bab 2 tinjauan pemberlakuan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan kabupaten banggai

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Keuangan Daeran dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

a. Pengertian danRuang Lingkup Keuangan Daerah

Sejak masa reformasi masalah keuangan daerah merupakan masalah yang banyak di bicarakan dalam konteks sektor publik. Yusran (2015,…) mengatakan beberapa regulasi, yang di kutip dari pasal 1 angka 5 PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan pasal 1 angka 6 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana di ubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, telah memberi batasan atas pengertian tentang deuangan daerah dengan frasa yang sama, “Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat di nilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut”.

Dari pengertian keuangan daerah, maka dapat di jabarkan kedalam ruang lingkup keuangan daerah.


(2)

Menurut Yusran (2015,….) yang di kutip dari peraturan pemerintah yang di atur dalam pasal 2 PP Nomor 58 Tahun 2005, dan pasal 2 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana di ubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011, Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:

a. Hak daerah untuk memunggut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan peminjaman.

b. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan membayar tagihan pihak ketiga.

c. Penerimaan daerah. d. Pengeluaran daerah

e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah

f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. Bandingkan dengan ruang lingkup keuangan Negara sebagaimana yang diatur didalam pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003, yang meliputi :

a. Hak Negara untuk memunggut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman


(3)

b. Kewajiban Negara untuk menyelengarakan tugas layanan umum pemerintahan Negara dan membayar tagihan pihak ketiga

c. Penerimaan Negara d. Pengeluaran Negara e. Penerimaan daerah f. Pengeluaran daerah

g. Kekayaan Negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah

h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.

Menurut Yusran (2015,….) pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penataushaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Frasa pengertian keuangan daerah didalam PP Nomor 58 Tahun 2005, dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah dengan permendagri Nomor 21 Tahun 2011 adalah sama, namun ruang lingkupnya berbeda. Ruang lingkup pengelolaan keuangan daerah menurut PP Nomor 58 Tahun 2005, meliputi: asas umum


(4)

pengelolaan keuangan daerah; pejabat-pejabat yang mengelola keuangan daerah; struktur APBD; penyusunan RKPD, KUA, PPAS, dan RKA-SKPD; penyusunan dan penetapan APBD; pelaksanaan dan perubahan APBD; penatausahaan keuangan daerah; pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; pengendalian defisit dan penggunaan surplus APBD; pengelolaan kas umum daerah; pengelolaan piutang daerah; pengelolaan investasi daerah; pengelolaan barang milik daerah; pengelolaan dana cadangan; pengelolaan utang daerah; pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah; penyelesaian kerugiajn daerah; pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah; pengaturan pengelolaan keuangan daerah.

Sedangkan menurut Yusran (2015,….) yang dikutip dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah dengan permendagri Nomor 21 Tahun 2011 meliputi: kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan


(5)

pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah dan pengelolaan keuangan BLUD.

b. Pengerian dan Unsur-unsur Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran terhitung 1 januari sampai 31 Desember, sedangkan menurut Mardiasmo (2002,62) anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan datang. Setiap anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang.

Secara sngkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan:

1. Beberapa biaya atas rencanarencana yang dibuat (pengeluaran/belanja);dan


(6)

2. Beberapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (prndapatan).

APBD berdarkan pasal 64 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 dapat diartikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana disatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam 1 tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.

Berdasarkan definisi diatas maka unsur-unsur yang terdapat dalam APBD adalah:

1. Rencana kegiatan suatu daerah

2. Adanya sumber penerimaan untuk menutupi pengeluaran pemerintah daerah

3. Jenis kegiatan dan proyek dalam bentuk angka 4. Adanya periode anggaran biasanya 1 tahun. c. Pengukuran Kinerja Keuangan Daerah

Menrut Mardiasmo (2002,121) sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinasial. Sistem pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system

Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja


(7)

sektor publik dimaksdukan untuk membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber dan pembuatan keputusan. Ketiga, aturan kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki kelembagaan.

Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefensiensi, pemborosan, sumber kebocoran, dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi seckor publik memperhatikan value for money

dalam menjalankan aktivitasnya. Value for money

merupakan konsep pengelolaan organisasi seckor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas Mardiasmo (2002,4).

Menurut keputsan Mentri Dalam Negeri nomor 29 Tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD), bahwa tolak ukur kinerja


(8)

merupakan komponen lainnya yang harus dikembangkan untuk dasar pengukuran kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja. Tolak ukur yang digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja keuangan dalam sistem anggaran kinerja manajerial. Hal ini disebabkan bahwa belum adanya tolak ukur yang pasti dalam pengukuran kinerja keuangan.

d. Kinerja Manajerial

Menurut Henry (2007,20), manajerial adalah kata sifat dari manajemen, yang berarti pengelolaan sesuatu dengan baik. Secara konsep, manajerial berarti bagaimana membuat keputusan (proses) dan menjalankan (imkplementasi) suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, maka manajerial digunakan dalam setiap aspek kehidupan atau kegiatan manusia, baik itu berkaitan dengan masalah bisnis, maupun diluar bisnis.

Dalam pengertian sehari-hari, manajerial diartikan sebagai cara terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah. Manajerial juga diartikan sebagai cara terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah. Manajerial juga dapat diartikan sebagai mencari solusi atau alternatif terbaik untuk mencapai tuhuan tertentu. Misalnya bagaimana suatu perusahaan mengelola usahanya, sehingga menjadi perusahaan yang mempunyai produk terbaik, dan menjadi perusahaan unggulan Henry (2002,4).


(9)

Dalam pengukuran kinerja keuangan, kinerja manajerial merupakan salah satu bentuk pengukuran kinerja keuangan dengan standard an kriteria yang telah ditetapkan. Digunakannya kinerja manajerial sebagai bentuk pengukuran kinerja keuangan disebabkan oleh kinerja manajerial mencakup Satuan Kerja Perangakat Daerah (SKPD). Dalam hal ini Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan salah satu hal penting dalam sisi kinerja keuangan.hal ini dikarenakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan satuan unit kerja pemerintah daerah yang mempunyai tugas mengelolah anggaran dan belanja daerah.

Dalam penentuan pengukuran kinerja keuangan diperlukan hal-hal yang menyangkut dengan pedoman pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara penyusunan Amggran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) hal-hal yang disebutkan diatas dapat diukur dengan kinerja manajerial. Kinerja manajerial diukur dengan menggunakan 9 (Sembilan) item. Tingkat kinerja manajerial disetiap bidang meliputi:

1. Perencanaan 2. Investigasi

3. Pengkoordinasian 4. Evaluasi

5. Pengawasan


(10)

7. Negosiasi

8. Perwakilan/representasi 9. Kinerja secara keseluruhan

Tingkat kinerja manajerial tersebut merupakan faktor-faktor terpenting untuk mengetahui seberapa efektif dan efisien suatu kinerja keuangan pemerintah daerah berdasrkan tolak ukur kinerja manajerial. Tingkat kinerja manajerial tersebut merupakan perhitungan partisipasi anggaran yang berbasis kinerja dan memiliki dan memiliki suatu bentuk yang efektif, efisien dan memiliki akuntabilitas yang tinggi. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kinerja manajerial merupakan faktor penting dalam pengukuran kineerja keuangan.

2.2.2 Anggaran Berbasis Kinerja a. Pengertian Anggaran

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang dilakukan organisasi di masa yang akan datang. Setiap anggaran memberikan informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang Mardiasmo (2002,62).


(11)

Menurut Mardiasmo (2002,62) secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran pubilk merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan:

1. Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja)

2. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai rencana tersebut (pendapatan).

b. Fungsi Anggaran

Mardiasmo (2002,63), mengungkapkan ada beberapa fungsi uatan adri adanya akuntansi seckor publik:

1. Anggaran sebagai alat perencanaan (planning tool)

2. Anggaran sebagai alat pengendalian (control tool) 3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiscal (fiscal tool) 4. Anggaran sebagai alat politik (political tool)

5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi (coordination and communication tool)

6. Anggaran sebagai alat penilaian kerja (performance measurement tool)

7. Anggaran sebagai alat motivasi (motivation tool) 8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang

publik (public sphere)

Adapun tipe dari anggaran menurut Bastian (2006,166) adalah sebagai berikut:

1. Line item budgeting adalah penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan dari mana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa dana tersebut digunakan (pos-pos pengeluaran). Jenis anggaran ini relatif dianggap paling tua dan


(12)

banyak mengandung kelemahan atau sering disebut traditional budgeting.

2. Planning programming budgeting system (PPBS) adalah suatu proses perencanaan, pembuatan program, dan penganggaran, serta didalmnya terkandung identifikasi tujuan organisasi atas permasalahan yang mungkin timbul

3. Zero based budgeting (ZBB) merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada perkiraan kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan dimasa lalu, dan setiap kegiatan dievaluasi secara terpisah

4. Performance budgeting adalah sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan berkaitan erat dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi

5. Medium tern budgeting framework (MTBF) adalah suatu kerangka strategi kebijakan pemerintah tentang anggaran belanja untuk departemen dan lembaga pemerintah non departemen, dan kerangka tersebut memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada departemen untuk penetapan alokasi dan penggunaan sumber dana pembangunan.


(13)

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 29 tahun 2002 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dal era otonomi daerah disusun dengan pendekatan kinerja, artinya sistem anggaran yang mengutamakan pencapaian hasil kinerja dari perencanaan anggaran dan aspirasi masyrakat yang telah ditetapkan.

Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output Mardiasmo (2002,84).

Dalam hal ini maka pengukuran anggaran kinerja dapat dilihat dari partisipasi dalam penyusunan anggaran. d. Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran

Partisipasi sebagai suatu proses mengevaluasi para individu dan menetapkan penghargaan atas dasar sasaran anggaran yang telah dicapai serta keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran. Dalam anggaran daerah yang berorientasi pada kinerja, partisipasi dan pertanggungjawaban ( accountability ) kepada masyarakat sebagai stakeholders daerah menjadi sangat penting. Partisipasi anggaran juga dapat diartikan


(14)

sebagai keterlibatan dan pengaruh individu didalam menetukan dan menyusun anggaran yang ada dalam divisi atau bagiannya baik secara periodik ataupun tahunan.

Proses penyusunan anggaran yang diintreprestasikan setiap tahun oleh eksekutif, member informasi rinci kepada DPR/DPRD dan masyrakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualoitas kehidupan rakyat, dan bagaimana program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan yaitu:

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintahan

2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik melalui proses pemprioritasan

3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja

4. Meningkatkan transparansi dalam pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas

Faktor dominan yang terdapat dalam proses anggaran adalah:

1. Tujuan dan target yang hendak dicapai

2. Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah)


(15)

3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target

4. Factor lain yang mempengaruhi anggaran seperti: munculnya peraturan pemerintahan yang baru, fluktuasi pasar, perubahan social dan politik, bencana alam dan sebagainya.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam. Penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti/Ta

hun

Judul Variabel Metode yang Digunakan Hasil Penelitian Hijrani putri lubis (2009) Analisis pengaruh pemberlak uan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan pemerintah Imdependen variabel: pemberlakua n anggaran berbasis kinerja (X) Dependen variabel: kinerja keuangan (y) Metode regresi sederhana. Pengujian data menggunakan analisis uji interaksi regresi untuk pengujian hipotesis kedua. Uji kualitas data yang digunakan adalah uji reliabilitas dan uji validitas. Uji asumsi klasik yangt digunakan

Analisis pengaruh pemberlakua n anggaran berbasis kinerja sangat berpengaruh secara signifikan terhadap


(16)

daerah kabupaten deli

serdang

adalah uji normalitas, uji multikolineritas, dan uji heterokeditisitas kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten deli serdang Febrianti restianingsi h muid (2013) Analisis kinerja pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah pemerintah an kabupaten banggai Independen variabel: kinerja pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (X) Dependen variabel: terhadap pemerintaha n kabupaten banggai (Y)

Data diperoleh dari pengumpulan data, yaitu dengan teknik

dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumen atau catatan yang ada di dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Banggai. Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan kualitatif atau analisis deskriptif .

Analisis kinerja pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten banggai menunjukan hal yang positif mulai dari rata-rata pertumbuhan pendapatan dan PAD. Kinerja belanja


(17)

secara umum dikatakan baik.

Sedangkan dilihat dari analisis pembiayaan secara umum juga

dikatakan baik 2.3 Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, kinerja pemerintah sangat penting untuk dilihat dan diukur. Keberhasilan suatu pemerintahan diera otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai ukuran kinerja yang telah dicapainya. Pengelolaan anggaran berdasarkan kinerja ini memberikan gambaran yang lebih khusus terkait dengan kemampuan suatu daerah untuk selalu menggali potensi daerah guna meningkatkan anggaran pendapatan, yang akan berdampak pada kemampuan pembiayaan penyelengaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan daerah.

Dalam anggaran berbasis kinerja secara struktur meliputi nanggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.


(18)

Penekanan pada belanja daerah menjadi titik perhatian terutama sisi belanja membutuhkan kinerja yang lebih baik, transparan dan tepat sasaran.

Diterapkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-undang Nomor 35 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, akan dapat memberikan kewenangan atau otonomi yang luas, nyata dean bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Hal ini diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah secara demokeratis, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadlian, terutama kepada pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. Tujuan pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah guna peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan social, demokerasi dan penghormatan terhadap bhudaya local, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Hubungan antara anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja kinerja keuangan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka pikir Pemberlakuan anggaran

berbasis kinerja (X) Kinerja Keuangan (Y)


(19)

Sejak diberlakukannya anggaran daerah yang bberorientasi pada kinerja maka pertanggungjawaban pemerintah pada masyarakat daerah menjadi sangat penting. Anggaran yang dibuat dan digunakan dapat dilihat pengaruhnya terhadap kinerja dari hasil yang ingin dicapai. Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat pada anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep (ekonomis, efisiensi, dan efektifitas) dan tata pemerintahan yang baik mencakup beberapa prinsip seperti aturan hukum, transparansi, akuntabilitas, pendelegasian pelayanan, efektifitas dan efesiensi serta berkelanjutan. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan sistematik dan rasional dalam proses pengambilan kepuusan. Untuk mengimplementasikan hal tersebut anggaran kinerja juga dilengkapi dengan tehnik penganggaran analisis.

Kinerja keuangan daerah mencerminkan kemampuan serta kemandirian pemerintahan daerah. Untuk dapat menjalankan pemerintahan disuatu daerah, selain diperlukan dana yang cukup, juga diperlukan kepuasan dalam menjalankan pemerintahan yang ada, agar dapat berjalan sesuai dengan prinsip sistem yang telah digunkan.


(20)

.

.


(1)

3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target

4. Factor lain yang mempengaruhi anggaran seperti: munculnya peraturan pemerintahan yang baru, fluktuasi pasar, perubahan social dan politik, bencana alam dan sebagainya.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam. Penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti/Ta hun

Judul Variabel Metode yang Digunakan Hasil Penelitian Hijrani putri lubis (2009) Analisis pengaruh pemberlak uan anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja keuangan pemerintah Imdependen variabel: pemberlakua n anggaran berbasis kinerja (X) Dependen variabel: kinerja keuangan (y) Metode regresi sederhana. Pengujian data menggunakan analisis uji interaksi regresi untuk pengujian hipotesis kedua. Uji kualitas data yang digunakan adalah uji reliabilitas dan uji validitas. Uji asumsi klasik yangt digunakan

Analisis pengaruh pemberlakua n anggaran berbasis kinerja sangat berpengaruh secara signifikan terhadap


(2)

daerah kabupaten deli

serdang

adalah uji normalitas, uji multikolineritas, dan uji heterokeditisitas kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten deli serdang Febrianti restianingsi h muid (2013) Analisis kinerja pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah pemerintah an kabupaten banggai Independen variabel: kinerja pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (X) Dependen variabel: terhadap pemerintaha n kabupaten banggai (Y)

Data diperoleh dari pengumpulan data, yaitu dengan teknik

dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumen atau catatan yang ada di dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Banggai. Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan kualitatif atau analisis deskriptif .

Analisis kinerja pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten banggai menunjukan hal yang positif mulai dari rata-rata pertumbuhan pendapatan dan PAD. Kinerja belanja


(3)

secara umum dikatakan baik.

Sedangkan dilihat dari analisis pembiayaan secara umum juga

dikatakan baik

2.3 Kerangka Pikir

Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, kinerja pemerintah sangat penting untuk dilihat dan diukur. Keberhasilan suatu pemerintahan diera otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai ukuran kinerja yang telah dicapainya. Pengelolaan anggaran berdasarkan kinerja ini memberikan gambaran yang lebih khusus terkait dengan kemampuan suatu daerah untuk selalu menggali potensi daerah guna meningkatkan anggaran pendapatan, yang akan berdampak pada kemampuan pembiayaan penyelengaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan daerah.

Dalam anggaran berbasis kinerja secara struktur meliputi nanggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.


(4)

Penekanan pada belanja daerah menjadi titik perhatian terutama sisi belanja membutuhkan kinerja yang lebih baik, transparan dan tepat sasaran.

Diterapkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-undang Nomor 35 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, akan dapat memberikan kewenangan atau otonomi yang luas, nyata dean bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara proporsional. Hal ini diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah secara demokeratis, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadlian, terutama kepada pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. Tujuan pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah guna peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan social, demokerasi dan penghormatan terhadap bhudaya local, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Hubungan antara anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja kinerja keuangan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka pikir Pemberlakuan anggaran

berbasis kinerja (X) Kinerja Keuangan (Y)


(5)

Sejak diberlakukannya anggaran daerah yang bberorientasi pada kinerja maka pertanggungjawaban pemerintah pada masyarakat daerah menjadi sangat penting. Anggaran yang dibuat dan digunakan dapat dilihat pengaruhnya terhadap kinerja dari hasil yang ingin dicapai. Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat pada anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep (ekonomis, efisiensi, dan efektifitas) dan tata pemerintahan yang baik mencakup beberapa prinsip seperti aturan hukum, transparansi, akuntabilitas, pendelegasian pelayanan, efektifitas dan efesiensi serta berkelanjutan. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan sistematik dan rasional dalam proses pengambilan kepuusan. Untuk mengimplementasikan hal tersebut anggaran kinerja juga dilengkapi dengan tehnik penganggaran analisis.

Kinerja keuangan daerah mencerminkan kemampuan serta kemandirian pemerintahan daerah. Untuk dapat menjalankan pemerintahan disuatu daerah, selain diperlukan dana yang cukup, juga diperlukan kepuasan dalam menjalankan pemerintahan yang ada, agar dapat berjalan sesuai dengan prinsip sistem yang telah digunkan.


(6)

.

.