Analisis Data Efektivitas Penerapan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris Dalam Bentuk Perserikatan Perdata

27 b. Studi dokumen, yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan non hukum.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dan relevan, dilaksanakan 2 dua tahap penelitian antara lain : a. Penelitian Lapangan Dilakukan penelitian ke lapangan untuk memperoleh bahan hukum sekunder dengan melalui pengumpulan data yang merupakan bahan penelitian. b. Penelitian Kepustakaan. Penelitian Kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data primer baik yang berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Setelah di inventarisir dilakukan penelaahan untuk membuat intisari dari setiap peraturan yang bersangkutan.

5. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan dalam penelitian berupa melakukan kajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya. Secara sederhana analisis data ini disebut sebagai kegiatan memberikan telaah, yang dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung, menambah, atau memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan dibantu dengan teori yang telah dikuasainya 28 . Analisa data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan 28 Mukti Fajar et al., Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Loc.Cit, hal. 183. Universitas Sumatera Utara 28 kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar 29 . Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Analisis data kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari secara utuh. Pengertian analisis disini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukan cara berfikir deduktif-induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan penelitian ilmiah. Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan mengambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. 30 29 Burhan Bungi, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 53. 30 H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif Bagian II, UNS Press, Surakarta, 1998, hal. 37. Universitas Sumatera Utara 29

BAB II DASAR LAHIRNYA KENTENTUAN TENTANG PERSERIKATAN

PERDATA NOTARIS Perserikatan Perdata diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menurut pasal 1618 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Persekutuan Perdata merupakan “suatu perjanjian dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu kedalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.” Menurut pasal tersebut syarat Persekutuan Perdata adalah adanya pemasukan sesuatu kedalam persekutuan inbreng, dan ada pula pembagian keuntungan dari hasil pemasukan tersebut, suatu Perserikatan Perdata dibuat berdasarkan perjanjian oleh para pihak yang mendirikannya. Dalam perjanjian itu para pihak berjanji memasukan sesuatu modal kedalam persekutuan, dan hasil dari usaha yang dijalankan keuntungan kemudian dibagi diantara para pihak sesuai perjanjian. Undang-undang tidak menentukan mengenai cara pendirian perserikatan, sehingga perjanjian perserikatan bentuknya bebas. Tetapi dalam praktek, hal ini dilakukan dengan akta otentik ataupun akta dibawah tangan. Juga tidak ada ketentuan yang mengharuskan pendaftaran dan pengumuman bagi perserikatan, hal ini sesuai dengan sifat maatschap yang tidak menghendaki adanya publikasi terang-terangkan. 29 Universitas Sumatera Utara 30 Perjanjian untuk mendirikan perserikatan, disamping harus memenuhi ketentuan dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. tidak dilarang oleh hukum; b. tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum; dan c. harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu keuntungan.

A. Sejarah Lahirnya Perserikatan Perdata 1. Perserikatan Perdata

Maatschap atau Perserikatan Perdata, adalah kumpulan dari orang-orang yang biasanya memiliki profesi yang sama dan berkeinginan untuk berhimpun dengan menggunakan nama bersama. Perserikatan Perdata sebenarnya adalah bentuk umum dari Firma dan Perseroan Komanditer Comanditaire Venootschap. Dimana sebenarnya aturan dari perserikatan perdata, Firma dan Comanditaire Venootschap pada dasarnya sama, namun ada hal-hal yang membedakan di antara ketiganya. Perserikatan ini diatur dalam bab ke VIII bagian pertama dari buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. Di Inggris perserikatan perdata dikenal dengan istilah Hukum Persekutuan dengan nama company law yakni adalah himpunan hukum atau ilmu hukum mengenai bentuk-bentuk kerjasama, baik yang berstatus badan hukum partnership ataupun yang tidak berstatus badan hukum corporation Universitas Sumatera Utara 31 Di Belanda istilah Hukum Persekutuan dikenal dengan nama Vennotschapsretchts yang lebih sederhana sekedar terbatas pada NV, Firma dan CV yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, sedangkan Perserikatan Perdata maatschap yang dianggap sebagai induknya diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Pengertian Perserikatan Perdata pada pasal 1618 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah perjanjian antara dua orang atau lebih mengikat diri untuk memasukkan sesuatu inbreng ke dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang diperoleh karenanya. Unsur-unsurnya ialah : 1. Adanya suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih 2. masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan inbreng 3. bermaksud membagi keuntungan bersama Angela Schneeman mendefinisikan partnership sebagai suatu asosiasi yang terdiri dari dua orang atau lebih melakukan kepemilikan bersama suatu bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Partnership dapat juga diartikan sebagai suatu perjanjian agreement diantara dua orang atau lebih untuk memasukkan uang, tenaga kerja, dan keahlian ke dalam suatu perusahaan, untuk mendapatkan keuntungan yang dibagi bersama sesuai dengan bagian atau proporsi yang telah disepakati bersama. Di Inggris, menurut Pasal 1 Partnership Act 1890 perserikatan perdata adalah hubungan antara orang yang menjalankan kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan partnership is relation which subsists between persons carrying a business in common with a view to profit. Universitas Sumatera Utara 32 Di Malaysia, perserikatan perdata ini dikenal dengan istilah ‘perkongsian”. Perkongsian menurut Seksysen 3 1 Akta Perkongsian Partnership Act 1961 yang telah diperbaharui pada 1974 adalah “perhubungan yang wujud antara orang-orang yang menjalankan perniagaan” the relation which subsist between persons carrying on business in common with a view of profit. 31 Dari perserikatan perdata baik yang dianut di Inggris, Amerika Serikat, dan Malaysia dapat ditarik beberapa unsur yang melekat dalam persekutuan perdata yakni: 32 1. Ketentuan di atas secara tegas tidak memasukkan persekutuan perdata sebagai perusahaan yang terdaftar berdasarkan ketentuan perundang-undangan perusahaan; 2. Persekutuan perdata merupakan hubungan kontraktual; 3. Persekutuan itu menjalankan suatu kegiatan bisnis; 4. Persekutuan didirikan dan dijalankan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa perserikatan perdata baik dalam sistem hukum Indonesia maupun dalam sistem common law memiliki kesamaan, Kesamaan itu terletak pada hubungan para sekutu didasarkan perjanjian. Dengan perkataan lain, persekutuan perdata tunduk pada hukum perjanjian. Orang person yang melakukan kerjasama di dalam persekutuan tersebut dapat berupa perorangan, perserikatan perdata, perusahaan yang berbadan hukum, atau bentuk persekutuan lainnya. 31 Shaik Mohd. Noor Alam S.M. Hussain, Undang-Undang Komersil Malaysia Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2000, hlm 248. Lihat juga Lee Mei Pheng, General Principles of Malaysian Law Selangor Darul Ehasan: Fajar Bakti Sdn. Bhd, 2002, Hal 382. 32 David Kelly, et.al, Business Law, London, Cavendish Publishing Limited, 2002, hal 305. Universitas Sumatera Utara 33 Makna bisnis business di dalam definisi persekutuan di atas mencakup setiap aktivitas atau kegiatan dalam bidang perdagangan dan pekerjaan occupation atau profesi profession. Dengan demikian, perserikatan perdata dapat merupakan suatu wadah untuk menjalankan kegiatan yang bersifat komersial dan profesi seperti pengacara advokat dan akuntan. Dari makna perserikatan perdata di atas, jelas bahwa jumlah sekutu dalam perserikatan perdata minimal ada dua orang. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak menyebutkan berapa jumlah maksimal sekutu dalam perserikatan. Di dalam Akta Perkongsian Malaysia diatur jumlah maksimal sekutu pekongsi dalam perserikatan perdata. Seksysen 14 dan 47 2 Akta Perkongsian menentukan bahwa, jumlah maksimum bagi sekutu adalah dua puluh orang, dan bagi perserikatan menjalankan profesi maksimum tiga puluh orang dengan syarat profesi itu hendaklah sesuatu yang lazimnya tidak dijalankan oleh “syarikat” atau badan perniagaan yang diatur berdasarkan Akta Syarikat. 33 Mengenai pembubaran perserikatan, Pasal 1646 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur bahwa suatu perserikatan hanya dapat berakhir apabila: 1. Lewatnya waktu untuk mana perserikatan telah diadakan ; 2. Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok Perserikatan ; 3. Atas kehendak semata-mata dari beberapa orang sekutu ; 4. Jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit. Untuk perserikatan yang didirikan untuk waktu yang tidak tertentu, maka pembubarannya berlaku pasal 1649 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu 33 Shaik Mohd. Noor Alam S.M. Hussain, op.cit., hlm 249. Universitas Sumatera Utara 34 dengan kehendak beberapa atau seorang sekutu. Pembubaran dilakukan dengan suatu pemberitahuan penghentian pada seluruh sekutu lainnya. Pemberitahuan penghentian ini harus dilakukan dengan itikad baik, dan tidak dilakukan dengan secara tidak memberikan waktu. Menurut pandangan klasik, Burgelijke Maatschap atau lebih popular disebut MaatschapPerserikatan Perdata merupakan bentuk genus umum dari Persekutuan Firma VoF dan Persekutuan Komanditer Comanditaire Venootschap. Bahkan menurut pandangan klasik, tadinya MaatschapPerserikatan tersebut merupakan bentuk genus pula dari Perseroan Terbatas. Hanya saja, karena saat ini tentang Perseroan Terbatas sudah jauh berkembang, maka ada pendapat yang mengatakan Perseroan Terbatas bukan lagi termasuk bentuk species khusus dari Maatschap. 34 Menurut kepustakaan, Maatschap itu bersifat 2 dua muka, yaitu bisa untuk kegiatan yang bersifat komersial atau bisa pula untuk kegiatan non komersial termasuk dalam hal ini untuk perserikatan-perserikatan menjalankan profesi. Dalam praktek dewasa ini, yang paling banyak dipakai justru untuk non profit kegiatan profesi itu, misalnya persekutuan diantara para lawyer dan notaris yang biasa dikenal sebagai “associated” atau “partner” rekan atau “compagnon” yang disingkat “Co”. 35 34 Rudhi Prasetya, Maatschap, Firma, dan Persekutuan Komanditer, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hal.2 35 Rudhi Prasetya, Ibid., hal. 4-5 Universitas Sumatera Utara 35

2. Jenis-jenis Perserikatan Perdata

Dokumen yang terkait

Undang-undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia - [PERATURAN]

0 4 29

PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANABERDASARKAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI Pelaksanaan Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Narapidanaberdasarkan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.01.

0 1 23

TINJAUAN YURIDIS HAK ASASI MANUSIA TERHADAP PENERAPAN HUKUMAN MATI DI INDONESIA (STUDI HUKUM TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA).

0 0 6

PERBANDINGAN HUKUM MENGENAI MAATSCHAP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN PERSERIKATAN PERDATA UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS SERTA IMPLEMENTASINYA PADA NOTARIS.

0 0 8

IMPLEMENTASI PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS MELALUI NOTARIS MENURUT PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERMOHON

0 0 20

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAMBILAN, PERUMUSAN, DAN IDENTIFIKASI TERAAN SIDIK JARI

0 0 14

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

0 1 20

PERSYARATAN PELAMAR CPNS TAHUN 2010 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

0 1 6

IMPLEMENTASI PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS MELALUI NOTARIS MENURUT PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERMOHON

0 0 13

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN - IMPLEMENTASI PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS MELALUI NOTARIS MENURUT PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

0 0 7