16
Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris Dalam Bentuk Perserikatan Perdata efektif untuk diterapkan
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat dalam dunia pendidikan kenotariatan yaitu :
1. Dari segi Praktis, bagi Notaris, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan masukan dalam rangka mengetahui Efektif atau tidaknya Penerapan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor : M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris Dalam Bentuk Perserikatan Perdata.
2. Dari segi Teoritis, bagi akademisi penelitian ini diharapkan memberi
manfaat teoritis berupa sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya bidang ilmu kenotariatan.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Sekolah Pascasarjana,
maka penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS PENERAPAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : M.HH.01.AH.02.12 TAHUN 2010 TENTANG PERSYARATAN
Universitas Sumatera Utara
17
MENJALANKAN JABATAN NOTARIS DALAM BENTUK PERSERIKATAN PERDATA”, belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya.
Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dapat dipertanggung jawabkan dari segi isinya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-
fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran
14
. Menurut M. Solly Lubis menyebutkan bahwa landasan teori adalah suatu
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang
mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang merupakan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan
15
. Menurut Mukti Fajar teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk
menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya
umum
16
. Sedangkan suatu kerangka teori bertujuan menyajikan cara-cara bagaimana
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 1986, hal.6.
15
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994, hal.80.
16
Mukti Fajar et al., Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, PT. Pustaka Pelajar, 2010, hal.134.
Universitas Sumatera Utara
18
mengorganisasi dan menginterpretasi hasil-hasil penelitian dan menghubungkan dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu
17
. Tanggung jawab responsibility merupakan suatu refleksi tingkah laku
manusia. Penampilan tingkah laku manusia terkait dengan kontrol jiwanya, merupakan bagian dari bentuk pertimbangan intelektualnya atau mentalnya. Bilamana
suatu keputusan telah diambil atau ditolak, sudah merupakan bagian dari tanggung jawab dan akibat pilihannya. Tidak ada alasan lain mengapa hal itu dilakukan atau
ditinggalkan. Keputusan
tersebut dianggap
telah dipimpin
oleh kesadaran
intelektualnya atau secara profesional.
18
Tanggung jawab dalam arti hukum adalah tanggung jawab yang benar-benar terkait dengan hak dan kewajibannya, bukan dalam
arti tanggung jawab yang dikaitkan dengan gejolak jiwa sesaat atau yang tidak disadari akibatnya.
Dalam memberikan pelayanannya, profesional itu berarti bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada masyarakat. Bertanggung jawab kepada diri sendiri,
artinya dia bekerja karena integritas moral, intelektual dan profesional sebagai bagian dari kehidupannya dalam memberikan pelayanan sebagai bagian dari kehidupannya.
Dalam memberikan pelayanan, seorang profesional selalu mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati nuraninya, bukan karena
sekedar hobi belaka. Bertanggung jawab kepada masyarakat, artinya kesediaan memberikan pelayanan sebaik mungkin tanpa membedakan antara pelayanan bayaran
17
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, 1996, hal.19.
18
Masyhur Efendi, Dimensi Dinamika Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional Dan Internasional, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 121.
Universitas Sumatera Utara
19
dan pelayanan cuma-cuma serta menghasilkan layanan yang bermutu, yang berdampak positif bagi masyarakat.
Pelayanan yang diberikan tidak semata-mata bermotif mencari keuntungan, melainkan juga pengabdian kepada sesama manusia. berani bertanggung jawab
menanggung segala resiko yang timbul akibat dari pelayanannya itu. Kelalaian dalam melaksanakan profesi menimbulkan dampak yang membahayakan atau mungkin
merugikan diri sendiri, orang lain dan berdosa kepada Tuhan.
19
Dalam menjalankan jabatan notaris, notaris mempunyai tanggung jawab moral terhadap profesinya. Menurut Paul F. Camanisch sebagaimana dikutip oleh K.
Bertens menyatakan bahwa profesi adalah suatu masyarakat moral moral community yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kelompok profesi
memiliki kekuasaan sendiri dan tanggung jawab khusus. Sebagai profesi, kelompok ini mempunyai acuan yang disebut Kode Etik Profesi.
20
Kode Etik tersebut secara faktual merupakan norma-norma atau ketentuan, yang ditetapkan dan diterima oleh
seluruh anggota kelompok profesi. Oleh karena itu dalam meneliti tentang efektivitas penerapan Peraturan
Menteri Hukum
dan Hak
Asasi Manusia
Republik Indonesia
Nomor :
M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris Dalam Bentuk Perserikatan Perdata menggunakan teori
sebagai pisau
analisis untuk menjelaskan permasalahan yang ada yaitu dengan teori dari Hans kelsen
19
Abdul kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 60.
20
E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum: Norma-Norma Bagi Penegak Hukum, Kanisivs, Yogyakarta, 1995, hlm. 147.
Universitas Sumatera Utara
20
tentang tanggung jawab hukum. Satu konsep yang berhubungan dengan konsep tanggung jawab hukum. Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas
suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum, subyek berarti bahwa dia bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang
bertentangan atas profesinya.
21
Menurut Hans Kelsen:
22
Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum di sebut “kekhilapan” negligence; dan kekhilapan biasanya dipandang sebagai
satu jenis lain dari “kesalahan” culpa, walaupun tidak sekeras kesalahan yang terpenuhi karena mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa
maksud jahat, akibat yang membahayakan.
Jabatan notaris merupakan jabatan yang mandiri dan merupakan jabatan kepercayaan yang harus selaras dengan mereka yang menjalankan tugas jabatan
notaris sebagai orang yang dapat dipercaya. Notaris sebagai jabatan yang mandiri berarti menempatkan para notaris dalam posisi yang sederajat, karena notaris tidak
mengenal adanya pembagian keahlian sehingga ia mampu menjalankan tugas jabatannya sendiri-sendiri tanpa ada bantuan ataupun intervensi dari pihak lain.
Notaris sebagai jabatan kepercayaan berarti bertanggung jawab untuk menyimpan rahasia mengenai akta yang dibuatnya dan keteranganpernyataan para
pihak yang
diperoleh dalam
pembuatan akta,
kecuali undang-undang
21
Hans Kelsen Ahli Bahasa oleh Somardi, General Theory Of law and State, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik,
Jakarta, BEE Media Indonesia, 2007, hal, 81.
22
Ibid, hal. 83
Universitas Sumatera Utara
21
memerintahkannya untuk membuka rahasia dan memberikan keteranganpernyataan tersebut kepada pihak yang memintanya.
Hal tersebut di atas merupakan hak ingkar notaris yang diatur dalam Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 16 ayat 1 huruf e Undang-Undang Jabatan Notaris. Pasal 4 ayat
2 Undang-Undang Jabatan Notaris mengenai sumpah notaris menyatakan : Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan
jabatan saya. Sedangkan Pasal 16 ayat 1 huruf e Undang-Undang Jabatan Notaris menyatakan: Notaris berkewajiban merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang
dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpahjanji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris
dalam Bentuk Perserikatan Perdata tidak mengatur secara terperinci bagaimana cara menjaga kemandirian dan menjaga kepercayaan yang ditekankan terhadap seorang
notaris, bagaimana cara merahasiakan isi akta dan segala yang ada didalam akta tersebut jika berserikat dan bagaimana melakukan pengurusan terhadap perserikatan,
walaupun para notaris tersebut sudah berbentuk sebagai suatu perserikatan, tetapi di antara notaris tersebut, tetap tidak boleh saling bekerja sama dalam hal menjalankan
jabatannya serta tidak diperbolehkan untuk membeberkan isi akta dan rahasia klien yang dipercayakan kepadanya yang diragukan sukar untuk dijalankan jika notaris
tersebut berserikat, yang dapat dilakukan seharusnya hanyalah sebatas kantor
Universitas Sumatera Utara
22
bersama notaris tanpa adanya intervensi kepengurusan, pembagian keuntungan dan lain sebagainya.
Perserikatan antar para notaris sangat sukar untuk dijalankan dikarenakan pada prinsipnya notaris adalah suatu profesi jabatan yang mandiri yang berarti
independen, bekerja secara sendiri-sendiri, dan juga harus menjaga kepercayaan kliennya untuk merahasiakan segala perbuatan hukum yang dilakukan klien notaris
tersebut, seorang notaris yang tidak dapat membatasi dirinya untuk melakukan kewajiban tersebut maka akibatnya di dalam praktek dia akan mengalami kehilangan
kepercayaan publik dan ia tidak lagi dianggap sebagai orang kepercayaan. Dengan diberlakukannya perserikatan perdata notaris tersebut maka akan
berdampak mengurangi persaingan dan pilihan masyarakat tentang notaris yang dikehendakinya, lebih-lebih di tempat-tempat dimana hanya ada beberapa notaris.
Selain dari itu adanya perserikatan diantara para notaris akan menyebabkan kurang terjaminnya kewajiban merahasiakan yang dibebankan kepada para notaris tersebut
serta dikhawatirkan akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat di antara para notaris, karena bila beberapa notaris yang berserikat tersebut memiliki hubungan
kekeluargaan maka akan terjadi dominasi kepengurusan yang tidak terputus dikhawatirkan juga para notaris yang sudah pensiun sekalipun dapat menjalankan
perannya dibalik layar dengan membawa nama perserikatan, segala pelanggaran yang dilakukan notaris terhadap hal-hal tersebut dibebankan kepada jabatan notaris itu
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
23
2. Kerangka Konsepsi