Uji sistem kendali logika fuzzy dengan beban pengeringan

memiliki kandungan uap air yang cenderung meningkat. Sedangkan jika kondisi udara dalam ruangan pengering cenderung rendah maka putaran blower akan berkurang sehingga aliran udara keluar ruangan yang akan membuang potensi udara panas menjadi mimimum. Laju aliran udara minimum terjadi pada tingkat 0,95 mdetik dari disain laju udara maksimum sebesar 8,0 mdetik seperti pada gambar 42. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 12 :45 :12 A M 12 :48 :23 A M 12 :49 :28 A M 12 :50 :32 A M 12 :52 :53 A M 12 :54 :16 A M 12 :55 :20 A M 12 :56 :25 A M 12 :57 :30 A M 12 :59 :16 A M 1: 1 :2 7 AM 1: 2 :3 2 AM 1: 3 :3 6 AM 1: 4 :4 1 AM 1: 5 :4 6 AM 1: 6 :5 0 AM 1: 7 :5 5 AM 1: 9 :0 0 AM 1: 1 :0 5 AM 1: 1 1 :0 9 AM 1: 1 2 :1 4 AM 1: 1 3 :1 9 AM 1: 1 4 :2 3 AM 1: 1 5 :2 8 AM 1: 1 6 :3 3 AM 1: 1 7 :3 7 AM 1: 1 8 :4 2 AM 1: 1 9 :4 7 AM 1: 2 :5 1 AM 1: 2 1 :5 6 AM 1: 2 3 :0 1 AM 1: 2 4 :0 6 AM 1: 2 5 :1 0 AM 1: 2 6 :1 5 AM 1: 2 7 :2 0 AM 1: 2 8 :2 4 AM 1: 2 9 :2 9 AM 1: 3 :3 4 AM 1: 3 1 :3 8 AM 1: 3 2 :4 3 AM 1: 3 4 :0 0 AM 1: 3 5 :0 7 AM Waktu Pukul L a ju U d a ra m d e tik Gambar 42. Pola laju udara keluar pada pengeringan tanpa beban Pergerakan RH udara hanya akan meningkat jika terjadi kondisi dimana pemanasan udara tidak cukup suhu udara turun maka RH udara akan naik. Kondisi lain yang akan menyebabkan nilai RH udara meningkat adalah adanya obyek yang menyumbang uap air ke udara dalam ruang pengering. Kondisi ini akan terjadi jika ada bahan yang dikeringkan sehingga kandungan air bahan akan pindah ke udara sebagaimana konsepsi pengeringan itu. Kondisi pengeringan yang ideal berdasarkan parameter suhu dan kelembaban udara adalah jika terjadi pemanasan yang akan meningkatkan suhu udara pengering dan kelembaban udara pengering yang rendah sehingga udara memiliki kapasitas menampung uap air yang akan pindah dari bahan yang dikeringkan tersebut. Karakteristik udara dengan suhu yang tinggi dan RH rendah akan menyebabkan tekanan udara rendah dalam ruang pengering sehingga mengakibatkan struktur bahan memiliki tekanan yang lebih tinggi. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya difusi cairan dari pusat bahan ke permukaan dan selanjutnya menguap ke udara sebagai bagian dari konsepsi kesetimbangan tekanan baik pada struktur bahan maupun udara.

4.12.2 Uji sistem kendali logika fuzzy dengan beban pengeringan

Pengujian sistem pengering dengan kendali logika fuzzy dilakukan pada beban 1500 kg jagung pipilan dan dikeringkan dari kadar air rata-rata 25,7 bb hingga kadar air rata-rata 15 bb basis basah. Kadar air akhir yang direncanakan sebesar 14 bb 50 tetapi karena kendala sumber listrik maka pengeringan berhenti pada kadar air 15 bb tersebut. Berat akhir jagung pipilan pada kadar air tersebut sebesar 1187 kg biji normal, bii mati dan kotoran diperoleh setelah pengeringan berlangsung 13 jam. Pengamatan terhadap suhu dan kelembaban udara pengering pada kedua ruas yakni udara plenum yang akan mengenai bahan menunjukkan kisaran suhu 27,6-63.1 o C dengan rata-rata 46,8 o C. Pola dan sebaran suhu udara pengering pada kedua ruas tampak pada gambar 43 berikut ini. 10 20 30 40 50 60 70 9 :20 :0 4 P M 9 :30 :0 2 P M 1 0: 00: 14 P M 1 0: 30: 04 P M 1 1: 00: 03 P M 1 1: 30: 04 P M 1 2: 00: 01 A M 1 2: 30: 03 A M 1 :00 :0 3 A M 1 :30 :0 4 A M 1 :52 :2 9 A M 2 :30 :0 4 A M 3 :00 :0 2 A M 3 :30 :0 3 A M 4 :00 :0 0 A M 4 :30 :0 1 A M 5 :00 :0 2 A M 5 :30 :0 1 A M 6 :00 :0 1 A M 6 :30 :0 3 A M 7 :00 :0 0 A M 7 :30 :0 1 A M 8 :00 :0 2 A M 8 :30 :0 4 A M 9 :00 :3 3 A M 9 :12 :1 8 A M 1 0: 00: 00 A M 1 0: 30: 00 A M Waktu Pukul Su hu o C Suhu Ruas_1oC Suhu Ruas_2oC SP-T Gambar 43. Pola dan sebaran suhu udara pengering dengan beban Pola pengendalian terhadap putaran motor pengumpan bahan bakar sebagai upaya mempertahankan tingkat suhu pada nilai set point 47 o C terlihat pada gambar 44 berikut. Putaran motor pengumpan bahan bakar berada pada tingkat rata-rata 0,95 RPM untuk mempertahankan suhu set point tersebut. 0.5 1 1.5 2 9: 20: 04 P M 9: 30: 02 P M 10: 00: 14 P M 10: 30: 04 P M 11: 00: 03 P M 11: 30: 04 P M 12: 00: 01 A M 12: 30: 03 A M 1: 00: 03 A M 1: 30: 04 A M 1: 52: 29 A M 2: 30: 04 A M 3: 00: 02 A M 3: 30: 03 A M 4: 00: 00 A M 4: 30: 01 A M 5: 00: 02 A M 5: 30: 01 A M 6: 00: 01 A M 6: 30: 03 A M 7: 00: 00 A M 7: 30: 01 A M 8: 00: 02 A M 8: 30: 04 A M 9: 00: 33 A M 9: 12: 18 A M 10: 00: 00 A M 10: 30: 00 A M Waktu Pukul P u ta ra n Mo to r R P M Putaran Motor Tingkat Pengendalian Gambar 44. Pola pengendalian putaran motor pada pengeringan dengan beban Pada gambar 43 terlihat suhu awal sebesar rata-rata 28,5 o C jauh dibawah nilai set point sehingga sistem pengendalian menggerakkan motor dengan putaran 1,75 RPM. Putaran motor ini merupakan kecepatan penuh pengumpanan bahan bakar biomassa yang menyuplai proses pembakaran pada tungku sehingga suhu udara pengering dapat ditingkatkan. Selang 10 menit kemudian terlihat suhu yang terekam pada kedua sensor masing-masing sebesar 35,3 o C dan 51,9 o C dengan nilai rata-rata 51 43,6 o C. Pergerakan suhu yang mendekati nilai set point menyebabkan putaran motor pengumpan berubah ke nilai 1,21 RPM dari putaran sebelumnya 1,75 RPM. Putaran motor pada tingkat pengendalian rata-rata sebesar 0,95 RPM yang bersesuaian dengan nilai set point 47 o C. Proses pembangkitan panas yang berlangsung secara alamiah pada disain tungku biomassa menyebabkan pencapaian suhu set point sebesar 47 o C terjadi setelah sekitar 2 jam pengeringan. Tingginya gangguan noise pada sistem pengendalian fuzzy menyebabkan simpangan rata-rata suhu pada nilai set point sebesar 3,6 o C. Simpangan rata-rata ini tidak termasuk simpangan awal sebesar 18,5 o C yang merupakan selisih antara suhu set point dengan suhu lingkungan yang selanjutnya dikendalikan secara fuzzy. Pengamatan pada parameter lain yakni RH udara pengering menunjukkan kisaran kelembaban udara 24,4-86,0 RH dengan rata-rata 41,8 RH. Pengendalian terhadap aksi blower penghembus udara ke lingkungan dengan nilai set point 45 RH menghasilkan RH rata-rata udara pengering yang akan mengenai bahan sebesar 41,8 RH. Kondisi ini menyebabkan udara pengering sifatnya lebih kering sehingga memiliki kapasitas lapang untuk menampung uap air yang akan pindah dari bahan jagung untuk selanjutnya dipindahkan ke luar sistem pengeringan lingkungan. Pola dan sebaran RH udara pengering pada kondisi ada beban dapat dilihat pada gambar berikut ini. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 9: 20: 4 P M 9: 30: 2 P M 10: 00: 1 4 P M 10: 30: 4 P M 11: 00: 3 P M 11: 30: 4 P M 12: 00: 1 A M 12: 30: 3 A M 1: 00: 3 A M 1: 30: 4 A M 1: 52: 2 9 A M 2: 30: 4 A M 3: 00: 2 A M 3: 30: 3 A M 4: 00: 0 A M 4: 30: 1 A M 5: 00: 2 A M 5: 30: 1 A M 6: 00: 1 A M 6: 30: 3 A M 7: 00: 0 A M 7: 30: 1 A M 8: 00: 2 A M 8: 30: 4 A M 9: 00: 3 3 A M 9: 12: 1 8 A M 10: 00: 0 A M 10: 30: 0 A M Waktu Pukul RH RH Ruas_1 RH Ruas_2 SP-RH Gambar 45. Pola dan sebaran RH udara pengering dengan beban Sedangkan aksi blower yang menghasilkan laju udara buang ke lingkungan menghasilkan nilai rata-rata laju aliran sebesar 1,25 mdetik. Nilai ini merupakan nilai yang dihasilkan oleh aksi blower untuk mempertahankan kelembaban udara pada set point 45 RH. Pada gambar 45 menunjukkan pergerakan RH udara pengering dari 52 kondisi awal rata-rata sebesar 80,5 RH kemudian mendekati nilai set point 45 RH setelah 10 menit dengan nilai rata-rata kedua sensor 43,7 RH. 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 9 :20: 04 P M 9 :30: 02 P M 10 :00: 14 P M 10 :30: 04 P M 11 :00: 03 P M 11 :30: 04 P M 12 :00: 01 A M 12 :30: 03 A M 1 :00: 03 A M 1 :30: 04 A M 1 :52: 29 A M 2 :30: 04 A M 3 :00: 02 A M 3 :30: 03 A M 4 :00: 00 A M 4 :30: 01 A M 5 :00: 02 A M 5 :30: 01 A M 6 :00: 01 A M 6 :30: 03 A M 7 :00: 00 A M 7 :30: 01 A M 8 :00: 02 A M 8 :30: 04 A M 9 :00: 33 A M 9 :12: 18 A M 10 :00: 00 A M 10 :30: 00 A M Waktu Pukul Laj u a li ra n udar a m d et ik Laju Udara Tingkat Pengendalian Gambar 46. Pola pengendalian laju aliran udara pada pengeringan dengan beban Kondisi kelembaban udara pengering awal yang tinggi yakni rata-rata 80,5 RH menyebabkan sistem pengendalian merespon dengan laju aliran udara penuh pada skala 8,1 mdetik sebagaimana terlihat pada gambar 46. Setelah 10 menit proses pengendalian berlangsung kemudian nilai set point kelembaban relatif udara pengering terlampaui yakni sebesar rata-rata 43,7 RH. Laju aliran udara pada tingkat pengendalian rata-rata sebesar 1,25 mdetik yang bersesuaian dengan nilai set point kelembaban relatif udara pengering 45 RH. Simpangan rata-rata RH udara pengering terhadap nilai set point sebesar 45 RH mencapai 6,1 RH selama pengeringan berlangsung. Simpangan rata-rata RH ini tidak termasuk simpangan awal sebesar 35,53 RH yang merupakan selisih antara RH set point dengan RH lingkungan yang selanjutnya dikendalikan secara fuzzy. Disamping kondisi suhu dan kelembaban udara pengering yang diukur besarannya pada ruang plenum oleh sensor SHT75 sesaat sebelum mengenai bahan, juga terdapat kondisi suhu dan kelembaban udara ruang pengering. Suhu dan kelembaban udara ruang pengering ini adalah kondisi udara yang dideteksi oleh sensor SHT11 sesaat sebelum udara masuk ke penukar panas, mengalami pemanasan dan berubah menjadi udara pengering. Kondisi suhu dan kelembaban udara ruang pengering menunjukkan besaran rata-rata 42,9 o C dan 46,8 RH untuk kedua ruas. Dengan demikian maka kinerja kedua penukar panas yang digunakan rata-rata menaikkan suhu dari 42,9 o C menjadi 46,8 o C setiap saat atau selisih suhu sebesar 3,9 o C. Demikian halnya pada parameter kelembaban udara relatif, kedua penukar panas sebagai akibat peningkatan suhu udara maka nilai RH udara pengering rata-rata turun 53 dari 46,8 RH menjadi 41,8 RH atau selisih sebesar 5 RH. Pola dan sebaran suhu maupun RH pada kedua ruas tersebut seperti terlihat pada gambar 47. 10 20 30 40 50 60 70 Waktu S uhu oC 10 20 30 40 50 60 70 RH Truas1 Truas2 RHruas1 RHruas2 Gambar 47. Pola dan sebaran suhu maupun RH udara ruang pengering Aspek lain menyangkut kadar air bahan yang dikeringkan dapat dilihat pada gambar 48. Pengukuran kadar air bahan dilakukan pada posisi depan bak yakni posisi jagung yang berdekatan dengan blower udara pengering, posisi tengah yang terdiri atas titik sampel yang berdekatan dengan silinder udara masuk teng_1, titik sampel yang berdekatan dengan silinder udara keluar teng_3 dan titik sampel yang berada diantara silinder udara masuk dan silinder udara keluar teng_2. Serta kadar air bahan pada posisi belakang bak yakni yang paling jauh dari blower penghembus udara. 0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Waktu jam K a da r a ir bb Teng_1 Teng_2 Teng_3 Depan Belakang Gambar 48. Penurunan kadar air pada beberapa titik pengukuran Kadar air yang beragam terutama ditunjukkan pada posisi tengah bak yakni pada titik sampel teng_1, teng_2 dan teng_3 yang merupakan alur udara pengering menembus biji-bijian yang dikeringkan. Perbedaan terbesar nilai kadar air pada lapisan yang berada jauh dari silinder distribusi udara pengering teng_3 dengan lapisan terdekat silinder sebesar 2,5 . Nilai ini terjadi pada pengukuran terakhir dimana sampel pada teng_1 berkadar air 15,6 bb dan sampel pada teng_3 berkadar air 18,1 bb. Perbedaan nilai kadar air yang lebih besar ini disebabkan karena tidak 54 adanya mekanisme pengadukan sehingga posisi statis tumpukan biji jagung cenderung sulit melepaskan uap air dari bahan. Hal lain yang berpengaruh adalah daya terobos udara pengering oleh mekanisme blower rendah sehingga uap air sulit terbawa oleh udara pengering meninggalkan bahan. Meskipun terdapat perbedaan kadar air yang besar antara lapisan terjauh, secara umum proses pengeringan dengan beban separuh kapasitas ini berlangsung dengan laju 1,30 bkjam. Laju pengeringan menunjukkan bahwa sejumlah tertentu beban yang dikeringkan hingga kadar air akhir yang dicapai dalam selang waktu tertentu. Konsumsi dan porsi masing-masing jenis energi berupa listrik, biomassa dan surya pada pengeringan ini disajikan pada tabel 6 dan gambar 49. Energi biomassa berupa bahan bakar tongkol jagung menempati porsi terbesar konsumsi energi sebesar 85,2 kemudian energi surya 9,6 dan listrik 5,2 . Jumlah masing-masing jenis energi jika dibandingkan dengan pengujian pada alat pengering sejenis ERK-hybrid berkapasitas 1,5 ton Mulyantara, 2008 menunjukkan bahwa konsumsi biomassa meningkat 3,5 kali, radiasi surya meningkat 2 kali dan listrik meningkat 2 kali. Hal ini dapat terjadi mengingat rancangan pengering yang digunakan berkapasitas 3,0 ton atau dua kali lipat meskipun beban pengeringan yang diujikan hanya separuh atau 1,5 ton. Tabel 6. Komposisi penggunaan energi untuk pengeringan jagung pipilan Sumber Energi Jumlah MJ Porsi Surya 251,79 9,6 Biomassa 2 240,50 85,2 Listrik 136,66 5,2 Total 2 908,45 100,0 Untuk menggerakkan blower utama, blower outlet dan pompa air. Gambar 49. Komposisi penggunaan jenis energi pada pengeringan 500 1,000 1,500 2,000 2,500 E n er g i M J Biomassa Surya Listrik Jenis energi 5,2 9,6 85,2 55 Peningkatan konsumsi energi biomassa pada pengeringan ini jika ditinjau dari aspek kendali logika fuzzy disebabkan oleh tuntutan sistem yang menghendaki suhu udara pengering pada tingkat acuan set point nilai tertentu untuk disain ruangan berkapasitas 3.000 kg. Dengan demikian maka pengumpanan tongkol jagung bahan bakar pada tungku menjadi lebih besar untuk memenuhi tuntutan sistem memanaskan udara sesuai dengan nilai set point. Penetapan set point suhu sebesar 47 o C berdasarkan penyesuaian terhadap kinerja pembangkitan panas dari sistem tungku, penukar panas hingga menghasilkan besaran suhu udara pengering. Capaian suhu yang mencapai rata-rata 46,8 o C jika dibandingkan dengan suhu yang dapat dicapai pada pengujian tanpa beban yakni rata-rata 59,6 o C menunjukkan bahwa selisih suhu yang terjadi merupakan konsekuensi pembebanan yakni adanya bahan yang menyerap panas udara tersebut. Kendali logika fuzzy pada aspek kelembaban udara RH, menunjukkan fungsi yang secara ril menggambarkan upaya sistem menjaga kelembaban udara dalam ruangan pada tingkat RH acuan set point yakni 45 . Pergerakan RH udara pengering pada acuan set point 45 tersebut jika dibandingkan dengan pengujian tanpa beban menunjukkan adanya uap air dalam ruangan yang menjadi beban pengeringan. Kemampuan sistem menjaga kelembaban udara pengering dari kadar air awal berkisar 80,5 dan menekan lebih rendah dari acuan yakni RH rata-rata 41,8 menunjukkan upaya pengendalian laju aliran udara yang dipindahkan oleh blower dari ruang pengering ke lingkungan. Perhitungan performansi teknis pengeringan menunjukkan bahwa efisiensi termal sistem mencapai 36,40 . Hal ini menunjukkan nilai konversi energi surya dan biomassa tongkol jagung untuk memanaskan udara yang berlangsung dalam ruangan. Adanya keterbatasan sistem dalam konteks efektifitas konversi dari kalor yang terkandung dalam bahan bakar untuk kemudian sampai ke dalam ruangan untuk memanaskan udara menyebabkan besaran efisiensi termal yang terbatas. Kebocoran- kebocoran panas terjadi pada sistem tungku dan bak air ke lingkungan sekitarnya. Demikian pula keterbatasan efektifitas pindah panas dari ruang tungku ke air dalam bak dan dari air ke udara pengering oleh sistem penukar panas menyebabkan besaran efisiensi termal yang terbatas. 56 Konsumsi energi spesifik KES dari proses pengeringan ini mencapai 13.7 MJkg yang berarti bahwa jumlah satu satuan massa air bahan yang diuapkan dibandingkan dengan jumlah energi yang diterima oleh sistem masih besar boros. Secara teoritis kondisi ini disebabkan oleh pengujian sistem yang belum proporsional yakni disain pengering berkapasitas 3.000 kg hanya diuji dengan beban separuhnya yakni 1.526 kg. Dengan demikian panas yang dibangkitkan pada tiap jengkal ruangan tidak termanfaatkan untuk menguapkan air bahan yang hanya menempati separuh dari wadah bak yang disediakan. Nilai efisiensi pengeringan yang dicapai sebesar 2,87 atau energi yang digunakan untuk memanaskan dan menguapkan air produk dibandingkan dengan energi untuk memanaskan udara pengering masih kecil. Pengertian lainnya adalah penggunaan panas untuk memindahkan air dari bahan ke udara relatif rendah sehingga hanya sebagian kecil dari panas udara yang telah dibangkitkan termanfaatkan oleh bahan. Sistem pengendalian logika fuzzy mampu meningkatkan laju pengeringan komoditas jagung yang merupakan indikator efektifitas proses menjadi 1,30 bkjam dari 1,18 bkjam pada pengujian Mulyantara 2008 pada pengering ERK-Hybrid. Kendala yang muncul pada sistem pengumpanan adalah adanya kemacetan aliran bahan bakar pada saluran hingga ke rumah kincir dan memacetkan motor pengumpan. Penanganan secara manual pada kondisi ini masih dilakukan dengan cara mendorong tumpukan tongkol pada saluran masuk tungku. Pengamatan terhadap kemacetan aliran tongkol jagung sebagai bahan bakar diilustrasikan sebagaimana gambar 50 garis ab. Bak Air Gambar 50. Kemacetan aliran bahan-bakar pada garis ab. 57 Disain sudut luncur sebesar 40 o sebenarnya sudah memadai bagi proses gelinding tongkol jagung tersebut. Masalahnya adalah proses tumpukan tongkol jagung yang terjadi dari garis a ke b menyebabkan saling sanggah sehingga aliran tongkol berhenti dan juga menyebabkan penumpukan pada ujung saluran dekat kincir. Hal tersebut menyebabkan putaran kincir menjadi berat dan memacetkan motor penggerak. Masalah lain yang terjadi adalah lidah api yang menjulur naik ke saluran menyebabkan terbakarnya tongkol pada saluran bahkan sampai ke rumah kincir. Pemanasan kincir yang terdiri atas rumah kincir statis dengan bagian kincir yang bergerak dinamis menyebabkan pemuaian yang akan memperbesar gesekan dan memperberat beban motor DC penggerak. Kondisi ini juga mengakibatkan motor DC penggerak kincir terpapar panas dari saluran sehingga secara mekanis menurunkan performansi motor dan dengan mudah berhenti berputar atau macet. Solusi terhadap masalah ini dapat dilakukan dengan mengangkat ujung saluran c tempat jatuhnya tongkol ke ruang tungku naik ke dasar bak d sebagaimana terlihat pada gambar 50. Kondisi ini hanya menghindarkan proses tumpukan tongkol jagung yang saling menyangga sedangkan juluran lidah api masih dapat terjadi. Posisi kincir selanjutnya diangkat lebih tinggi sehingga lidah api tidak mencapainya, demikian pula posisi motor dibuat menjauh dari sumber panas untuk menghindari radiasi panas yang melemahkan performansinya. 58

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Rancangan sistem kendali logika fuzzy pada pengering ERK-Hybrid telah dibuat menggunakan dua parameter penting pengeringan yakni suhu dan kelembaban relatif RH udara yang dideteksi melalui sensor SHT75. Empat buah input fuzzy yaitu error suhu, error RH dan laju errornya masing-masing menghasilkan dua buah keluaran yang digunakan untuk mengendalikan laju aliran udara keluar sistem pengeringan dan kecepatan putar motor pengumpan bahan-bakar biomassa. 2. Pengujian sistem kendali logika fuzzy pada pengering ERK-Hybrid untuk parameter suhu dengan set point 47 o C menghasilkan suhu udara pengering rata- rata 46,8 o C dengan simpangan sebesar 3,6 o C. Sedangkan parameter kelembaban dengan set point 45 RH menghasilkan RH udara pengering rata-rata 41,8 dengan simpangan 6,1 . Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kedua set point dari awal pengendalian adalah sekitar 10 menit. Pengendalian pada nilai set point parameter kelembaban tersebut menghasilkan rata-rata laju aliran udara sebesar 1,25 mdetik Sedangkan pengendalian pada nilai set point suhu menghasilkan rata- rata putaran motor pengumpan sebesar 0,95 RPM. 3. Kondisi udara pengering dengan suhu rata-rata 46,8 o C dan kelembaban rata-rata 41,8 RH menghasilkan laju penurunan kadar air bahan sebesar 1,30 bkjam sebagai indikator efektifitas pengeringan. Nilai efisiensi sistem pengeringan pada pengujian ini sebesar 2,87 dan konsumsi energi spesifik KES sebesar 13,7 MJkg dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah satu diantaranya adalah pengujian separuh beban dari disain kapasitas 3.000 kg. 4. Disain unit tungku dan sistem pengumpan bahan bakar masih memerlukan perbaikan terutama pada dimensi tinggi dasar saluran untuk menghindari tumpukan tongkol jagung yang saling menyanggah hingga ke rumah kincir. Hal ini terjadi pada saat mengharapkan volume tongkol jagung yang banyak terbakar pada ruang tungku untuk menaikkan suhu udara pada ruang pengering. 5. Disain perangkat kendali logika fuzzy yang terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak menghasilkan sebuah prototipe yang dapat disempurnakan lebih 59