Analisis pengaruh pemberian kredit terhadap usaha debitur mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur

(1)

TERHADAP USAHA DEBITUR MIKRO

PT. BANK JABAR BANTEN, CABANG CIANJUR

WAWAN SETIAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam laporan akhir saya yang berjudul :

“Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Usaha Debitur Mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur”

merupakan gagasan atau hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2009

Wawan Setiawan F052054085


(3)

Bank Jabar, Banten, Cianjur Branch. Supervised by NORA H. PANDJAITAN as Committee Chairperson, and BUDI PURWANTO as member.

The micro enterprises have a strategic role in the absorption of labor force and economic recovery. The entrepreneurs of these enterprises have not been given optimum attention by the government because of the many obstacles and government’s limitations, especially in financing.

The objectives of this study are (1) to study the influence of credit distribution to micro enterprises, (2) to study the factors that hampered the distribution, and (3) to identify the policies of Bank Jabar Banten, Cianjur Branch, in implementing the distribution of micro credit. The primary data collecting was conducted through direct observation in the field, and disseminating questionnaires to 30 respondents, who are entrepreneurs of micro enterprises who are already debtors of the Bank. The data processing was conducted by using the SPSS-11.0 program to analyze the correlation and to know the influence of credit extension to the micro entrepreneurs. The secondary data collecting was conducted through library studies in relation to the characteristics of micro enterprises, the social and economic aspects, the individual observation and environment of micro enterprises concerning the system of financing or plans of credit distribution, to activate the real sectors of the national economy through empowerment of small and micro enterprises.

The result of the study showed that the average of profit margin (PM), return on asset (ROA), return on equity (ROE), assets and sales after credit extension have increased significantly by 5%, compared to the average when they first applied for credit. The result of observation in the field showed that the transactional characteristic was 1 – 6 months. The conclusions of the study are (1) improvement in the performance of micro enterprises, (2) the existence of finance necessary for micro enterprises has not accommodated the micro credit features of Bank Jabar Banten. The factors that hampered distribution of credit to micro enterprises are (1) the number of human resources, (2) collateral cash as credit, (3) completeness of administration, and (4) business completion of banks.

The Bank Jabar Banten, Cianjur branch, has handled obstacles by (1) promoting the program through newspapers, electronic media, pamphlets, banners, etc., (2) increasing marketing and educating micro services, and (3) increasing processes of micro credit, and the quality and quantity of human resources.


(4)

Debitur Mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur. Dibawah bimbingan NORA H. PANDJAITAN sebagai Ketua dan BUDI PURWANTO sebagai Anggota.

Sektor usaha mikro mempunyai peranan yang sangat strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan pemulihan ekonomi, karena disamping sebagai mayoritas mata pencaharian penduduk di Indonesia usaha mikro juga terdapat dalam setiap sektor kegiatan ekonomi. Pemberdayaan kepada pengusaha mikro masíh terus diupayakan oleh pemerintah dengan cara melakukan pelatihan-pelatihan, bimbingan dan arahan-arahan dengan harapan agar permasalahan-permasalahan yang menghambat pertumbuhan kinerja pengusaha mikro dapat ditanggulangi. Namun demikian harus diakui oleh pemerintah bahwa perhatian dalam pemberdayaan pengusaha mikro belum terlaksana secara optimal karena banyaknya hambatan serta keterbatasan pemerintah terutama dari sisi pembiayaan, dilain pihak bank sebagai salah satu alternatif pembiayaan saat ini masih rendah keberpihakannya kepada sektor usaha mikro sehingga permasalahan permodalan menjadi suatu permasalahan yang belum terpecahkan.

Permasalahan penyaluran kredit perbankan kepada pengusaha mikro pada intinya adalah masalah kepercayaan, apakah sektor usaha mikro merupakan segmen pasar yang menguntungkan bagi kedua belah pihak baik perbankan maupun sektor usaha mikro itu sendiri. Maka sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan analisis pengaruh pemberian kredit terhadap usaha debitur mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji dan mengetahui pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja keuangan debitur mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur, serta pengaruhnya masing-masing berdasarkan (1) sektor ekonomi usaha debitur mikro, (2) lamanya usaha debitur mikro, (3) jangka waktu kredit mikro, (3) tahun pemberian kredit mikro, (4) besarnya plafond kredit yang diterima pengusaha mikro dan (5) total asset perusahaan debitur mikro terhadap kinerja keuangan usaha debitur PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur.

Dalam kajian ini dilakukan observasi langsung kelapangan dan penyebaran kuesioner kepada 30 pengusaha mikro yang telah menjadi debitar Bank Jabar Banten Cabang Cianjur sebagai responden. Data responden terpilih diolah dengan bantuan paket program SPSS 11,0 untuk menganalisis korelasi dan untuk mengetahui pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja usaha pengusaha mikro. Jenis data pada kajian ini termasuk data rasio dan diuji secara statistik dengan uji paired t-test atau t-test of diference pada taraf nyata 5%.

Dari analisis kajian ini diperoleh hasil rataan profit margin (PM) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit, pada taraf nyata 5% dan rataan Return on asset (ROA) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit, pada taraf nyata 5% selain itu rataan Return on equiti (ROE) setelah pemberian kredit meningkat cukup nyata dibandingkan dengan rataan saat permohonan kredit, pada taraf nyata 5%. Kajian atas penyaluran kredit yang tercermin dalam fitur-fitur kredit mikro Bank Jabar Banten didapatkan hasil bahwa semua fitur produk kredit mikro Bank Jabar Banten disamakan dalam


(5)

keuangan debitur mikro setelah mendapatkan kredit dari Bank Jabar Banten Cabang Cianjur berdasarkan jangka waktu kredit, sektor ekonomi usaha debitur, lama usaha debitur, tahun pencairan kredit, besarnya plafond kredit dan berdasarkan total asset usaha debitur.


(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(7)

TERHADAP USAHA DEBITUR MIKRO

PT. BANK JABAR BANTEN, CABANG CIANJUR

WAWAN SETIAWAN

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(8)

Nama Mahasiswa : Wawan Setiawan Nomor Pokok : F052054085

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Ir. Budi Purwanto, ME

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal ujian : 17 April 2009 Tanggal lulus :  


(9)

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 27 November 1963, sebagai anak keempat dari 8 (delapan) bersaudara dari Bapak H. Ateng Ahmad Sidik dan Ibu (alm.) Hj. Siti Salamah. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Administrasi Negara, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bagasai Bandung dan lulus tahun 2003.

Pada tahun 2006 penulis diterima pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja pada PT. Bank Jabar Banten sejak 1985 – sekarang.

Penulis menikah pada bulan Oktober 1989 dengan Hj. Siti Maemunah dan dikaruniai 4 (empat) orang anak yang masing-masing bernama Rosy Alfi Aulia, Tina Hartina Muliawati, Rosa Tiana Dewi dan Fahmi Aziz.


(10)

Puji dan syukur dipanjatkan kepada hadirat Allah SWT atas segala karunia dan anugerah yang diberikan-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa laporan ahir ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr.Ir. Nora H. Panjaitan, DEA, sebagai ketua komisi pemimbing atas bimbingan dalam penulisan dan penyelesaian laporan akhir.

2. Ir. Budi Purwanto, ME, sebagai anggota komisi pembimbing atas bimbingan, dan dorongan yang telah diberikan dalam penulisan dan penyelesaian laporan akhir ini.

3. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, sebagai penguji luar komisi atas arahan dalam penulisan dan penyelesaian laporan akhir ini.

4. Seluruh staf pada Program Studi Industri Kecil, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu selama kuliah berlangsung. 5. Keluarga penulis, Bapak dan Alm. Ibu yang tidak putus-putusnya memberikan

dorongan moril maupun materil serta kakak dan adik yang senantiasa memberikan semangat hingga laporan akhir ini selesai.

6. Istri penulis, Hj Siti Maemunah dan anak-anak tercinta Rosi, Tina, Dewi dan Fahmi, atasn segala pengorbanan yang tiada henti, baik moril dan materil, sehinga penulisan laporan akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak Bambang Mulyo Atmojo dan Bapak Ateng Anwaradi yang telah banyak membantu selama perkuliahan berlangsung.

8. Rekan-rekan di lingkungan PT. Bank Jabar Banten, Kantor Cabang Cianjur khususnya Kantor Cabang Pembantu Cipanas yang telah banyak membantu dalam penulisan laporan akhir ini.


(11)

membantu selesainya Tugas Akhir ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga laporan akhir akan berguna dan dapat memberikan kontribusi bagi semua pihak yang berkepentingan. Tugas Akhir ini tidak luput dari berbagai kekurangan, maka saran dan kritik membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dimasa mendatang.

Bogor, April 2009


(12)

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiv

I. PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Perumusan masalah ……….. 4

C. Tujuan ... 4

II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Bank ...……….. 6

B. Kredit ... 8

C. Analisa Kredit Mikro ... 13

E. Kinerja Keuangan Usaha Mikro ..………. .. 17

F. Tinjauan Proses Kredit Mikro di Bank Jabar Banten……… 19

III. METODE PELAKSANAAN ...………. 26

A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan ……….... 26

B. Metode Kerja... ....……….. 26

C. Aspek Kajian ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 33

A. Keadaan Umum ……… 33

B. Kinerja keuangan usaha debitur mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur ………. 35

C. Hal yang Dikaji ……… 35

KESIMPULAN DAN SARAN ……… 54

A. Kesimpulan ……… 54

B. Saran ……….. 57

DAFTAR PUSTAKA ……….. 58


(13)

No. Teks Halaman 1. Posisi Pinjaman Perkembangan Kredit di Wilayah Jawa Barat

(dalam jutaan rupiah) ………

2

2. Perkembangan kredit Bank Jabar Banten Cabang Cianjur (dalam jutaan rupiah) ...

3

3. Format data input ... 28 4. Hubungan jenis data dan hipotesis ... 29 5. Jenis variabel yang digunakan pada penelitian ……… 30 6. Profil debitur mikro PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur

(dalam jutaan rupiah) ………

36

7. Karakteristik debitur mikro PT. Bank Jabar Banten ... 37 8. Profitabilitas usaha debitur mikro Bank Jabar Banten Cabang

Cianjur ………..

38

9. Kinerja keuangan usaha debitur mikro berdasarkan jangka waktu kredit ………..

39

10. Kinerja keuangan debitur berdasarkan sektor ekonomi ... 40 11. Kinerja keuangan usaha debitur berdasarkan lama usaha ... 41 12. Kinerja keuangan usaha debitur berdasarkan tahun pencairan

kredit ……….

42

13. Kinerja keuangan debitur mikro berdasarkan besarnya kredit (dalam jutaan rupiah) ………

43

14. Kinerja keuangan debitur mikro berdasarkan total asset (dalam jutaan rupiah) ………

44

15. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan PM ……….. 45 16. Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROA ……… 46 17. Pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan ROE ….. 48 18. Uji-t Profit Margin (PM) ……….. 49 19. Uji t-Return On Asset ………... 51 20. Uji t-Return on equity ………... 52


(14)

No. Teks Halaman 1. Fungsi perbankan sebagai lembaga penghubung ……….. 6


(15)

No. Teks Halaman

1. Kuesioner ……… 61

2. Produk jasa dan layanan PT. Bank Jabar Banten ....……… 65 3. Fitur kredit mikro PT. Bank Jabar Banten .………. 66


(16)

A. Latar Belakang

Sektor usaha mikro dalam konteks dinamika ekonomi nasional terbukti mampu mewujudkan peran dan kontribusi dalam meningkatkan pembangunan karena posisinya yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja, pemulihan ekonomi masyarakat dan mewujudkan pemerataan kesempatan kerja. Menurut Hubeis (2001), peran strategis dari usaha kecil dalam meningkatkan perekonomian domestik adalah :

1. Jumlahnya besar dan terdapat dalam setiap sektor kegiatan.

2. Potensi bagi penyerapan tenaga kerja, terutama potensi untuk menciptakan kesempatan kerja bagi tenaga kurang terampil cukup tinggi.

3. Efisiensi yang dimiliki dalam menciptakan kesempatan kerja. Tiap unit investasi pada sektor usaha kecil menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan kegiatan investasi yang sama pada usaha besar.

4. Kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga yang terjangkau.

Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia telah mendapat pelajaran berharga dengan sektor usaha mikro. Munculnya krisis moneter yang diikuti dengan krisis ekonomi tahun 1997, salah satunya adalah karena dilupakannya peran golongan pengusaha mikro. Walaupun skala aktivitasnya relatif kecil tetapi sebenarnya kegiatan ekonomi yang dilakukan merupakan bagian integral dari perekonomian nasional. Pengusaha mikro juga sangat fleksibel menghadapi goncangan yang selama ini menghancurkan kegiatan ekonomi skala besar. Selama ini usaha mikro dikonotasikan sebagai lemah, berskala kecil, berpenampilan informal, administrasi seadanya, sehingga sulit untuk disentuh oleh perbankan formal (unbankale market).

Posisi penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro di Wilayah Jawa Barat terus meningkat seiring dengan penyaluran kredit sektor yang lainnya, seperti pada Tabel 1.


(17)

Tabel 1. Posisi Pinjaman Perkembangan Kredit di Wilayah Jawa Barat (dalam jutaan rupiah)

No Keterangan 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8

% Kredit Modal Kerja

1 Mikro 2.702.377 3.207.342 3.690.052 4.599.968 5.041.057 3.848.159 4 2 Kecil 3.626.944 4.363.431 5.340.305 6.109.227 7.110.870 5.310.155 6 3 Menengah 4.872.989 6.503.499 8.974.157 10.627.437 13.251.519 8.845.920 10 4 Besar 20.032.299 23.557.673 26.563.467 26.581.485 32.736.409 25.894.267 28 Kredit Investasi

5 Mikro 513.122 592.221 715.545 747.444 810.904 675.847 1 6 Kecil 680.170 802.884 1.015.622 1,107,015 1.247.803 970.699 1 7 Menengah 1.195.258 1.572.613 2.117.269 2,446,315 3.077.117 2.081.714 2 8 Besar 6.819.538 8.697.573 10.049.780 11,899,512 14.197.442 10.332.769 11 Kredit Konsumsi

9 Konsumsi 17.981.715 26.200.263 34.728.551 39.247.255 47.781.641 33.187.885 36

JAWA BARAT 58.424.412 75.497.499 93.194.748 103.365.658 125.254.762 91.147.416 100

-Modal Kerja 31.234.609 37.631.945 44.567.981 47.918.117 58.139.855 43.898.501 48 -Investasi 9.208.088 11.665.291 13.898.216 16.200.286 19.333.266 14.061.029 15 -Konsumsi 17.981.715 26.200.263 34.728.551 39.247.255 47.781.641 33.187.885 36 Sumber : Bank Indonsia, 2007.

Namun demikian dari rata-rata penyaluran kredit di Jawa Barat sebesar Rp. 91.147.416 juta, ternyata hanya sebesar Rp. 3.848.159 juta yang tersalur

untuk kredit modal kerja mikro dan sebesar Rp. 675.847 juta dalam kredit investasi mikro. Dengan perkataan lain dari rata-rata kredit yang disalurkan hanya sebesar 5% nya saja yang disalurkan kepada para pengusaha mikro.

Rendahnya keberpihakan perbankan kepada pengusaha mikro direfleksikan dengan masih kecilnya penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro sebagai akibat dari belum penuhnya kepercayaan perbankan kepada pengusaha mikro untuk dijadikan mitra usaha yang saling menguntungkan. Di lain pihak sektor usaha mikro merupakan sektor usaha yang paling dominan dibandingkan dengan sektor usaha lainnya karena jumlahnya sangat banyak. Masalah permodalan bagi pengusaha mikro masih terus menjadi permasalahan yang tidak terpecahkan, sedangkan kepercayaan dari sektor perbankan untuk menyalurkan kreditnya ke sektor mikro relatif masih rendah dan uluran dari pemerintahpun masih sangat jauh dari harapan.


(18)

PT. Bank Jabar Banten sebagai salah satu lembaga perbankan milik Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, salah satu tujuan didirikannya adalah untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi di daerah, termasuk dalam hal ini di wilayah Kabupaten Cianjur. Maka diharapkan keberadaannya dapat memberikan respon positif terhadap program-program pemerintah dalam memperhatikan usaha mikro. Data perkembangan penyaluran kredit pada Bank Jabar Banten Cabang Cianjur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan kredit Bank Jabar Banten Cabang Cianjur (dalam jutaan rupiah)

POSISI SALDO KREDIT KETERANGAN

31-12-2004 31-12-2005 31-12-2006 31-12-2007

Rata-rata %

Kredit Modal Kerja

- Umum 3.017 3.563 5.362 6.038 4.495 1,46 - Kontruksi 3.893 1.034 7.424 1.398 3.088 1,00 - Mikro 180 1.499 1.923 5.504 901 0,29

Kredit Investasi

- Umum 725 799 1.401 2.322 731 0,24

- Mikro 1.121 1.838 2.018 930 1.244 0,40

Kredit Berpenghasilan Tetap

- Graha Bhakti 289.115 306.049 168.634 8.0541 190.950 61,90

- Purna Bhakti 32.202 39.192 34.912 28.247 26.577 8,62 - Adhi Bhakti 2.891 2.746 3.011 2.465 2.162 0,70

-

Multiguna

Bhakti 11.759 67.375 232.655 356.137 77.947 25,27 Lainnya

- Cash

Collateral 521 409 440 143 378 0,12

Jumlah 345.424 424.504 457.780 483.725 308.472 100 Sumber : PT. Bank Jabar Banten, 2007.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kredit modal kerja untuk usaha mikro pada tahun 2004 sangat kecil bila dibandingkan dengan jenis kredit lainnya, yaitu sebesar Rp. 180 juta (0,05%). Pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 1.499 juta (0,35%), tahun 2006 menjadi sebesar Rp. 1.923 (0,42%) dan pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 5.504 juta (1,14%).


(19)

Penyaluran Kredit modal kerja kepada pengusaha mikro dari tahun 2004 sampai 2007 terus mengalami peningkatan, namun rataan kredit yang diterima pengusaha mikro per tahunnya masih relatif kecil yaitu sebesar Rp. 901 juta (0,29%) bila dibandingkan dengan jenis usaha lainnya, seperti kredit umum dan kredit kepada debitur berpenghasilan tetap.

Berbeda dengan kredit modal kerja mikro, kredit investasi mikro yang disalurkan pada tahun 2004 mencapai Rp. 1.121 juta (0,32%), tahun 2005 naik menjadi sebesar Rp. 1.838 juta (0,43%), dan tahun 2006 naik lagi menjadi sebesar Rp. 2.018 juta (0,44%), tetapi pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp. 930 juta (0,19%), sehingga rataan kredit investasi mikro tahun 2004-2007 adalah sebesar Rp. 1.244 juta (0,40%) dari rataan total kredit yang diberikan PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur sebesar Rp. 308.472 juta.

Dilihat dari total kredit yang diterima pengusaha mikro baik untuk modal kerja maupun investasi, pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan setiap tahunnya namun rataan posisi kredit mikro tahun 2004-2007 masih sangat kecil yaitu sebesar Rp. 2.145 juta (0,70%) bila dibandingkan dengan rataan total kredit yang disalurkan yaitu sebesar Rp. 308.472 juta.

Berdasarkan data tersebut, menarik untuk dikaji bagaimana pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan debitur mikro di PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur.

B. Perumusan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini dapat lebih jelas dan terarah maka permasalahan yang perlu dikaji adalah bagaimana pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan debitur Mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji dan mengetahui pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja keuangan debitur


(20)

mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur, serta pengaruhnya masing-masing berdasarkan :

1. Sektor ekonomi usaha debitur mikro

2. Lamanya usaha debitur mikro

3. Jangka waktu kredit mikro

4. Tahun pemberian kredit mikro

5. Besarnya plafond kredit yang diterima pengusaha mikro 6. Total asset perusahaan debitur mikro

Terhadap kinerja keuangan usaha debitur PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur.


(21)

II. LANDASAN TEORI A. Bank

Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberdayakan usaha mikro terutama pemberdayaan dalam bidang pembiayaan. Bank berfungsi sebagai penghubung antara masyarakat yang kelebihan uang dengan masyarakat yang membutuhkannya. Hal ini sesuai dengan UU perbankan No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU Perbankan No. 7 Tahun 1992 :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Menurut Abdulkadir (1999), peranan bank adalah sebagai lembaga keuangan yang :

1. Menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan effisien 2. Menjadi penitipan serta penyimpanan dana dan kekayaan bergerak lainnya 3. Memperdagangkan valuta asing dan surat-surat berharga

4. Menjadi penghubung yang melakukan pembayaran dalam transaksi

perdagangan antar penjual/eksportir dan pembeli/importir.

Tanpa lembaga penghubung seperti lembaga perbankan akan sangat sulit terjadi alokasi dana dari masyarakat yang kelebihan uang kepada yang membutuhkannya. Fungsi bank sebagai lembaga penghubung dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.

Sumber : Tim Proyek Pengelolaan Microbanking PT. Bank Jabar Banten, 2006. Gambar 1. Fungsi perbankan sebagai lembaga penghubung

Lembaga Keuangan sebagai lembaga

penghubung - Perbankan - Koperasi

Unit Defisit - Rumah Tangga - Bisnis

- Pemerintah Unit Surplus

- Rumah Tangga - Bisnis


(22)

Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pengertian tersebut memiliki kandungan filosofis yang tinggi. Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990. Pengertian bank menurut PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 31.1), Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990, Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan (Febryani dan Zulfadin, 2003).

Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan lancar. Beberapa penelitian tentang perbandingan kinerja bank pada industri perbankan yang didasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan perbankan pernah dilakukan sebelumnya. Antara lain adalah penelitian mengenai perbandingan tingkat efisiensi pada industri perbankan yang dilakukan dengan melakukan pengujian empiris terhadap tingkat efisiensi antara bank pemerintah, bank swasta nasional dan swasta asing serta bank publik. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari Return on Assets, Profit Margin dan Return on Equity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank publik mempunyai tingkat efisiensi di atas rata-rata seluruh bank, sedangkan tingkat efisiensi bank pemerintah dan bank swasta nasional secara keseluruhan berada di bawah rata-rata seluruh bank (Ventje, 1993 dalam Febryani dan Zulfadin, 2003).


(23)

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut transaksinya bank dapat dibedakan menjadi Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor dan impor, serta jual beli valuta asing. Bank Non Devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi internasional atau dengan kata lain hanya dapat melakukan transaksi dalam negeri saja (Irmayanto, 2001).

B. Kredit

Menurut Kasmir (1998), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah :

1. Kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu atau di masa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya telah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah, baik secara internal maupun dari eksternal. Penelitian dan penyidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Kesepakatan antara pemberi dan penerima kredit, dituangkan dalam suatu perjanjian, dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu

Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.


(24)

4. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagih/macetnya pemberian kredit tersebut. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin besar risikonya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah/debitur yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya bencana alam atau

bangkrutnya usaha tanpa disengaja.

5. Balas jasa

Balas jasa merupakan keuntungan atas suatu pemberian kredit atau jasa tersebut yang lebih dikenal dengan bunga kredit. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bagi bank.

Kredit yang disalurkan kepada sektor usaha mikro dalam menunjang permodalan untuk digunakan sebagai modal kerja dan modal investasi.

1. Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk dipergunakan sebagai tambahan modal kerja. Modal kerja berupa modal usaha dalam bentuk uang kas, piutang dagang, persediaan barang dagangan. Menurut Asikin (1995) dalam Lubis (2004), kredit modal kerja adalah kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan. Oleh sebab itu, karakter yang melekat pada kredit jenis ini adalah (1) Umumnya berjangka pendek atau musiman; (2) Kredit pada umumnya disediakan dalam bentuk rekening koran; (3) Kebutuhan modal dihitung atas dasar perputaran usaha (siklus produksi); (4) Agunan lebih ditekankan pada barang yang lebih mudah dicairkan dalam waktu singkat; (5) Persyaratan kredit dan penentuan jatuh tempo dinegosiasikan sedemikian rupa dengan memperhatikan perkem-bangan usaha.

Menurut Kasmir (1998), kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.


(25)

2. Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi seperti pembelian tanah dan pembangunan gedung tempat usaha, serta pembelian barang-barang modal. Kredit ini bersifat produktif, karena pembelian barang modal dan pembangunan gedung tempat usaha tersebut bertujuan meningkatkan produktivitas.

Menurut Kasmir (1998), kredit investasi digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Menurut Asikin (1995) dalam Lubis (2004), kredit investasi adalah kredit jangka menengah dan jangka panjang dalam rangka membiayai pengadaan aktiva tetap suatu perusahaan, dengan ciri-ciri : (1) Umumnya berjangka waktu menengah atau panjang; (2) Kebutuhan kredit investasi dihitung dari barang modal yang diperlukan, rehabilitasi dan modernisasi; (3) Kebutuhan kredit juga diperhitungkan kemampuan debitur menyediakan biaya sendiri; (4) Penetapan jangka waktu umumnya disesuaikan dengan jadwal mulai menghasilkan dengan diberikan tenggang waktu untuk mulai mengangsur pokok atau bunga.

Menurut Riyanto (1982) dalam Febryani dan Zulfadin (2003), pemberian kredit oleh bank didasarkan hasil penilaian bank tersebut terhadap perusahaan pemohon kredit mengenai berbagai aspek, yaitu segi pribadi, keahlian dan kemampuan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya, rencana penggunaan kredit yang diminta beserta rencana pembayaran kembali kredit tersebut, posisi dan perkembangan keuangan dari perusahaan pemohon kredit di waktu-waktu yang lalu, prospek dari perusahaan yang bersangkutan beserta prospek industri dimana perusahaan tersebut tergolong di dalamnya pada waktu yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Kredit mikro menurut Tim proyek mikro banking Bank Jabar Banten (2003) adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada pengusaha mikro baik perorangan, kelompok dan pegawai untuk membiayai kebutuhan yang bersifat produktif dan non produktif, yang pemberiannya dilakukan secara langsung oleh Bank maupun oleh Lembaga Chanelling.


(26)

Pengusaha mikro pada dasarnya adalah termasuk dalam kelompok usaha kecil yang menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah (1) usaha perseorangan, berbadan hukum maupun tidak, termasuk koperasi, (2) berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah dan besar, (3) milik WNI, (4) mzet maksimal Rp. 1 milyar setahun dan (5) memiliki kekayaan bersih maksimal senilai Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan. Dalam inpres No. 10 tahun 1999, usaha menengah sebagai perusahaan dengan kekayaan bersih antara Rp. 200 juta – 10 milyar di luar tanah dan bangunan. Kriteria yang diatur untuk menetapkan definisi UKM meliputi nilai investasi atau aset, omzet, tenaga kerja, kepemilikan, lagalitas dan independensi (Susilowati, 2005).

Walaupun Menegkop dan UKM sesuai fungsi utamanya, yakni sebagai satu-satunya lembaga pemerintah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perumusan kebijaksanaan UKM dan koordinasi dari program-program pembinaan UKM yang dilakukan oleh semua departemen dan lembaga pemerintah, juga memiliki data mengenai jumlah unit usaha dan tenaga kerja UKM di semua sektor ekonomi; tetapi data UKM di jenis usaha manufaktor (sebut IKM) yang cukup lengkap dan terperinci menurut subsektor berasal dari Depperindag dan BPS. Tetapi kedua instansi pemerintah tersebut menerapkan definisi IKM yang berbeda. Depperindag mengukur IKM berdasarkan nilai investasi awal (aset), sedangkan BPS berdasarkan jumlah pekerja.

Berdasarkan data tahun 2003 Kantor Kementrian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dalam Hubeis (2004), jumlah UK menduduki peringkat terbanyak, yaitu 41,3 juta unit atau sekitar 99,12% dari seluruh skala usaha yang ada di Indonesia. Usaha Menengah dan Besar (UMB) masing-masing sebanyak 361.052 unit (0,87%) dan 2.158 unit (0,01%). Namun demikian, kontribusinya terhadap ekonomi nasional masih di bawah Usaha Besar (UB), yaitu hanya 43,42% sedangkan UB 44,9%. Akan tetapi UMK ini memiliki angka kesempatan kerja paling besar (88,92%),


(27)

berarti skala usaha ini dapat menyerap 88,92% dari seluruh angkatan kerja nasional yang telah bekerja pada 9 sektor kegiatan ekonomi.

Menurut Hubeis (2004) dalam Yusuf, dkk (2006), UKM mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari UKM adalah :

1. Organisasi internal sederhana.

2. Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya, berorientasi ekspor dan substitusi impor.

3. Aman bagi perbankan dalam memberi kredit. 4. Bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. 5. Mampu memperpendek rantai distribusi.

6. Fleksibilitas dalam pengembangan usaha. Dilain pihak kekurangan dari UKM adalah :

1. Lemah dalam kewirausahaan dan manajerial.

2. Keterbatasan keuangan. 3. Ketidakmampuan aspek pasar.

4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi. 5. Ketidakmampuan informasi.

6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai. 7. Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama.

8. Sering tidak memenuhi standar.

Bila dilihat dari tantangannya secara umum UMK mempunyai tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal UMK melekat pada dirinya, yaitu kelemahan manajerial dan skala ekonomi yang terbatas. Tantangan eksternal yang ada sebagian berasal dari kemitraan yang dibangun dengan UMB. Karakter UMB adalah standarisasi kegiatan. Dengan demikian bila UMK ingin berkembang dan menjadi mitra UMB, maka harus meningkatkan kemampuannya dalam menjamin mutu barang atau jasa. Untuk itu dikeluarkan kebijaksanaan pemerintah melalui SKI Meneg BUMN Nomor 236/MBU/ 2003, tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan UMK dan Program Bina Lingkungan. Program ini dilaksanakan melalui pemanfaatan dana dari Bagian Laba BUMN, dimana tiap BUMN diwajibkan


(28)

menyisihkan 1 – 3% dari laba bersihnya untuk program kemitraan, yaitu meningkatkan kemampuan UMK menjadi tangguh dan mandiri (Kementerian BUMN, 2003). Tiap kredit yang disalurkan memiliki potensi resiko tidak terbayar oleh para nasabah. Untuk itu, sebelum perusahaan memutuskan untuk menyetujui pemberian atau penambahan kredit oleh nasabah, terlebih dahulu dilakukan evaluasi resiko atas para nasabah. Dalam menilai resiko kredit paling tidak terdapat lima faktor penilaian atas usulan kredit, yaitu

character, capacity, capital, condition of economic dan collateral, atau disingkat dengan sebutan 5C atau 5K (Afiff, 1994 dalam Yusuf dkk, 2006).

Keberhasilan usaha kecil dan menengah dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang ekonomi dan sudut pandang sosial. Dari segi ekonomi, keberhasilan perusahaan ditinjau dari adanya peningkatan kekayaan perusahaan diluar pinjaman, misalnya kenaikan laba, tambahan modal dan rasio-rasio yang lain. Sedangkan segi sosial, keberhasilan perusahaan ditinjau dari adanya kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dengan kaitannya keberadaan karyawan perusahaan.

C. Analisa Kredit Mikro

Proses rekruitmen calon debitur mikro tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang sifatnya tangible dan intangible. Saat dilakukan observasi

(intangible) memegang peranan sangat penting. Dengan melakukan

pengamatan ini para pejabat bank harus dapat mengambil keputusan bahwa calon debitur yang dihadapi benar-benar mempunyai 2 C (carakter dan

capacity). Karakternya bisa diandalkan dan kemampuan berusaha tidak

diragukan. Resiko kredit, idealnya sudah bisa dikurangi pada tahap ini. Secara umum dan objektif, calon nasabah yang ideal memiliki karakteristik sebagai berikut (PT. Bank Jabar Banten, 2006) :

1. Excellent Credit Historis (riwayat kredit yang baik), artinya calon debitur yang akan direkrut telah menunjukkan kemampuannya untuk menyelesaikan kredit di masa lalu. Bila calon debitur belum pernah mendapat kredit dari suatu lembaga keuangan formal, tetapi mungkin


(29)

pernah mendapatkan dari koperasi, rentenir, saudara, pemasok dan lain-lain.

2. Story of success (cerita keberhasilan), artinya calon debitur telah mengalami sukses di bidang tertentu, termasuk usaha, pendidikan, menjadi tokoh masyarakat dan lain-lain, yang mencirikan sebagai pekerja keras dan mempunyai karakter atau perilaku yang baik.

3. Mampu bertahan di atas 3 tahun, artinya usaha yang ditekuni sudah mampu mengatasi perubahan musim (business cycle) yang kadang kala akan mempengaruhi kondisi perekonomian secara keseluruhan.

4. Enterpreneurship (kewirausahaan), artinya calon debitur mempunyai jiwa wirausaha murni (bukan karena fasilitas atau warisan dari orang tua), yang tercermin dari keberaniannya menghadapi risiko dan mencari terobosan-terobosan. Pengusaha golongan ini mempunyai daya inovasi dan kreativitas tinggi.

5. Well educated (terdidik), artinya meski berpendidikan formal rendah, namun dengan pengalaman yang dimiliki, mampu mengembangkan daya intelektualnya, sehingga mampu berpikir dengan logika umum yang setaraf dengan orang yang berpendidikan formal, sehingga mudah dibina dan mempunyai karakter baik.

Menurut Santoso (1996), analisis kredit dimaksudkan sebagai review

atas pengajuan plafond kredit dari nasabah, terutama dibidang keuangan, yaitu bank maupun Finance Company.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses analisa kredit oleh bank pemberi kredit adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan Wawancara

Melaksanakan wawancara langsung dengan calon debitur sehingga diperoleh informasi langsung dari calon debitur. Melaksanakan wawancara ini adalah merupakan salah satu cara cara dalam pengumpulan data mengenai calon debitur.

Menurut Reed dan Gill (1995), dalam wawancara dengan pemohon kredit, bank mempelajari alasan permintaan pinjaman dan apakah


(30)

permohonan pinjaman memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan menurut kebijakan pinjaman bank.

2. Kunjungan Lapangan

Dalam melaksanakan kunjungan lapangan diharapkan semua kegiatan yang meliputi langkah-langkah pengumpulan data dan informasi calon debitur serta kegiatan usahanya dapat diteliti/diperiksa kenenarannya. Menurut Santoso ( 1997), langkah-langkah dalam penyidikan data adalah meliputi : (a) memeriksa kelengkapan dan kebenaran data yang disampaikan pemohon; (b) Setelah data lengkap, maka pemohon diwawancarai, setelah itu baru diadakan analisa kredit.

3. Pembahasan Kredit

Dari hasil wawancara dan kunjungan lapangan diperoleh informasi yang berkaitan dengan watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha calon debitur. Menurut Usman (2001), prinsip-prinsip pemberian kredit adalah watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha calon debitur yang dikenal dengan the five C of Credit analysis atau prinsip C’s, yaitu :

a. Penilaian Watak (character)

Penilaian watak atau keperibadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik dari calon debitur untuk mengembalikan pinjamannya sehingga tidak akan menyulitkan bank dikemudian hari.

b. Penilaian Kemampuan (capacity)

Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debitur dalam waktu tertentu mampu mengembalikan pinjamannya.

c. Penilaian terhadap modal (capital)

Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan usahanya.


(31)

d. Penilaian terhadap agunan (collateral)

Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan dengan maksud apabila calon debitur tidak dapat melunasi utangnya maka agunan tersebut dapat dicairkan.

e. Penilaian terhadap prospek usaha (condotion of economy)

Bank harus menganalisis keadan pasar baik masa lalu maupun masa yang akan datang dari sektor usaha yang diajukan permohonan kreditnya oleh calon debitur.

Menurut Kasmir (1998), biasanya kriteria penilaian yang dilakukan bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan, dengan analisis 7 P kredit, yaitu :

a. Personality

Menilai nasabah dari segi keperibadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya, sehingga dapat diketahui bagaimana keperibadian yang sebenarnya.

b. Party

Mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Bank memberikan fasilitas berdasarkan klasifikasi tersebut.

c. Purpose

Mengetahui tujuan penggunaan kredit dari permohonan yang diajukan calon debitur.

d. Prospect

Menilai usaha calon nasabah dimasa yang akan datang, apakah menguntungan atau sebaliknya.

e. Payment

Mengukur bagaimana calon nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana dana untuk pengembalian kredit.

f. Profitability

Menganalisis bagai kemampuan usaha calon debitur dalam memperoleh laba.


(32)

g. Protection

Menjaga agar bagaimana supaya kredit yang diberikan kepada debitur mendapat perlindungan.

D. Kinerja Keuangan Usaha Mikro

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1999), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Penelitian yang pernah dilakukan mengenai perbandingan kinerja industri perbankan pada bank devisa dan non devisa didasarkan pada (1)

Return on Equity (ROE), yaitu indikator kemampuan perbankan dalam

mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih, dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas (Net Income dibagi Total Equity). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik produktifitas modal sendiri dalam memperoleh laba; (2) Return

on Assets (ROA), yaitu indikator kemampuan perbankan untuk memperoleh

laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh bank, dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva (Net Income

dibagi Total Assets). Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktifitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih; dan (3) Loan to Deposit Ratio


(33)

(LDR), yaitu indikator kemampuan perbankan dalam membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. LDR dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara total loan dengan total deposit (Total Loan dibagi Total Deposit). Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi likuiditas penyaluran kredit dari bank, dengan resiko kredit macet yang juga semakin besar. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dan non devisa sebelum krisis ekonomi. Dengan kata lain, bank devisa memiliki kinerja yang lebih baik daripada bank non devisa (Wijaya, 1998), dengan pendekatan pengukuran kinerja yang digunakan adalah ROA, ROEdan LDR.

Skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang dipekerjaan dan berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode akuntansi (Holmes dan Nicholls, 1988). Jumlah pendapatan atau penjualan yang dihasilkan perusahaan dapat menunjukkan perputaran asset atau modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga semakin besar pendapatan atau penjualan yang diperoleh perusahaan semakin besar pula tingkat kompleksitas perusahaan dalam menggunakan informasi akuntansi. Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan.

Skala usaha berpengaruh positif terhadap tingkat penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi (Holmes dan Nicholls, 1988). Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa tingkat informasi akuntansi yang disediakan tergantung pada skala usaha, yang diukur dengan jumlah pendapatan atau hasil penjualan dan jumlah karyawan. Apabila skala usaha meningkat, maka proporsi perusahaan dalam penyediaan dan penggunaan informasi akuntansi statutori, anggaran dan informasi tambahan juga meningkat.

Salah satu kelemahan dari sektor usaha mikro adalah permodalan, karenanya bank sebagai salah satu lembaga intermediasi diharapkan dapat


(34)

dijadikan sebagai mitra bisnis dalam mengembangkan sektor usaha mikro yang saling menguntungkan. Menurut Rahardjo (1997), tujuan diadakannya penilaian kredit adalah agar kredit yang diberikan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal berikut : (1) Keamanan kredit (safety), artinya pemberian kredit harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali; (2) Terarahnya tujuan penggunaan (suitability), yaitu kredit yang diberikan akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan masyarakat atau sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku; (3) Menguntungkan (profitable), baik bagi bank yang memberikan kredit untuk memperoleh keuntungan berupa penghasilan dari bunga, maupun bagi nasabah/debitur yang menerima kredit, yakni berupa keuntungan dan makin besarnya usaha.

Modal merupakan salah satu faktor produksi bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya sedangkan kredit bank adalah merupakan salah satu alternatif permodalan bagi pengusaha. Berkembangnya sebuah perusahaan merupakan indikator dari semakin membaiknya kinerja usaha, yang salah satunya direfleksikan dari meningkatnya keuntungan perusahaan.

Pencairan kredit mikro yang disetujui didisposisi sekaligus karena untuk sektor mikro tidak dianjurkan untuk bertransaksi melalui cek sehingga praktis semua transaksi akan dilewatkan melalui rekening tabungan. Pembayaran angsuran dari debitur didesain melalui penagihan dengan tidak harus menunggu setelah angsuran kredit jatuh tempo melainkan sebelumnya dan sementara ditampung dalam rekening tabungan yang bersifat sementara sebelum angsuran kredit jatuh tempo, dengan demikian disamping bank mendapatkan keuntungan berupa bunga kredit mikro, bank juga mempunyai keuntungan dari penghimpunan dana nasabah.

E. Tinjauan Proses Pemberian Kredit Mikro Di Bank Jabar Banten Cabang Cianjur

Dilihat dari sektor perkreditan bank, secara umum profil pengusaha dan kredit mikro mempunyai ciri-ciri : (1) Nilai kredit sangat kecil; (2) Biayanya akan menjadi mahal; (3) Pengusaha mikro rata-rata tidak mempunyai


(35)

administrasi atau catatan usaha yang baik; (4) Pengusaha mikro tidak memisahkan harta usaha dengan rumah tangganya; (5) Pengusaha mikro rata-rata tidak memiliki formalitas perijinan usaha; (6) Pengusaha mikro rata-rata-rata-rata tidak mempunyai agunan yang memenuhi syarat untuk pengikatan secara legal dan kalaupun ada menjadi tidak ekonomis.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka prosedur serta syarat dan ketentuan untuk kredit mikro di Bank Jabar Banten diperlakukan berbeda dengan sektor usaha lainnya :

a. Ketentuan

1. Plafond Kredit

Sebesar Rp. 5.000.000,- sampai dengan sebesar Rp. 100.000.000,- 2. Jangka Waktu

Kredit modal kerja selama satu tahun sampai dengan dua tahun, sedang untuk kredit investasi satu tahun sampai dengan lima tahun.

3. Biaya Propisi

Sebesar 0,50% dari plafond kredit yang disepakati.

4. Agunan Kredit

Jenis barang yang dapat diterima sebagai agunan dalam kredit mikro adalah sebagai berikut :

- Sertifikat hak milik (SHM), SHGB dan Leter C.

- Tempat usaha, kios/los dengan bukti kepemilikan dari dinas intansi terkait.

- Bukti hak pakai atas barang tidak bergerak lainnya

- Mesin atau barang lainnya yang dibiayai dengan kredit

- Kendaraan yang dibuktikan dengan BPKB b. Persyaratan

1. Permohonan kredit yang telah diisi secara lengkap dalam formulir aplikasi yang disediakan bank.

2. Menyerahkan pas photo pemohon beserta istri/suami bagi telah menikah, masing-masing dua lembar ukuran 3 x 4.

3. Menyerahkan photo copy identitas diri pemohon beserta istri/suami bagi yang telah menikah masing-masing dua lembar.


(36)

4. Menyerahkan photo copy kartu keluarga sebanyak dua lembar.

5. Menyerahkan photo copy surat nikah bagi pemohon yang telah menikah.

6. Menyerahkan legalitas usaha serendah-rendahnya dari Desa setempat dimana lokasi usaha berada atau dari dinas intansi terkait dengan usaha pemohon.

7. Menyerahkan bukti pembayaran terakhir, rekening listrik dan atau PDAM dan atau rekening telpon.

c. Pembahasan kredit

Atas dasar permohonan kredit mikro yang diterima, maka bank memproses permohonan tersebut sebagai berikut :

1. Melakukan pengumpulan data dan verifikasi

Pengumpulan dan verifikasi adalah semua kegiatan dan informasi mengenai calon debitur, serta meneliti kebenaran dari data dan informasi tersebut dari sumbernya, untuk pengajuan kredit meliputi :

a. Wawancara dengan pemohon kredit untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai jenis dan kegiatan usaha dari calon debitur.

b. Mengumpulkan semua data/informasi secara lengkap, benar dan up to date yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan, baik data internal maupun data eksternal.

c. Meneliti dan melakukan verifikasi untuk memastikan kebenaran

dara data dan informasi yang disampaikan oleh calon debitur.

d. Memo laporan berdasarkan hasil verifikasi yang dilaksanakan kepada pemimpin cabang untuk bahan pertimbangan dalam mengambil langkah selanjutnya.

2. Analisa Kredit

Berdasarkan memo ijin proses dari pemimpin cabang, petugas analis melakukan analisis kredit terhadap calon debitur dan usahanya yang meliputi pembahasan :

a) Aspek Umum


(37)

- Nama dan alamat pemohon - Bidang usaha

- Hubungan dengan Bank Jabar Banten, apakah sebelumnya sudah menjadi nasabah atau belum.

- Hubungan dengan Bank Lain, apakah merupakan nasabah bank lain atau bukan, hal ini dilakukan dengan cara meminta informasi melalui system informasi debitur (SID) yang disediakan oleh Bank Indonesia.

- Status kepemilikan tempat tinggal, apakah milik sendiri, kontrak, dan sebagainya.

b) Aspek Manajemen

Mengkaji apakah calon debitur mikro dinilai akan mampu mengelola dalam mengembangkan usahanya. Hal ini menyangkut dua hal pokok antara lain :

- Riwayat hidup dari calon debitur, apakah calon debitur telah mengalami sukses dibidang tertentu, termasuk mengelola usaha, pendidikan, ketokohan dan sebagainya.

- Riwayat perusahaan pemohon, apakah riwayat usaha

mengalami fluktuasi usaha, relatit tidak berkembang, berkembang atau sebaliknya.

c) Aspek Pemasaran

Penilaian dalam aspek pemasaran dilakukan untuk meyakinkan bahwa produk yang dijual oleh calon debitur merupakan produk yang laku dijual di pasar, karena kemampuan memproduksi suatu barang atau jasa tidak akan ada artinya jika tidak ada kemampuan menjual.

Faktor-faktor yang dinilai dalam aspek pemasaran meliputi hal-hal berikut :

- Siklus hidup produk

- Produk pengganti

- Harga, cara penjualan, dan pengelolaan pelanggan


(38)

- Daya beli masyarakat

- Kegiatan promosi oleh calon debitur

- Daerah pemasaran produk

- Faktor musim

- Manajemen pemasaran

- Cara penjualan c) Aspek Tekhnis

Beberapa hal yang dinilai dalam aspek tekhnis antara lain :

- Lokasi Usaha

- Fasilitas bangunan tempat usaha - Sarana lain sebagai penunjang usaha d) Aspek Keuangan

Kajian aspek keuangan untuk kredit mikro dibuat sederhana dengan menekankan pada daya tabung atau tingkat surplus dari usaha debitur :

- Menghitung jumlah laba usaha pada tahun berjalan

- Menghitung jumlah pendapatan keluarga diluar usaha pada tahun berjalan

- Menghitung jumlah seluruh biaya hidup selama satu tahun berjalan

- Menghitung kemampuan menabung dari surplus pendapatan

- Maksimum kredit yang diberikan bank adalah 70% dari kemampuan menabung kali jangka waktu kredit.

e) Aspek Jaminan

Sasaran yang ingin dicapai dari aspek jamina ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomis serta nilai yuridis dari jaminan yang diberikan.

i. Syarat ekonomis

- Memiliki nilai ekonomis yang konstan

- Mudah untuk diperjual belikan

- Memiliki usia ekonomis yang lebih panjang dari masa kredit


(39)

ii. Syarat yuridis

- Jaminan milik syah dari calon nasabah atau yang dikuasainya

- Tidak sedang dalam kasus persengketaan

- Memenuhi persyaratan untuk dilakukan pengikatan

- Barang tersebut tidak dalam masa penjaminan dengan kreditur lain

3. Pencairan kredit

Atas persetujuan kredit yang dikeluarkan oleh bank serta disepakati oleh calon debitur mikro maka dibuatkan perjanjian kredit beserta lampiran-lampirannya untuk :

a. Melakukan penandatangan akad kredit dan pengikatan agunan b. Melakukan pencairan kredit

c. Administrasi dan pelaporan

4. Pembinaan nasabah dan penyelamatan kredit

a) Pembinaan nasabah

- Melayani nasabah dengan pendekatan yang hangat

- Menciptakan dan memlihara hubungan pribadi dan persahatan - Melakukan kunjungan secara berkala

- Melakukan asuransi kredit debitur mikro

b) Penyelamatan kredit bermasalah

Untuk melakukan penyelamatan kredit bermasalah maka ditentukan strategi penyelamatan kredit dengan pemilihan sasaran strategi sebagai berikut :

i. Toleransi sementara

Strategi yang diterapkan terhadap nasabah menunggak dengan kriteria sebagai berikut :

- Debitur menungak sementara atau hanya sebagian saja - Prospek usaha masih baik

- Kemampuan membayar kembali masih ada


(40)

- Kelangsungsungan hubungan dengan nasabah masih diperlukan

ii. Penyelesaian Internal

Strategi ini diterapkan terhadap debitur dengan kriteria sebagai berikut :

- Debitur menunggak lebih dari 3 bulan - Prospek usaha sudah tidak baik

- Kemampuan membayar sudah tidak ada lagi

- Loyalitas pemilik perusahaan terhadap bank rendah

- Kelangsungan hubungan dengan nasabah masih diperlukan

iii. Penyelesaian eksternal

Strategi yang diterapkan terhadap debitur dengan criteria sebagai berikut :

- Debitur menunggak lebih dari 3 bulan

- Prospek usaha sudah tidak baik

- Kemampuan membayar sudah tidak ada

- Loyalitas pemilik perusahaan terhadap bank rendah

- Kelangsungan hubungan dengan nasabah sudah tidak diperlukan

Strategi penyerahan penyelamatan kepada pihak ketiga dilakukan dalam bentuk :

- Kerjasama dengan pihak ke tiga

- Penjualan agunan dibawah tangan atau dengan bantuan pihak ketiga

- Penyerahan penyelesaian kepada Pengadilan Negeri

Bila strategi yang dilakukan masih tidak membuahkan hasil walaupun upaya penagihan sudah optimal maka dilakukan usulan penghapusan piutang dari catatan piutang bank dan dicatat hanya dalam buku extra comtable


(41)

III. METODE PELAKSANAAN

A. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi

Lokasi pengambilan data adalah Wilayah Kabupaten Cianjur, dan responden merupakan pengusaha mikro yang telah menjadi debitur PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur.

2. Waktu

Pengambilan dan analisis data dilaksanakan selama kurang lebih 5 (lima) bulan dari bulan Agustus sampai Desember 2008.

B. Metode Kerja

Penyaluran kredit kepada pengusaha mikro ditujukan untuk membantu pengembangan (menggerakkan) sektor riil perekonomian nasional. Dalam kegiatan ini, pengamatan terhadap penyaluran kredit dilaksanakan dengan observasi langsung yang didukung oleh pengumpulan data yang diperlukan. Observasi tersebut selanjutnya diolah menjadi laporan keuangan debitur, lalu dianalisis dengan cara mengadakan perbandingan antara sebelum dan sesudah menerima kredit mikro pada rentang waktu tertentu. Analisa laporan keuangan yang digunakan adalah analisa rasio yaitu suatu tehnik analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi dari laporan keuangan usaha debitur.

Kinerja pengusaha mikro terdiri atas kinerja keuangan dan non keuangan sedangkan yang dikaji adalah kinerja keuangannya yang mencakup :

1. Profit Margin (PM) = laba bersih/penjualan 2. Return On Asset (ROA) = laba bersih/aset

3. Return On Equity (ROE) = laba bersih/modal sendiri 1. Pengumpulan data

a. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data bahan acuan terbatas pada studi kepustakaan dalam hubungannya dengan karakterisktik pengusaha mikro serta aspek sosiologi dan ekonomi. Selain itu juga tinjauan individu pengusaha


(42)

mikro serta lingkungan usaha mikro dalam kaitannya dengan sistem pembiayaan atau rencana penyaluran kredit untuk menggerakan sektor riil perekonomian nasional, melalui pemberdayaan usaha kecil dan mikro.

b. PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur

Selain itu di PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur dilakukan pula pengumpulan data primer dengan tahapan sebagai berikut :

1) Wawancara

Dilakukan langsung kepada debitur mikro PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur serta Kantor PT. Bank Jabar Banten Cabang, Cianjur.

2) Penyebaran kuesioner

Selain melalui wawancara, dibagikan juga kuesioner kepada para responden. Kuesioner ini didasarkan pada parameter-parameter analisis yang dibutuhkan sesuai dengan maksud dan tujuan kajian.

2. Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah :

a. Metode Deskriptif, yaitu menganalisis data dengan cara

mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data untuk memberikan suatu gambaran mengenai keadaan yang dikaji.

b. Metode Deduktif, yaitu mengambil suatu keputusan khusus dengan menarik beberapa kesimpulan dari hasil analisis kajian.

Dalam pengolahan dan analisis data dilakukan tahapan berikut :

a. Pengumpulan hasil wawancara dan kuesioner dari 30 responden (debitur mikro) yang ada di PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur.

b. Verifikasi data hasil pengamatan seperti :

1) Kelengkapan dalam pengisian data.

2) Mengevaluasi kesesuaian pengisian dibandingkan dengan hasil pengamatan.


(43)

c. Pengelompokan data berdasarkan jangka waktu kredit, sektor ekonomi, lama usaha, tahun pencairan kredit, besarnya kredit serta total asset dan perhitungan atas besaran setiap variabel, yang selanjutnya dituangkan ke dalam tabel.

Data selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan bantuan paket program statistical product and service solution (SPSS) versi 11.0. Analisis ini dilakukan untuk melihat adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah pemberian kredit. Format input data dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Format data input

Sebelum Pemberian Kredit Sesudah Pemberian Kredit

Responden

PM ROA ROE PM ROA ROE

1

2

3

N

n : Jumlah responden

Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya korelasi adalah metode korelasi berganda, yaitu metode statistik yang dapat menggambarkan dan menemukan hubungan antara beberapa variabel nilai koefisien korelasi r (Pearson Correlation Coefficient) (Siegel dalam Supriadi, 2003). Pengujian hipotesis tentang korelasi adalah :

• r = 0, tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut

• r > 0, ada hubungan positif • r < 0, ada hubungan negatif

Sebelum dilakukan desain hipotesa awal, akan dibahas terlebih dahulu hubungan antara jenis data, bentuk hipotesa, dengan statistik yang akan digunakan untuk menguji hipotesa dimaksud. Menurut Sugiyono (2002), pemilihan statistik penguji terkait erat dengan jenis data dan bentuk hipotesa yang digunakan seperti pada Tabel 4.


(44)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam kategori data rasio, yaitu data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol yang absolut. Selain itu contoh yang digunakan adalah berhubungan, karena baik sebelum maupun sesudah pemberian kredit digunakan contoh yang sama.

Tabel 4. Hubungan antara jenis data dan bentuk hipotesa

Bentuk Hipotesa

Komparatif (dua contoh) Assosiatif (hubungan) Jenis

Data

Deskriptif (Satu

Variabel) Related Independent Related Independent

Assosiatif (hubungan)

Nominal Binomial X2 one sample MC Nemar Fisher Exact Probability X2 two sample

x2 for k sample Cochran Q

x2 for k sample

Contigency coefficient C

Ordinal Run test Sign test Wilcox on Matched Pairs

Median test Mann Whitney U Test.Kolmogorov smirnov Wald Wolfowitz Friedman two-way anova Median Extention kruskal-Walls One Way Anova Spearman Rank Correation Kendall Tau Interval atau rasio

t-test t-test of difference

t-test Two way

anova one way anova Person Product Momnet Partial Correlation Multiple Correaltion

Sumber : Sugiono, 2002.

Dalam hal ini digunakan uji t berpasangan untuk menguji hipotesa penelitian, yaitu :

hipotesis nol (Ho) atau hipotesis alternatifnya (Ha), yaitu : 1. Ho : βib = βia

2. Ha : βib ≠βia

Dimana :

i = 1, 2,3

βib = nilai tengah variabel kinerja keuangan sebelum pemberian kredit

βia = nilai tengah variabel kinerja keuangan sesudah pemberian kredit atau dengan kata lain :

Ho : ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum

mendapat kredit dan setelah mendapat kredit.

Ha : tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum mendapat kredit dan setelah mendapat kredit.


(45)

Dengan demikian, jika hipotesis nol diterima, berarti pada ratar nyata 5% tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah pemberian kredit. Sebaliknya jika hipotesis nol ditolak maka ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan antara sebelum dan sesudah pemberian kredit atau dengan kata lain pemberian kredit akan mempengaruhi kinerja keuangan debitur pada taraf nyata yang sama. Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

• Ho ditolak, jika to hitung > ta((n1+n2)-2) tabel

• Ho diterima, jika to hitung ≤ ta(n-k-1) tabel

t-hitung yang dimaksud menggunakan formula berikut :

2 2 1 1 2 2 ) 2 ( 1 ) 1 ( 2 1 2 2 n s n s r n s n s x x t + − + − = dimana :

xi : nilai tengah contoh i si : standar deviasi contoh i r : korelasi antar contoh ni : jumlah contoh i

Agar dapat memudahkan pengolahan dan interpretasi hasil penelitian, maka digunakan definisi operasional seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis variabel yang digunakan pada penelitian

Jenis Variabel Keterangan

Profit Margin Rasio antara laba bersih atau (EAT) dibandingkan dengan penjualan perusahaan, yang dinyatakan dalam prosentase.

Return On Asset (ROA) Rasio antara laba bersih atau (EAT) dibandingkan dengan total harta perusahaan, yang dinyatakan dalam prosentase.

Return On Equity (ROE)

Rasio antara laba bersih (EAT) dibandingkan dengan total modal perusahaan, yang dinyatakan dalam prosentase.

Adapun rumus yang digunakan (Grill, 2002) dalam menghitung variabel-variabel yang terdapat pada Tabel 7 adalah sebagai berikut :


(46)

- Profit margin = 100% kotor

penjualan bersih laba

x

- Return on asset = 100% aset

total bersih laba

x

- Return on equity = 100%

modal total

bersih laba

x

C. Aspek Kajian

Aspek yang akan dikaji dalam tugas akhir ini meliputi :

- Pengaruh pemberian kredit kepada pengusaha mikro

Kajian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep yang berlaku maupun fenomena yang terjadi, dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan usaha debitur dalam kaitannya dengan pembiayaan kredit dari Bank Jabar Banten.

- Analisis efektivitas penyaluran kredit

Penilaian efektivitas penyaluran kredit oleh Bank Jabar Banten kepada pengusaha mikro menggunakan pendekatan kinerja keuangan, yaitu membandingkan kinerja keuangan sebelum dan sesudah diberikan kredit, serta tahap berikutnya melakukan analisa ragam untuk menentukan atau menarik kesimpulan, apakah terjadi perbedaan yang nyata bagi pengusaha kecil sebelum dan sesudah mendapatkan kredit.

Tolok ukur yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan usaha debitur yaitu kriteria Profit Margin, rasio antara laba bersih dibandingkan dengan penjualan perusahaan; ROA, merupakan rasio antara laba bersih dibandingkan dengan total asset perusahaan; ROE, merupakan rasio antara laba bersih dibandingkan dengan total modal perusahaan; Asset, yaitu ukuran kekayaan perusahaan secara keseluruhan yang nilai bukunya ekuivalen dengan nilai aktiva perusahaan yang dinyatakan dalam rupiah; serta penjualan, merupakan nilai penjualan produk atau jasa perusahaan dalam satu tahun yang dinyatakan dalam rupiah.

Untuk memudahkan dalam penilaian kinerja keuangan usaha debitur, maka dilakukan pengelompokkan-pengelompokkan, diantaranya berdasar-kan atas : (1) jangka waktu kredit yang diberiberdasar-kan, yaitu 1 dan 2 tahun; (2) sektor ekonomi, yaitu sektor industri, jasa dan peternakan serta sektor usaha perdagangan; (3) lama usaha debitur, yaitu > 8 tahun dan < 8 tahun;


(47)

(4) berdasarkan tahun pencairan kredit, yaitu > tahun 2006 dan < tahun 2006; (5) besarnya plafond kredit, yaitu < 10 juta dan > 10 juta; (6) total asset debitur, yaitu < Rp. 35 juta dan > Rp. 35 juta. Pengelompokkan data dilakukan agar dalam membandingkan kinerja sebelum dan sesudah diberikan kredit, perubahannya dapat diketahui lebih jelas dan hasil analisanya akan lebih nyata, baik terhadap PM, ROA, maupun ROE.


(48)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum

1. Sejarah PT. Bank Jabar Banten Cabang Cianjur

Bank Jabar Banten dalam sejarah berdirinya mengalami beberapa proses pembaharuan, baik dalam sasaran operasi maupun nama dari Bank tersebut, Bank Jabar Banten yang sekarang dikenal bermula dari NV.DENIS (De Eerste Nederlandsch Indishe Shareholding) sebagai perusahaan milik Belanda. Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 30/1960 mengenai nasionalisasi perubahan-perubahan milik Belanda dan Pengumuman Provinsi, NV.DENIS diambil alih menjadi milik Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Selanjutnya berdasarkan SK Gubernur Nomor : 3/GKHD/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, seluruh hak dan kewajiban, perlengkapan dan kekayaan serta usaha NV.DENIS berikut anak perusahaanya dialihkan kepada Pemerintah Daerah dengan nama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.

Pada tanggal 20 Mei 1961 melalui SK Gubernur Nomor : 7/gkh/bpd/ 61, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dikukuhkan menjadi bank milik Daerah, yang diresmikan oleh Pejabat Presiden RI saat itu yaitu Ir. H. Juanda Kartawidjaya. Pada tanggal 2 November 1992 dengan SK Direksi Bank Indonesia No 25/64/Kep/Dir, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditunjuk sebagai Bank Devisa. Yang saat ini telah memiliki jaringan kantor sebanyak 132 yang beroperasi di Wilayah Indonesia dengan Call Name “Bank Jabar Banten“. Setelah diuraikan mengenai pendiriannya, maka penulis kemukakan sejarah singkat berdirinya Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur atau sekarang dikenal dengan nama “Bank Jabar Banten Cabang Cianjur”.

Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur, didirikan pada tanggal 01 Februari 1968, dengan jumlah karyawan pada waktu itu hanya 7 orang kemudian berdasarkan pengesahan Peraturan


(49)

Daerah Provinsi Jawa Barat tanggal 27 Juni 1978 Nomor : 1/DP.040/PD/ 78. Bank Pembangunan Daerah atau disingkat dengan BPD.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 1/DP/040/PD/78 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur mempunyai misi mendukung dan mendorong kegiatan pembangunan di daerahnya dalam rangka pembangunan nasional dengan jalan melakukan atau menjalankan usaha-usahanya sebagai lembaga keuangan. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Cianjur sesuai dengan misi di atas juga mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Sebagai Bank Pembangunan b. Sebagai Bank umum

c. Sebagai Pemegang kas Daerah

2. Produk Perusahaan

Produk yang ditawarkan oleh PT. Bank Jabar Banten saat ini terdiri dari produk jasa dan layanan yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.

3. Kondisi Lingkungan

Sesuai dengan laporan Rapat Umum Pemegang Saham tahun 2007, bahwa dalam rangka mendukung program pemerintah maka kebijakan perkreditan Bank Jabar Banten ke depan akan di arahkan untuk meningkatkan kredit retail dan pemberian kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memberikan dampak multiplier

kepada seluruh sektor usaha dan penyaluran kredit program kepada debitur-debitur binaan yang prospektif seperti kredit pertanian dan kredit pola syariah. Dalam operasionalnya kebijakan perkreditan tersebut akan didistribusikan kepada setiap kantor cabang Bank Jabar, termasuk dalam hal ini Bank Jabar Banten Cabang Cianjur, sebagai perwakilan dari kantor pusat yang ada di Wilayah Kabupaten Cianjur.

Bank Jabar Banten yang didukung dengan 132 jaringan kantor yang ada saat ini, serta dukungan penuh pemerintah daerah sebagai pemilik, termasuk dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Cianjur maka bukan hal


(50)

yang sangat sulit untuk mengembangkan bisnisnya khususnya

mikrobanking, mengingat sumber daya manusia yang berpengalaman.

Lembaga keuangan lain baik formal maupun non formal yang menggeluti bisnis mikro merupakan tantangan yang harus dihadapi. Lembaga keuangan dimaksud adalah :

a. Koperasi Simpan Pinjam

b. Bank Rakyat Indonesia khususnya BRI Unit Desa

c. Bukopin

d. Bank Danamon Simpan Pinjam

e. Bank Perkreditan Rakyat

f. Lembaga Perkreditan Kecamatan g. Lembaga Keuangan Non Bank. h. Rentenir

Namun demikian, karena jangkauan operasional serta target pasar yang berbeda-beda hal ini menjadi sebuah tantangan yang masih dapat teratasi bagi PT. Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur dalam mengembangkan bisnisnya di sektor mikrobanking.

B. Kinerja keuangan usaha debitur mikro Bank Jabar Banten, Cabang Cianjur

Keputusan Bank Jabar Banten untuk lebih dalam mengembangkan usaha mikro membawa keharusan menyesuaikan dengan paradigma baru menurut dimensi-dimensi mikro, dengan menggunakan pola pikir, logika dan cara berbeda dengan yang dipraktekkan kepada skala usaha lainnya. Penyaluran kredit mikro diperkirakan dapat mentransformasikan praktek-praktek yang dilakukan rentenir, koperasi simpan pinjam ataupun Lembaga keuangan mikro lainnya yang sifatnya informal menjadi formal. Produk kredit mikro yang ada, dikelompokan menjadi beberapa fitur dan masing-masing fitur (Lampiran 2) telah disesuaikan dengan target pasar pengusaha mikro (Tim Proyek Mikro Banking Bank Jabar, 2006).

Dalam kajian ini dilakukan pengamatan terhadap 30 responden pengusaha mikro yang telah menjadi debitur PT. Bank Jabar Banten Cabang, Cianjur, seperti pada Tabel 6.


(1)

Lanjutan Lampiran 1.

I.

DATA UMUM PROFIL USAHA

Petunjuk Pengisian :

Isilah data-data yang sesuai pada tempat yang bertanda titik-titik atau jika

tidak terdapat data agar diberi tanda ---

1. Jenis Usaha

: ………

2. Nama Usaha/Toko

: ………

3. Lokasi Usaha

: ………

4. Tahun berdiri Usaha

: ………

5. Modal Usaha

: ………

6. Tanggal mendapatkan kredit dari

Bank Jabar Cabang Cianjur

: ………

7. Besarnya Kredit

: ………

II.

KINERJA USAHA

A.

Kinerja usaha sebelum mendapat kredit dari Bank Jabar Banten Cabang

Cianjur.

Penjualan rata-rata perbulan

Rp………..

Harga Pokok penjualan perbulan

Rp………..

Biaya operasional rata-rata perbulan Rp………..

Biaya lain-lain rata-rata perbulan

Rp………..

Biaya pajak penghasilan perbulan

Rp………..

Harta (Hanya yang terkait dengan kegiatan usaha)

Kas dan bank

Rp………..

Piutang lancer

Rp………..

Persediaan Rp………..

Tanah Rp………..

Bangunan Rp………..

Kendaraan Rp………..

Inventaris Rp………..


(2)

Lanjutan lampiran 1.

B.

Kinerja usaha pada saat mendapat kredit dari Bank Jabar Banten Cabang

Cianjur .

Penjualan rata-rata perbulan

Rp………..

Harga Pokok penjualan perbulan

Rp………..

Biaya operasional rata-rata perbulan Rp………..

Biaya lain-lain rata-rata perbulan

Rp………..

Biaya pajak penghasilan perbulan

Rp………..

Asset (Hanya yang terkait dengan kegiatan usaha)

Kas dan bank

Rp………..

Piutang lancar

Rp………..

Persediaan

Rp………..

Tanah

Rp………..

Bangunan

Rp………..

Kendaraan

Rp………..

Inventaris

Rp………..

Aktiva lain-lain

Rp………..

C.

Kinerja usaha setelah mendapat kredit dari Bank Jabar Banten Cabang

Cianjur.

Penjualan rata-rata perbulan

Rp………..

Harga Pokok penjualan perbulan

Rp………..

Biaya operasional rata-rata perbulan Rp………..

Biaya lain-lain rata-rata perbulan

Rp………..

Biaya pajak penghasilan perbulan

Rp………..

Asset (Hanya yang terkait dengan kegiatan usaha)

Kas dan bank

Rp………..

Piutang lancar

Rp………..

Persediaan

Rp………..

Tanah

Rp………..

Bangunan

Rp………..

Kendaraan

Rp………..

Inventaris

Rp………..


(3)

Lampiran 2. Produk Jasa dan Layanan PT. Bank Jabar Banten

No

Produk

Jenis produk

1

Dana

a.

b.

c.

Deposito :

- Deposito Berjangka Rupiah dan Valuta Asing

- Deposito Berjangka Diskonto

- Sertifikat Deposito

Giro

Tabungan :

- Tandamata Anda Masa Datang (TANDAMATA)

- Simpanan Pembangunan Daerah (SIMPEDA)

- Tabungan Jabar Okey

- Amal Ibadah (TABAH)

- Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)

2

Kredit

a.

b.

Kredit Umum :

- Kredit Modal Kerja Umum (KMKU)

- Kredit Investasi Umum (KIU)

- Kredit Pegawai (Kredit Guna Bhakti)

- Kredit Pensiun

- Kredit Mikro Peduli Jabar Banten

- Kredit Mikro Utama Jabar Banten

Kredit Program :

- Kredit Kepada Koperasi Untuk Anggota (KKPA)

- Kredit Kepada Koperasi (Kkop)

- Kredit Pemilikan Rumah

- Kredit Ketahanan Pangan (KKP)

- Kfw

3

Jasa Layanan

a.

b.

c.

Jasa-jasa Devisa (Bidang Ekspor/Impor) :

- Pembukaan Letter of credit (L/C), Negosiasi L/C

- Pembiayaan Kredit Ekspor/Impor

Jasa-Jasa Luar Negeri Lainnya :

- Giro Valas

- Deposito Valas

- Transfer dan Inkaso dalam Valuta Asing dan

Traveller Cheque

Jasa-jasa lainnya :

- Kiriman Uang

- Pembayaran Telepon, PDAM, Pajak, Gaji, Pensiun

dan uang kuliah.

4

a.

Giro Jabar Banten Syari'ah

Layanan

Syari'ah

b.

Deposito Jabar Banten Syari'ah

c.

Tabungan Wadiah

d.

Tabungan Mudharabah

e.

Tabungan Amal Ibadah (TABAH)

f.

Gadai Emas Syariah

g.

Pembiayaan Modal Kerja dan Investasi


(4)

Lampiran 3. Fitur produk kredit mikro PT. Bank Jabar Banten

NO KETERANGAN FITUR I FITUR II FITUR III FITUR IV

1 Jenis Kredit Mikro

Tanpa Jaminan Dengan jaminan yang tidak dapat dikuasai secara sempurna oleh bank.

Dengan jaminan yang kuasai secara sempurna oleh bank

Pegawai

2 Jenis Usaha dan Komoditi

Barang yang diperdagangkan merupakan barang kebutuhan dasar misalnya Makanan dan minuman.

Barang yang diperdagangkan merupakan barang kebutuhan primer dan sekunder misalnya Sandang dan pangan.

Barang yang diperdagangkan merupakan barang kebutuhan primer, sekunder dan tersier (Sandang Pangan Papan).

Pegawai baik negeri maupun swasta terutama pegawai BUMN, PMA, atau pensiunan pegawai tersebut.

3 Syarat Pemohon - Usaha minimal 3

tahun dilokasi dengan bidang usaha yang sama.

- Usaha minimal 2

tahun dilokasi dengan bidang usaha yang sama

- Usaha minimal

2 tahun dilokasi dengan bidang usaha yang sama

- Seluruh pegawai negeri, Swasta, BUMN, BUMD, PMA, dan pensiunan yang ada di Indonesia.

- Usia 21-60 tahun

atau sudah menikah

- Usia 21-60 tahun atau sudah menikah

- Usia 21-60 tahun atau sudah menikah

- Telah bekerja minimal 2 tahun

- Telah menjadi

penduduk setempat minimal 5 tahun

- Telah menjadi penduduk setempat minimal 3 tahun

- Telah menjadi penduduk setempat minimal 3 tahun

- Usia antara 20 - 40 tahun.

- Melampirkan

copy bukti diri berupa KTP, KK, Surat nikah

- Melampirkan copy bukti diri berupa KTP, KK, Surat nikah

- Melampirkan

copy bukti diri berupa KTP, KK, Surat nikah

- Merupakan

penduduk setempat


(5)

Lanjutan Lampiran 3.

NO KETERANGAN FITUR I FITUR II FITUR III FITUR IV

- Harus ada SK

usaha dari Desa/Kelurahan atau Dinas Pasar/Otoritas setempat dimana yang

bersangkutan berusaha

- Harus ada SK usaha

dari

Desa/Kelurahan atau Dinas Pasar/Otoritas setempat dimana yang bersangkutan berusaha

- Harus ada SK usaha dari Desa/Kelurahan atau Dinas Pasar/Otoritas setempat dimana yang bersangkutan berusaha

- -

-

-

Apabila pindah kerja kredit harus dilunasi Melampirk an copy bukti diri berupa KTP, KK, Surat nikah FC SK awal dan akhir FC Jamsostek /Taspen

4 Peruntukan Bebas untuk usaha

dan konsumtif

Bebas untuk usaha dan konsumtif

Bebas untuk usaha dan konsumtif

Bebas untuk konsumtif

5 Jangka Waktu Maksimum 3 tahun Maksimum 3 tahun Maksimum 3 tahun Maksimum 3

tahun

6 Bentuk/Sifat Aflopend Aflopend Aflopend Aflopend

7 Propisi dan biaya Administrasi

Tidak dikenakan Tidak dikenakan Tidak dikenakan Tidak

dikenakan

8 Jaminan Barang yang dibiayai

dengan kredit ini.

- Barang yang

dibiayai dengan kredit.

- Barang yang

dibiayai dengan kredit

- Surat kuasa dari calon debitur kepada bendahara untuk memotong gaji sebagai angsuran - Girik, Pethok, AJB

yang dilampirkan dengan bukti kepemilikan yang mendukung seperti batas tanah, riwayat tanah, keterangan tidak sengketa

- SHM/SHGB - Surat

pernyataan dari bendahara wan gaji yang diketahui oleh pemimpin intansi/Per usahaan untuk memotong gaji karyawan sebagai sumber angsuran setiap bulannya hingga kredit lunas.


(6)

Lanjutan Lampiran 3.

NO KETERANGAN FITUR I FITUR II FITUR III FITUR IV

- Hak sewa los/kios - BPKB Kendaraan

- Pensiunan menyerahk an asli kartu taspen

- KB Kendaraan - Tabungan/Dep

osito

- Jaminan barang bergerak/ tidak bergerak sesuai fitur II dan fitur III. 9 Asuransi Jaminan tidak diwajibkan

namun harus dimintakan surat pernyataan dari debitur

tidak diwajibkan namun harus dimintakan surat pernyataan dari debitur

tidak diwajibkan namun harus dimintakan surat pernyataan dari debitur

tidak diwajibkan namun harus dimintakan surat

pernyataan dari debitur

10 Asuransi Jiwa Diwajibkan Diwajibkan Diwajibkan Diwajibkan

11 Target Pasar Pedagang kaki lima,

kios koran/majalah, kios/warung rumahan, pedagang kecil di pasar dalam bentuk perusahaan persseorangan

Pedagang pasar, warteg, warung sembako dll.

Pedagang pasar, warteg, warung sembako dll.

Seluruh pegawai Negeri, Swasta, BUMN, PMA dan pensiunan

12 Ciri-ciri Pasar - Usaha yang

dibiayai sudah berkembang

- Usaha yang dibiayai sudah berkembang

Cukup jelas

- Bersifat Stable

market

- Bersifat stable market

-

-

-

Pada umumnya usaha yang dibiayai sulit berkembang karena hanya cukup untuk biaya hidup harian. Usaha yang sifatnya unstable market. Termasuk dalam kategori sektor usaha informal

- Kategori sektor

formal

- Kategori sektor

formal

- Tidak memiliki

pegawai, kalaupun ada sifatnya hanya membantu/pega wai tidak tetap.

- Telah memiliki pegawai

- Telah memiliki pegawai

13 Maksimum kredit Rp. 10 Juta Rp. 25 Juta Rp. 50 Juta Rp. 50 Juta

14 Kemampuan

membayar kembali

Maksimal 65% dari laba bersih

Maksimal 65% dari laba bersih

Maksimal 65% dari laba bersih

Maksimal 35% dari laba bersih