Gambaran Keterpaparan Pornografi dan Perilaku Seksual Siswa Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2010

(1)

GAMBARAN KETERPAPARAN PORNOGRAFI DAN PERILAKU SEKSUAL SISWA DI SMA AL-AZHAR MEDAN

TAHUN 2010 SKRIPSI

OLEH :

NIM 061000127 ADELIA HESARIKA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

GAMBARAN KETERPAPARAN PORNOGRAFI DAN PERILAKU SEKSUAL SISWA DI SMA AL-AZHAR MEDAN

TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NIM 061000127 ADELIA HESARIKA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul

GAMBARAN KETERPAPARAN PORNOGRAFI DAN PERILAKU SEKSUAL SISWA DI SMA AL-AZHAR MEDAN

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh

NIM. 061000127 ADELIA HESARIKA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 29 September 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Asfriyati, SKM, M.Kes dr. Yusniwarti Yusad, M.Si NIP. 19701220 199403 2 001 NIP. 19510520 198703 2 001 Penguji II Penguji III

Heru Santosa, Ph.D Maya Fitria, SKM, M.Kes NIP. 19581110 198403 1 002 NIP. 19761005 200912 2 003

Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

GAMBARAN KETERPAPARAN PORNOGRAFI DAN PERILAKU SEKSUAL SISWA DI SMA AL AL-AZHAR MEDAN TAHUN 2010

Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai kesusilaan dalam masyarakat. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pornografi dan perilaku seksual menyangkut pengetahuan, sikap dan tindakan seksual siswa di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan jumlah sampel siswa sebanyak 90 orang. Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis univariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan (mendeskripsikan) masing-masing variabel menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Secara keseluruhan dari siswa yang diteliti ternyata sebanyak 73,3 % pernah terpapar dengan pronografi. Sumber-sumber sebagai penyebab keterpaparan umumnya berasal dari internet, novel, majalah, televesi, Hp dan teman-teman. Hasil penelitian juga mendapati adanya tindakan seksual sebesar 63,3% dari keseluruhan siswa yang diteliti, tetapi tindakan tersebut masih dalam bentuk kewajaran. Tindakan-tindakan wajar ini adalah masih terbatas pada berpelukan dan berciuman di pipi. Tindakan seksual yang menyangkut bercumbu, bermesraan dan berhubungan kelamin tanpa ikatan perkawinan sama sekali tidak dijumpai dalam kasus ini.

Disarankan kepada pihak sekolah untuk melakukan pencegahan dan pengawasan sedini mungkin kepada siswa, yaitu dengan peningkatan pemahaman dan kesadaran siswa baik melalui pembelajaran di kelas maupun di luar kelas seperti melalui pendidikan keagamaan dan kegiatan sejenisnya.


(5)

ABSTRACT

DESCRIPTION OF PORNOGRAPHY EXPOSURE AND SEXUAL BEHAVIOR OF STUDENT IN SMA AL-AZHAR MEDAN, 2010

Pornography is sexuality material made by human in forms of pictures, sketch, illustration, photo, writing, voice, sound, soving pictures, animation, cartoon, poem, body movement, or form of communication measage by communication media and /or show publicily, to stimulate the sexual will and/or to break the norms in peoples. Sexual behavior is all behavior promoted by will, with co-sex or apposite sex.

The goal of research is to know description of pornography and sexual behavior involving knowledge, attitude and sexual action of students SMA Al-Azhar Medan 2010. The type of research is descriptive survey with 90 student samples. Data analysis is made with univariate analysis approach. Univariate analysis is to describe each variable to use tables of frequency distribution.

Overal, there is 73.3 % students ever presented with pornography. The source of exposure is internet, novel, magazine, tv, Hp and friends. The result of research indicates that sexual action is 63.3 %, but the action is still in normal limit. This is limeted to embracing and kissing in cheeck. Courthship, intimacy, intercourse is not found in this case.

It is hoped to party of school to do prevention and earlier control to students, by increasing understanding and awareness of them through inclass-room and outside learning by education of religion and the like.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Adelia Hesarika

Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 28 Maret 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Tidak Kawin

Nama Ayah : Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D

Nama Ibu : Rosrita Kaban

Jumlah Anggota Keluarga : 3 (Tiga)

Alamat Rumah : Jalan Luku V No. 45 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Al-Azhar Medan

2. SLTP Negeri 21 Medan

3. SMA Negeri 2 Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Gambaran Keterpaparan Pornografi dan Perilaku Seksual Siswa Di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2010”.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.

3. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Heru Santosa, Ph.D selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.


(8)

6. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Ibu Prof. Nerseri Barus, MPH selaku Dosen Penasihat Akademik.

8. Para Dosen dan Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Awan Maghfirah, M.Si selaku Kepala Sekolah SMA Al-Azhar Medan dan staf pegawai di SMA Al-Azhar Medan.

10.Kepada Ayahanda Tercinta H. Heru Santosa, Ph.D dan Ibunda Tercinta Hj. Rita Kaban yang telah memberikan doa tanpa kenal waktu, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Kalian adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.

11.Kakak dan adikku, AyudiaHesarika dan M. Bagus Anggara Hesananta yang telah memberikan dukungan selama penulis menyusun skripsi.

12.Sahabat dari SMA, Cae, Eqy, Fahri, Wendy, Tika, Leila, Dufi, dan Anak Duila lainnya.

13.Sahabat-sahabat seperjuangan, Ipak, Tia, Ajem, Nana, Bila, Tika dan Maria 14.Teman-teman di FKM, Hengki, Andri, Iqbal, Mansur, Conel, Andre, Yuni,

Juni, Desi, Dila, Bg Budi, Bg Ijal, Bg Dani, Fitra, Darli, ikhwal.

15.Rekan-rekan peminatan Kependudukan dan Biostatistik dan seluruh teman-teman di FKM USU.


(9)

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, September 2010


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Persetujuan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1 Definisi Pornografi ... 5

2.2 Remaja ... 6

2.3 Perilaku Seksual ... 6

2.3.1 Perilaku ... 6

2.3.2 Perilaku Seksual Remaja ... 8

2.3.3 Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja ... 9

2.3.4 Perkembangan Seksual ... 9

2.3.5 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Seksual Remaja ... 11

2.4 Aktivitas Seksual ... 14

2.5 Keinginan Untuk Mendapatkan Informasi ... 17

2.6 Media Informasi ... 18

2.7 Variabel Yang Diteliti ... 21

BAB 3 Metode Penelitian ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 22

3.2.2 Waktu Penelitian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.3.1 Populasi ... 22


(11)

3.4 Pengumpulan Data ... 24

3.4.1 Data Primer ... 24

3.4.2 Data Sekunder ... 24

3.5 Definisi Operasional ... 24

3.6 Aspek Pengukuran ... 25

3.6.1 Variabel Keterpaparan Pornografi ... 25

3.6.2 Variabel Pengetahuan ... 25

3.6.3 Variabel Sikap ... 26

3.6.4 Variabel Tindakan ... 28

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 28

BAB 4 Hasil Penelitian ... 29

4.1 Gambaran Umum Perguruan Al-Azhar Medan ... 29

4.2 Gambaran Umum SMA Al-Azhar Medan ... 29

4.3 Gambaran Karakteristik Responden ... 31

4.4 Gambaran Pornografi Pada Siswa di SMA Al-Azhar Medan ... 32

4.5 Pengetahuan Siswa Tentang Seksual ... 33

4.6 Keterpaparan Pornografi Dan Pengetahuan Seksual Siswa ... 35

4.7 Sikap Siswa Tentang Seksual ... 35

4.8 Keterpaparan Pornografi Dan Sikap Seksual Siswa ... 40

4.9 Tindakan Siswa Tentang Seksual ... 40

4.10 Keterpaparan Pornografi Dan Tindakan Seksual Siswa ... 44

BAB 5 Pembahasan ... 46

5.1 Gambaran Keterpaparan Pornografi Siswa Di SMA Al-Azhar Medan . 46 5.2 Keterpaparan Pornografi Dan Pengetahuan Seksual Siswa ... 48

5.3 Keterpaparan Pornografi Dan Sikap Seksual Siswa ... 49

5.4 Keterpaparan Pornografi Dan Tindakan Seksual Siswa ... 51

BAB 6 Kesimpulan dan Saran ... 53

6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

1. Kuesioner (Instrumen Penelitian)

2. Surat Pemohonan Izin Survei Pendahuluan 3. Surat Pemohonan Izin Penelitian

4. Surat Balasan Pelaksanaan Penelitian 5. Master Data


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Besar sampel pada masing-masing kelas ... 24 Tabel 4.1 Distribusi menurut karakteristik responden di SMA Al-Azhar Medan

Tahun 2010 ... 31 Tabel 4.2 Distribusi kepernahan mendapatkan/mengkonsumsi pornografi pada

siswa SMA Al-Azhar Medan ... 32 Tabel 4.3 Distribusi pengetahuan siswa tentang seksual menurut item pernyataan

di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2010 ... 33 Tabel 4.4 Distribusi kategori pengetahuan siswa tentang seksual di SMA

Al-Azhar Medan Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.5 Tabulasi silang keterpaparan pornografi menurut pengetahuan seksual

siswa di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2010 ... 35 Tabel 4.6 Distribusi sikap seksual siswa menurut item pernyataan di SMA

Al-Azhar Medan Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.7 Distribusi kategori sikap siswa tentang seksual di SMA Al-Azhar

Medan Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.8 Tabulasi silang keterpaparan pornografi menurut sikap seksual siswa

di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.9 Distribusi kategori tindakan seksual siswa di SMA Al-Azhar Medan

Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.10 Distribusi jenis tindakan seksual siswa di SMA Al-Azhar Medan

Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.11 Tabulasi silang keterpaparan pornografi menurut tindakan seksual


(13)

ABSTRAK

GAMBARAN KETERPAPARAN PORNOGRAFI DAN PERILAKU SEKSUAL SISWA DI SMA AL AL-AZHAR MEDAN TAHUN 2010

Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai kesusilaan dalam masyarakat. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pornografi dan perilaku seksual menyangkut pengetahuan, sikap dan tindakan seksual siswa di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan jumlah sampel siswa sebanyak 90 orang. Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis univariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan (mendeskripsikan) masing-masing variabel menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Secara keseluruhan dari siswa yang diteliti ternyata sebanyak 73,3 % pernah terpapar dengan pronografi. Sumber-sumber sebagai penyebab keterpaparan umumnya berasal dari internet, novel, majalah, televesi, Hp dan teman-teman. Hasil penelitian juga mendapati adanya tindakan seksual sebesar 63,3% dari keseluruhan siswa yang diteliti, tetapi tindakan tersebut masih dalam bentuk kewajaran. Tindakan-tindakan wajar ini adalah masih terbatas pada berpelukan dan berciuman di pipi. Tindakan seksual yang menyangkut bercumbu, bermesraan dan berhubungan kelamin tanpa ikatan perkawinan sama sekali tidak dijumpai dalam kasus ini.

Disarankan kepada pihak sekolah untuk melakukan pencegahan dan pengawasan sedini mungkin kepada siswa, yaitu dengan peningkatan pemahaman dan kesadaran siswa baik melalui pembelajaran di kelas maupun di luar kelas seperti melalui pendidikan keagamaan dan kegiatan sejenisnya.


(14)

ABSTRACT

DESCRIPTION OF PORNOGRAPHY EXPOSURE AND SEXUAL BEHAVIOR OF STUDENT IN SMA AL-AZHAR MEDAN, 2010

Pornography is sexuality material made by human in forms of pictures, sketch, illustration, photo, writing, voice, sound, soving pictures, animation, cartoon, poem, body movement, or form of communication measage by communication media and /or show publicily, to stimulate the sexual will and/or to break the norms in peoples. Sexual behavior is all behavior promoted by will, with co-sex or apposite sex.

The goal of research is to know description of pornography and sexual behavior involving knowledge, attitude and sexual action of students SMA Al-Azhar Medan 2010. The type of research is descriptive survey with 90 student samples. Data analysis is made with univariate analysis approach. Univariate analysis is to describe each variable to use tables of frequency distribution.

Overal, there is 73.3 % students ever presented with pornography. The source of exposure is internet, novel, magazine, tv, Hp and friends. The result of research indicates that sexual action is 63.3 %, but the action is still in normal limit. This is limeted to embracing and kissing in cheeck. Courthship, intimacy, intercourse is not found in this case.

It is hoped to party of school to do prevention and earlier control to students, by increasing understanding and awareness of them through inclass-room and outside learning by education of religion and the like.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam salah satu program Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population Development - ICPD) tahun 1994 dinyatakan bahwa setiap orang dijamin kebebasannya untuk bereproduksi sesuai dengan yang diinginkannya (UNFPA, 2005). Namun permasalahan kesehatan reproduksi yang terjadi pada remaja kini semakin meningkat dan menjadi fokus perhatian karena semakin awalnya kematangan seksual remaja. Semakin dini usia kematangan seksual seorang remaja berarti semakin panjang periode risiko kesehatan reproduksinya (Hidayat, 2005 dalam Supriati, 2008). Uraian tersebut mengindikasikan bahwa masalah perilaku seksual telah menyebabkan remaja menghadapi berbagai tantangan masalah kesehatan reproduksi.

Di Indonesia, pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena sangat mudah diakses oleh setiap kalangan usia. Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia (2006) menyatakan bahwa Indonesia selain menjadi negara tanpa aturan yang jelas tentang pornografi, juga mencatat rekor sebagai negara kedua setelah Rusia yang paling rentan pornografi terhadap anak-anak (BKKBN, 2004).

Menurut Anttoney General’s Final Report on Pornography (dalam ASA Indonesia 2005) konsumen utama pornografi adalah remaja laki-laki berusia 12 sampai 17 tahun. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku seksual pranikah yang disertai ketidaktahuan yang pada gilirannya bisa membahayakan kesehatan reproduksi remaja (Wirawan, 2004 dalam Soekanto, 2005).


(16)

Penelitian lain yang dilakukan oleh BKKBN di 4 (empat) kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2002 menunjukkan hasil bahwa remaja usia 15-19 tahun hampir 60% diantaranya pernah melihat film porno dan 18,4% remaja putri mengaku pernah membaca buku porno. Survei juga mencatat bahwa 40% remaja mengaku pernah berhubungan seks sebelum nikah. Menurut remaja laki-laki yang sudah pernah berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah karena pengaruh menonton film porno (BKKBN, 2004).

Hasil penelitian Resnayeti (2000) pada remaja siswa SMP dan SMU di Jakarta Timur melaporkan bahwa media elektronik berupa televisi, video, dan internet telah memapari lebih dari 65% responden berkaitan dengan seks dan reproduksi. Selain itu, menunjukkan bahwa usia terpapar pornografi pertama kali adalah pada usia di atas 13 tahun sebesar 44%. Remaja yang mempunyai pengalaman pernah membaca buku porno sebanyak 92,7%, menonton film porno sebanyak 86,2%, melalui video porno 89,1% , dan melalui internet 87,1 % (Supriati, 2008).

Dampak menonton film yang bersifat pornografi terhadap perilaku remaja adalah terjadinya peniruan yang memprihatinkan. Peristiwa dalam film memotivasi dan merangsang kaum remaja untuk meniru atau mempraktikkan hal yang dilihatnya (Supriati, 2008). Berdasar data penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, masih berkisar 47,6% remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah. (BKKBN, 2008).

Bila remaja terus menerus mengkonsumsi pornografi, sangat mungkin ia akan terdorong untuk melakukan hubungan seks pada usia terlalu dini, dan di luar ikatan pernikahan. Apalagi pornografi umumnya tidak mengajarkan corak hubungan seks


(17)

yang bertanggungjawab, sehingga potensial mendorong perilaku seks yang menghasilkan kehamilan remaja, kehamilan di luar nikah atau penyebaran penyakit yang menular melalui hubungan seks, seperti PMS/AIDS.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran keterpaparan pornografi dan

perilaku seksual siswa di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2010. Diambilnya kasus di SMA Al-Azhar ini karena merupakan salah satu SMA favorit di Kota Medan yang berasaskan islami, yang sudah melakukan integrasi pemahaman kesehatan reproduksi ke dalam mata pelajaran keagamaan, biologi dan sosiologi. Namun hal ini belum bisa menggambarkan pengetahuan siswa mengenai reproduksi, sehingga dapat mengakibatkan siswa mencari informasi sendiri mengenai reproduksi. Apabila informasi yang didapat siswa berupa informasi negatif seperti pornografi, dapat menimbulkan perilaku seksual yang menyimpang dalam pemahamannya tentang kesehatan reproduksi. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah masih tingginya prevalensi perilaku seksual yang menyimpang pada remaja disebabkan oleh pornografi berdasar data penelitian pada tahun 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar yaitu 47,6%. Untuk itu peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran keterpaparan pornografi dan perilaku seksual siswa di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2010.


(18)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran keterparan pornografi dan perilaku seksual siswa di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran keterpaparan pornografi siswa di SMA Al- Azhar

Medan Tahun 2010.

2. Mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang seksual di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2010.

3. Mengetahui gambaran sikap siswa tentang seksual di SMA Al- Azhar Medan Tahun 2010.

4. Mengetahui gambaran tindakan siswa tentang seksual di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2010.

5. Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan seksual menurut keterpaparan pornografi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak sekolah di SMA Al- Azhar Medan mengenai gambaran pornografi terhadap perilaku seksual remaja. 2. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian selanjutnya tentang


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pornografi

Pornografi berarti suatu tulisan yang berkaitan dengan masalah-masalah pelacuran dan tulisan itu kebanyakan berbentuk fiksi (cerita rekaan) yang materinya diambil dari fantasi seksual, pornografi biasanya tidak memiliki plot dan karakter, tetapi memiliki uraian yang terperinci mengenai aktivitas seksual, bahkan sering dengan cara berkepanjangan dan kadang-kadang sangat menantang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pornografi artinya :

1) Penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi.

2) Bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks.

Pornografi berasal dari kata bahasa yunani, porne = perempuan jalang dan graphein = menulis. Biasanya pornografi didefinisikan sebagai bahan yang dirancang secara sengaja dan semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks. Atau dapat juga dikatakan bahwa pornografi adalah penyajian secara terisolir dalam bentuk tulisan, gambar, foto, film, video kaset, pertunjukan, pementasan, dan kata atau ucapan dengan maksud untuk merangsang nafsu birahi (Suban, 1993).

Pornografi menurut UU No. 38 tahun 2008 tentang Pornografi yang disahkan menjadi undang-undang dalam materi seksualitas yang dibuat oleh manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi,


(20)

foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.

2.2 Remaja

Remaja adalah individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada usia antara 10 tahun hingga 19 tahun. Pada masa remaja, individu akan mengalami situasi pubertas di mana ia akan mengalami perubahan yang mencolok secara fisik maupun emosional/psikologis. Secara psikologi masa remaja merupakan masa persiapan terakhir dan menentukan untuk memasuki tahapan perkembangan kepribadian selanjutnya yaitu dewasa. Kematangan biologis remaja perempuan perdesaan biasanya diikuti dengan perkawinan usia belia yang mengantarkan remaja pada resiko kehamilan dan persalinan; sementara kematangan biologis remaja laki-laki dan perempuan di perkotaan dibayang-bayangi kemungkinan lebih dininya usia pertama aktif seksual, kehamilan tak diinginkan, aborsi tidak aman, infeksi saluran reproduksi termaksuk penyakit menular seksual dan akibat kecacatan yang dialami (Iswarati, 2008).

2.3 Perilaku Seksual 2.3.1 Perilaku

Perilaku dari aspek biologi adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari


(21)

pada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia antara lain yaitu berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya (Notoatmodjo, 1997).

Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan, sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak di dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan (Notoatmodjo, 2005).

Benyamin Bloom (1908) yang dijabarkan Notoatmodjo (2003), membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain yaitu : a. pengetahuan (knowledge), b. sikap (attitude), c. tindakan atau praktik (prctice). Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang akan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, seperti melihat, mendengar, mencium, merasa, dan juga meraba (Notoatmodjo, 2007).

b. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).

c. Tindakan atau Praktik (practice)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab itu terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasaranan. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor


(22)

pendukung (support) dari pihak lain, misalnya dari teman, orangtua, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2007).

2.3.2 Perilaku Seksual Remaja

Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang sangat berbeda satu sama lainnya. Perilaku dapat diartikan sebagai respons organisme atau respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang ada (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan seksual adalah rangsangan-rangsangan atau dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa, dimana mereka mulai untuk mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa, termasuk dalam aspek seksualnya. Dengan demikian memang dibutuhkan sikap yang sangat bijaksana dari para orang tua, pendidik dan masyarakat serta petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja sehingga mereka dapat melewati masa transisi tersebut dengan selamat (Kusniaty, 1998).

Adapun yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bias bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku berkencan, bercumbu, dan berhubungan kelamin. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan untuk diri sendiri (Supriati, 2008).


(23)

2.3.3 Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja

Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanak-kanaknya menuju dunia orang dewasa. Menurut WHO, batasan usia remaja adalah 10 sampai 24 tahun sedangkan di Indonesia sendiri menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak menetapkan definisi anak sebagai seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia inilah tercapai kematangan mental, pribadi dan sosial, walaupun kematangan biologis mungkin sudah terjadi lebih awal pada waktu usia belasan tahun (Modul Mahasiwa Kesehatan. 2006).

Kesehatan Reproduksi Remaja didefinisikan sebagai suatu keadaan sehat jasmani, psikologi, dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja. Pada masa ini, seorang mengalami kematangan biologis. Kondisi ini dapat menempatkan remaja pada kondisi yang rawan bila mereka tidak dibekali dengan informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya (Modul Mahasiwa Kesehatan. 2006).

2.3.4 Perkembangan Seksual

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan psikis. Perubahanan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya. Karena itu mereka memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, maupun mental dan psikososial. Perubahan-perubahan tersebut dapat dibedakan antara lain : (Donna, 1999).


(24)

a. Perubahan fisik pada masa remaja

Terjadi perubahan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut.

1. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berlangsung dengan organ seks: • Terjadinya haid pada remaja putri (menarche)

• Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki 2. Tanda-tanda seks sekunder, yaitu:

• Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.

• Pada remaja putri terjadi perubahan pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuknya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis).

b. Perubahan psikis pada masa remaja

Proses perubahan psikis berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi:

1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi:


(25)

• agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya mudah berkelahi.

2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi: • Mampu berpikir abstrak, senang memberi kritik,

• Ingin mencoba hal-hal baru, sehingga mucul perilaku ingin mencoba-coba.

Perilaku ingin mencoba-coba hal-hal yang baru ini jika didorong oleh rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan pra-nikah.

2.3.5 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Seksual Remaja

Kurangnya pengetahuan mengenai hubungan seksual. Dari jumlah remaja yang hamil pada pra nikah dapat disimpulkan bahwa banyak remaja masih minim pengetahuannya akan hubungan seksual. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Pengetahuan yang setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba-coba, tapi juga menimbulkan salah persepsi (Anton, 2009).

Berikut ini ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya perilaku seksual yang menyimpang pada remaja : (Anton, 2009)

a. Faktor Agama dan Iman

Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan seksual yang meyimpang di luar nikah sehingga dapat terjadi kehamilan, penyakit seksual menular dan sebagainya.


(26)

b. Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapatkan informasi bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua.

Dari hasil penelitian di atas tampak bahwa perlunya pendidikan seks yang diberikan orang tua terhadap si anak sehingga anak tidak cenderung mencari informasi dari tempat yang salah dan perlunya pengawasan ketat dari orang tua terhadap si anak. Komunikasi yang lebih terbuka antara orang tua – anak dapat berperan penting bagi pemantauan perilaku anak di masyarakat. Karena dengan komunikasi, orangtua dapat memasukkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan misalnya, batas mereka boleh bermesraan dan apa konsekuensinya kalau dilanggar. Kepercayaan dari orang tua akan membuat mereka merasa lebih bertanggung jawab.

Berpacaran sembunyi-sembunyi akibat dari tidak diberinya kepercayaan justru tidak menguntungkan karena kasus-kasus pra nikah umumnya dilakukan oleh mereka yang “back street” dan mungkin juga didukung oleh hubungan dengan orang tua yang kurang akrab atau terlalu kaku.


(27)

c. Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat

Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan teknologi informasi seperti saat ini mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan berkembangnya teknologi informasi adalah ketika teknologi tersebut dipergunakan dengan benar maka teknologi informasi dapat meningkatkan produktivitas manusia. Namun apabila teknologi ini disalahgunakan, dampak yang ditimbulkan bisa mengganggu bahkan merusak sebuah negara, seperti maraknya pornografi. Sehingga remaja mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku.

Sedangkan menurut Prof. Wimpie menyatakan bahwa penyebab terjadinya perubahan pandangan dan perilaku seksual adalah disebabkan oleh (Megawaty, 1999):

a. Pengawasan dan perhatian orang tua dari keluarga yang semakin longgar akibat kesibukan.

b. Pola pergaulan yang semakin bebas dan lepas, sementara orang tuanya mengizinkan.

c. Lingkungan yang semakin primitif.

d. Semakin banyak hal yang memberikan rangsangan seksual dan sangat mudah dijumpai.


(28)

e. Fasilitas pendukung yang sering kali diberikan oleh keluarga sendiri tanpa disadari.

2.4 Aktivitas Seksual

Aktivitas seksual adalah tindakan fisik atau mental yang menstimulasi dan merangsang secara jasmaniah. Tindakan itu dilakukan sebagai cara yang penting bagi seseorang untuk mengekspresikan dan daya tarik kepada orang lain. Mereka yang terlihat dalam aktivitas seksual, apakah sendirian atau sama dengan orang lain, sungguh-sungguh karena menyenangkan. Aktivitas seksual tertentu, terutama hubungan intim, penting untuk reproduksi (Megawaty, 1999).

a. Onani atau Mensturbasi

Onani atau Masturbasi adalah stimulasi organ genital (seks), biasanya dengan tangan, tanpa melakukan hubungan intim. Bagi laki-laki, onani adalah merangsang penis dengan mengusap atau menggosok-gosoknya. Sedangkan perempuan, mesturbasi biasanya termaksud mengusap-ngusap atau mengesek-gesek daerah kemaluan, terutama klitoria dan vagina. Masturbasi digolongkan kedalam kegiatan memuaskan diri sendiri, tetapi kadang-kadang dapat pula terjadi dengan satu pasangan akan merangsang alat kelamin lawan jenisnya untuk mencapai orgasme. Masturbasi bagi laki-laki dan perempuan kadang-kadang dinamakan “bermain dengan diri sendiri”.

b. French kiss

Berciuman dengan bibir di tutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk penggunaan


(29)

lidah itulah yang disebut dengan French Kiss. Disebut demikian barangkali karena Frencis memiliki reputasi dalam soal cinta kasih. Kadang-kadang ciuman modal ini juga dinamakan ciuman mendalam atau soul kiss.

c. Hickey

Beberapa orang merasakan kenikmatan untuk mengisap atau menggigit dengan gemas pasangan mereka, kadang-kadang pada leher, buah dada, atau paha. Yang menyebabkan sebuah tanda merah atau memar, dan ini yang dinamakan hickey. Tanda itu juga dinamakan tanda isapan, gigitan monyet atau cupang.

d. Necking

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam.

e. Petting

Petting adalah langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangan anda, termasuk lengan, dada, buah dada, kaki dan kadang-kadang daerah kemaluan, contoh diluar atau di dalam pakaian.

f. Fareplay

Fareplay meliputi merangsang secara seksual melalui berciuman, necking, dan petting dalam persiapan untuk melakukan hubungan intim.


(30)

g. Hubungan Intim

Hubungan intim adalah bersatunya dua orang secara seksual, yang dilakukan setelah pasangan pria dan wanita menikah. Dalam hubungan seksual manusia, penis laki-laki yang ereksi masuk ke dalam vagina perempuan. Mereka bergerak bersama-sama, si laki-laki menekan penisnya kebawah dan ke atas di dalam vagina pasangannya dan si perempuan merespon dengan menekan dan menggerakannya berlawanan dengan gerakan si laki-laki. Gerakan laki-laki ke bawah dan keatas itu biasanya disebut “genjotan”. Rasa nikmat secara fisik dan emosional itu dapat menyebabkan organsme, klimaks atau puncak kenikmatan. Organsme terjadi ketika laki-laki memancarkan semenya ke dalam vagina dan perempuan merasakan sesuatu yang mendalam karena gelombang yang berirama, kontraksi otot dalam kedua sisi vagina.

h. Oral seks

Oral seks adalah menggunakan mulut untuk merangsang daerah genital pasangan.

i. Fellatio, cunnilingus, dan 69

Fellatio adalah mencium, menjilat atau menghisap penis.

Cunnilingus adalah mencium, menjilat, atau menghisap kemaluan perempuan, klitoria dan vagina. Pasangan suami istri yang melakukan oral seks dengan masing-masing merangsang pasangannya dinamakan 69. Istilah ini menunjuk posisi pasangan, karena mereka berbaring dengan posisi yang berlawanan, masing-masing menghadap pada daerah kemaluan pasangannya.


(31)

j. Anal seks

Anal seks adalah menyelipkan penis yang tegang ke dalam dubur pasanganya.

k. Vibrator

Vibrator adalah alat seperti mesin, biasanya digerakkan dengan baterai atau mesin yang digunakan oleh perempuan untuk merangsang daerah kelamin, terutama klitoris. Sebuah vibrator dapat menciptakan kenikmatan seksual dan orgasme yang dikaitkan dengan mastrubasi. Sebuah vibrator dapat membahayakan apabila menimbulkan iritasi, memar, atau merobek jaringan di dalam kemaluan.

l. Dildo

Dildo adalah benda yang dibentuk seperti penis yang tegang, yang digunakan untuk menciptakan rangsangan seksual dan kenikmatan. Dildo dapat dibuat dari berbagai bahan dan diberi minyak pelumas untuk memudakan penyelipan. Menggunakan dildo yang kasar dan tidak bersih dapat membahayakan karena kemungkinan menyebabkan penularan penyakit kelamin seperti gonnorrhe dan clamdia (Masland, 1997).

2.5 Keinginan Untuk Mendapatkan Informasi

Keinginan dan mancari informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan yang dialaminya dan oleh lawan jenisnya, tidak jarang muncul keinginan dan dorongan pada diri seorang remaja untuk mencoba bereksperimentasi berdasarkan informasi yang diperolehnya. Perkembangan informasi seperti saat ini mempunyai


(32)

dampak positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan informasi adalah menambah pengetahuan yang berguna untuk meningkatkan produktivitas manusia. Namun apabila informasi ini disalahgunakan, dampak yang ditimbulkan bisa mengganggu bahkan merusak sebuah negara, seperti maraknya pornografi. Yang mengakibatkan munculnya masalah-masalah yang berkaitan dengan ekperimentasinya yang dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi remaja mengenai kesehatan reproduksinya (Nurjanah, 2009).

2.6 Media Informasi

Informasi seksual yang cenderung berbau pornografi ini merupakan suatu pengaruh lingkungan yang paling dominan dalam terjadinya pergaulan seks berbau di kalangan pelajar, karena mereka yang pada umumnya sedang bergejolak. Jenis-jenis media informasi tersebut adalah sebagai berikut : (Megawaty, 1999).

a. Film

Film adalah sesuatu jenis media informasi dengan cara menayangkan gambar hidup serta bicara. Penayangan ini biasanya melalui televisi, video dan bioskop. Pada umumnya film yang banyak ditonton oleh masyarakat terutama para remaja adalah film yang bersifat hiburan. Biasanya sebelum produser membuat sebuah film, maka terlebih dahulu ia membaca keinginan dan selera penonton dengan melihat film apa yang paling laris dipasaran.

Catatan data film nasional diperoleh perbandingan bahwa film-film yang bertemakan drama rumahtangga dan drama remaja ( film seks), dikategorikan


(33)

sebagai jenis film yang sukses sekali, sementara jenis film lain, tema sejarah dan lainnya penontonnya berada jauh di bawah jumlahnya.

Jadi film dapat mempengaruhi jiwa dan kepribadian seseorang terutama penyebab dari seks bebas di kalangan pelajar, karena film dapat memberikan kesan yang mendalam setelah disaksikan secara langsung, film juga dapat menggugah khayalan-khayalan baru tentang apa yang telah disaksikan.

b. Media Cetak

Termaksud dalam jenis media cetak adalah buku-buku, majalah, novel, surat kabar, dan bentuk-bentuk tulisan lainnya, informasi tentang seksual juga mempergunakan media cetak sebagai alatnya.

Kenyataan sehari-hari dapat kita saksikan berapa buku-buku porno, novel/roman cabul beredar bebas, digelar, dan diobrol dengan harga murah dikaki lima, mudah terlihat dari sampulnya yang dibuat sengaja didesain merangsang dan menggambarkan isi buku tersebut. Kehidupan mutu cetak, rata-rata isinya menceritakan tentang kegiatan seksual secara verbal, kasar, mendetail dan segaja ditulis untuk menimbukan rangsangan.

Biasanya bacaan tersebut lebih besar pengaruhnya daripada bacaan yang menceritakan kejujuran, ilmu pengetahuan dan kebenaran, sehingga cendrung dapat memberikan dorongan terhadap perbuatan-perbuatan yang berbau kejahatan seks.

c. Radio Casette

Salah satu media informasi ini juga dapat merupakan faktor penyebab dari seks bebas dikalangan pelajar, karena banyak lagu-lagu yang disiarkan melalui


(34)

radio maupun lagu-lagu dalam bentuk pita kaset yang mengungkapkan hal-hal yang berbau kebebasan dalam bidang seksual. Lagu-lagu tersebut kebanyakan merupakan kaset yang di impor dari Negara-negara barat. Pengaruh ini dapat terjadi apabila bait demi bait dari lagu tersebut dihayati sedemikian rupa dengan melihat sifat dari pelajar yang sangat suka akan sesuatu yang unik dan menyenang maka pengaruh lagu-lagu yang berbau seksual itu tidak terlalu sukar merasuk kedalam jiwanya.

Sebenarnya informasi mengenai seksual bukanlah sesuatu yang harus ditutupi untuk dirahasiakan, karena kebutuhan jawaban untuk setiap pertanyaan tentang seksual dan apabila si anak tidak menemukan jawaban yang tepat dari orang yang sebenarnya (orang tua, guru) maka anak akan mencari sendiri informasi tersebut. Keadaan yang seperti ini yang dimanfaatin oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dengan memakai media informasi yang ada dan gampang didapat dengan mudah. Makin meningkatnya jumlah remaja yang terpapar pornografi merupakan suatu masalah besar yang dapat berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah remaja yang berperilaku seksual aktif. Semakin meningkatnya prevalensi penyakit yang diakibatkan oleh perilaku seksual aktif pada remaja juga berpengaruh terhadap meningkatnya permasalahan pada kesehatan reproduksi remaja.


(35)

2.7 Variabel yang diteliti

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

Gambar 2.1 Variabel yang diteliti Gambaran Keterpaparan Dan Pengetahuan, Sikap Serta Tindakan Seksual Siswa di SMA Al-Azhar Medan Tahun 2010.

Variabel Perilaku Seksual

1. Pengetahuan seksual siswa. 2. Sikap seksual siswa.

3. Tindakan seksual siswa.

Variabel Pornografi

Keterpaparan pornografi


(36)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu merupakan pemaparan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk gambaran sederhana sehingga setiap orang dapat lebih mudah mengerti dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian (Chandra, 1995).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Azhar Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari s/d September 2010.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa reguler di SMA Al-Azhar Medan sebanyak 519 orang siswa.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini mencakup sebagian dari siswa reguler SMA Al- Azhar Medan tahun 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus besar sampel untuk survei sampel (Lemeshow, 1997).


(37)

1-α/2 . P (1 – P ). N

n =

d² ( N – 1 ) + Z²1-α/2 .P ( 1 – P)

Di mana:

N = Populasi Keseluruhan

P = Proporsi remaja yang prevalensinya tinggi tentang perilaku seksual yaitu 47,6% (0,5)

d = Presisi = 0,1

Z21-α/2 = Nilai Derajat Kepercayaan 95% = 1,96

n = Sampel/ Responden

maka :

1,96² . 0,5 ( 1- 0,5). 519

n = n= 81 siswa

0,1² ( 519 – 1) + 1,96² . 0,5 ( 1- 0,5)

Dengan memperhitungkan non respon rate sebesar 10% maka 81+ 8,1 = 89,1, jadi besar sampel dalam penelitian ini 90 orang. Selanjutnya penarikan sampel terhadap populasi menggunakan teknis stratified sampling. Populasi penelitian dibagi lebih dulu menjadi beberapa kelompok atau strata, dan baru dilakukan pemilihan sampel secara random, yaitu nh = x n, misalnya jumlah siswa kelas x adalah 158

siswa maka besar sempel di dalam sampel di dalam kelas tersebut adalah= x 90 = 27 siswa.

Maka besar sampel pada masing-masing kelas di SMA Al-Azhar Medan dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini :


(38)

Tabel 3.1 Besar sampel pada masing-masing lingkungan

Kelas Nh Besar sampel (n)

Kelas X

x

90 27

Kelas XI

x

90 29

Kelas XII

x

90 34

Total 519 90

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui angket dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari kantor tata usaha SMA Al- Azhar Medan yaitu mengenai data siswa di SMA Al- Azhar Medan tahun 2010.

3.5 Definisi Operasional

1. Keterpaparan pornografi adalah siswa yang pernah atau tidak pernah terpapar pornografi.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui siswa tentang perilaku seksual.


(39)

3. Sikap adalah reaksi atau respon tertutup siswa terhadap segala sesuatu mengenai perilaku seksual.

4. Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan siswa mengenai perilaku seksual yang menyimpang.

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1. Variabel Keterpaparan Pornografi

Keterpaparan pornografi diukur menjadi 2 yaitu pernah atau tidak pernah siswa terpapar pornografi.

Pornografi dibedakan ke dalam dua katagori ; 1. Pernah berarti responden pernah terpapar pornografi.

2. Tidak pernah berarti responden tidak pernah terpapar pornografi.

3.6.2 Variabel pengetahuan

Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab pertanyaan tentang pengetahuan mengenai seksual yang terdiri dari 10 pertanyaan, dengan total skor maksimal 20 yaitu dengan kriteria sebagai berikut

Untuk jawaban mempunyai 3 pilihan : • Jawaban benar = 2

• Jawaban mendekati benar= 1 • Jawaban salah = 0


(40)

Penentuan interval nilai yang termasuk kedalam kategori baik, sedang, kurang adalah Range = nilai tertinggi – nilai terendah. 20 - 0 = 20

Interval = Range / jumlah kategori. 20/3= 6,7 Dari perhitungan didapat interval = 7

Berdasarkan jumlah skor yang diperoleh maka pengetahuan responden dikatagorikan sebagai berikut. (Hasan, 1999).

1. Tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden memiliki skor > 13 dari seluruh pertanyaan.

2. Tingkat pengetahuan sedang, apabila jawaban responden memiliki skor 7-13 dari seluruh pertanyaan.

3. Tingkat pengetahuan kurang, apabila jawaban responden memiliki skor < 7 dari seluruh pertanyaan.

3.6.3 Variabel Sikap

Aspek pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala likert yang terdisi dari 5 katagori yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju) (Riduwan 2003). Sikap diukur melalui12 pertanyaan dengan total skor maksimal 60 yaitu dengan kriteria sebagai berikut:

1. Untuk pernyataan negatif (pernyataan no.1,2,3,4,5,6): • SS : Sangat Setuju, skornya 1

• S : Setuju, skornya 2 • N : Netral, skornya 3


(41)

• TS : Tidak Setuju, skornya 4 • STS :Sangat Tidak Setuju, skornya 5

2. Untuk pernyataan positif (pernyataan no. 7,8,9,10,11,12): • SS : Sangat Setuju, skornya 5

• S : Setuju, skornya 4 • N : Netral, skornya 3 • TS : Tidak Setuju, skornya 2 • STS :Sangat Tidak Setuju, skornya 1

Penentuan interval nilai yaitu Range = nilai tertinggi – nilai terendah yaitu 60 – 12 = 48. Interval = Range / jumlah kategori yaitu 48/3= 16, jadi didapat interval = 16

Berdasarkan total skor yang diperolehnya maka sikap seksual siswa remaja dikatagorikan sebagai berikut:

1. Tingkat sikap baik, apabila jawaban responden memiliki skor ≥ 41 dari seluruh pertanyaan.

2. Tingkat sikap sedang, apabila jawaban responden memiliki skor 21-40 dari seluruh pertanyaan.

3. Tingkat sikap kurang, apabila jawaban responden memiliki skor 1-20 dari seluruh pertanyaan.


(42)

3.6.4 Variabel Tindakan

Tindakan seksual siswa diukur melalui kepernahan melakukan tindakan-tindakan yang masuk katagori perilaku menyimpang seksual melalui pengajuan terhadap 10 tindakan.

Tindakan seksual dibedakan kedalam dua katagori :

1. Ya : jika siswa remaja pernah melakukan minimal 1 diantara 10 tindakan seksual yang diajukan

2. Tidak : jika siswa remaja tidak pernah melakukan terhadap 10 tindakan seksual yang diajukan.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Kegiatan pengolahan data dilakukan setelah semua data dikumpulkan kemudian data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer. Analisis data dilakukan dengan satu tahap, yaitu analisis univariat. Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan (mendeskripsikan) masing-masing variabel menggunakan tabel distribusi frekuensi.


(43)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perguruan Al-Azhar Medan

Perguruan Al-Azhar sebagai salah satu upaya Yayasan Hajjah Rachman Nasution dalam mewujudkan visi dan misinya dalam bidang sosial, pendidikan dan keagamaan. Pendirian Yayasan Hajjah Rachmah Nasution tidak terlepas dari rasa syukur keluarga besar H. Abdul Muis atas keberhasilan operasi (open heart) jantung ibu Hajjah Rachman Nasution. Sebagai wujud rasa syukur itu, keluarga berminat mendirikan masjid yang diberi nama Ar Rahman yang berlokasi di tanah keluarga jalan Pintu Air IV Kwala Bekala, Padang Bulan Medan.Dari cikal bakal inilah, Yayasan Hajjah Rachman Nasution kemudian mendirikan Perguruan dan Universitas Al-Azhar Medan.

Menurut Badan Hukum, Yayasan Hajjah Rachman didirikan tanggal 24 Agustus 1983 dengan Akte Notaris Raskami Sembiring SH No. 39 tanggal 24 Januari 1983 dan diubah dengan Akte Notaris Raskami Sembiring SH No. 17 tanggal 18 November 1997 lalu diubah kembali dengan Akte Notaris Adi Pinem SH tanggal 23 Juli 2001.

4.2 Gambaran Umum SMA Al-Azhar Medan

SMA Al- Azhar didirikan pada tanggal 16 Juli 2004 merupakan salah satu sekolah yang ditujuk Depatemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah


(44)

Menengah Atas sabagai sekolah rintisan Pendidikan berbasis keunggulan lokalini yaitu upaya positif dunia pendidikan kita dimana sekolah diberi kesempatan untuk membekali peserta didik tentang pengetahuan dan sikap menghargai sumber daya dan potensi yang ada dilingkungan setempat.

a. Visi SMA Al-Azhar Medan

Unggul dalam prestasi berdasarkan Imtaq (Iman dan Taqwa). b. Misi SMA Al-Azhar Medan

1.Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2.Menumbuh kembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada warga

sekolah.

3.Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali dirinya sehingga dapat berkembang secara maksimal.

4.Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

5.Menetapkan manajemen partisipatif dan komunikatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dari kelompok yang berkepentingan yang terkait dengan sekolah.

6. Meningkatkan program komputer bagi siswa menuju sekolah berbasis TIK. c. Tujuan Sekolah

1. Siswa yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta minimal 85%.


(45)

3. Memiliki tim kesenian secata teratur mengadakan latihan dan pentas seni di sekolah maupun diluar sekolah.

4. Siswa dapat menggunakan komputer dan internet 100%. 5. Siswa yang lulus dan masuk Perguruan Tinggi Negeri 70%.

6. Pada tahun ajaran 2009/2010 SMA Al-Azhar Medan menjadi sekolah standard nasional.

4.3 Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi distribusi umur, jenis kelamin, dan rata-rata uang saku setiap hari.

Tabel. 4.1 Distribusi menurut karakteristik responden di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Karakteristik n %

Umur 14 tahun 15 tahun 16 tahun 17 tahun 6 25 32 27 6,7 27,8 35,6 30,0 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 43 47 47,8 52,2

Rata-rata uang saku setiap hari

< Rp. 10.000,-

Rp. 10.000,- - Rp. 20.000,- > Rp. 20.000,-

26 58 6 28,9 64,4 6,7 Berdasarkan tabel 4.1 tentang karakteristik responden dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa yang paling banyak berumur 16 tahun yaitu 32 siswa (35,6%) dan yang paling sedikit adalah siswa berumur 14 tahun yaitu 6 siswa (6,7%).


(46)

Berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yaitu 47 siswa (52,2%) dan yang paling sedikit adalah laki-laki yaitu 43 siswa (47,8%).

Berdasarkan rata-rata uang saku responden setiap hari yang paling banyak adalah Rp. 10.000,- - Rp. 20.000,- yaitu 58 siswa (64,4%) dan jumlah rata-rata uang saku responden yang paling sedikit adalah > Rp. 20.000,- yaitu 6 siswa (6,7%).

4.4 Gambaran Keterparan Pornografi Pada Siswa di SMA Al-Azhar Medan

Gambaran pornografi pada siswa meliputi pernah tidaknya responden mendapatkan pornografi dan darimana sumber mendapatkan pornografi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.2 Distribusi kepernahan mendapatkan/mengkonsumsi pornografi pada siswa SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Variabel n %

Pornografi

Ya 66 73,3

Tidak 24 26,7

Sumber Mendapatkan Pornografi Internet Ya Tidak 44 22 66,7 33,3 Novel Ya Tidak 11 55 16,7 83,3 Majalah Ya Tidak 17 49 25,8 74,2 Televesi Ya Tidak 26 40 39,4 60,6


(47)

Tabel 4.2 (Lanjutan)

Variabel n %

Hp

Ya Tidak

25 41

37,9 62,1

Teman

Ya Tidak

34 32

51,5 48,5 Dari tabel 4.2 tentang gambaran kepernahan mendapatkan/mengkonsumsi pornografi pada responden dapat dilihat jumlah siswa yang pernah mendapatkan/mengkonsumsi pornografi adalah 66 siswa (73,3%) dan 24 siswa (26,7%) yang tidak pernah mendapatkan/mengkonsumsi pornografi.

Berdasarkan sumber mendapatkan pornografi pada responden dapat dilihat bahwa internet yaitu 44 siswa (66,7%) merupakan sumber yang paling besar didapatkan/dikonsumsi oleh responden dan yang paling sedikit didapatkan/dikonsumsi responden adalah novel dengan jumlah 11 siswa (16,7%).

4.5 Pengetahuan Siswa Tentang Seksual

Gambaran pengetahuan siswa tentang seksual dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Distribusi pengetahuan siswa tentang seksual menurut item pernyataan di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Item pernyataan Benar Mendekati benar Salah

N % n % N %

- Pengertian seksual 32 35,6 43 47,8 15 16,7

- Pengertian perilaku seksual 62 68,9 18 20,0 10 11,1

- Pengertian pornografi 76 84,4 13 14,4 1 1,1

- Sumber data informasi seksual


(48)

Tabel 4.3 (Lanjutan)

Item pernyataan Benar Mendekati benar Salah

N % n % N %

- Penyebab mencari informasi

perilaku seksual dari pornografi 55 61,1 34 37,8 1 1,1

- Akibat nonton film porno 29 32,2 47 52,2 14 15,6

- Tanda mulai dewasa 30 33,3 58 64,4 2 2,2

- Resiko hubungan kelamin

sebelum menikah 40 44,4 46 51,1 4 4,4

- Terjadinya kehamilan 16 17,8 74 82,2 - -

- Penyakit akibat ganti-ganti

pasangan 30 33,3 54 60,0 6 6,7

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang seksual berdasarkan pengertian seksual yang paling banyak yaitu 43 siswa (47,8%) menjawab mendekati benar, berdasarkan pengertian perilaku seksual yang paling banyak yaitu 62 siswa (68,9%) menjawab benar, berdasarkan pengertian pornografi yang paling banyak 76 siswa (84,4%) yang menjawab benar, berdasarkan sumber data informasi seksual yang menyajikan pornografi yang paling banyak yaitu 63 siswa (70,0%), berdasarkan penyebab mencari informasi seksual yang paling banyak yaitu 55 siswa (61,1%) menjawab benar, berdasarkan akibat nonton film porno yang paling banyak yaitu 47 siswa (52,2%) menjawab mendekati benar, berdasarkan tanda mulai dewasa yang paling banyak yaitu 58 siswa (64,4%) menjawab mendekati benar, berdasarkan resiko hubungan kelamin sebelum menikah yang paling banyak yaitu 46 siswa (51,1%) menjawab mendekati benar, berdasarkan terjadinya kehamilan yang paling banyak yaitu 74 siswa (82,2%) menjawab mendekati benar, dan berdasarkan penyakit akinat ganti-ganti pasangan yang paling banyak yaitu 54 siswa (60,0%) menjawab mendekati benar.


(49)

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pengetahuan siswa tentang seksual yang paling banyak adalah kategori pengetahuan baik yaitu 63 siswa (70,0%) dan yang paling sedikit berjumlah 1 siswa (1,1%) adalah kategori pengetahuan kurang.

Tabel 4.4 Distribusi kategori pengetahuan siswa tentang seksual di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Kategori Pengetahuan n %

Kurang 1 1,1

Sedang 26 28,9

Baik 63 70,0

4.6 Keterpaparan Pornografi Dan Pengetahuan Seksual Siswa

Selanjutnya, hal yang cukup menarik apabila pengetahuan seksual siswa dirinci menurut keterpaparan pornografi siswa. Dari tabel 4.5 menunjukkan mereka yang berpengetahuan baik ternyata sebeasar 75,6% pernah terpapar pornografi dan hanya 54,1% yang tidak pernah terpapar pornografi.

Tabel 4.5 Tabulasi silang keterpaparan pornografi menurut pengetahuan seksual siswa di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Keterpaparan pornografi Pengetahuan Jumlah

Kurang Sedang Baik

Ya n 0 16 50 66

% 0,0 24,2 75,6 100,0

Tidak n 1 10 13 24

% 4,2 41,7 54,1 100,0

4.7 Sikap Siswa Tentang Seksual

Gambaran distribusi sikap seksual siswa menurut item pernyataan dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.


(50)

Tabel 4.6 Distribusi sikap seksual siswa menurut item pernyataan di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Item pernyataan n %

Free seks

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

1 - 5 23 61 1,1 - 5,6 25,6 67,8 Pendidikan seks

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

9 15 28 23 15 10,0 16,7 31,1 23 16,7 Mastrubasi

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

3 7 35 26 19 3,3 7,8 38,9 28,9 21,1

Berpelukan beda jenis kelamin

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

5 24 35 19 7 5,6 26,7 38,9 21,1 7,8

Berpelukan sama jenis kelamin

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

19 33 22 10 6 21,1 36,7 24,4 11,1 6,7

Berciuman beda jenis kelamin

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

3 9 24 35 19 3,3 10,0 26,7 38,9 21,1


(51)

Tabel 4.6 (Lanjutan)

Item pernyataan n %

Berciuman sama jenis kelamin

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

10 9 25 27 19 11,1 10,0 27,8 30,0 21,1

Memegang alat kelamin tak langsung

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

22 17 17 21 13 24,4 18,9 18,9 23,3 14,4

Memegang alat kelamin langsung

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

33 24 6 14 13 36,7 26,7 6,7 15,6 14,4

Bercumbu beda jenis kelamin

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

25 41 5 6 13 27.8 45,6 5,6 6,7 14,4

Bercumbu sama jenis kelamin

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

19 29 13 8 21 21,1 32,2 14,4 8,9 23,3 Berhubungan kelamin

- Sangat setuju - Setuju - Netral - Tidak setuju - Sangat tidak setuju

54 9 8 2 17 60,0 10,0 8,9 2,2 18,9


(52)

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sikap responden tentang free seks yang paling banyak yaitu 61 siswa (67,8%) menjawab sangat tidak setuju dan yang paling sedikit berjumlah 1 siswa (1,1%) menjawab sangat setuju.

Berdasarkan sikap responden tentang pendidikan seks yang paling banyak yaitu 28 siswa (31,1%) menjawab netral dan yang paling sedikit berjumlah 9 siswa (10,0%) menjawab sangat setuju.

Sikap responden tentang mastrubasi/onani yang paling banyak yaitu 35 siswa (38,9%) menjawab netral dan yang paling sedikit berjumlah 3 siswa (3,3%) menjawab sangat setuju.

Mengacu sikap responden tentang berpelukan beda jenis kelamin yang paling banyak yaitu 35 siswa (38,9%) menjawab netral dan yang paling sedikit berjumlah 5 siswa (5,6%) menjawab sangat setuju.

Sikap responden tentang berpelukan sama jenis kelamin yang paling banyak yaitu 33 siswa (36,7%) menjawab setuju dan yang paling sedikit berjumlah 6 siswa (6,7%) menjawab sangat tidak setuju.

Penelusuran terhadap sikap responden tentang berciuman beda jenis kelamin yang paling banyak yaitu 35 siswa (38,9%) menjawab tidak setuju dan yang paling sedikit berjumlah 3 siswa (3,3%) menjawab sangat setuju.

Distribusi sikap responden tentang berciuman sama jenis kelamin yang paling banyak yaitu 27 siswa (30,0%) menjawab tidak setuju dan yang paling sedikit berjumlah 9 siswa (10,0%) menjawab setuju.


(53)

Sikap responden tentang memegang alat kelamin tidak langsung yang paling banyak yaitu 22 siswa (24,4%) menjawab sangat setuju dan yang paling sedikit berjumlah 13 siswa (14,4%) menjawab sangat tidak setuju.

Berdasarkan sikap responden tentang memegang alat kelamin langsung yang paling banyak yaitu 33 siswa (36,7%) menjawab sangat setuju dan yang paling sedikit berjumlah 6 siswa (6,7%) menjawab netral.

Seterusnya, sikap responden tentang bercumbu beda jenis kelamin yang paling banyak yaitu 41 siswa (45,6%) menjawab setuju dan yang paling sedikit berjumlah 6 siswa (6,7%) menjawab tidak setuju.

Sikap responden tentang bercumbu sama jenis kelamin yang paling banyak yaitu 29 siswa (32,2%) menjawab setuju dan yang paling sedikit berjumlah 8 siswa (8,9%) menjawab tidak setuju.

Terakhir, berdasarkan sikap responden tentang berhubungan kelamin yang paling banyak yaitu 54 siswa (60,0%) menjawab sangat setuju dan yang paling sedikit berjumlah 2 siswa (2,2%) menjawab tidak setuju.

Tabel 4.7 Distribusi kategori sikap siswa tentang seksual di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Kategori Sikap n %

Kurang 5 5,6

Sedang 52 57,8

Baik 33 36,7

Selanjutnya, apabila ditelusuri dari kategori sikap seksual siswa terlihat bahwa kategori sikap seksual yang paling banyak adalah kategori sikap sedang yaitu 52


(54)

siswa (57,8%) dan yang paling sedikit berjumlah 5 siswa (5,6%) adalah kategori sikap kurang.

4.8 Keterpaparan Pornografi Dan Sikap Seksual Siswa

Selanjutnya, apabila ditelusuri sikap seksual siswa dirinci menurut keterpaparan pornografi maka hasil penelitian terlihat seperti pada tabel 4.8. Dari tabel tersebut terlihat bahwa untuk sikap seksual kategori kurang hanya 6,1% yang pernah terpapar pornografi dan sikap seksual kategori sedang sebesar 54,5% serta sikap seksual kategori baik sebesar 39,4%. Dan pola ini berbeda bila dilihat pada keterakitan sikap seksual siswa dirinci menurut mereka yang tidak pernah terpapar pornografi.

Tabel 4.8 Tabulasi silang keterpaparan pornografi menurut sikap seksual siswa di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Keterpaparan pornografi Sikap Seksual Jumlah Kurang Sedang Baik

Ya n 4 36 26 66

% 6,1 54,5 39,4 100,0

Tidak n 1 16 7 24

% 4,2 66,7 29,1 100,0

4.9 Tindakan Siswa tentang Seksual

Gambaran tindakan seksual siswa di SMA Al-Azhar dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini.


(55)

Tabel. 4.9 Distribusi kategori tindakan seksual siswa di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Kategori Tindakan Seksual n %

Tidak pernah 33 36,7

Ya, pernah 57 63,3

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa tindakan responden yang paling banyak adalah pernah melakukan perilaku seksual yang menyimpang yaitu 57 orang (63,3%) dan tidak pernah berjumlah 33 orang (36,7%). Selanjutnya, rincian tindakan seksual siswa menurut jenis tindakan seksual tersaji dalam tabel 4.10 berikut.

Tabel 4. 10 Distribusi jenis tindakan seksual siswa di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Jenis Tindakan Seksual n %

Mastrubasi/Onani (melakukan hubungan intim dengan diri sendiri)

- Tidak pernah - Ya, pernah

71 19

78,9 21,1

Berpelukan dengan teman akrab yang beda jenis kelaminnya

- Tidak pernah - Ya, pernah

62 28

68,9 31,1

Berciuman (dipipi dan atau dibibir) dengan teman akrab beda jenis kelamin.

- Tidak pernah - Ya, pernah

60 30

66,7 33,3

Berciuman (dipipi dan atau dibibir) dengan teman akrab sama jenis kelamin.

- Tidak pernah - Ya, pernah

67 23

74,4 25,6

Memegang/dipegang alat kelamin secara langsung.

- Tidak pernah - Ya, pernah

74 16

82,28 17,8

Memegang/dipegang alat kelamin secara tidak langsung.

- Tidak pernah - Ya, pernah

79 11

87,8 12,2


(56)

Tabel 4.10 (Lanjutan)

Jenis Tindakan Seksual n %

Menjilat/menghisap alat kelamin/payudara dengan teman akrab yang beda jenis tanpa ikatan

perkawinan.

- Tidak pernah - Ya, pernah

86 4

95,6 4,4

Bercumbu/bermesraan dengan teman akrab yang beda jenis kelamin tanpa ikatan perkawinan

- Tidak pernah - Ya, pernah

80 10

88,9 11,1

Bercumbu/bermesraan dengan teman akrab yang sama jenis kelamin.

- Tidak pernah - Ya, pernah

90 -

100,0 -

Berhubungan kelamin/seks dengan teman akrab yang beda jenis kelamin tanpa ikatan perkawinan.

- Tidak pernah - Ya, pernah

90 -

100,0 - Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa tindakan seksual yang menyimpang berupa Mastrubasi/Onani (melakukan hubungan intim dengan diri sendiri) yaitu 71 orang (78,9%) tidak pernah melakukan perilaku tersebut, sedangkan 19 orang (21,1%) pernah melakukan perilaku tersebut.

Berdasarkan tindakan seksual yang menyimpang berupa berpelukan dengan teman akrab yang beda jenis kelaminnya sebanyak 62 orang (68,9%) pernah melakukan dan yang tidak pernah melakukan tindakan tersebut sebanyak 28 orang (31,1%).

Selanjutnya, tindakan seksual yang menyimpang berupa berciuman (dipipi dan atau dibibir) dengan teman akrab beda jenis kelamin sebanyak 60 orang (66,7%) tidak pernah melakukan tindakan tersebut, sedangkan 30 orang (33,3%) pernah melakukan tindakan tersebut.


(57)

Tindakan seksual yang menyimpang berupa berciuman (dipipi dan atau dibibir) dengan teman akrab sama jenis kelamin sebanyak 67 orang (74,4%) tidak pernah melakukan tindakan tersebut, sedangkan 23 orang (25,6%) pernah melakukan tindakan tersebut.

Penelusuran terhadap tindakan seksual yang menyimpang berupa memegang/dipegang alat kelamin secara langsung sebanyak 74 orang (82,2%) tidak pernah melakukan tindakan tersebut, sedangkan 16 orang (17,8%) pernah melakukan tindakan tersebut.

Distribusi tindakan perilaku seksual yang menyimpang berupa memegang/dipegang alat kelamin secara tidak langsung sebanyak 79 orang (87,8%) tidak pernah melakukan tindakan tersebut, sedangkan 11 orang (12,2%) pernah melakukan tindakan tersebut.

Mendasarkan tindakan seksual yang menyimpang berupa menjilat/menghisap alat kelamin/payudara dengan teman akrab yang beda jenis tanpa ikatan perkawinan sebanyak 86 orang (95,6%) tidak pernah melakukan tindakan tersebut, sedangkan 4 orang (4,4%) pernah melakukan tindakan tersebut.

Selanjutnya, berdasarkan tindakan seksual yang menyimpang berupa bercumbu/bermesraan dengan teman akrab yang beda jenis kelamin tanpa ikatan perkawinan sebanyak 80 orang (88,9%) tidak pernah melakukan tindakan tersebut, sedangkan 10 orang (11,1%) pernah melakukan tindakan tersebut.


(58)

Tindakan seksual yang menyimpang berupa bercumbu/bermesraan dengan teman akrab yang sama jenis kelamin rata-rata seluruh responden sebanyak 90 orang (100,0%) tidak pernah melakukan tindakan tersebut.

Berdasarkan tindakan seksual yang menyimpang berupa berhubungan kelamin/seks dengan teman akrab yang beda jenis kelamin tanpa ikatan perkawinan secara keseluruhan tidak pernah melakukannya.

4.10 Keterpaparan Pornografi Dan Tindakan Seksual Siswa

Selanjutnya, tabel 4.11 menunjukkan rincian tindakan seksual siswa menurut keterpaparan pornografi. Siswa yang pernah terpapar pornografi sebanyak 66 orang siswa ternyata sebanyak 49 orang siswa atau 72,7% pernah melakukan tindakan seksual. Sebaliknya, siswa yang tidak pernah terpapar pornografi sebanyak 24 orang siswa ternyata sebanyak 15 orang siswa atau sebesar 62,5% juga tidak pernah melakukan tindakan seksual.

Tabel 4.11 Tabulasi silang keterpaparan pornografi menurut tindakan seksual siswa di SMA Al-Azhar Medan tahun 2010

Keterpaparan pornografi Tindakan Seksual Jumlah Tidak pernah Pernah

Ya n 18 48 66

% 27,3 72,7 100,0

Tidak n 15 9 24

% 62,5 37,5 100,0

Mengacu tabel 4.11 dan merujuk pada tabel 4.10 terlihat bahwa walaupun terdapat tindakan seksual sebesar 63,3% dari keseluruhan responden tetapi tindakan tersebut masih dalam batas-batas kewajaran. Tindakan-tindakan wajar ini adalah


(59)

masih terbatas pada berpelukan dan berciuman di pipi. Tindakan seksual yang menyangkut bercumbu, bermesraan dan berhubungan kelamin tanpa ikatan perkawinan sama sekali tidak dijumpai dalam kasus ini.


(60)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Keterpaparan Pornografi Siswa Di SMA Al-Azhar Medan

Secara umum pengertian pornografi adalah tulisan, gambar atau perkataan yang tidak senonoh, menggambarkan subyek erotik dan bertujuan membangkitkan gairah perilaku seksual (Soebagyo, 2007). Kenyataan ini berarti bahwa tahapan efek paparan yang terjadi pada mereka yang terpapar pornografi cenderung akan melakukan tindakan perilaku seksual menyimpang.

Hasil penelitian ini cukup nyata bahwa dari keseluruhan siswa yang diteliti ternyata sebanyak 73,3 % pernah terpapar dengan pronograf (Tabel 4.2). Sumber-sumber sebagai penyebab keterpaparan umumnya berasal dari internet, novel, majalah, televesi, Hp dan teman-teman. Kenyatan ini tidak berbeda dari hasil survei yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati di Jabodetabek (2005) dengan 1.705 responden remaja memperoleh hasil bahwa lebih dari 80% anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi melalui situs-situs internet (BKKBN, 2004). Seperti diketahui bahwa tayangan media massa yang menonjolkan aspek pornografi diyakini sangat erat hubungannya dengan meningkatkan berbagai kasus penyimpangan seksual yang terjadi pada remaja dan siswa. Seperti dikatakan oleh Kartono (2003), bahwa rangsangan kuat dari luar seperti film-film seks, sinetron, buku-buku bacaan serta majalah-majalah bergambar seksi akan memberikan konsekuensi terhadap memuncaknya atau semakin panasnya reaksi-reaksi perilaku seksual.


(61)

Sejalan dengan hasil kajian BKKBN (2004) ternyata juga ditemukan bahwa di Indonesia, keterpaparan pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena sangat mudah diakses oleh setiap kalangan usia. Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia (2006) menyatakan bahwa Indonesia secara umum selain menjadi negara tanpa aturan yang jelas tentang pornografi, juga mencacat rekor sebagai negara kedua setelah Rusia yang paling rentan untuk terpapar pornografi dan menyerang pada anak-anak.

Demikian juga hasil penelitian Resnayeti (2000) pada remaja siswa SMP dan SMU di Jakarta Timur melaporkan bahwa media elektronik berupa televisi, video, dan internet telah memapari lebih dari 65% responden berkaitan dengan seks dan reproduksi. Selain itu penelitian lain pada remaja di salah satu SMU Negeri di Jakarta juga menunjukkan bahwa usia terpapar pornografi pertama kali adalah pada usia di atas 13 tahun sebesar 44%. Remaja yang mempunyai pengalaman pernah membaca buku porno sebanyak 92,7%, menonton film porno sebanyak 86,2%, melalui video porno 89,1% , dan melalui internet 87,1 % (Raviqoh, 2002 dalam Supriati, 2008).

Mengacu kepada hasil penelitian dengan mengambil kasus di SMA Al Azhar dan didukung oleh beberapa hasil kajian pernah dilakukan maka dapatlah disimpulkan bahwa keterpaparan pornografi yang terjadi pada siswa sangat terkait dengan keterlibatan mereka untuk mengakses media-media sebagai sumber tayangan pronografi. Ini berarti bahwa keterpaparan pornografi tidak terlepas dari begitu pesatnya kemajuan teknologi informasi yang berkembang saat ini, seperti teknologi media elektronik dan media sajian meliputi majalah, buku-buku, novel dan sejenisnya.


(62)

5.2 Keterpaparan Pornografi Dan Pengetahuan Seksual Siswa

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden terhadap perilaku seksual. Walaupun banyak tulisan dan penelitian mengindikasikan adanya keterkaitan keterpaparan pornografi terhadap pengetahuan seksual siswa. Namun dalam penelitian ini ternyata tidak ditemukan adanya pola keterkaitan yang jelas antara keterpaparan pornografi dengan pengetahuan seksual.

Dari tabel 4.7 memperlihatkan walaupun tidak ada pola yang jelas dari proporsi pengetahuan seksual siswa menurut keterpaparan pornografi, tetapi terlihat bahwa persentasi pengetahuan seksual siswa kategori baik lebih tinggi ditunjukkan pada mereka yang pernah terpapar pornografi, yakni 75,6% untuk mereka yang terpapar dan 54,1% yang tidak terpapar. Ini berarti bahwa bahwa keterpaparan pornografi tidak akan langsung memberikan efek terhadap pengetahuan tentang seksual. Keterkaitan keterpaparan pornografi terhadap pengetahuan seksual akan berlangsung melalui tahapan daripada efek keterpaparan itu sendiri.

Seperti dinyatakan oleh Cline (1986) bahwa tahapan efek yang keterpaparan pornografi dalam kaitannya dengan perilaku seksual akan meliputi tahap adiksi, eskalasi, desensitisasi dan act out (tindakan). Adiksi adalah adanya efek ketagihan. Sesekali seseorang menyukai materi pornografi maka ia akan memiliki keinginan untuk melihat dan mendapatkan kembali materi tersebut. Eskalasi adalah terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap materi seks yang lebih berat, lebih nyata dan lebih menyimpang dari sebelumnya dikonsumsi. Desensitisasi adalah tahap ketika materi seks yang tadinya tabu dan tidak bermoral dianggap menjadi sesuatu yang biasa. Act out (tindakan) merupakan tahap yang terjadi ketika ada peningkatan kecenderungan


(63)

untuk melakukan perilaku seksual yang selama ini hanya dilihat akan diaplikasikan kedalam kenyataan.

Huraian tersebut menunjukkan bahwa keterkaitan keterpaparan pornografi terhadap perilaku seksual tidak ditentukan oleh seberapa jauh pengetahuan mereka tentang seksual, tetapi cukup dengan mengakses pornografi melalui media-media tayangan kemudian dapat langsung melakukan perilaku dan tindakan seksual.

5.3 Keterpaparan Pornografi Dan Sikap Seksual Siswa

Sikap adalah pendapat atau pandangan remaja mengenai perilaku seksual. Berdasarkan hasil penelitian seperti tersaji pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kategori sikap seksual yang paling banyak adalah kategori seikap sedang yaiti 57,8% dan sikap seksual siswa yang paling banyak adalah sikap sedang dan baik sebanyak 94,4% dan yang paling sedikit sikap kurang sebanyak 5,6%.

Selanjutnya, tabel 4.8 menunjukkan rincian tindakan seksual siswa menurut keterpaparan pornografi. Siswa yang pernah terpapar pornografi sebanyak 66 orang siswa ternyata sebanyak 49 orang siswa atau 72,7% pernah melakukan tindakan seksual. Sebaliknya, siswa yang tidak pernah terpapar pornografi sebanyak 24 orang siswa ternyata sebanyak 15 orang siswa atau sebesar 62,5% juga tidak pernah melakukan tindakan seksual.

Dari tabel tersebut terlihat bahwa sikap seksual siswa dirinci menurut keterpaparan pornografi ternyata juga tidak menunjukkan pola keterkaitan yang jelas. Artinya, untuk sikap seksual kategori sedang dan baik yang terpapar maupun tidak terpapar pornografi sama-sama pada persentase yang tinggi. Kenyataan ini diduga


(64)

juga sama dengan apa yang terjadi pada keterkaitan keterpaparan pornografi dan pengetahuan seksual siswa, bahwa keterpaparan pornografi tidak akan langsung memberikan konsekuensi terhadap sikap seksual. Ini disebabkan karena sikap hanya merupakan persepsi sebagai wujud pandangan seseorang. Sementara keterpaparan pornografi cenderung memberikan keterkaitan langsung kepada tindakan seksual.

Kenyataan tersebut disebabkan karena pornografi bertujuan untuk merangsang hasrat seksual sesorang, maka efek yang terjadi adalah perilaku-perilaku yang mengarah pada peningkatan ransangan seksual pada siswa itu sendiri. Kenyatan ini selaras dengan Teori Rangsangan menurut Zillmann (1982), Thomburgh dan Herbert (2002) dalam Supriati (2009), bahwa keterpaparan pornografi dapat menghasilkan rangsangan fisiologis dan emosional (pengaktifan sistem syaraf sebagai lawan rangsangan seksual), dan peningkatan tingkat rangsangan kemungkinan akan menghasilan beberapa bentuk perilaku tindakan seksual.

Huraian tersebut mengindikasikan bahwa tidak selamanya keterpaparan pornografi akan langsung memberikan efek kepada kepekaan sikap seksual seseorang. Artinya, bahwa perilaku tindakan seksual tidak harus ditentukan oleh seberapa jauh pengetahuan dan sikap mereka tentang seksual, tetapi justru seberapa jauh keterpaparannya terhadap pornografi.


(1)

Bercumbu sama jenis

21 23.3 23.3 23.3

8 8.9 8.9 32.2

13 14.4 14.4 46.7

29 32.2 32.2 78.9

19 21.1 21.1 100.0

90 100.0 100.0

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Berhubungan kelamin

17 18.9 18.9 18.9

2 2.2 2.2 21.1

8 8.9 8.9 30.0

9 10.0 10.0 40.0

54 60.0 60.0 100.0

90 100.0 100.0

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Mastrubasi

71 78.9 78.9 78.9

19 21.1 21.1 100.0

90 100.0 100.0

Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Berpelukan

62 68.9 68.9 68.9

28 31.1 31.1 100.0

90 100.0 100.0

Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Berciuman beda jenis

60 66.7 66.7 66.7

30 33.3 33.3 100.0

90 100.0 100.0

Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Berciuman sama jenis

67 74.4 74.4 74.4

23 25.6 25.6 100.0

90 100.0 100.0

Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Memegang langsung

74 82.2 82.2 82.2

16 17.8 17.8 100.0

90 100.0 100.0

Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Memegang tidak langsung

79 87.8 87.8 87.8

11 12.2 12.2 100.0

90 100.0 100.0

Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Menjilat

86 95.6 95.6 95.6

4 4.4 4.4 100.0

90 100.0 100.0

Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Bercumbu beda jenis

80 88.9 88.9 88.9

10 11.1 11.1 100.0

90 100.0 100.0

Tidak Ya Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Bercumbu sama jenis

90 100.0 100.0 100.0

Tidak Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Berhubungan

90 100.0 100.0 100.0

Tidak Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Frequencies

Frequency Table

Skor Total pengetahuan

1 1.1 1.1 1.1

26 28.9 28.9 30.0

63 70.0 70.0 100.0

90 100.0 100.0

Kurang (< 7) Sedang (7-13) Baik (>13) Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Skor Total sikap

5 5.6 5.6 5.6

52 57.8 57.8 63.3

33 36.7 36.7 100.0

90 100.0 100.0

Kurang (12-27) Sedang (28-43) Baik (>43) Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Kategori Tindakan

33 36.7 36.7 36.7

57 63.3 63.3 100.0

90 100.0 100.0

Tidak pernah Ya, pernah Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Uang Saku

26 28.9 28.9 28.9

58 64.4 64.4 93.3

6 6.7 6.7 100.0

90 100.0 100.0

< Rp.

10.000,-Rp. 10.000 - 10.000,-Rp. 20.000 > Rp.

20.000,-Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Crosstabs

Skor Total pengetahuan * Skor Total sikap Crosstabulation

0 1 0 1

.0% 100.0% .0% 100.0%

.0% 1.1% .0% 1.1%

3 15 8 26

11.5% 57.7% 30.8% 100.0%

3.3% 16.7% 8.9% 28.9%

2 36 25 63

3.2% 57.1% 39.7% 100.0%

2.2% 40.0% 27.8% 70.0%

5 52 33 90

5.6% 57.8% 36.7% 100.0% 5.6% 57.8% 36.7% 100.0% Count

% within Skor Total pengetahuan % of Total Count

% within Skor Total pengetahuan % of Total Count

% within Skor Total pengetahuan % of Total Count

% within Skor Total pengetahuan % of Total Kurang (< 7)

Sedang (7-13)

Baik (>13) Skor Total

pengetahuan

Total

Kurang (12-27)

Sedang

(28-43) Baik (>43) Skor Total sikap


(5)

Crosstabs

Skor Total sikap * Kategori Tindakan Crosstabulation

1 4 5

20.0% 80.0% 100.0%

1.1% 4.4% 5.6%

21 31 52

40.4% 59.6% 100.0%

23.3% 34.4% 57.8%

11 22 33

33.3% 66.7% 100.0%

12.2% 24.4% 36.7%

33 57 90

36.7% 63.3% 100.0% 36.7% 63.3% 100.0% Count

% within Skor Total sikap % of Total

Count

% within Skor Total sikap % of Total

Count

% within Skor Total sikap % of Total

Count

% within Skor Total sikap % of Total

Kurang (12-27)

Sedang (28-43)

Baik (>43) Skor Total

sikap

Total

Tidak pernah Ya, pernah Kategori Tindakan

Total

Crosstabs

Konsumsi Pornografi * Skor Total pengetahuan Crosstabulation

0 16 50 66

.0% 24.2% 75.8% 100.0%

.0% 17.8% 55.6% 73.3%

1 10 13 24

4.2% 41.7% 54.2% 100.0%

1.1% 11.1% 14.4% 26.7%

1 26 63 90

1.1% 28.9% 70.0% 100.0% 1.1% 28.9% 70.0% 100.0% Count

% within Konsumsi Pornografi

% of Total Count

% within Konsumsi Pornografi

% of Total Count

% within Konsumsi Pornografi

% of Total Ya

Tidak Konsumsi

Pornografi

Total

Kurang (< 7)

Sedang

(7-13) Baik (>13) Skor Total pengetahuan


(6)

Crosstabs

Konsumsi Pornografi * Skor Total sikap Crosstabulation

4 36 26 66

6.1% 54.5% 39.4% 100.0%

4.4% 40.0% 28.9% 73.3%

1 16 7 24

4.2% 66.7% 29.2% 100.0%

1.1% 17.8% 7.8% 26.7%

5 52 33 90

5.6% 57.8% 36.7% 100.0%

5.6% 57.8% 36.7% 100.0%

Count

% within Konsumsi Pornografi

% of Total Count

% within Konsumsi Pornografi

% of Total Count

% within Konsumsi Pornografi

% of Total Ya

Tidak Konsumsi

Pornografi

Total

Kurang (12-27)

Sedang

(28-43) Baik (>43) Skor Total sikap

Total

Crosstabs

Konsumsi Pornografi * Kategori Tindakan Crosstabulation

18 48 66

27.3% 72.7% 100.0%

20.0% 53.3% 73.3%

15 9 24

62.5% 37.5% 100.0%

16.7% 10.0% 26.7%

33 57 90

36.7% 63.3% 100.0%

36.7% 63.3% 100.0%

Count

% within Konsumsi Pornografi

% of Total Count

% within Konsumsi Pornografi

% of Total Count

% within Konsumsi Pornografi

% of Total Ya

Tidak Konsumsi

Pornografi

Total

Tidak pernah Ya, pernah Kategori Tindakan