Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan
menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Dengan kata lain bank adalah suatu
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut transaksinya bank
dapat dibedakan menjadi Bank Devisa dan Bank Non Devisa. Bank Devisa adalah bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor dan
impor, serta jual beli valuta asing. Bank Non Devisa adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi internasional atau dengan kata lain hanya dapat
melakukan transaksi dalam negeri saja Irmayanto, 2001.
B. Kredit
Menurut Kasmir 1998, unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah :
1. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima
kembali di masa tertentu atau di masa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya telah dilakukan penelitian
penyelidikan tentang nasabah, baik secara internal maupun dari eksternal. Penelitian dan penyidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap
nasabah pemohon kredit. 2.
Kesepakatan Kesepakatan antara pemberi dan penerima kredit, dituangkan dalam suatu
perjanjian, dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu
Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati, dapat berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
4. Resiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihmacetnya pemberian kredit tersebut. Semakin panjang
jangka waktu kredit semakin besar risikonya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabahdebitur yang
lalai, maupun oleh risiko yang tidak sengaja. Misalnya bencana alam atau bangkrutnya usaha tanpa disengaja.
5. Balas jasa
Balas jasa merupakan keuntungan atas suatu pemberian kredit atau jasa tersebut yang lebih dikenal dengan bunga kredit. Balas jasa dalam bentuk
bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bagi bank. Kredit yang disalurkan kepada sektor usaha mikro dalam menunjang
permodalan untuk digunakan sebagai modal kerja dan modal investasi. 1. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk dipergunakan sebagai tambahan modal kerja. Modal kerja berupa modal
usaha dalam bentuk uang kas, piutang dagang, persediaan barang dagangan. Menurut Asikin 1995 dalam Lubis 2004, kredit modal kerja
adalah kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan. Oleh sebab itu, karakter yang melekat
pada kredit jenis ini adalah 1 Umumnya berjangka pendek atau musiman; 2 Kredit pada umumnya disediakan dalam bentuk rekening
koran; 3 Kebutuhan modal dihitung atas dasar perputaran usaha siklus produksi; 4 Agunan lebih ditekankan pada barang yang lebih mudah
dicairkan dalam waktu singkat; 5 Persyaratan kredit dan penentuan jatuh tempo dinegosiasikan sedemikian rupa dengan memperhatikan perkem-
bangan usaha. Menurut Kasmir 1998, kredit modal kerja digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji
pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2. Kredit Investasi Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan
investasi seperti pembelian tanah dan pembangunan gedung tempat usaha, serta pembelian barang-barang modal. Kredit ini bersifat produktif, karena
pembelian barang modal dan pembangunan gedung tempat usaha tersebut bertujuan meningkatkan produktivitas.
Menurut Kasmir 1998, kredit investasi digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyekpabrik baru atau untuk keperluan
rehabilitasi. Menurut Asikin 1995 dalam Lubis 2004, kredit investasi adalah kredit jangka menengah dan jangka panjang dalam rangka
membiayai pengadaan aktiva tetap suatu perusahaan, dengan ciri-ciri : 1 Umumnya berjangka waktu menengah atau panjang; 2 Kebutuhan kredit
investasi dihitung dari barang modal yang diperlukan, rehabilitasi dan modernisasi; 3 Kebutuhan kredit juga diperhitungkan kemampuan
debitur menyediakan biaya sendiri; 4 Penetapan jangka waktu umumnya disesuaikan dengan jadwal mulai menghasilkan dengan diberikan
tenggang waktu untuk mulai mengangsur pokok atau bunga. Menurut Riyanto 1982 dalam Febryani dan Zulfadin 2003,
pemberian kredit oleh bank didasarkan hasil penilaian bank tersebut terhadap perusahaan pemohon kredit mengenai berbagai aspek, yaitu segi
pribadi, keahlian dan kemampuan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaannya, rencana penggunaan kredit yang diminta beserta rencana
pembayaran kembali kredit tersebut, posisi dan perkembangan keuangan dari perusahaan pemohon kredit di waktu-waktu yang lalu, prospek dari
perusahaan yang bersangkutan beserta prospek industri dimana perusahaan tersebut tergolong di dalamnya pada waktu yang akan datang, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Kredit mikro menurut Tim proyek mikro banking Bank Jabar Banten
2003 adalah fasilitas kredit yang diberikan kepada pengusaha mikro baik perorangan, kelompok dan pegawai untuk membiayai kebutuhan yang bersifat
produktif dan non produktif, yang pemberiannya dilakukan secara langsung oleh Bank maupun oleh Lembaga Chanelling.
Pengusaha mikro pada dasarnya adalah termasuk dalam kelompok usaha kecil yang menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
1995 tentang Usaha Kecil adalah 1 usaha perseorangan, berbadan hukum maupun tidak, termasuk koperasi, 2 berdiri sendiri, bukan merupakan anak
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah dan besar, 3 milik WNI, 4 mzet
maksimal Rp. 1 milyar setahun dan 5 memiliki kekayaan bersih maksimal senilai Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan. Dalam inpres No. 10 tahun
1999, usaha menengah sebagai perusahaan dengan kekayaan bersih antara Rp. 200 juta – 10 milyar di luar tanah dan bangunan. Kriteria yang diatur untuk
menetapkan definisi UKM meliputi nilai investasi atau aset, omzet, tenaga kerja, kepemilikan, lagalitas dan independensi Susilowati, 2005.
Walaupun Menegkop dan UKM sesuai fungsi utamanya, yakni sebagai satu-satunya lembaga pemerintah yang bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap perumusan kebijaksanaan UKM dan koordinasi dari program- program pembinaan UKM yang dilakukan oleh semua departemen dan
lembaga pemerintah, juga memiliki data mengenai jumlah unit usaha dan tenaga kerja UKM di semua sektor ekonomi; tetapi data UKM di jenis usaha
manufaktor sebut IKM yang cukup lengkap dan terperinci menurut subsektor berasal dari Depperindag dan BPS. Tetapi kedua instansi pemerintah tersebut
menerapkan definisi IKM yang berbeda. Depperindag mengukur IKM berdasarkan nilai investasi awal aset, sedangkan BPS berdasarkan jumlah
pekerja. Berdasarkan data tahun 2003 Kantor Kementrian Negara Urusan
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dalam Hubeis 2004, jumlah UK menduduki peringkat terbanyak, yaitu 41,3 juta unit atau sekitar 99,12 dari
seluruh skala usaha yang ada di Indonesia. Usaha Menengah dan Besar UMB masing-masing sebanyak 361.052 unit 0,87 dan 2.158 unit
0,01. Namun demikian, kontribusinya terhadap ekonomi nasional masih di bawah Usaha Besar UB, yaitu hanya 43,42 sedangkan UB 44,9. Akan
tetapi UMK ini memiliki angka kesempatan kerja paling besar 88,92,
berarti skala usaha ini dapat menyerap 88,92 dari seluruh angkatan kerja nasional yang telah bekerja pada 9 sektor kegiatan ekonomi.
Menurut Hubeis 2004 dalam Yusuf, dkk 2006, UKM mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari UKM adalah :
1. Organisasi internal sederhana.
2. Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatanpadat karya, berorientasi
ekspor dan substitusi impor. 3.
Aman bagi perbankan dalam memberi kredit. 4.
Bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. 5.
Mampu memperpendek rantai distribusi. 6.
Fleksibilitas dalam pengembangan usaha. Dilain pihak kekurangan dari UKM adalah :
1. Lemah dalam kewirausahaan dan manajerial.
2. Keterbatasan keuangan.
3. Ketidakmampuan aspek pasar.
4. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi.
5. Ketidakmampuan informasi.
6. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai.
7. Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama.
8. Sering tidak memenuhi standar.
Bila dilihat dari tantangannya secara umum UMK mempunyai tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal UMK melekat pada dirinya, yaitu
kelemahan manajerial dan skala ekonomi yang terbatas. Tantangan eksternal yang ada sebagian berasal dari kemitraan yang dibangun dengan UMB.
Karakter UMB adalah standarisasi kegiatan. Dengan demikian bila UMK ingin berkembang dan menjadi mitra UMB, maka harus meningkatkan
kemampuannya dalam menjamin mutu barang atau jasa. Untuk itu dikeluarkan kebijaksanaan pemerintah melalui SKI Meneg BUMN Nomor 236MBU
2003, tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan UMK dan Program Bina Lingkungan. Program ini dilaksanakan melalui
pemanfaatan dana dari Bagian Laba BUMN, dimana tiap BUMN diwajibkan
menyisihkan 1 – 3 dari laba bersihnya untuk program kemitraan, yaitu meningkatkan kemampuan UMK menjadi tangguh dan mandiri Kementerian
BUMN, 2003. Tiap kredit yang disalurkan memiliki potensi resiko tidak terbayar oleh para nasabah. Untuk itu, sebelum perusahaan memutuskan
untuk menyetujui pemberian atau penambahan kredit oleh nasabah, terlebih dahulu dilakukan evaluasi resiko atas para nasabah. Dalam menilai resiko
kredit paling tidak terdapat lima faktor penilaian atas usulan kredit, yaitu character, capacity, capital, condition of economic dan collateral
, atau disingkat dengan sebutan 5C atau 5K Afiff, 1994 dalam Yusuf dkk, 2006.
Keberhasilan usaha kecil dan menengah dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang ekonomi dan sudut pandang sosial. Dari segi
ekonomi, keberhasilan perusahaan ditinjau dari adanya peningkatan kekayaan perusahaan diluar pinjaman, misalnya kenaikan laba, tambahan modal dan
rasio-rasio yang lain. Sedangkan segi sosial, keberhasilan perusahaan ditinjau dari adanya kelangsungan hidup perusahaan going concern dengan
kaitannya keberadaan karyawan perusahaan.
C. Analisa Kredit Mikro