richardson dan Lanis 2007. Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Semakin besar utang maka laba kena pajak
akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang
oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan
59
memilih untuk berhutang agar mengurangi pajak. Dengan sengajanya perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak maka dapat
disebutkan bahwa perusahaan tersebut agresif terhadap pajak. Penelitian Ozkan 2001 dalam Prakosa 2014.
Menurut Richardson dan Lanis 2007, semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga
yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan
memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai Cash Effective Tax Rate CETR
perusahaan akan semakin rendah.
4. Pengaruh kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage secara