BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Bibit sengon yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dari benih dan kultur jaringan. Persentase keberhasilan kecambah benih sengon ialah
94,5, sedangkan persen aklimatisasi planlet sengon ialah 67,5. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh asal pengembangan bibit sengon dan media tanam
terhadap peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh asal pengembangan bibit sengon
dan komposisi media terhadap peubah yang diamati
Peubah Asal Bibit A
Media Tanam B AxB
Tinggi tn
tn Diameter
Berat basah pucuk tn
Berat basah akar tn
tn Berat basah total
tn Berat kering pucuk
tn Berat kering akar
tn tn
Berat kering total tn
Nisbah pucuk akar tn
tn Jumlah bintil akar
tn = Pengaruh perlakuan berbeda nyata pada taraf nyata 5
tn = Pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata
Asal pengembangan bibit sengon berbeda nyata pada taraf 5 pada peubah tinggi dan diameter. Komposisi media berbeda nyata pada taraf 5 pada
peubah berat basah pucuk, berat basah akar, berat basah total, berat kering pucuk, berat kering akar, berat kering total, nisbah pucuk akar, dan jumlah bintil akar.
Ada interaksi antara asal bibit dan media tanam pada peubah diameter, biomassa pucuk, biomassa total dan jumlah bintil akar.
Tabel 2 Pertambahan tinggi bibit sengon 16 minggu setelah tanam
angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5
Pertambahan tinggi bibit sengon yang ditanam pada 3 macam media tanam dapat dilihat pada Tabel 2. Bibit sengon yang dikembangkan dari kultur jaringan
mempunyai pertambahan tinggi yang lebih baik dibandingkan dengan bibit yang dikembangkan dari benih. Media 2 memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap pertambahan tinggi bibit bila dibandingkan dengan media 1 dan 3. Pertumbuhan tinggi bibit sengon selama 16 minggu dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Pertumbuhan tinggi bibit sengon 16 minggu setelah tanam Pertambahan diameter bibit sengon yang ditanam pada 3 macam
komposisi media tanam dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. Bibit yang dikembangkan dari benih dan kultur jaringan, dan ditanam pada media 2
memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan bibit yang ditanam pada media 1 dan dan 3.
Perlakuan Tinggi cm
Asal bibit Benih
6,98
b
Kultur Jaringan 8,82
a
Media tanam 1
6,75
b
2 11,11
a
3 0,96
b
Gambar 3 Pertambahan diameter bibit sengon 16 minggu setelah tanam Perlakuan asal pengembangan bibit tidak berpengaruh nyata terhadap berat
basah pucuk, sedangkan faktor media tanam memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat basah pucuk pada taraf 5. Bibit sengon yang
ditanam pada media 2 memiliki berat basah lebih tinggi dibandingkan dengan bibit yang ditanam pada media 1 dan 3 Gambar 5. Bibit yang dikembangkan dari
benih dan ditanam pada media 2 memberikan pengaruh interaksi yang lebih baik bila dibandingkan dengan bibit yang dikembangkan dari kultur jaringan dan
ditanam pada media 2, dan bibit yang dikembangkan dari kultur jaringan dan ditanam pada media 1 dan 3 memberikan pengaruh interaksi yang lebih baik bila
dibandingkan dengan bibit yang dikembangkan dari benih dan ditanam pada media 1 dan 3.
Gambar 4 Pertumbuhan diameter bibit sengon 5 bulan setelah tanam
Gambar 5 Berat basah pucuk bibit sengon 16 minggu setelah tanam Perlakuan asal pengembangan bibit memperlihatkan pengaruh yang tidak
bebeda nyata terhadap berat basah akar, sedangkan perlakuan media tanam memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat basah akar pada
taraf 5 Tabel 3. Bibit sengon yang ditumbuhkan pada media 2 mempunyai berat basah akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan media 1 dan 3.
Tabel 3 Berat basah akar sengon 16 minggu setelah tanam
angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5
Perlakuan asal pengembangan bibit tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah total, sedangkan faktor media tanam memperlihatkan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap berat basah total pada taraf 5. Bibit sengon yang ditanam pada media 2 memiliki berat basah total total lebih tinggi dibandingkan
dengan bibit yang ditanam pada media 1 dan 3 Gamabar 6.
Perlakuan Tinggi cm
Asal bibit Benih
2,33
a
Kultur Jaringan 2,58
a
Media tanam 1
0,98
b
2 5,44
a
3 0,95
b
Gambar 6 Berat basah total bibit sengon 16 minggu setelah tanam Perlakuan asal pengembangan bibit tidak berpengaruh nyata terhadap berat
kering pucuk, sedangkan faktor media tanam memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat kering pucuk pada taraf 5. Bibit sengon yang
ditanam pada media 2 memiliki berat kering lebih tinggi dibandingkan dengan bibit yang ditanam pada media 1 dan 3 Gambar 7. Bibit yang dikembangkan dari
kultur jaringan dan ditanam pada media 1 dan 3 memberikan pengaruh interaksi yang lebih baik bila dibandingkan dengan bibit yang dikembangkan dari benih
dan ditanam pada media 1 dan 3.
Gambar 7 Berat kering pucuk bibit sengon 16 minggu setelah tanam Perlakuan asal pengembangan bibit memperlihatkan pengaruh yang tidak
berbeda nyata terhadap berat kering akar, sedangkan perlakuan media tanam memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat kering akar pada
taraf 5 Tabel 4. Bibit sengon yang ditumbuhkan pada media 2 mempunyai berat kering akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan media 1 dan 3.
Tabel 4 Berat kering akar sengon 16 minggu setelah tanam
angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5
Perlakuan asal pengembangan bibit tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total, sedangkan faktor media tanam memperlihatkan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap berat kering total pada taraf 5. Bibit sengon yang ditanam pada media 2 memiliki berat kering total lebih tinggi dibandingkan
dengan bibit yang ditanam pada media 1 dan 3 Gambar 8.
Gambar 8 Berat kering total bibit sengon 16 minggu setelah tanam Perlakuan asal pengembangan bibit memperlihatkan pengaruh yang tidak
bebeda nyata terhadap nisbah pucuk akar, sedangkan perlakuan media tanam memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nisbah pucuk akar pada
taraf 5 Tabel 5. Hasil pengujian pengaruh komposisi media menunjukan bahwa bibit sengon yang ditumbuhkan pada media 2 mempunyai nisbah pucuk
akar yang lebih rendah dibandingkan dengan media 1 dan 3.
Perlakuan Tinggi cm
Asal bibit Benih
1,91
a
Kultur Jaringan 2,16
a
Media tanam 1
0,90
b
2 4,43
a
3 0,77
b
Tabel 5 Nisbah pucuk akar sengon 16 minggu setelah tanam
angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5
Perlakuan asal pengembangan bibit memperlihatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah bintil akar, sedangkan faktor media tanam
memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah bintil akar pada taraf 5. Bibit sengon yang ditanam pada media 2 memiliki jumlah bintil akar
lebih banyak dibandingkan dengan bibit yang ditanam pada media 1 dan 3. Bibit yang dikembangkan dari benih dan ditanam pada media 2 memberikan pengaruh
interaksi yang lebih baik bila dibandingkan dengan bibit yang dikembangkan dari kultur jaringan dan ditanam pada media 2 Gambar 9. Bentuk bintil akar dapat
dilihat pada Gambar 10.
Gambar 9 Jumlah bintil akar bibit sengon 16 minggu setelah tanam
Perlakuan Tinggi cm
Asal bibit Benih
3,43
a
Kultur Jaringan 2,56
a
Media tanam 1
3,97
a
2 1,56
b
3 3,47
a
1 cm I cm
A B
Gambar 10 A Bintil akar yang masih berada di akar, B Bintil akar yang telah terpisah dari akar
4.2 Pembahasan