Perawatan Paliatif Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Paliatif pada Pasien dengan Kondisi Terminal di RSUD Kabupaten Bekasi

Hudson dan Bruce, 2003, menurut potter perry 2005 banyak orang yang mengalami pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan yang langgeng, penerimaan tentang diri yang didasarkan hubungan yang langgeng dengan yang maha agung. Penyakit dan kehilangan dapat mengancam dan menentang proses perkembangan spiritual. Suatu pengkajian spiritual dimaksudkan untuk menilai apa yang menjadi kebutuhan pasien, dan kesadaran terhadap spiritual sering meningkat pada saat pasien belajar mengenai penyakit terminal. Salah satu alat untuk mengkaji spiritual memakai singkatan FICA Faith keyakinan Important makna atau pengaruh Community komunikasi Address aplikasi Puchalski, 1999 dalam Campbell, 2009. Selain spiritual ada juga aspek hubungan dengan lingkungan yang ada di sekitar mencakup: a. Hubungan dengan pasien dan perawat Saat ini di Rumah Sakit, pasien sering menemui kesulitan untuk memiliki perawat primer karena jadwal yang berubah-ubah. Pasien dengan penyakit terminal menghargai hubungan dengan klinisi, namun berbeda dengan beberapa perawat yang justru menghindari pasien dengan penyakit terminal karena takut untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah Campbell, 2009. b. Hubungan social Bagi pasien-pasien yang mendekati akhir kehidupan, hubungan manjadi salah suatu hal yang lebih penting. Bagi beberapa orang, ada suatu kebutuhan untuk menyambung kembali hubungan yang renggang, meminta atau memberi maaf, atau memulihkan hubungan Campbell,2009. c. Peran keluarga Ketika pasien sudah mendekati kematian, satu atau lebih anggota keluarga dapat berada di sisi pasien terus menerus, hal ini kadang-kadang disebut dengan “berjaga-jaga dengan kematian.”Campbell, 2009. Selain hal tersebut, aspek komunikasi menjadi hal yang penting dalam menghadapi pasien terminal Hudson dan Bruce, 2003.Kemahiran berkomunikasi dalam perawatan paliatif sangat penting, yaitu bagaimana cara menyampaikan berita buruk breaking bad news mengenai vonis mendekatnya kematian bagi penderita dan berikutnya kepada keluarga yang hampir pasti dalam keadaan emosional menjadi sangat penting. Kemahiran berkomunikasi tidak hanya antar anggota tim saja tetapi juga non medis misalnya ulama ataupun notaris dalam menuliskan surat wasiat Mahajudin, 2008. Komponen berkomunikasi dengan pasien paliatif ada lima konteks diantaranya, pengaturan ruang, bahasa tubuh, kontak mata, sentuhan, memulai pembicaraan Emanuel dan Librach, 2007. Komunikasi dibagi menjadi dua bagian komunikasi verbal dan non verbal Lestari, 2010. a. Komunikasi verbal Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi verbal Leddy, 1998 dalam Lestari, 2010 1 Masalah tehnik Seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan symbol dari komunikasi. 2 Masalah semantic Seberapa tepat symbol dalam mengirimkan pesan yang dimaksud 3 Masalah pengaruh Seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah laku Menurut Ellis dan Nowlis, 1994 dalam Lestari, 2010 hal yang diperhatikan dalam komunikasi verbal : 1 Penggunaan bahasa: kejelasan, keringkasan, dan sederhana 2 Kecepatan 3 Voice tone: menunjukan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat merubah arti dari kata. b. Komunikasi non verbal Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan bicara dan tulisan. Sebesar 90 dari arti komunikasi non verbal Hunsaker, 1995 dalam lestari, 2010. Adapun tujuan dari komunikasi non verbal Stuart and Sundeen, 1995 dalam Lestari, 2010 adalah : 1 Mengekspresiakan emosi. 2 Mengekspresikan tingkah laku interpersonal. 3 Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi sosial. 4 Menunjukan diri terlibat dalam ritual. 5 Mendukung komunikasi verbal. Komunikasi non verbal terdiri dari: kinesics, paralanguage, proxemics, sentuhan, cultural artifact, gaya berjalan, penampilan fisik umum. 1 Kinesics Ekspresi muka, gesture gerak, isyarat, sikap, gerakan tubuh dan posture, gerak mata atau kontak mata. 2 Paralanguage Kualitas suara : irama, volume, kejernihan Vocal tanpa suara: suara tanpa adanya struktur linguistic, misalnya sedu sedan, tertawa, mendengkur, mengerang, merintih, hembusan nafas, nafas panjang 3 Proxemics a Jarak intim sampai dengan 18 inchi b Jarak personal 18 inchi – 4 kaki untuk seseorang yang dikenal c Jarak social 4 kaki – 12 kaki untuk interaksi mengenai suatu urusan tetapi bukan orang khusustertentu. d Jarak publik lebih dari 12 kaki untuk pembicaraan formal. c. Sentuhan Sentuhan penting dilakukan pada situasi emosional, Sentuhan dapat menunjukan arti “saya peduli.” d. Cultural artifact Hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang lain yang mungkin bertindak sebagai rangsang non verbal misalnya: baju, kosmetik, parfumbau badan, perhiasan, kacamata dan lain-lain. e. Gaya berjalan Beberapa gaya berjalan menunjukan pesan tertentu, antara lain cara berjalan yang bersemangat dan gembira akan menunjukan seseorang tersebut dalam keadaan sehat. f. Penampilan fisik umum Kulit kering, berkerut akan mengkomunikasikan pada kita bahwa orang tersebut sedang mengalami kekurangan cairandehidrasi, pola nafas cepat menunjukan seseorang sedang merasa cemas.

4. Tim dan Tempat Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif pendekatannya melibatkan berbagai disiplin yang meliputi pekerja sosial, ahli agama, perawat, dokter dokter ahli atau dokter umum dalam merawat pasien dengan kondisi terminal dengan membantu keluarga yang berfokus pada perawatan yang komplek meliputi masalah fisik, emosional, sosial dan spiritual Hockenberry Wilson, 2005.Seluruh anggota tim perawatan paliatif harus memenuhi kriteria dan kesadaran akan tugas dan tanggungjawabnya Craig, 2007 Anggota tim lain adalah psikologis dan fisioterapi. Masing- masing profesi terlibat sesuai dengan masalah yang dihadapi penderita, dan penyusunan tim perawatan paliatif disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan tempat perawatannya. Anggota tim perawatan paliatif dapat memberikan kontribusi sesuai dengan keahliannya Djauzi .,et all, 2003. Menurut Muckaden 2011 dalam perawatan paliatif harus dimulai saat didiagnosa dan diberikan selama mengalami sakit dan dukungan untuk berduka. Pasien bisa memilih dimana dia akan di rawat diantaranya adalah: a. Rumah sakit Tim perawatan paliatif merupakan kolaborasi antara interdisiplin antar keilmuan dan biasanya mencakup seseorang dokter dan atau perawat senior bersama dengan satu atau lebih pekerja sosial dan pendeta pemuka agama. Sebagai tambahan, tim tersebut dibantu teman sejawat dari gizi dan rehabilitasi, seperti fisioterapis atau petugas terapi okupasi dan terapis pernapasan. Konsultasi awal biasanya dilakukan oleh seseorang dokter atau perawat yang berhubungan dengan kebutuhan pasien dan keluarganya serta membuat rekomendasi ke dokter utama si pasien. Terkadang, konsultan perawatan paliatif dilibatkan untuk membantu komunikasi antara keluarga dalam mencapai tujuan pengobatan. b. Hospice Hospice merupakan tempat dimana pasien dengan penyakit stadiun terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayanan untuk mengendalikan gejala-gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri Kemenkes RI, 2007. Perawatan hospice bagi pasien yang sakit atau dalam keadaan terminal memiliki filosofi yang sama dengan perawatan paliatif bagaimanapun “semua perawatan hospiceadalah perawatan paliatif namun tidak semua perawatan paliatif merupakan perawatan hospice ”Morris et al., 2006 dalam Campbell, 2009. Perawatan paliatif sebaiknya ditawarkan kepada pasien yang membutuhkan beberapa pelayanan, tetapi perawatan hospice diatur dan seseorang pasien harus memiliki setidaknya memiliki harapan hidup paling sedikit setidaknya enam bulan untuk mendapatkan perawatan hospice. c. Rumah Pada perawatan di rumah, maka peran keluarga lebih menonjol karena sebagian perawatan dilakukan oleh keluarga, dan kelurga atau orang tua sebagai care giverdiberikan latihan pendidikan keperawatan dasar.Perawatan di rumah hanya mungkin dilakukan bila pasien tidak memerlukan alat khusus atau keterampilan perawatan yang mungkin dilakukan oleh keluarga Muckaden, 2011.

5. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif

Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik lain, asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan sosial, dukungan kultural dan spiritual, dukungan persiapan dan selama masa dukacita. Perawatan paliatif dilakukan mellaui rawat inap, rawat jalan, dan kunjunganrawat rumah Kemenkes RI, 2007. E. Penyakit terminal Penyakit terminal umumnya menyebabkan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian, dan ancaman terhadap integritas Turner et al. 1995 dalam Potter and Perry, 2005. Pasien mungkin mempunyai ketidakpastian tentang makna kematian dan dengan demikian meraka menjadi sangat rentan terhadap distress spiritual. Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju kearah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung, dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah menyerah dan angkat tangan dan seperti yang di katakana penyakit ini mengarah kematian White, 2002.

F. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilkukan oleh Razban et al. pada tahun 2013 yang dilakukan di bagian tenggara kota Iran yang berjudul “Sikap Perawat Terhadap Perawatan Paliatif di Bagian Tenggara Kota Iran” melalui metode cross sectional yang dilakukan di tiga rumah sakit besar yang ada dibagian tenggara kota iran didapatkan 78 perawat menyatakan tidak mendapatkan pendidikan formal tentang perawatan paliatif khusunya yang bekerja di bagian IGD dan ONKOLOGI dengan rata-rata pengalaman kerja enam tahun, 13diantaranya memiliki pengalaman merawat pasien dengan kondisi terminal. 2. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ningning sri ningsih pada tahun 2011 dengan judul “Pengalaman Perawat dalam Memberikan Perawatan Paliatif Pada Anak dengan Kanker di Wilayah Jakarta” dengan menggunakan metode Study fenomenologi, sampel diambil tujuh orang perawat yang empat diantaranya bekerja di Yayasan Rumah Rachel dan tiga orang lainnya bekerja di Rumah Sakit Dharmais dengan rata-rata pengalaman kerja 2-18 tahun dengan pendidikan stara satu keperawatan mengatakan, bahwa perlu adanya pendidikan formal tentang perawatan paliatif dan asuhan keperawatan tidak hanya semata-mata untuk penyembuhan saja, tapi lebih mengarah pada kehidupan yang lebih berarti sebelum akhirnya kematian tiba. G. Kerangka Teori Gambar 2.1 Modifikasi Kerangka Teori Simanjuntak, 2007; Razben et.al, 2013; Ningning Sri Ningsih, 2011; Turner et al. 1995 dalam Potter and Perry, 2005; Kemenkes RI, 2007; Morris et al., 2006 dalam Campbell, 2009 Asuhan Perawatan Paliatif Perawat Kondisi Terminal Pasien Pengetahuan Perawat tentang Perawatan Paliatif 1. Pengertian perawatan paliatif 2. Prinsip dasar perawatan 3. Tim dan tempat perawatan paliatif 4. Ruang lingkup perawatan paliatif 24 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, perawat mempunyai peran penting dalam melakukan asuhan keperawatan, khusunya asuhan keperawatan paliatif pada pasien dengan kondisi terminal. Pengetahuan perawat tentang perawatan menjadi hal yang penting untuk melakukan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan kondisi terminal, perawat harus memiliki pengetauhan yang luas bukan hanya sekedar pengetahuan kebutuhan dasar fisik saja, tapi lebih menekankan kepada pengetahuan bagaimana menghadapi pasien dengan kondisi terminal. Di bawah ini dijelaskan bagaimana kerangka pikir yang akan peneliti lakukan di daerah Kabupaten BEKASI: Variabel Independen Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengetahuan Perawat tentang Perawatan Paliatif, meliputi: 1. Pengertian perawatan paliatif 2. Prinsip dasar perawatan paliatif 3. Tim dan tempat perawatan paliatif 4. Ruang lingkup perawatan paliatif