Pengukuran Kinerja Keuangan Daerah

2. Beberapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut prndapatan. APBD berdarkan pasal 64 ayat 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 dapat diartikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana disatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi- tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek- proyek daerah dalam 1 tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud. Berdasarkan definisi diatas maka unsur-unsur yang terdapat dalam APBD adalah: 1. Rencana kegiatan suatu daerah 2. Adanya sumber penerimaan untuk menutupi pengeluaran pemerintah daerah 3. Jenis kegiatan dan proyek dalam bentuk angka 4. Adanya periode anggaran biasanya 1 tahun.

c. Pengukuran Kinerja Keuangan Daerah

Menrut Mardiasmo 2002,121 sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinasial. Sistem pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksdukan untuk membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber dan pembuatan keputusan. Ketiga, aturan kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki kelembagaan. Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefensiensi, pemborosan, sumber kebocoran, dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi seckor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi seckor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas Mardiasmo 2002,4. Menurut keputsan Mentri Dalam Negeri nomor 29 Tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah APBD, bahwa tolak ukur kinerja merupakan komponen lainnya yang harus dikembangkan untuk dasar pengukuran kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja. Tolak ukur yang digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja manajerial. Hal ini disebabkan bahwa belum adanya tolak ukur yang pasti dalam pengukuran kinerja keuangan.

d. Kinerja Manajerial