g. Protection
Menjaga agar bagaimana supaya kredit yang diberikan kepada debitur mendapat perlindungan.
D. Kinerja Keuangan Usaha Mikro
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia IAI, 1999, kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di
masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun,
karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok
penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang
dituangkan dalam anggaran. Penelitian yang pernah dilakukan mengenai perbandingan kinerja
industri perbankan pada bank devisa dan non devisa didasarkan pada 1 Return on Equity
ROE, yaitu indikator kemampuan perbankan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih, dapat
diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas Net Income dibagi Total Equity. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin baik produktifitas modal sendiri dalam memperoleh laba; 2 Return on Assets
ROA, yaitu indikator kemampuan perbankan untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh bank, dapat diperoleh dengan cara
menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva Net Income dibagi Total Assets. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktifitas
aset dalam memperoleh keuntungan bersih; dan 3 Loan to Deposit Ratio
LDR, yaitu indikator kemampuan perbankan dalam membayar semua dana masyarakat dan modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah
didistribusikan ke masyarakat. LDR dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara total loan dengan total deposit Total Loan dibagi Total Deposit.
Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi likuiditas penyaluran kredit dari bank, dengan resiko kredit macet yang juga semakin besar. Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank devisa dan non devisa sebelum krisis ekonomi. Dengan
kata lain, bank devisa memiliki kinerja yang lebih baik daripada bank non devisa Wijaya, 1998, dengan pendekatan pengukuran kinerja yang
digunakan adalah ROA, ROE dan LDR. Skala usaha merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola
usahanya dengan melihat berapa jumlah karyawan yang dipekerjaan dan berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
akuntansi Holmes dan Nicholls, 1988. Jumlah pendapatan atau penjualan yang dihasilkan perusahaan dapat menunjukkan perputaran asset atau modal
yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga semakin besar pendapatan atau penjualan yang diperoleh perusahaan semakin besar pula tingkat kompleksitas
perusahaan dalam menggunakan informasi akuntansi. Jumlah karyawan dapat menunjukkan berapa kapasitas perusahaan dalam mengoperasionalkan
usahanya, semakin besar jumlah karyawan semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan, sehingga informasi akuntansi sangat dibutuhkan.
Skala usaha berpengaruh positif terhadap tingkat penyiapan dan penggunaan informasi akuntansi Holmes dan Nicholls, 1988. Hasil
penelitian mereka menyatakan bahwa tingkat informasi akuntansi yang disediakan tergantung pada skala usaha, yang diukur dengan jumlah
pendapatan atau hasil penjualan dan jumlah karyawan. Apabila skala usaha meningkat, maka proporsi perusahaan dalam penyediaan dan penggunaan
informasi akuntansi statutori, anggaran dan informasi tambahan juga meningkat.
Salah satu kelemahan dari sektor usaha mikro adalah permodalan, karenanya bank sebagai salah satu lembaga intermediasi diharapkan dapat
dijadikan sebagai mitra bisnis dalam mengembangkan sektor usaha mikro yang saling menguntungkan. Menurut Rahardjo 1997, tujuan diadakannya
penilaian kredit adalah agar kredit yang diberikan selalu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal berikut : 1 Keamanan kredit safety, artinya
pemberian kredit harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali; 2 Terarahnya tujuan penggunaan suitability, yaitu kredit
yang diberikan akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan masyarakat atau sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku;
3 Menguntungkan profitable, baik bagi bank yang memberikan kredit untuk memperoleh keuntungan berupa penghasilan dari bunga, maupun bagi
nasabahdebitur yang menerima kredit, yakni berupa keuntungan dan makin besarnya usaha.
Modal merupakan salah satu faktor produksi bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya sedangkan kredit bank adalah merupakan salah
satu alternatif permodalan bagi pengusaha. Berkembangnya sebuah perusahaan merupakan indikator dari semakin membaiknya kinerja usaha,
yang salah satunya direfleksikan dari meningkatnya keuntungan perusahaan. Pencairan kredit mikro yang disetujui didisposisi sekaligus karena untuk
sektor mikro tidak dianjurkan untuk bertransaksi melalui cek sehingga praktis semua transaksi akan dilewatkan melalui rekening tabungan. Pembayaran
angsuran dari debitur didesain melalui penagihan dengan tidak harus menunggu setelah angsuran kredit jatuh tempo melainkan sebelumnya dan
sementara ditampung dalam rekening tabungan yang bersifat sementara sebelum angsuran kredit jatuh tempo, dengan demikian disamping bank
mendapatkan keuntungan berupa bunga kredit mikro, bank juga mempunyai keuntungan dari penghimpunan dana nasabah.
E. Tinjauan Proses Pemberian Kredit Mikro Di Bank Jabar Banten Cabang