Gambaran keterpaparan Media Massa Berkonten Pornografi Pada Usia Menarche

(1)

BERKONTEN PORNOGRAFI PADA USIA

MENARCHE

DI WILAYAH KECAMATAN

PANCORAN MAS - DEPOK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

ULFAH FATHU RAHMAH 1112104000020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Undergraduate Thesis, Juny 2016

Ulfah Fathu Rahmah, NIM: 1112104000020

Overview of Mass Media Exposure Contain Pornography on Age Menarche xx + 104 pages + 21 tables + 2 charts + 26 appendix

ABSTRACT

Recently, children have a tendency to accelerate in age of menarche. Many factors contribut this situation. One of factor is mass media exposure that containing pornography. Pornography content that was meant in this reasearch specifically a sexuality content, and a content that related with having sex explicitly as well as implicity. The purpose of this study to see an overview of mass media contamination contain pornography and age of menarche at elementary school students. The type of research was descriptive with cross-sectional design. This research was applied purposive sampling and snowball method with the number of respondents was 106 elementary school students 4-6 years in the District Pancoran Mas - Depok. The result showed 100% of girls exposed to media contain pornography with severe exposure levels as much as 72.6%. The majority of girl was having early menarche that is 65.1% with an average age of menarche 11.21 years. When viewed from the level of exposure and the age of menarche, most girls are exposed to severly with early age menarche that as many as 49.1%. It can be concluded that the majority of girl having early age menarche and all children exposed to pornography with severe exposure levels. The result of this study can be used as a material consideration both parents, schools and health institutions to provide early sex education to prevent children from finding out about it from the mass media without any control and for parents can protect the children can prevent pornography exposure.

Keyword: Content Exposure of Pornography, age menarche, Elementary School References: 69 (2000-2015)


(7)

vii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016

Ulfah Fathu Rahmah, NIM: 1112104000020

Gambaran keterpaparan Media Massa Berkonten Pornografi Pada Usia Menarche

xx + 104 halaman + 21 tabel + 2 bagan + 26 lampiran

ABSTRAK

Usia menarche saat ini memiliki kecenderungan mengalami percepatan dan salah satu faktornya yaitu keterpaparan media massa berkonten pornografi. Konten pornografi yang dimaksud dalam penelitian ini yakni konten yg bersifat seksualitas, dan materi yang berhubungan dengan hubungan seks baik secara eksplisit maupun inplisit.Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi pada usia menarche pada siswi SD. Penelitian ini berjenis deskriptif dengan desain cross-sectional, menggunakan metode purposive sampling dan snowball dengan jumlah responden sebanyak 106 siswa kelas 4-6 SD di wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok. Hasil penelitian menunjukkan 100% anak terpapar media berkonten pornografi dengan tingkat keterpaparan berat sebanyak 72,6%. Mayoritas anak memiliki usia menarche dini yakni 65,1% dengan rata-rata usia menarche anak sebanyak 11,21 tahun. Jika dilihat dari tingkat keterpaparan dan usia menarche, sebagian besar anak yang terpapar berat merupakan anak dengan menarche dini yakni sebanyak 49,1%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak mengalami menarche dini dan seluruh anak terpapar konten pornografi dengan tingkat keterpaparan berat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan baik orangtua, sekolah maupun lembaga kesehatan untuk memberikan pendidikan seks lebih dini untuk mencegah anak mencari tahu hal tersebut dari media massa tanpa pengawasan dan bagi orangtua dapat membentengi anak dengan etika, norma dan religiusitas agar anak dapat menghindari paparan pornografi.

Kata Kunci : Keterpaparan Konten Pornografi, Usia Menarche, Sekolah Dasar Daftar Bacaan : 69 (2000-2015)


(8)

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ulfah Fathu Rahmah

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 24 November 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalan Duren Rt 01 Rw 09 No.25 Rangkapan Jaya Baru, Pancoran mas – Depok 16434

Telepon/Hp : +6285781316143

Email : ulfahfathu@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Wisanggeni 1999 – 2000

2. SDIT Darul Abidin 2000 – 2006

3. SMP Negeri 2 Depok 2006 – 2009

4. SMA Negeri 3 Depok 2009 – 2012

5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 – sekarang

Pengalaman Organisasi :

1. Anggota PRAMUKA SMP Negeri 2 Depok 2007 - 2009

2. Anggota Magang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) 2013 – 2014 Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan

3. Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Keilmuan 2014 – 2015 Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Kedokteran


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam tak lupa kita disampaikan kepada Rasul kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Keterpaparan Media Massa

Berkonten Pornografi Pada Usia Menarche di Wilayah Kecamatan Pancoran Mas –

Depok”.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta untuk menerapkan dan mengembangkan teori – teori yang penulis peroleh selama kuliah. Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


(10)

x

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Yenita Agus, SKp., Mkep., Sp.Mat., PhD selaku dosen pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi serta selalu sabar membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini

4. Ibu Ns. Mardiyanti, M.Kep., MDS selaku pembimbing II yang telah membimbing dan selalu sabar dalam mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Ns. Puspita Palupi, S.Kep.,Sp.Kmat selaku pembimbing akademik yang telah memberi motivasi dan masukkan selama proses perkuliahan.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) maupun dosen tamu yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya selama masa perkuliahan. 7. Seluruh Staff karyawan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

penulis selama perkuliahan.

8. Kedua Orangtua saya (Ayah Nanan Suhanan dan Ibu Dadah Suciati) dan adik

saya (Nadia Magfira Rahmah) yang selalu memberikan saya kasih sayang, do‟a,

motivasi, dan dukungan baik moril maupun materi yang tidak pernah habis dari mulai saya dilahirkan hingga sekarang.

9. Seluruh kepala SD Negeri Mampang 1, SD Negeri Mampang 2, SD Negeri Parung Bingung, dan SD Negeri Parung Bingung 2 kota Depok yang mengizinkan serta membantu peneliti sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan baik.


(11)

xi

10. Seluruh adik – adik siswi SD Negeri Mampang 1, SD Negeri Mampang 2, SD Negeri Parung Bingung, dan SD Negeri Parung Bingung 2 kota Depok yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

11. Teman – teman satu bimbingan, teman – teman terdekat saya dan teman – teman seluruh angkatan 2012 yang telah memberikan semangat, dan telah berjuang bersama – sama dalam menggapai cita – cita.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karen itu penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga rahmat Allah SWT selalu tercurahkan kepada kita semua.

Ciputat, Juni 2016


(12)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG UJIAN SKRIPSI ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pertanyaan Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

1. Tujuan Umum ... 9

2. Tujuan Khusus ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

1. Bagi Instansi Pendidikan ... 10

2. Bagi Peneliti ... 11

3. Bagi Pengguna ... 11

4. Bagi Lembaga Kesehatan ... 12

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Remaja ... 13


(13)

xiii

2. Tahap perkembangan remaja ... 13

B. Menarche ... 16

1. Definisi Menarche ... 16

2. Faktor Yang Mempengaruhi Menarche ... 16

C. Media Massa ... 22

1. Definisi ... 22

2. Jenis media massa ... 23

3. Fungsi media sebagai komunikasi massa ... 30

4. Waktu yang diperbolehkan menggunakan media massa bagi anak ... 32

5. Dampak media terhadap kesehatan ... 33

D. Pornografi ... 36

1. Definisi ... 36

2. Proses masuknya pornografi pada anak / remaja ... 37

3. Media yang mengandung unsur pornografi dan berpengaruh bagi anak : ... 39

4. Tingkat keterpaparan media massa pornografi ... 44

E. Kerangka Teori ... 45

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 46

A. Kerangka Konsep ... 46

B. Definisi Operasional ... 47

BAB IV METODE PENELITIAN ... 49

A. Desain Penelitian ... 49

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Populasi dan Sampel ... 50

1. Populasi ... 50

2. Sampel ... 50

3. Besar sampel ... 51

4. Kriteria sampel ... 52

D. Instrumen Penelitian ... 52

1. Demografi ... 53


(14)

xiv

3. Usia Menarche... 54

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 55

F. Langkah Pengumpulan Data ... 58

1. Tahap persiapan ... 58

2. Tahap pelaksanaan ... 58

G. Pengolahan Data ... 59

1. Editing ... 59

2. Coding ... 60

3. Entry data ... 60

4. Cleaning data ... 60

H. Analisa Data ... 61

1. Nilai indeks massa tubuh (IMT) ... 61

2. Keterpaparan media pornografi baik visual, audio visual dan audio ... 61

3. Tingkat keterpaparan media pornografi ... 61

4. Usia menarche ... 61

I. Etika Penelitian ... 61

1. Prinsip kebaikan (Principle of Beneficience) ... 61

2. Prinsip untuk menghormati martabat manusia ... 62

3. The Prinsiple Of Justice ... 62

4. Informed Consent ... 63

BAB V HASIL PENELITIAN... 64

A. Gambaran Tempat Penelitian ... 64

B. Gambaran Karakteristik ... 65

1. Gambaran suku bangsa ... 65

2. Gambaran Usia ... 66

3. Gambaran kelas ... 66

4. Gambaran asal sekolah ... 67

5. Gambaran nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 68

C. Hasil Analisis Univariat ... 68


(15)

xv

2. Gambaran Keterpaparan Media Massa Berkonten Pornografi ... 70

3. Gambaran Tingkat Keterpaparan Media Massa Berkonten Pornografi... 72

4. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT)terhadap Usia Menarche ... 75

5. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT), tingkat keterpaparan dan usia menarche .. 76

6. Gambaran kelas dan tingkat keterpaparan terhadap usia menarche ... 78

BAB VI PEMBAHASAN ... 80

A. Karakteristik Responden ... 80

1. Gambaran nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 81

B. Analisa Univariat ... 83

1. Usia menarche ... 83

2. Gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi ... 85

3. Gambaran tingkat keterpaparan ... 90

4. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap usia menarche ... 95

5. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT), tingkat keterpaparan dan usia ... 97

6. Gambaran kelas dan tingkat keterpaparan terhadap usia menarche ... 98

C. Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 105


(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

BMI : Body Mass Index

FSH : Follicle Stimulating Hormone

GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone IMT : Indeks Massa Tubuh

IP : Internet Protocol

LH : Luteinizing Hormone

PFC : prefrontal cortex

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama WHO : World Health Organization


(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3. 1 Definisi Operasional 47

Tabel 5. 1 Distribusi Suku Bangsa Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pancoran Mas

Kota Depok Tahun 2016 (n = 106) 65

Tabel 5. 2 Distribusi Usia Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pancoran Mas Kota

Depok Tahun 2016 (n=106) 66

Tabel 5. 3 Distribusi Kelas Anak Sekolah Dasar di Wilayah Pancoran Mas Kota

Depok Tahun 2016 (n=106) 66

Tabel 5. 4 Distribusi Asal Sekolah di Wilayah Pancoran Mas Kota Depok Tahun

2016 (n=106) 67

Tabel 5. 5 Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) di Wilayah Pancoran Mas Kota

Depok Tahun 2016 (n=106) 68

Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Usia Menarche di Wilayah Pancoran Mas Kota

Depok Tahun 2016 (n=106) 69

Tabel 5. 7 Rata - Rata Usia Menarche Responden 69

Tabel 5. 8 Distribusi Frekuensi Kelas dan Usia Menarche di Wilayah Pancoran Mas

Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 69

Tabel 5. 9 Distribusi Frekuensi Keterpaparan Media Massa Berkonten Pornografi di Wilayah Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 70 Tabel 5. 10 Distribusi Frekuensi Keterpaparan Media Audio Berkonten Pornografi di


(18)

xviii

Tabel 5. 11 Distribusi Frekuensi Keterpaparan Media Audio Visual Berkonten

Pornografi di Wilayah Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 71 Tabel 5. 12 Distribusi Frekuensi Keterpaparan Media Visual Berkonten Pornografi di

Wilayah Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 72 Tabel 5. 13 Distribusi Tingkat Keterpaparan Media Massa Pornografi di Wilayah

Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 72

Tabel 5. 14 Distribusi Tingkat Keterpaparan Media Massa Audio Berkonten

Pornografi di Wilayah Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 73 Tabel 5. 15 Distribusi Tingkat Keterpaparan Media Massa Audio Visual Berkonten

Pornografi di Wilayah Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 73 Tabel 5. 16 Distribusi Tingkat Keterpaparan Media Massa Visual Berkonten

Pornografi di Wilayah Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 74 Tabel 5. 17 Distribusi Tingkat Keterpaparan Media Massa Berkonten Pornografi dan

Usia Menarche di Wilayah Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016

(n=106) 74

Tabel 5. 18 Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Usia Menarche di Wilayah

Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 75

Tabel 5. 19 Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT), Tingkat Keterpaparan dan Usia Menarche di Wilayah Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2016 (n=106) 76 Tabel 5. 20 Distribusi Kelas, Tingkat Keterpaparan dan Usia Menarche di Wilayah


(19)

xix

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2. 1 Kerangka Teori ... 45 Bagan 3. 1 Kerangka Konsep ... 46


(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perizinan penelitian Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Surat jugment expert

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Lampiran 6 Hasil Olah SPSS


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan periode pertumbuhan manusia dan perkembangan yang terjadi setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa dengan rentang usia antara 10 tahun hingga 19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada masa remaja inilah banyak terjadi perubahan dalam diri manusia, baik secara sosial, mental maupun pertumbuhan secara fisiologis tubuh. Salah satu perubahan fisiologis yang cukup bermakna pada masa ini yakni terjadinya masa pubertas dimana para remaja mengalami perubahan struktur tubuh dan telah aktifnya sistem reproduksi pada remaja yang ditandai dengan adanya mimpi basah pada laki–laki dan menarche pada perempuan.

Perubahan dalam sistem reproduksi perempuan yang ditandai dengan menarche yaitu suatu kejadian menstruasi pertama kali yang dialami remaja putri yang merupakan pergantian fase kehidupan dari masa kanak-kanak menjadi masa usia remaja (Proverawati & Misaroh, 2009). Sebelum terjadinya menarche tersebut, para remaja putri juga mengalami perubahan pada sistem reproduksinya baik yang tidak terlihat (internal) maupun yang dapat terlihat (eksternal). Menurut Manuaba (2007), umumnya rentang usia terjadinya menarche pada remaja yaitu umur 12-13 tahun. Namun beberapa tahun ini, rentang usia normal menarche mengalami pergeseran menjadi lebih muda.


(22)

Perubahan dalam rentang usia menarche ini memiliki perbedaan di setiap belahan dunia dan ada kecenderungan mengalami perubahan dalam rentang waktu tertentu. Ini bisa dilihat dari negara Amerika Serikat (AS), pada sebelum tahun 1900 usia rata–rata menarche adalah lebih dari 14 tahun namun pada tahun 1994 usia menarche berubah menjadi 12,43 tahun. Sedangkan pada negara–negara mediterania seperti Yunani dan Spanyol, usia menarche di negara tersebut yaitu 12,27 tahun dan 12,34 tahun. Namun, jika dilihat dari usia menarche di wilayah Asia saat ini juga berusia sekitar 12 tahun. Ini tampak dari usia menarche di negara Hongkong dan Jepang yaitu 12,38 tahun dan 12,34 tahun (Karapanou & Papadimitriou, 2010).

Menurut hasil RISKESDAS (2010), remaja di Indonesia yang mengalami menarche paling banyak berada pada usia 13-14 tahun dengan presentase sebanyak 37,5% dan usia dibawah 13 tahun sebesar 22,5%. Sedangkan pada usia diatas 14 tahun memiliki presentase sebanyak 32,2%. Tidak jauh berbeda pada provinsi Jawa Barat, umur pertama haid paling banyak berada pada rentang umur 13-14 tahun sebanyak 38,1% dan namun usia dibawah 13 tahun sebesar 23%. Hasil ini mengindikasikan bahwa presentase remaja putri yang mengalami menarche dibawah usia 13 tahun di Jawa Barat lebih besar sebanyak 0,5% dari rata rata presentase se Indonesia.

Adanya perubahan pada usia menarche dari waktu ke waktu dapat berdampak pada kehidupan remaja putri terutama dalam hal kesehatan. Menurut WHO (2011), menarche yang semakin dini atau semakin muda memungkinkan remaja putri lebih cepat bersentuhan dengan kehidupan seksual


(23)

sehingga memungkinkan remaja untuk hamil dan menjadi seorang ibu semakin besar. Remaja yang hamil di usia muda ini menurut teori memiliki resiko yang cukup tinggi terutama bagi anak yang dikandungnya. Menurut Leveno (2009), dikatakan bahwa 80% kehamilan yang terjadi pada wanita yang berusia lebih muda melahirkan anak dengan Down Sindrom.

Selain itu, menurut Steingraber (2007), menarche dini akan mengalami paparan estrogen yang meningkat seumur hidup. Paparan estrogen yang meningkat ini akan meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kanker payudara. Pada penelitian lain menyebutkan bahwa ada keterkaitan antara menarche dini dengan peningkatan resiko tekanan psikososial seperti depresi, gangguan makan, inisiasi seksual dini, dan penyalahgunaan zat.

Dampak yang ditimbulkan dari menarche dini tersebut dapat dicegah dengan mengetahui dan menghindari faktor yang menyebabkan kejadian tersebut timbul. Dari hasil penelitian Beatrice, Odongkara Mpora et all (2014) di Uganda, mengatakan bahwa komposisi tubuh dan lingkar pinggul berkorelasi negatif terhadap usia menarche. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Cho, Geum Joon et all (2010) di Korea juga berkesimpulan bahwa usia menarche ibu, Body Mass Index, usia saat lahir dan gizi mempengaruhi usia menarche pada anak perempuan di Korea.

Selain faktor yang telah disebutkan, ada pula faktor media massa yang

telah diteliti oleh Brown, Halpern dan L‟Engle tahun 2005 juga mempengaruhi

dalam adanya perbedaan usia menarche pada remaja. Faktor ketepaparan media massa juga diteliti oleh Kisswardhani tahun 2014, namun dalam penelitian ini


(24)

faktor keterpaparan media masa tidak berpengaruh terhadap usia menarche. Penelitian ini justru mengungkapkan bahwa yang mempengaruhi terhadap usia menarche yaitu faktor keturunan. Karena terdapat perbedaan hasil penelitian yang sebelumnya, untuk itu perlu dilakukan penelitian kembali untuk meninjau kembali hasil penelitian yang dilakukan. Menurut West & Turner tahun 2008, media merupakan saluran–saluran atau cara pengiriman bagi pesan–pesan massa. Sedangkan dalam buku pengantar Komunikasi (2008), yang dimaksud dengan media massa dapat berupa surat kabar, video, CD, Komputer, TV, radio dan media baru berupa teknologi berbasis komputer dan gadget.

Media massa saat ini sangat mudah diakses oleh semua kalangan umur, begitu juga dengan anak–anak. Di dunia, 99,5% anak–anak berusia 6-14 tahun sudah terpapar tayangan televisi dan disusul dengan penggunaan radio dan DVD sebesar 95% dan 92% serta masih banyak lagi media massa lainnya yang sudah digunakan anak usia ini pada tahun 2007 (Colmar, Bruton, 2015). Sebanyak 17% anak di dunia menggunakan TV, 6% Musik, 10% Internet, 6% radio dan untuk keperluan tertentu sebanyak 8% menggunaan media massa selama lebih dari 2 jam.

Pada hasil survey yang terdapat pada Broadcasting Standards Authority tahun 2015 dijelaskan pula bahwa 3 dari 5 anak berusia 4-16 tahun telah terpapar konten TV yang tidak baik bagi anak. Konten yang paling banyak dilihat anak namun tidak baik bagi anak ini berupa kekerasan (59%) dengan urutan kedua yaitu konten sexual (32%) kemudian disusul dengan konten yang menyeramkan, kata kata yang buruk dan lainnya. Untuk konten seksual di


(25)

televisi, sebanyak 9% anak melihat hal–hal yang tidak pantas, kemudian disusul oleh tontonan seks sebanyak 8%, hubungan seks 6% dan ciuman sebanyak 5% pada tahun 2007. Hasil survey yang sama pada penelitian yang sama, mereka juga meneliti konten yang dilihat anak pada internet dan hasilnya yaitu konten seksual berada pada urutan pertama yang diikuti oleh konten lainnya yaitu area beresiko pada internet, kekerasan, kata - kata kasar, konten untuk orang dewasa, konten menyeramkan, media sosial dan lainnya. Pada konten seksual pada internet, yang paling banyak dilihat anak yaitu hubungan seks, hal yang tak pantas, seks dan ciuman.

Keterpaparan media massa pada anak–anak yang saat ini jumlahnya meningkat, mengakibatkan berbagai masalah terjadi pada anak. Masalah yang timbul ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik, gangguan psikologis dan penurunan prestasi akademik anak, obesitas pada anak, konsumsi rokok, penggunaan obat obatan terlarang, serta perilaku seksual (Common Sense Media, 2008).

Keterpaparan anak terhadap media massa terutama konten seksual mengakibatkan masalah kesehatan fisik berupa berubahnya usia menarche anak saat ini. Konten seksual yang dilihat oleh anak akan menstimulasi anak dan remaja untuk pembentukkan Gonadotropin Releasing Hormone yang merangsang hipofisis anterior yang menghasilkan Follicle Stimulating Hormone dan Luteinizing Hormon untuk menghasilkan estrogen di ovarium. Estrogen inilah yang menyebabkan pematangan seksual pada anak dan remaja tersebut sehingga terjadi pubertas lebih awal. Pubertas yang lebih awal ini, akan


(26)

mengakibatkan kejadian menarche lebih awal pada anak dan remaja (Guyton & Hall, 2007). Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian Brown, Halpern &

L‟Engle tahun (2005) yang mengatakan bahwa gadis remaja memasuki pubertas lebih awal dari remaja seusianya karena tertarik untuk melihat, mendengar tentang seks dan kegiatan seks.

Masalah keterpaparan media massa terhadap usia menarche diperlukan perhatian yang cukup serius karena fenomena ini terjadi pada Sekolah Dasar Negeri Rangkapan Jaya Baru Depok. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, dari 15 siswi yang dilakukan studi pendahuluan oleh peneliti, semua siswi sudah terpapar media televisi, internet dan gadget lainnya. Dari media yang digunakan oleh para siswi ini, mereka menggunakannya untuk berbagai keperluan seperti untuk mengerjakan tugas sekolah atau untuk hiburan.

Dari 15 siswi yang dilakukan studi pendahuluan, terdapat 8 siswi dengan rentang usia 10-12 tahun yang sudah mengalami menarche dengan tingkat keterpaparan terhadap media yang lebih banyak, sedangkan 7 siswi lainnya belum mengalami menarche dengan tingkat keterpaparan media yang beragam. Dari ke 8 siswi yang sudah mengalami menarche, semua telah menonton tayangan yang berkonten berkonten cinta. Selain itu, anak yang sudah mengalami menarche tersebut juga senang mendengarkan lagu lagu yang bertemakan cinta. Contohnya tontonan televisi yang paling digemari para siswi

yaitu drama dan sinetron “anak jalanan” yang mempertontonkan kisah


(27)

penggunaan internet, kebanyakan mereka menggunakannya untuk mencari lagu lagu dewasa yang cenderung bernuansa percintaan dan melihat video yang beragam tema.

Berdasarkan adanya adanya kecenderungan keterpaparan media massa pada anak dan remaja semakin meningkat yang didapat dilihat dengan adanya fenomena yang terjadi serta adanya perubahan usia menarche pada anak dan remaja saat ini yang telah di sebutkan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi pada usia menarche di wilayah kecamatan Pancoran Mas–Depok.

B. Rumusan Masalah

Usia menarche saat ini sudah mengalami perubahan menjadi semakin muda. Hal ini berdampak pada semakin cepatnya remaja putri bersinggungan dengan aktivitas seksual serta beresiko mengalami kanker payudara. Selain itu, keterpaparan media massa lebih dini saat ini pada anak berdampak pada semakin beragamnya informasi yang didapatkan anak dan remaja termasuk mengenai konten seksual yang dapat menstimulasi pematangan pubertas yang lebih dini. Pubertas yang lebih dini ini, akan menyebabkan usia menarche juga semakin cepat. Penelitian yang meneliti hubungan antara keterpaparan media massa dengan usia menarche ini masih jarang dilakukan. Selain itu, dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti juga menunjukkan bahwa anak yang sudah menarche di kelas 4–6 SD sudah menonton tayangan yang berkonten cinta dan mendengarkan lagu bertemakan cinta. Berdasarkan fenomena


(28)

tersebut, maka masalah dari penelitian ini adalah gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi pada usia menarche.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik meliputi suku bangsa, dan nilai Indeks Massa Tubuh pada siswi yang mengalami menarche di SD Negeri wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok ?

2. Bagaimana gambaran usia menarche yang terjadi pada siswi di SD Negeri wilayah Kecamatan Pancoran Mas - Depok ?

3. Bagaimana gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi serta tingkat keterpaparannya pada siswi yang mengalami menarche di SD Negeri wilayah Kecamatan Pancoran Mas - Depok ?

4. Bagaimana gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi berdasarkan media yang digunakan pada siswi yang mengalami menarche di SD Negeri wilayah Kecamatan Pancoran Mas - Depok ?

5. Bagaimana gambaran tingkat keterpaparan media massa berkonten pornografi berdasarkan media yang digunakan pada siswi yang mengalami menarche di SD Negeri wilayah Kecamatan Pancoran Mas - Depok ?

6. Bagaimana gambaran nilai Indeks Massa Tubuh terhadap usia menarche pada siswi yang mengalami menarche di SD Negeri wilayah Kecamatan Pancoran Mas - Depok ?

7. Bagaimana gambaran nilai Indeks Massa Tubuh dan tingkat keterpaparan media massa berkonten pornografi terhadap usia menarche pada siswi yang


(29)

mengalami menarche di SD Negeri wilayah Kecamatan Pancoran Mas - Depok ?

8. Bagaimana gambaran kelas, nilai Indeks Massa Tubuh dan tingkat keterpaparan media massa berkonten pornografi terhadap usia menarche pada siswi yang mengalami menarche di SD Negeri wilayah Kecamatan Pancoran Mas - Depok ?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi pada usia menarche di wilayah kecamatan Pancoran Mas kota Depok.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik meliputi suku bangsa, dan nilai IMT pada siswi yang mengalami menarche di wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok.

b. Mengetahui gambaran usia menarche yang terjadi pada siswi di wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok.

c. Mengetahui gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi serta tingkat keterpaparannya pada siswi yang mengalami menarche di wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok.


(30)

d. Mengetahui gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi berdasarkan media yang digunakan pada siswi yang mengalami menarche di wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok.

e. Mengetahui gambaran tingkat keterpaparan media massa berkonten pornografi berdasarkan media yang digunakan pada siswi yang mengalami menarche di wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok. f. Mengetahui gambaran nilai IMT terhadap usia menarche pada siswi yang

mengalami menarche di wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok. g. Mengetahui gambaran nilai IMT dan tingkat keterpaparan media massa

berkonten pornografi terhadap usia menarche pada siswi yang mengalami menarche di wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok.

h. Mengetahui gambaran kelas, dan tingkat keterpaparan media massa berkonten pornografi terhadap usia menarche pada siswi yang mengalami menarche di wilayah Kecamatan Pancoran Mas – Depok.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu keperawatan mengenai gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi pada usia menarche dan dapat dijadikan sumber kepustakaan.


(31)

2. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan peneliti mengenai gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi pada usia menarche dan sebagai pengalaman dalam melakukan penelitian kesehatan.

3. Bagi Pengguna a. Sekolah

Memberikan masukan kepada SD Negeri di wilayah Kecamatan Pancoran Mas kota Depok untuk memberikan edukasi mengenai reproduksi anak dan remaja yang dapat diberikan sejak dini.

b. Bagi Orangtua

Memberikan informasi mengenai gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi pada usia menarche, sehingga orangtua mampu mengkontrol konten yang dilihat anak di media massa. Selain memberikan informasi, manfaat penelitian ini juga untuk meningkatkan pendidikan seks sejak dini pada anak di rumah untuk mencegah anak untuk mencari tahu mengenai seks melalui media massa.

c. Bagi Siswa

Memberikan informasi mengenai gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi pada usia menarche, sehingga siswa dapat menggunakan dan memilah media massa dan konten yang tepat sesuai usianya serta mengetahui dampak dari keterpaparan konten pornografi.


(32)

4. Bagi Lembaga Kesehatan

Memberikan informasi mengenai usia menarche saat ini serta memicu lembaga kesehatan untuk meningkatkan upaya pendidikan kesehatan mengenai pubertas dan faktor yang mempengaruhinya pada anak maupun remaja dan orangtua.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran keterpaparan media massa berkonten pornografi pada usia menarche di wilayah kecamatan Pancoran Mas – Depok. Populasi pada penelitian ini yaitu siswi kelas 4 - 6 SD Negeri di wilayah kecamatan Pancoran Mas–Depok yang sudah menarche. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan cross sectional.


(33)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Remaja 1. Definisi

Istilah remaja atau adolesence berasal dari bahasa Latin,

“adolescentia”. Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama

dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak–kanak menuju masa dewasa yang biasanya berkisar pada rentang usia 13–20 tahun. Remaja biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi (Potter & Perry, 2005).

Sedangkan menurut WHO (2014), remaja merupakan penduduk dalam rentang usia 10 -19 tahun. Di Indonesia, remaja didefinisikan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 adalah penduduk dalam rentang usia 10–18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10–24 tahun dan belum menikah.

2. Tahap perkembangan remaja

Menurut UNICEF tahun 2011, tahap perkembangan remaja terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :


(34)

a. Remaja awal (10–14 tahun)

Umumnya pada tahap ini dimulainya suatu perubahan fisik, yang biasanya diawali dengan percepatan pertumbuhan dan segera diikuti oleh pengembangan organ seks dan karakteristik seksual sekunder. Pada perubahan eksternal ini seringkali sangat jelas dan dapat menjadi sumber kecemasan serta kegembiraan atau kebanggaan bagi individu yang tubuhnya sedang mengalami transformasi. Sedangkan pada perubahan internal individu, meskipun kurang jelas, namun terjadi perubahan yang bermakna. Ini ditandai dengan adanya penelitian terbaru mengenai syaraf yang menunjukkan bahwa pada masa remaja awal ini, otak mengalami ledakan spektakuler listrik dan perkembangan fisiologis. Jumlah sel-sel otak hampir bisa dua kali lipat dalam setahun, sementara jaringan saraf secara radikal reorganisasi, yang berdampak pada kemampuan emosional, fisik dan mental.

Pada usia remaja awal ini terjadi pula pembangunan fisik dan seksual dimana anak perempuan memasuki usia pubertas rata-rata 12-18 bulan lebih awal dari anak laki-laki yang mencerminkan bagaimana terjadinya perkembangan otak baik perempuan maupun laki-laki. Lobus frontal, bagian dari otak yang mengatur penalaran dan pengambilan keputusan, mulai berkembang selama masa remaja awal. Karena diperlukan waktu yang lebih lama pada anak laki-laki pada perkembangan otaknya, maka terjadi kecenderungan untuk bertindak


(35)

impulsif dan menjadi tidak kritis dalam pemikiran mereka berlangsung lebih lama dari pada anak perempuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak perempuan matang lebih awal dari anak laki-laki.

b. Remaja Akhir (15–19 tahun)

Masa remaja akhir meliputi bagian dari akhir masa remaja, rentang usianya yaitu 15–19 tahun. Perubahan fisik mayor biasanya terjadi pada tahapan ini, meskipun tubuh masih berkembang. Otak terus untuk mengembangkan dan mereorganisasi sendiri dan meningkatkan kapasitas untuk analisis dan pemikiran reflektif. Pendapat rekan atau teman kelompok masih cenderung penting di awal tahapan ini, namun terus berkurang seiring dengan keterpaparan remaja terhadap lebih banyak kejelasan dan keyakinan dalam identitas dan pendapat mereka sendiri.

Pada umumnya dari awal sampai pertengahan masa remaja, sebagai

individu, para remaja melakukan percobaan dengan “perilaku orang dewasa”. Hal ini menurun pada akhir masa remaja, karena remaja sudah

mulai berkembang kemampuannya dalam mengevaluasi risiko dan membuat keputusan secara sadar. Sisi lain dari perkembangan otak yang cepat yang terjadi selama masa remaja dapat menjadi hal yang merugikan. Hal ini akibat penggunaan obat-obatan berlebihan dan alkohol pada remaja.

Pada masa akhir remaja ini, wanita cenderung berisiko lebih besar memiliki kesehatan yang terganggu dari anak laki-laki termasuk depresi,


(36)

dan risiko ini sering diperbesar oleh diskriminasi dan pelecehan berbasis gender. Anak perempuan sangat rentan terhadap gangguan seperti anoreksia dan bulimia makan, kerentanan ini akibat dari kecemasan mendalam atas gambaran tubuh yang didorong oleh budaya dan stereotip media kecantikan yang feminin.

B. Menarche

1. Definisi Menarche

Menarche adalah menstruasi pertama kali yang dialami remaja putri yang merupakan pergantian fase kehidupan dari masa kanak-kanak menjadi masa usia remaja (Proverawati & Misaroh, 2009). Menarche ini terjadi akibat adanya peningkatan yang mencolok dari sekresi estrogen yang biasanya terjadi antara usia 8–11 tahun. Selain itu, peningkatan jumlah dan variasi sekresi gonadotropin dan estrogen akan mengalami perkembangan yang menjadi suatu pola yang siklik minimal setahun sebelum menarche dan kebanyakan di Amerika Utara anak mengalami menarche pada usia 13 tahun (Bobak, 2005). Sedangkan menurut Manuaba (2007), menarche umumnya terjadi pada usia 12–13 tahun.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Menarche a. Genetik

Usia menarche terpengaruh oleh hereditas seseorang tetapi faktor genetik secara spesifik belum diketahui secara pasti. Bukti bahwa hereditas mempengaruhi usia menarche dapat dilihat dari study yang


(37)

memperlihatkan bahwa adanya kecenderungan untuk usia menarche ibu untuk memprediksi usia menarche anak perempuannya. (Pantsiotou S et all, 2008).

b. Etnis / perbedaan ras

Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa gadis berkulit hitam (afrika) lebih cepat 3 bulan mengalami menarche dibandingkan dengan gadis berkulit putih dengan tahap perkembangan payudara dan pengembangan rambut kemaluan yang sama (Freedman DS, et all dalam Karapanou, et all. 2010).

c. Lemak tubuh, gizi dan aktivitas fisik

Pada gadis yang memiliki kadar lemak ada subkutan dan BMI yang tinggi di usia pubertas (5-9 tahun) akan memungkinkan terjadinya menarche dini (<12 tahun) (Freedman DS, et all dalam Karapanou, et all. 2010). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Rah, Jee H dkk (2009) juga mendapatkan hasil bahwa remaja yang lebih tinggi dan lebih berat dengan massa lemak tubuh yang lebih besar cenderung mencapai menarche di usia muda. Sedangkan penelitian lain menyebutkan juga bahwa sesorang yang kehilangan berat badan akibat diet juga dapat mempengaruhi seseorang mengalami menarche (Gaudineau, 2010).

Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Kazeem; Leila; Jelyani dan Nouri (2013), peningkatan massa lemak tubuh dapat menjadi pesan yang signifikan untuk pengeluaran sekresi leptin, merangsang


(38)

hipotalamus dan akhirnya mengakibatkan pengeluaran sekresi berlebih GnRH. Pengeluaran GnRH ini merangsang axis hipofisis-ovarian dan memulai percepatan pubertas. Menurut Permadi (2011) yang disampaikan pada Simposium Jakarta Infertility, Saat penyimpanan lemak memadai, leptin merangsang pelepasan GnRH. Aksi ini umumnya terjadi secara tidak langsung melalui neurohormon lain. Leptin dan reseptornya juga ditemukan di hipofisis. Masih belum jelas apakah estrogen memiliki peran fisiologis dalam pelepasan leptin dari penyimpanan lemak. Reseptor-reseptor leptin telah dilokalisasi dalam overium dan endometrium yang mengimplikasikan aksi-aksi langsung tambahan pada jaringan-jaringan tersebut. Bukti lain bahwa leptin berperan dalam sistem reproduksi berasal dari uji coba yang dilakukan pada tikus betina yang diinjeksikan leptin memungkinkan mereka untuk ovulasi, dan hamil lebih dari tikus betina yang tidak diinjeksikan leptin. Pemulihan kesuburan tersebut berkaitan dengan peningkatan tingkat serum LH pada wanita (Kaplowitz, 2008).

Mengenai asupan gizi, kualitas asupan makanan yang masuk pada anak perempuan juga mempengaruhi pubertas seseorang. Bila terjadi peningkatan asupan makanan, maka energi seseorang juga akan ikut mengalami peningkatan dan ini akan berkaitan dengan adanya menarche dini (Berkey CS et all dalam Karapanou, et all. 2010). Hal ini juga sudah terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Fidin, Muda & Hiswani (2014) dimana hasil penelitian yang dilakukan tersebut ada hubungan


(39)

yang bermakna antara status gizi dengan usia menarche pada siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Sumbul tahun 2014.

Aktifitas fisik juga dapat mempengaruhi usia menarche seseorang. Sebuah studi cross sectional yang dilakukan dalam sekelompok perempuan di universitas Kolombia menunjukkan usia menarche berkaitan dengan aktivitas fisik sedikitnya 2 jam setiap harinya. Berbeda dengan yang terjadi pada atlet (kecuali atlet renang), dibandingkan pada populasi umum, seorang atlet yang berlatih secara intens akan mengalami penundaan pubertas (Chavarro J, et all. 2004).

d. Tinggi badan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Amaliah, Sari & Rosha tahun 2012, dapat dilihat bahwa pada responden yang memiliki tinggi badan normal memiliki rata–rata usia menarche lebih cepat dibandingkan dengan responden dengan status tinggi badan pendek.

e. Musim

Dibeberapa negara yang memiliki musim dingin, angka kejadian menarche lebih tinggi dibandingkan musim yang lain. Hal ini telah diteliti oleh Rah, Jee H dkk tahun 2009 di Bangladesh dimana peneliti menemukan pada bulan Desember dan Januari serta Agustus dan September setengah dari remaja perempuan mencapai menarche selama musim dingin tersebut.


(40)

f. Pengaruh lingkungan

Lingkugan yang dapat mempengaruhi yaitu : 1) Faktor sosial ekonomi

Faktor tempat tinggal di desa atau di kota, ukuran keluarga, pendapatan keluarga, tingkat pendidikan orangtua dapat mempengaruhi usia menarche. Gadis dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi akan mengalami usia menarche yang lebih dini dibandingkan anak perempuan dari keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah (Wronka I, Pawlinska Chmara R. 2005). Sedangkan gadis yang dibesarkan di lingkungan perkotaan memiliki usia menarche yang lebih awal dari mereka yang dibesarkan di lingkungan pedesaan (Padez C, 2003).

2) Faktor kehadiran keluarga

Adanya ayah biologis dan saudara laki–laki dapat dikaitkan dengan menarche dini, sedangkan kehadiran dari saudara perempuan, terutama kakak perempuan dalam keluarga juga dapat dikaitkan dengan tertundanya menarche pada anak perempuan. Prevalensi menarche dini bahkan lebih tinggi ketika adanya kehadiran ayah tiri dikombinasikan dengan lingkungan keluarga yang banyak memiliki stresor dan keluarga dengan ibu yang memiliki gangguan mood (Karapanou, et all. 2010).


(41)

g. Penyakit

Adanya penekanan akibat penyakit tertentu dapat mengakibatkan penundaan onset pubertas yang akan mempengaruhi pula pada kejadian menarche. Penyakit yang bisa mempengaruhi menarche seseorang yaitu penyakit akut, kronis, atau adanya supresi hipotalamus hipofisis-gonadal (Tahirovie HF dalam Karapanou, et all., 2010)

h. Terpapar media massa

Salah satu faktor yang mempengaruhi menarche disebabkan oleh rangsangan-rangsangan kuat dari luar, salah satunya adalah melalui keterpaparan media informasi, baik cetak maupun elektronik (Kartono, 2006). Keterpaparan media informasi dengan kecepatan usia pubertas remaja yang secara tidak langsung menyebabkan percepatan usia

menarche remaja putri. Para perempuan atau remaja putri yang

mengalami menarche dini memperlihatkan minat yang lebih kuat ketika menonton tayangan yang mengandung unsur-unsur seksual pada film, televisi, dan majalah dibandingkan dengan para remaja yang menarche dalam rentang usia normal (Santrock, 2007).

Dalam buku fisiologi manusia (Sherwood, 2012), Sebelum seorang wanita mengalami mensutruasi pertama, sistem reproduksi wanita inaktif dari lahir hingga terjadi proses pubertas yaitu ketika aktivitas GnRH di hipotalamus meningkat untuk pertama kalinya. GnRH mulai merangsang pelepasan hormon–hormon gonadoptropik hipofisis anterior, yang selanjutnya


(42)

merangsang aktivitas ovarium. Sekresi estrogen oleh ovarium yang aktif memicu pertumbuhan dan pematangan saluran reproduksi wanita serta perkembangan karakteristik seks sekunder wanita. Efek lain dari estrogen adalah mendorong pengendapan lemak di lokasi-lokasi strategi (payudara, bokong, dan paha) sehingga menghasilkan ciri khas seorang wanita yaitu tubuh yang berlekuk. Peningkatan estrogen pada masa pubertas juga menyebabkan penutupan lempeng epifisis, menghentikan pertambahan tinggi lebih lanjut. Tiga perubahan pubertas lain pada wanita (pertumbuhan rambut ketiak dan pubis, lonjakan pertumbuhan masa pubertas dan timbulnya libido) berkaitan dengan lonjakan sekresi androgen adrenal saat pubertas.

Pada awal menstruasi pada anak, sebagian besar menstruasi terjadi tidak reguler, tidak dapat diprediksi, tidak nyeri dan tidak mengandung telur. Setelah satu tahun atau lebih, berkembang menjadi suatu irama hipofisis-hipotalamus dan ovarium memproduksi estrogen siklik yang adekuat untuk mematangkan ovum (Bobak, 2005).

C. Media Massa 1. Definisi

Menurut McLuhan dalam Nova tahun 2009, media merupakan saluran penyampaian pesan dalam komunikasi antarmanusia dan media massa adalah perpanjangan dari alat indra kita. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung. Sedangkan pengertian dari media massa berdasarkan Kamus


(43)

Besar Bahasa Indonesia ialah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas atau alat yang menjadi perantara antara sumber informasi yang terpusat dalam suatu lembaga media massa kepada audiensi dengan jumlah yang banyak (Sugono, 2008).

Pengertian yang hampir sama juga diungkapkan oleh DeFleur dan Dennis dalam Kurtz (2008), bahwa komunikasi massa adalah proses dimana komunikator secara profesional menggunakan media untuk menyebarkan pesan secara luas, cepat dan meneruskan makna komunikasi tersebut ke khalayak yang lebih luas dan beragam dalam upaya untuk mempengaruhi mereka dengan berbagai cara. Jika menurut Cangara (2005), media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada penerima informasi dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi.

2. Jenis media massa

Beberapa jenis media massa, yaitu : a. Media Cetak

1) Koran

Koran menempati posisi media cetak yang paling disukai untuk menjangkau khalayak yang lebih luas sampai komunikasi elektronik muncul untuk berita sehari hari. Pada awalnya, koran merupakan satu-satunya media yang massa yang memberitakan


(44)

kejadian sehari-hari di masyarakat. Koran merupakan platform penting dari komunikasi massa saat media elektronik gagal untuk mencapai sudut pandang dunia yang berbeda. Hal ini memainkan peran penting dalam memberikan informasi secara langsung otentik, membangun opini, memperbarui pengetahuan pembaca, dan berfungsi sebagai platform yang baik bagi pengiklan untuk mempromosikan produk mereka (Garia, 2012).

Koran atau surat kabar memiliki karakteristik yang khas. Karakterstik tersbut yaitu (Ardianto, 2007) :

a) Publisitas (penyebaran pada publik atau khalayak)

b) Periodesitas (keteraturan terbitnya, bisa dalam harian, mingguan atau dwi mingguan)

c) Universalitas (keseluruhan isi yng beraneka ragam dan dari seluruh dunia)

d) Aktualitas (fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk brita atau artikel bersifat terbaru dan masih hangat dibicarakan).

e) Terdokumentasikan 2) Majalah

Menurut Garia A.A. (2012), majalah biasanya melayani jenis tertentu penonton yang mencari informasi berdasarkan topik tertentu. Majalah mencakup sejumlah topik seperti urusan saat ini, bisnis, keuangan, konsumen, gadget, gaya hidup, kecantikan, fashion, hiburan, wisata, dan sebagainya. Frekuensi majalah bisa mingguan,


(45)

dua mingguan, dua bulanan, triwulanan, setengah tahunan, atau tahunan. Majalah ini adalah forum terbaik untuk pengiklan karena mereka memiliki kedekatan yang lebih ke pembaca.

Majalah memiliki karakteristik–karakteristik tertentu yang menjadi ciri khas majalah. Karakteritik tersebut meliputi (Ardianto, 2007) :

a) Penyajian lebih dalam b) Nilai aktualitas lebih lama c) Gambar / foto lebih banyak d) Cover sebagai daya tarik 3) Buklet dan Brosur

Booklet dan brosur adalah bagian dari literatur promosi suatu produk, atau organisasi. Ada dua jenis buku dan brosur (Garia, 2012) : a) Pre-buying promotion: Biasanya di mall dan toko-toko, sastra

promosi didistribusikan gratis untuk semua

b) Post-buying promotion: Booklet dan brosur ini biasanya diberikan dengan produk untuk pengalaman pelanggan yang lebih baik dan mudah pembelian pasca penggunaan.

4) Baliho / billboard

Menurut Garia A.A. (2012), Billboard adalah iklan besar yang diletakkan di ketinggian di lokasi strategis untuk menarik lebih banyak perhatian. Mereka biasanya menarik target audiens dengan


(46)

warna mereka berani, menarik perhatian berita utama, kreativitas, desain, efek khusus, dll.

b. Media Elektronik

Media elektronik adalah jenis media yang mengharuskan pengguna untuk memanfaatkan koneksi listrik untuk mengaksesnya. Hal ini juga dikenal sebagai 'Broadcast Media'. Ini termasuk televisi, radio, dan media baru seperti Internet, komputer, telepon, dan semacamnya.

1) Televisi

Menurut Morissan (2009), terdapat jenis–jenis program acara televisi dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Program Informasi

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada banyak orang. Program ini dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu :

i. Hard News adalah segala informasi penting dan/atau menarik

yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui banyak orang secepatnya.

ii. Soft News adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan.


(47)

b) Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur pemirsanya dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori hiburan yakni :

i. Game show (permainan)

ii. Program musik, dapat ditampilkan baik berbentuk videoklip atau konser.

iii. Performance (pertunjukkan) iv. Program drama.

2) Radio

Radio memiliki jangkauan yang signifikan. Sejumlah besar orang menggunakan radio setiap minggu dalam perjalanan mereka untuk bekerja. Namun saat ini radio kehilangan popularitasnya dengan adanya booming televisi. Tapi sampai sekarang, radio tetap menjadi salah satu sarana favorit komunikasi elektronik (Garia, 2012). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan siaran radio. Faktor tersebut yaitu (Ardianto, 2007) :

a) Daya langsung yang berkaitan dengan proses penyusunan dan penyampaian pesan pada pendengarnya yang relatif cepat.

b) Daya tembus yang berkaitan dengan penyebaran informasi yang tidak terbatas tempat. Ini dapat dibuktikan dengan kemampuan


(48)

pendengar untuk mendengarkan siaran radio yang berada di luar negeri sekalipun.

c) Daya tarik yang disebabkan karena sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yaitu musik, kata–kata dan efek suara.

c. New Age Media

Dengan munculnya internet, kita sekarang menikmati manfaat dari media massa berteknologi tinggi, yang tidak hanya lebih cepat dari media massa zaman terdahulu, tetapi juga memiliki informasi yang lebih luas lagi. Ponsel, komputer, dan internet sering disebut sebagai media baru. Internet telah membuka beberapa peluang baru untuk komunikasi massa yang meliputi e-mail, website, podcast, e-forum, e-buku, blogging, TV Internet dan banyak lainnya, yang sedang booming saat ini. Internet juga telah mulai jejaring sosial yang mampu berkomunikasi secara bersama sama (Garia, 2012).

1) Ponsel

Ponsel telah membuat komunikasi mungkin setiap saat, dan dari mana saja. Saat ini, ponsel tidak hanya digunakan untuk interaksi, tetapi juga untuk membantu seseorang dalam pekerjaannya. Anda juga bisa mendapatkan peringatan dari transaksi pada ponsel anda. Hari ini, kita bisa tetap berhubungan dengan seluruh dunia melalui Internet pada ponsel kita (Garia, 2012).


(49)

2) Komputer

Kami hampir mendapatkan informasi tentang segala sesuatu dengan bantuan komputer. Ini telah menambahkan kecepatan dan multimedia untuk informasi yang sebelumnya hanya tersedia dalam format cetak. Juga, siapa pun dapat menyuarakan pendapat mereka melalui komputer. Komputer telah menambahkan sebuah terobosan baru dalam media massa dengan menggabungkan kecerdasan manusia dengan teknologi canggih (Garia, 2012).

3) Internet

Internet adalah kumpulan jaringan dari jaringan-jaringan komputer dunia yang terdiri dari jutaan unit–unit kecil, seperti jaringan pendidikan, jaringan bisnis, jaringan pemerintahan dan lain–lain, yang secara bersama menyediakan layanan informasi seperti email, onlien chat, transfer file, dan saling berhubungan (linked) antara satu halaman web dengan sumber halaman web yang lainnya (Yuhefizar, 2008). Dalam buku Priyo tahun 2008, pengertian internet sendiri merupakan jaringan yang menggabungkan beberapa komputer yang terhubung dalam sebuah Internet Protocol (IP) yng menckup secara luas ke seluruh dunia.


(50)

Layanan utama internet sebagai media yaitu (Yuhefizar, 2008) :

a) Menyebarkan dan memperoleh infomasi, umumnya disajikan dalam bentuk website, informasi dapat berupa teks, grafik, suara, video atau dalam bentuk file yang dapat di download.

b) Berkomunikasi, baik melalui media chatting berbasis teks (IRC), grafik (yahoo messenger), maupun berkomunikasi suara (Skype), layaknya menggunakan telepon kabel.

c) Berkirim surat (email)

d) Bertukar data, salah satunya dengan menggunakan aplikasi FTP, website, maupun koneksi peer to peer

e) Remote Login, mampu mengeksekusi komputer dari jauh (telnet).

3. Fungsi media sebagai komunikasi massa

Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) dalam Ardianto tahun 2007 terdiri dari :

a. Surveillance (pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : 1) Warning or beware surveillance (Pengawasan peringatan)

Fungsi ini terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman. Walaupun banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yang tidak mengetahui tentang ancaman itu.


(51)

2) Instrumental surveillance (pengawasan instrumental)

Fungsi ini adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari hari.

b. Interpretation (penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya mengirim fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian–kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa–peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi kelompok.

c. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Kelompok–kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis dipertalikan atau dihubungkan oleh media.

d. Transmission of values (penyebaran nilai–nilai)

Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok dengan melihat gambaran masyarakat baik ditonton, didengar,


(52)

dan dibaca di media massa. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja belajar tentang perilaku berpacaran dari menonton film dan acara televisi yang menceritakan mengenai pacaran, termasuk pacaran yang bebas. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk sosialisasi (penyebaran nilai – nilai).

e. Entertainment (Hiburan)

Televisi merupakan media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Begitupun radio siaran dan majalah yang juga banyak memuat acara hiburan. Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur yaitu untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita – berita ringan atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran segar kembali.

4. Waktu yang diperbolehkan menggunakan media massa bagi anak

Menurut American Academy of Pediatrics pada jurnal yang dirilis tahun 2014, merekomendasikan bagi para orangtua untuk membatasi “screen

time” pada anak. “Screen time” didefinisikan sebagai waktu yang dihabiskan untuk menggunakan atau menonton televisi, komputer, ponsel dan perangkat elektronik lainnya. Untuk waktu hiburan harus dibatasi jumlah total “screen

time” yaitu <1 sampai 2 jam per hari bagi anak. Sedangkan bagi anak–anak berusia dibawah 2 tahun, tidak ada “screen time” dan perlu adanya pencegahan dari ekspos media.


(53)

5. Dampak media terhadap kesehatan

Strasburger, Jordan, dan Donnerstein (2010) membagi dampak media terhadap kesehatan sesuai dari dampak kesehatan yang dialami anak. Dampak tersebut meliputi :

a. Kekerasan dan agresi

Pada usia 18 tahun, diperkirakan remaja rata-rata akan melihat 200.000 tindak kekerasan di televisi. Sebagian besar kekerasan di televisi

dan di film disajikan dalam tayangan “glamor fashion”, dan di program anak-anak dalam bentuk humor. Selain itu anak yang berusia 10–14 tahun juga sering melihat kekerasan kebanyakan dari film, video musik dan musik rap yang meningkatkan tingkat kekerasan. Sebuah analisis baru-baru ini juga mengungkapkan bahwa setengah dari video game semua berisi kekerasan, termasuk permainan yang dinilai sesuai untuk anak-anak berusia 10 tahun keatas. Banyaknya keterpaparan kekerasan di media massa ini secara berulang dapat menyebabkan kecemasan dan ketakutan. b. Seks

Para peneliti menemukan bahwa dampak paparan konten seksual di media yang menyebabkan inisiasi awal remaja terhadap seksual secara sederhana. Hasil studi juga menunjukkan bahwa adanya keterkaitan paparan berat konten seksual di media dengan perkembangan seksual dan aktivitas seksual yang lebih cepat sekarang, risiko yang lebih besar untuk kehamilan yang tidak direncanakan,dan penyakit menular seksual. Ini terjadi karena adanya peran media dalam memberikan remaja tontonan


(54)

seks yang konsisten yang normatif dan bebas. Selain itu, media memainkan peran penting dalam memberikan informasi seksual kepada remaja dalam membentuk keyakinan mereka tentang bagaimana pria dan wanita berperilaku romantis dalam hubungan.

c. Rokok dan zat adiktif

Studi terbaru mengungkapkan bahwa penyalahgunaan zat dan rokok digambarkan dalam berbagai judul film yang dibuat di Amerika Serikat dan merokok jarang dikaitkan dengan hasil kesehatan negatif. Selain itu, penelitian juga telah mengungkapkan bahwa paparan film yang memiliki adegan merokok diprediksi menyebabkan seseorang merokok 1-8 tahun kemudian dan pemirsa yang terkena paparan film yang memiliki adegan merokok ini yang mengidentifikasi dengan alur cerita dan secara karakter lebih mungkin untuk meningkatkan niat mereka untuk merokok.

d. Obesitas

Menurut hasil penelitian, penggunaan media berkontribusi dengan epidemi obesitas di dunia. Salah satu penyebabnya yaitu pemasaran junk food dan makanan cepat saji dimedia massa. Jumlah konten terkait makanan online juga mempengaruhi potensi untuk memperluas secara signifikan dan memperdalam paparan anak-anak terhadap pemesanan makanan online.


(55)

Selain dari pengaruh iklan, makan bersamaan dengan menonton TV juga dapat menyebabkan konsumsi makanan yang lebih banyak. Bagi anak–anak yang tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup akibat menggunakan media massa, akan memungkinkan mereka untuk terlibat dalam aktifitas fisik yang lebih kecil.

e. Gangguan kesehatan lainnya

Menonton tv secara sering (berat) memiliki keterkaitan juga terhadap hiperkolesterolemia, hipertensi, peningkatan prevalensi asma, gangguan tidur, gangguan mood, distress psikologis dan depresi.

Berbeda dengan Rosen dkk (2014), mereka membagi dampak kesehatan akibat media ini sesuai dengan media yang digunakan oleh anak. Berikut pembagiannya :

a. Dampak “screen time” pada kesehatan

Beberapa studi telah membuktikan bahwa screen time akan mempengaruhi status kesehatan anak. Waktu anak dalam menonton tv, video, dan menggunakan komputer secara lerlebihan menurut penelitian yang di lakukan di Norwegia dapat menyebabkan nyeri punggung dan sakit kepala pada anak (Torsheim et al., 2010).

b. Dampak televisi pada kesehatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan Foley dkk (2013), bahwa dampak dari menonton televisi 90 menit sebelum tidur mengakibatkan


(56)

kulitas tidur anak menjadi buruk. Selain itu, konten televisi juga menjadi penyebab masalah perilaku termasuk agresi pada anak (Strasburger, Jordan, & Donnerstein, 2010). Sedangkan penilitian lain menunjukkan bahwa dampak negatif konten kekerasan menyebabkan anak menjadi antisosial, dan kurang perhatian di negara Kanada (Fitzpatrick, Pagani & Barnett, 2012).

c. Dampak penggunaan internet

Di Amerika, telah ditelati bahwa pada anak-anak yang menggunakann internet 90 menit sebelum tidur malam, juga akan mengakibatkan tidur malam yang buruk dan tidak berkualitas (Foley et al, 2013).

D. Pornografi 1. Definisi

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi, pengertian pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukkan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat. Sedangkan dari definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pornografi merupakan :


(57)

a. Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi.

b. Bahan bacaan yang sengaja dan semata–mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi/seks.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Soebagijo, 2008)

2. Proses masuknya pornografi pada anak / remaja

Menurut Nadesul (2011), pada masa remaja, otak depan seseorang atau prefrontal cortex (PFC) belum mengalami perkembangan yang sepenuhnya. Fungsi dari PFC ini yaitu bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan, menentukan prioritas, menimbang resiko, kemampuan penilaian, dan analisis. Gunawan dalam buku Nadesul (2011) juga berpendapat bahwa bagi anak, menstimulasi anak sangat mudah. Ini terjadi karena anak dominan belajar dengan melihat ketimbang rangsang berpikir. Itu pula yang membuat anak sulit membedakan antara fakta dan fantasi serta tindakan yang boleh dan tidak boleh.

Selain faktor PFC, pornografi juga merangsang pelepasan hormon dopamin dan endorfin. Jumlah reseptor didalam otak juga terus bertambah yang dapat menggiring seseorang menjadi kecanduan. Untuk itu, pada anak dan remaja yang bagian otak logikanya belum berkembang, pornografi akan sangat berpengaruh dan menyebabkan adiksi (kecanduan) serta merusak tumbuh kembang otak anak.


(58)

Selain itu, rasa ingin tahu pada anak juga merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses masuknya pornografi pada anak. Biasanya dalam masa perubahan anak, seseorang akan mencari informasi yang banyak untuk membantu mengurangi rasa keingintahuannya tentang apa yang terjadi atau mungkin terjadi. Salah satunya yang berhubungan dengan seksualitas. Rasa ingin tahu mereka timbul karena kebanyakan dari mereka melihat sesuatu yang bersifat seksualitas di berbagai media. Ketika mereka sudah memiliki rasa ingin tahu, mereka akan dengan sengaja mencari informasi mengenai seks dari televisi, majalah dan internet sebagai sumber utama remaja untuk mencari informasi mengenai seksualitas. Rasa ingin tahu inilah yang menjadikan percepatan pematangan pubertas pada remaja. (Brown,

Carolyn, & L‟Engle, 2005).

Meskipun anak–anak melihat yang bukan merupakan film dewasa, namun secara tidak langsung foto-foto atau film yang ada pada saat ini, banyak mengandung unsur unsur percintaan yang secara implisit akan meningkatkan keingintahuan mereka tentang konten seksual. Remaja putri yang menerima rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa tayangan sinetron yang menampilkan anak-anak berperan sebagai orang dewasa, film tentang seks (blue films), buku-buku bacaan (novel) dan majalah-majalah bergambar seks, godaan dan rangsangan dari laki-laki, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual. Rangsangan pancaindera diubah di dalam korteks serebri dan melalui nukleus amigdala disalurkan menuju ke hipotalamus, merangsang pembentukan dalam bentuk


(59)

gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang merangsang hipofisis anterior dengan sistem portal sehingga kelenjar pituitari yang menghasilkan FSH (follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinzing Hormone) mengirimkan sinyal melalui gonadotropin (hormon yang merangsang kelenjar seks) menuju ovarium untuk menghasilkan hormon esterogen. Estrogen dengan konsentrasi rendah sudah mampu merangsang pertumbuhan payudara karena organ ini mempunyai reseptor untuk estrogen, khususnya pada glandulanya. Estrogen juga menimbulkan kematangan organ reproduksi dan perubahan organ-organ seks sekunder, diantaranya distribusi rambut, deposit jaringan lemak, dan akhirnya perkembangan endometrium di dalam uterus. Rangsangan estrogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnyaa perdarahan lucut pertama yang disebut menarche (Guyton & Hall, 2007).

3. Media yang mengandung unsur pornografi dan berpengaruh bagi anak : a. Media audio (dengar)

Menurut Armando (2004), media massa yang termasuk dalam media audio (dengar) yaitu siaran radio, kaset CD, telepon dan media audio lain yang dapat diakses di internet.

1) Lagu–lagu yang mengandung lirik mesum, lagu–lagu yang mengandung bunyi–bunyian atau suara-suara yang dapat diasosiasikan dengan kegiatan seksual

2) Program radio dimana penyiar atau pendengarnya berbicara hal yang berhubungan dengan mesum


(60)

3) Jasa pelayanan seks melalui telefon dan sebagainya

Pada pengaruhnya bagi anak, pesan seksual dalam musik dan acara khusus musik lebih banyak besifat implisit atau tersirat daripada konten seksual secara eksplisit.

b. Media audio-visual (pandang-dengar)

Program televisi, film layar lebar, video, laser disc, VCD, DVD, game komputer atau ragam media audio visual lain yg dapat diakses di internet merupakan media yang termasuk dalam media audio-visual (Armando, 2004). Berikut penjabaran dari media – media tersebut : 1) Film- film yang mengandung adegan seks atau menampilkan artis

yang tampil dengan berpakaian minim, atau tidak (atau seolah–olah tidak) berpakaian

2) Adegan pertunjukkan musik dimana penyanyi, dan pengiringnya hadir dengan tampilan dan gerak yang membangkitkan syahwat penonton.

Pada anak, Sherman & Dominick dalam Bragg & Buckingham (2002) menemukan bahwa dalam konsep video klip sebuah lagu banyak yang menggambarkan konten seksual seperti, berciuman, memeluk dan beradegan mesra atau romantis. Selain itu, lirik lagu yang diciptakan sebagian besar bertemakan seksualitas (cinta). Pada video klip maupun acara musik juga sering menampilkan karakter wanita yang memakai pakaian minim.


(61)

Sedangkan video game adalah umum pada anak anak, baik online maupun menggunakan telepon seluler atau komputer. Pada video game, bahkan yang digunakan oleh anak–anak, sering mengandung konten seksual dan kekerasan. Video game seringkali sangat menyamakan (stereotip) dalam penggambaran peran gender dan mungkin berisi konten seksual secara eksplisit. Selain itu, pada video game juga sering menggambarkan gender perempuan dalam bentuk gambar yang memakai pakaian yang terbuka (Brown, Halpern, & L‟Engle, 2005).

Pada tayangan televisi, juga terdapat banyak konten yang mengandung pornografi. Tayangan ini dibagi berdasarkan genre dalam tayangannya, diantaranya yaitu :

1) Drama

Dalam program televisi yang yang bersifat drama, terdapat cerita yang bersifat laga, cerita yang bersifat dewasa, petualangan, drama, menegangkan, sesuatu yang mengerikan, sinetron, fantasi, kriminal, sejarah, horror, misteri, musikal, misteri, peperangan dan romantis. Diantara program televisi lainnya, drama memiliki 3 kali lipat lebih besar berisiko untuk menyampaikan pesan yang bersifat seksual daripada genre televisi yang lainnya (Gottfred, Sarah & Bleakley, 2013).


(62)

2) Komedi

Merupakan program televisi yang bersifat menghibur. Pada acara televisi, komedi terbagi enjadi 2, yaitu komedi saja dan situasi komedi. Program komedi terutama acara komedi untuk kalangan umum (tidak untuk anak–anak), menunjukkan bahwa dampak dari lelucon bisa sangat kuat karena komedi dapat memotivasi pemirsanya untuk memproses konten (karena menghibur) dengan mengganggu proses pengawasan secara kritis dari suatu pesan dari konten tersebut. Konten yang dianggap lucu ini sering dianggap bahwa pesan yang ada hanya bersifat lelucon. Namun seiring waktu, isi pesan dalam humor ini tersimpan (Gottfred, Sarah & Bleakley 2013).

3) Gaya hidup dan infotainment

Pada progam acara ini, terdapat konten yang bersifat gaya hidup seseoraang, infotainment dan program berbelanja. Pada program televisi ini, menampilkan karakter wanita yang memakai pakaian minim dan modis. Pada acara ini pula, diagambarkan hubungan asmara antar artis. Hal ini memicu anak untuk mudah mengikuti artis idolanya (Brown, Halpern, & L‟Engle, 2005).

4) Animasi dan anak–anak

Program ini megandung konten yang bersifat animasi untuk anak–anak, kartun dan program televisi yang bersifat untuk tontonan keluarga. Pada program kartun, tidak memiliki dampak yang signifikan dalam penyebaran infosrmasi mengenai konten seksual namun ada


(63)

animasi kartun yang memiliki unsur konten seksual walaupun secara implisit.

c. Media visual (pandang)

Media visual merupakan media yang berupa koran, majalah, tabloid, buku (karya sastra novel populer, buku non fiksi) komik, iklan bilboard, lukisan, foto, atau bahkan media permainan (Armando, 2004). Dalam buku Armando (2004) juga dijelaskan bahwa konten pada media visual berupa :

1) Berita, cerita, atau artikel yang menggambarkan aktivitas seks secara terperinci atau yang memang dibuat dengan cara yang sedemikian rupa untuk merangsang hasrat seksual pembaca.

2) Gambar, foto adegan seks atau artis yang tampil dengan gaya yang dapat membangkitkan daya tarik seksual

3) Iklan di media cetak yang menampilkan artis dengan gaya yang menonjolkan daya tarik seksual

4) Fiksi atau komik yang mengisahkan atau menggambarkan adegan seks dengan cara yang sedemikian rupa sehingga membangkitkan hasrat seksual.

Dari hasil penelitian Aryani tahun 2012, siswi yang dilakukan penelitian memperlihatkan bahwa tayangan sinetron yang menampilkan anak–anak berperan sebagai orang dewasa, film tentang seks (blue films), buku–buku bacaan (novel) dan majalah-majalah bergambar seks, godaan


(64)

dan rangsangan dari laki–laki, serta pengamatan langsung terhadap perbuatan seksual akan mempercepat usia menarche.

4. Tingkat keterpaparan media massa pornografi (Kinsey 1965 dalam Soebagijo, 2008)

a. Pornografi Ringan

Pornografi ringan yaitu pornografi yang menghadirkan materi berupa adegan pegangan tangan, pelukan, ciuman bibir dan juga adegan yang mengesankan terjadinya hubungan seks (sexually suggestive scenes) dan seks simulasi (simulated sex).

b. Pornografi Berat

Pornografi Berat yaitu materi orang dewasa dan materi seks eksplisit seperti menampilkan gambar–gambar alat kelamin, perabaan dada atau alat kelamin, oral seks, dan aktivitas seksual (penetrasi).


(65)

E. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Guyton (2007), Karapanou et all (2010), Morris (2010) dan Strasburger; Jordan & Donnerstein (2010)

Bagan 2. 1 Kerangka Teori Faktor yang mempengaruhi usia

menarche: 1. Genetik

2. Etnis

3. Lemak tubuh, gizi dan aktivitas fisik

4. Tinggi badan 5. musim 6. Lingkungan

a. Sosial ekonomi b. kehadiran keluarga 7. Penyakit Pematangan hipotalamus Merangsang GnRh Kematangan organ reproduksi Menarche Menarche normal Menarche dini Kekerasan dan agresi Rokok dan zat adiktif obesitas Gangguan tidur Nyeri punggung dan sakit kepala

Merangsang hipofisis anterior

Kelenjar pituitari

Menghasilkan FSH & LH

Menuju ovarium utk menghasilkan hormon estrogen

8. Keterpaparan media massa berkonten pornografi


(66)

46 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari hal–hal khusus. Konsep baru dapat diamati atau diukur melalui variabel yang membentuknya. Variabel adalah lambang atau simbol yang menunjukkan nilai dari konsep dan merupakan sesuatu yang bervariasi (Wasis,2008). Kerangka konsep (conseptual framework) adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel – variabel yang diteliti.

Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu keteraparan media massa dan usia menarche. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keteraparan Media Massa Berkonten Pornografi

Usia menarche  Tidak Terpapar  Menarche dini  Terpapar Ringan  Menarche normal  Terpapar Berat


(1)

Hasil Olahan SPSS

Statistics usia saat ini suku

bangsa kelas IMT asal usia men arch

e terpapar audio

Audio

visual tingkat

Tingkat Keterpa paran Visual Tingkat Keterpa paran Audio

N Valid 106 106 106 106 106 106 106 106 106 106 106 106

Missi

ng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

suku bangsa Frequ ency Perce nt Valid Percent Cumulative Percent

Valid betawi 32 30,2 30,2 30,2

jawa 32 30,2 30,2 60,4

sunda 33 31,1 31,1 91,5

lainnya 9 8,5 8,5 100,0

Total 106 100,0 100,0 usia saat ini

Frequ ency Perce nt Valid Percent Cumulative Percent

Valid 10th 6 5,7 5,7 5,7

11th 23 21,7 21,7 27,4

12th 71 67,0 67,0 94,3

13th 6 5,7 5,7 100,0

Total 106 100,0 100,0

Kelas Frequ

ency Percent

Valid Percent

Cumulat ive Percent

Valid kelas4 6 5,7 5,7 5,7

kelas5 13 12,3 12,3 17,9

kelas6 87 82,1 82,1 100,0

Total 106 100,0 100,0

IMT Frequ

ency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid normal 48 45,3 45,3 45,3

gemuk 41 38,7 38,7 84,0

obesitas 17 16,0 16,0 100,0

Total 106 100,0 100,0

Asal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD Rangkapan Jaya 32 30,2 30,2 30,2

SD Parung Bingung2 11 10,4 10,4 40,6

SD Mampang1 47 44,3 44,3 84,9

SD Mampang2 16 15,1 15,1 100,0

Total 106 100,0 100,0


(2)

usia menarche Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid menarche normal 37 34,9 34,9 34,9

menarche dini 69 65,1 65,1 100,0

Total 106 100,0 100,0

Terpapar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Terpapar 106 100,0 100,0 100,0

Audio

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak terpapar 1 ,9 ,9 ,9

Terpapar 105 99,1 99,1 100,0

Total 106 100,0 100,0

Audiovisual

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Terpapar 106 100,0 100,0 100,0

Tingkat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid terpapar ringan 29 27,4 27,4 27,4

terpapar berat 77 72,6 72,6 100,0

Total 106 100,0 100,0

Tingkat Keterpaparan Visual

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Terpapar 9 8,5 8,5 8,5

Terpapar Ringan 87 82,1 82,1 90,6

Terpapar Berat 10 9,4 9,4 100,0


(3)

Tingkat Keterpaparan Audio

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Terpapar 1 ,9 ,9 ,9

Terpapar Ringan 105 99,1 99,1 100,0

Total 106 100,0 100,0

Statistics Tingkat Keterpaparan

Audio Visual usia

murni visual

N Valid 106 106 106

Missing 0 0 0

Tingkat Keterpaparan AudioVisual Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Terpapar

Ringan 32 30,2 30,2 30,2

Terpapar

Berat 74 69,8 69,8 100,0

Total 106 100,0 100,0

Statistics visual

N Valid 106

Missing 0 Visual

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak

terpapar 9 8,5 8,5 8,5

Terpapar 97 91,5 91,5 100,0

Total 106 100,0 100,0

Statistics usia murni

N Valid 106

Missing 0

Mean 11,21

Median 11,00

Range 3

Minimum 10

Maximum 13

usia murni

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 10 16 15,1 15,1 15,1

11 53 50,0 50,0 65,1

12 36 34,0 34,0 99,1

13 1 ,9 ,9 100,0


(4)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat * usia menarche * IMT 106 100,0% 0 0,0% 106 100,0% tingkat * usia menarche * IMT Crosstabulation

IMT

usia menarche

Total menarche normal menarche dini

Normal tingkat terpapar ringan

Count 4 5 9

% within usia menarche 20,0% 17,9% 18,8%

% of Total 8,3% 10,4% 18,8%

terpapar berat

Count 16 23 39

% within usia menarche 80,0% 82,1% 81,3%

% of Total 33,3% 47,9% 81,3%

Total Count 20 28 48

% within usia menarche 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 41,7% 58,3% 100,0% Gemuk tingkat terpapar

ringan

Count 4 9 13

% within usia menarche 33,3% 31,0% 31,7%

% of Total 9,8% 22,0% 31,7%

terpapar berat

Count 8 20 28

% within usia menarche 66,7% 69,0% 68,3% % of Total 19,5% 48,8% 68,3%

Total Count 12 29 41

% within usia menarche 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 29,3% 70,7% 100,0% obesitas tingkat terpapar

ringan

Count 4 3 7

% within usia menarche 80,0% 25,0% 41,2% % of Total 23,5% 17,6% 41,2% terpapar

berat

Count 1 9 10

% within usia menarche 20,0% 75,0% 58,8%

% of Total 5,9% 52,9% 58,8%

Total Count 5 12 17

% within usia menarche 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 29,4% 70,6% 100,0%


(5)

Total tingkat terpap ar ringan

Count 12 17 29

% within usia menarche 32,4% 24,6% 27,4%

% of Total 11,3% 16,0% 27,4%

terpap ar berat

Count 25 52 77

% within usia menarche 67,6% 75,4% 72,6%

% of Total 23,6% 49,1% 72,6%

Total Count 37 69 106

% within usia menarche 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 34,9% 65,1% 100,0%

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat * usia menarche * kelas 106 100,0% 0 0,0% 106 100,0% tingkat * usia menarche * kelas Crosstabulation

Kelas

usia menarche

Total menarche normal menarche dini

kelas 4 tingkat terpapar ringan

Count 2 2

% within usia menarche 33,3% 33,3%

% of Total 33,3% 33,3%

terpapar berat

Count 4 4

% within usia menarche 66,7% 66,7%

% of Total 66,7% 66,7%

Total Count 6 6

% within usia menarche 100,0% 100,0%

% of Total 100,0% 100,0%

kelas5 tingkat terpapar ringan

Count 1 3 4

% within usia menarche 50,0% 27,3% 30,8%

% of Total 7,7% 23,1% 30,8%

terpapar berat

Count 1 8 9

% within usia menarche 50,0% 72,7% 69,2%

% of Total 7,7% 61,5% 69,2%

Total Count 2 11 13


(6)

% of Total 15,4% 84,6% 100,0% kelas 6 tingkat terpapar

ringan

Count 11 12 23

% within usia menarche 31,4% 23,1% 26,4% % of Total 12,6% 13,8% 26,4% terpapar

berat

Count 24 40 64

% within usia menarche 68,6% 76,9% 73,6% % of Total 27,6% 46,0% 73,6%

Total Count 35 52 87

% within usia menarche 100,0% 100,0% 100,0% % of Total 40,2% 59,8% 100,0% Total tingkat terpapar

ringan

Count 12 17 29

% within usia menarche 32,4% 24,6% 27,4%

% of Total 11,3% 16,0% 27,4%

terpapar berat

Count 25 52 77

% within usia menarche 67,6% 75,4% 72,6%

% of Total 23,6% 49,1% 72,6%

Total Count 37 69 106

% within usia menarche 100,0% 100,0% 100,0%