Panjang Gagang Sabit Aplikasi Antropometri Pada Desain Gagang Sabit

26 Gambar 15 diperoleh dari pengolahan hasil analisi gerak. Dari video yang diambil, dicari gambar-gambar yang menunjukkan satu siklus gerakan menyabit dari seorang petani. Untuk melihat gambar 15 diatas, dimulai dari kiri ke kanan. Pada frame 1, dapat dilihat petani dalam posisi berdiri sebelum memulai gerakan menyabit. Pada frame 2, terlihat petani mulai menunduk, pada frame 3, terlihat petani meraih padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, pada frame 4 terlihat sabit yang digenggam petani dengan tangan kanan tepat berada pada padi yang akan dipotong, pada frame 5 terlihat padi telah terpotong oleh sabit, siklus pemotongan padi dengan menggunakan sabit berlangsung selama 3 kali, yang dapat dilihat pada frame 6 sampai frame 21, sedangkan pada frame 22 terlihat petani mulai berdiri kembali untuk meletakkan padi yang telah dipotong, dan pada frame 23 terlihat petani telah meletakkan padi yang telah dipotong pada tumpukan padi. Dari gerakan- gerakan tersebut terdapat beberapa parameter antropometri yang terkait dengan desain tangkai sabit, yaitu : Tabel 8. Parameter antropometri yang terkait dengan desain gagang sabit

1. Panjang Gagang Sabit

Jika memperhatikan slow motion dari gerakan menyabit maka dapat terlihat pada Gambar 18 awalan serta akhiran dari gerakan menyabit. Dalam pengamatan Gambar 15 pada frame 4 terlihat bahwa mata sabit tepat mengenai padi. Maka, dari posisi tersebut dapat dianalisis bahwa panjang gagang sabit dapat ditentukan pada saat posisi tersebut. Untuk lebih jelas, dapat dilihat dan diperbesar Gambar 16 berikut : Gambar 16. Posisi mata sabit tepat mengenai padi No Parameter Antropometri Dimensi Persentil Ke-5 Persentil Ke-50 Persentil Ke-95 1 Tinggi pinggul 80.20 86.30 92.50 2 Tinggi bahu 117.50 123.90 130.40 3 Tinggi badan 149.00 153.00 156.90 4 Panjang lengan 57.20 61.00 64.80 5 Panjang lengan atas 27.20 31.00 34.70 6 Panjang telapak tangan 9.60 11.50 13.40 7 Lebar bahu 41.4 45.3 49.2 8 Lebar telapak tangan 4 jari 8.20 8.50 8.80 27 Dengan menggunakan software Autocad 2009 maka dapat diolah gambar yang diambil dari lapangan tersebut sehingga dapat diperoleh sudut lengan bawah tangan terhadap posisi vertikal sebesar 24˚. Selain itu, sudut membungkuknya tulang belakang secara fleksi flexion juga dapat diperoleh yaitu sebesar 57°, sudut yang dibentuk oleh bahu aduksi sebesar 40° dan sudut yang dibentuk oleh pergerakan pergelangan tangan secara deviasi ulmar sebesar 35°. Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa sudut yang dibentuk oleh tulang belakang 57°, tidak termasuk kedalam zona gerakan yang nyaman, dimana untuk gerakan tulang belakang sudut maksimum untuk membungkuk adalah 46°. Hal ini juga terjadi pada bahu aduksi 40° serta pergelangan tangan deviasi ulnar 35°, sedangkan sudut maksimum yang diperbolehkan dalam bahu aduksi dan pergelangan tangan deviasi ulnar adalah sebesar 25°. Selain itu, sudut yang dibentuk oleh lengan bawah fleksi 46° sudut yang dibolehkan dalam lengan bawah fleksi sebesar 60°. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan gerakan menyabit, petani wanita tidak merasa nyaman dengan sudut membungkuk dan sudut lengan atas tersebut. Jika digambarkan dengan menggunakan data antropometri yang telah diperoleh dengan software Autocad 2009 yaitu bagaimana posisi petani pada posisi saat berdiri normal sebagai berikut Gambar 17 dan Gambar 18. Gambar 17. Ilustrasi petani pada saat berdiri normal tampak samping Gambar 18. Ilustrasi petani pada saat berdiri normal tampak depan Sedangkan ilustrasi untuk sudut maksimum yang diperbolehkan dalam zona yang ergonomis sebagai berikut Gambar 19. 28 Gambar 19. Ilustrasi petani pada posisi mata sabit tepat mengenai padi pada zona yang ergonomis Dari Gambar 19, sudut ACI sebesar 46° adalah sudut yang terbentuk ketika petani menyabit pada saat mata sabit mengenai padi yaitu sudut membungkuk petani terhadap garis vertikal ke atas dengan pinggul sebagai porosnya. Sedangkan sudut QB 1 F 1 sebesar 25° adalah sudut yang terbentuk ketika petani menyabit pada saat mata sabit mengenai padi yaitu sudut bahu terhadap titik 0°, sudut JF 1 G 1 sebesar 60° adalah sudut yang terbentuk oleh lengan bawah terhadap titik 0°, sudut G 1 H 1 K sebesar 25° adalah sudut yang terbentuk oleh panjang telapak tangan G 1 H 1 dengan titik 0°, dan sudut LH 1 P sebesar 51° adalah sudut yang terbentuk antara sabit yang mengenai padi dengan gari lurus ke bawah. Jika kedua sudut itu diasumsikan terjadi pada tiga jenis postur tubuh manusia yaitu persentil ke-5, persentil ke-50, dan persentil ke-95 maka dapat diketahui panjang sabit tiap persentilnya pada posisi saat mata sabit mengenai padi. Dari Gambar 19 diidentifikasikan bahwa panjang DE tinggi D adalah berasal dari data antropometri petani wanita Kecamatan Dramaga pada parameter tinggi siku kaki, sedangkan panjang CE tinggi C pada parameter tinggi pinggul dan panjang B CE pada parameter tinggi bahu serta panjang ACE pada parameter tinggi badan. Dari data panjang B CE dan panjang CE dapat diperoleh data panjang B C yaitu panjang B CE dikurangi panjang CE. Selain itu, panjang B 1 F 1 G 1 berasal dari data antropometri petani wanita Kecamatan Dramaga pada parameter panjang lengan, sedangkan panjang B 1 F 1 parameter panjang lengan atas, panjang G 1 H 1 parameter panjang telapak tangan serta panjang B B 1 didapat dari lebar bahu dibagi 2. Dari data panjang B 1 F 1 G dan panjang B 1 F 1 dapat diperoleh panjang F 1 G 1 yaitu panjang B 1 F 1 G 1 dikurangi panjang B 1 F 1 . Untuk lebih mudah mengetahuinya, dapat dilihat Tabel 9 berikut: 29 Tabel 9. Penjelasan Gambar 19 Keterangan Dimensi cm Persentil ke-5 Persentil ke-50 Persentil ke-95 Tinggi Siku Kaki DE 42.10 44.80 47.50 Tinggi Pinggul CE 80.20 86.30 92.50 Tinggi Bahu B CE 117.50 123.90 130.40 Tinggi Badan ACE 149.00 153.00 156.90 Panjang B C 37.30 37.60 37.90 Panjang Lengan B 1 F 1 G 1 57.20 61.00 64.80 Panjang Lengan Atas B 1 F 1 27.20 31.00 34.70 Panjang Telapak Tangan G 1 H 1 9,21 9,52 9,83 Panjang F 1 G 1 30.00 30.00 30.10 Panjang B B 1 20,70 22.65 24.60 Panjang sabit merupakan panjang dari perpanjangan dari titik H 1 yang menuju titik P hingga 20 cm di atas permukaan tanah. Untuk mendapatkan nilai panjang gagang sabit dapat diperoleh dari trigonometri sudut LH 1 P yaitu 51°. Berdasarkan sudut maksimum zona 3 untuk tulang belakang membungkuk, dapat dihitung tinggi B 0, berikut ilustrasinya: Gambar 20. Ilustrasi perhitungan tinggi titik B Untuk mendapatkan nilai tinggi B , terlebih dahulu harus mendapatkan panjang CM, B ’C, dan B ’I. Secara garis besar, dapat dirumuskan sebagai berikut : B C = B CE - CE CM = B C x Cos B CM di mana : B CE = Tinggi Bahu cm CE = Tinggi Pinggul cm Sudut B CI = 46° B ’M = B ’C - CM di mana : B ’C = B C = B CE – CE Tinggi B 0 = Tinggi B ’ – B ’M 30 di mana : Tinggi B ’ = B CE = Tinggi Bahu Tinggi B 0 = Tinggi B ’ – B ’C – CM Dengan menggunakan rumus-rumus di atas maka dapat dilakukan perhitungan. Berikut hasil perhitungan panjang gagang sabit Tabel 10. Tabel 10. Perhitungan tinggi B No. Keterangan Persentil ke-5 Persentil Ke-50 Persentil ke-95 1 Nilai cos B CI cos 46° 0.695 0.695 0.695 2 Panjang B C dalam cm 37.30 37.60 37.90 3 Panjang CM dalam cm 25.91 26.12 26.33 4 Panjang B ’C = Panjang B C dalam cm 37.30 37.60 37.90 5 Panjang B ’M dalam cm 11.39 11.48 11.57 6 Tinggi B ’ = Panjang B CE dalam cm 117.50 123.90 130.40 7 Tinggi B dalam cm 106.11 112.42 118.83 Berdasarkan sudut yang dibentuk oleh bahu fleksi, dapat dihitung tinggi B 1, sebagai berikut : Gambar 21. Ilustrasi perhitungan tinggi titik B 1 Tinggi B 1 = Tinggi B – B N Dengan : B N = Panjang B B 1 x Cos B 1 NB , dimana sudut B 1 NB = 30° Berdasarkan sudut lengan bawah fleksi dapat dihitung tinggi F 1 dan tinggi G 1 sebagai berikut : Gambar 22. Ilustrasi perhitungan tinggi F 1 dan tinggi G 1 31 Tinggi F 1 = Tinggi B 1 – B 1 Q Tinggi G 1 = Tinggi F 1 – F 1 J Dengan : B 1 Q = Panjang F 1 B 1 x Cos F 1 B 1 Q, dimana sudut F 1 B 1 Q = 55° F 1 J = Panjang F 1 G 1 x Cos G 1 F 1 J, dimana sudut G 1 F 1 J = 60° Berdasarkan sudut pergelangan tangan deviasi ulmar dapat dihitung tinggi H 1 sebagai berikut : Gambar 23. Ilustrasi perhitungan panjang GO Sudut Pergelangan Tangan Tinggi H 1 = Tinggi G 1 – G 1 O Dengan : G 1 O = Panjang G 1 H 1 x Cos H 1 G 1 O, dimana sudut H 1 G 1 O = 35° Berdasarkan sudut antara sabit yang mengenai padi dengan garis lurus ke bawah dapat dihitung panjang H 1 P sebagai berikut : Gambar 24. Ilustrasi perhitungan panjang H 1 P Panjang H P Tinggi H L Cos PH L Dengan : H 1 L = 20 cm Sudut PH 1 L = 50° 32 Tabel 11. Perhitungan panjang H 1 P No. Keterangan Persentil ke-5 Persentil Ke-50 Persentil ke-95 1 Tinggi B dalam cm 106.11 112.42 118.83 2 Nilai Cos NB B 1 Cos 30° 0.866 0.866 0.866 3 Panjang B N dalam cm 17.93 19.62 21.30 4 Tinggi B 1 dalam cm 88.18 92.80 97.53 5 Cos F 1 B 1 Q Cos 25° 0.906 0.906 0.906 6 Panjang B 1 Q 24.65 28.10 31.45 7 Tinggi F 1 63.45 64.70 66.08 8 Cos G 1 F 1 J Cos 60° 0.5 0.5 0.5 9 Panjang F 1 J dalam cm 15 15 15.05 10 Tinggi G 1 48.45 49.70 51.03 11 Nilai Cos H 1 G 1 O Cos 35° 0.819 0.819 0.819 12. Panjang G 1 O 7.54 7.80 8.05 13 Tinggi H 1 40.91 41.90 42.98 14 Tinggi P Panjang H 1 N 20 20 20 15 Panjang H 1 setelah dikurangi Panjang H 1 L 20.91 21.90 22.98 16 Nilai Cos PH 1 L Cos 51° 0.629 0.629 0.629 17 Panjang H 1 P 33.23 34.80 36.52 Dengan demikian diketahui panjang H 1 P panjang dari ujung genggaman tangan sampai ujung mata sabit bagian dalam atau mata sabit yang tajam pada saat sabit mengenai padi untuk persentil ke- 5 sebesar 33.23 cm, persentil ke-50 sebesar 34.80 cm, dan persentil ke-95 sebesar 36.52 cm. Berdasarkan gambar yang diambil dari video pada saat petani menyabit padi, petani memegang gagang sabit di bagian ujung gagang terjauh dan sudut yang terbentuk 51° adalah sudut antara ujung genggaman tangan yang terdekat dengan ujung mati sabit yang tajam hingga ujung padi yang akan dipotong 20 cm diatas permukaan tanah atau ujung mata sabit yang tajam dengan garis lurus kebawah tanah. Karena mata sabit yang digunakan tidak bisa diubah, dan berdasarkan pengambilan data di lapangan mengenai panjang mata sabit bagian dalam atau mata sabit yang tajam hingga ke ujung gagang terdekat mata sabit adalah sebesar 14.61 cm, maka panjang gagang sabit adalah panjang H 1 P dikurangi 14.61 cm ditambah lebar telapak tangan 4 jari persentil ke-5 sebesar 8.20 cm, persentil ke-50 sebesar 8.50, dan persentil ke-95 sebesar 8.80 cm, dan didapatkan hasil gagang sabit untuk persentil ke-5 sebesar 26.82 cm, persentil ke-50 sebesar 28.69 cm, dan persentil ke-95 sebesar 30.71 cm. Berdasarkan perhitungan, panjang gagang sabit terkecil yang sesuai dengan data antropometri petani wanita adalah sebesar 26.82 cm persentil ke-5 dan panjang gagang sabit terbesar adalah 30.71 cm persentil ke-95. Sedangkan panjang gagang sabit yang digunakan pada saat ini adalah 25.42 cm. Dengan begitu dapat diketahui bahwa panjang gagang sabit yang digunakan saat ini tidak sesuai dengan data antropometri. Agar panjang gagang sabit sesuai dengan data antropometri serta dapat mengakomodasi populasi yang lebih luas, maka dianjurkan untuk memakai nilai prsentil ke-95 yaitu sebesar 30.71 cm. 33

2. Diameter Gagang Sabit