Tabel 2. Tabel Hasil perhitungan jumlah bakteri Streptococcus mutans setelah Perlakuan
Keterangan: 0CFUml = Steril, tidak dijumpai pertumbuhan bakteri
TBUD =Tidak Bisa Untuk Dihitung CFUml = Colony Forming Unit
Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian efek antibakteri dengan menghitung jumlah koloni Streptococcus mutans pada setiap turunan konsentrasi dari 100
sampai dengan 0,02437. Terdapat serta kontrol positif yaitu suspensi bakteri tanpa ekstrak kulit buah manggis, dan kontrol negatif yaitu ekstrak kulit buah manggis
tanpa suspensi bakteri gambar 12. Pada konsetrasi 100 sampai dengan konsentrasi 0,487 tidak terdapat pertumbuhan koloni bakteri dengan diperolehnya nilai
Bahan Uji
Jumlah koloni bakteri dalam berbagai
konsentrasi CFUml Replikasi
1 2
3 Rata-rata
Ekstrak Kulit
Buah Manggis
100 50
25 12,5
6,25 3,125
1,5625 0,78
0,39 0,195
0,0975 0,0487
0,02437 3.20.10
14
3,3.20.10
14
3,4.20.10
14
32,3.20.10
14
Kontrol positif bakteri 3,2.10
3
Kontrol negatif bahan uji
0CFUml steril . Sedangkan pada konsentrasi 0,02347 terdapat koloni bakteri S.mutans yang tumbuh dan jika dibandingkan dengan kontrol positif dari S.mutans,
maka pada nilai konsentrasi 0,02437 tidak ada efek antibakteri dari ekstrak kulit buah manggis terhadap bakteri Streptococcus mutans.
5.2.1 Kadar Hambat Minimal KHM
Kadar hambat minimal merupakan konsentrasi terksecil ekstrak yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil pengujian antibakteri ekstrak kulit buah
manggis terhadap Streptococcus mutans setelah dicampur dengan menggunakan vorteks dan diinkubasi selama 24 jam, menunjukkan bahwa terjadi kekeruhan larutan
yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 0,02437. Tabel di atas menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut, angka koloni bakteri yang
tumbuh lebih besar dari angka kontrol positif dari bakteri, maka dari itu konsentrasi ini tidak dapat dinyatakan memiliki efek pada bakteri S.mutans dengan jumlah bakteri
3,23.10
14
CFUml.
5.2.2 Kadar Bunuh Minimal KBM
Penentuan KBM yang dicari adalah konsentrasi minimal yang dapat membunuh bakteri pada media MHA steril. Hasil pada uji antibakteri didapat pada
konsentrasi 100-0,0487 Gambar 6,10 dan 11 memperlihatkan zona bening yang tidak dijumpai pertumbuhan koloni bakteri atau senilai 0 CFUml yang menunjukkan
pada konsentrasi ini memberikan efek antibakteri. Pada tabel hasil perhitungan koloni bakteri setelah perlakuan diatas, dapat
dilihat bahwa konsentrasi terkecil yang mampu membunuh bakteri 99,9 adalah pada konsentrasi 0,0487 dengan jumlah bakteri 0 CFUml steril, yang berarti
bahwa setelah penanaman pada media MHA dan diinkubasi selama 24 jam tidak terlihat adanya pertumbuhan bakteri atau koloni bakteri sehingga dapat disimpulkan
bahwa KBM dari bahan coba ekstrak kulit buah manggis terhadap Streptococcus mutans adalah 0,0487.
BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro ekstrak kulit buah manggis terhadap Streptococcus mutans dilakukan untuk membuktikan bahwa
ekstrak kulit buah manggis memiliki daya antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Dalam penelitian ini, ektraksi buah manggis dilakukan
dengan menggunakan pelarut etanol yang dapat melarutkan seluruh bahan aktif yang terkandung dalam suatu bahan alami, baik bahan aktif yang bersifat polar, semipolar
maupun non polar. Selain itu, pelarut etanol diketahui lebih aman tidak bersifat toksik jika dibandingkan dengan pelarut metanol. Pelarut yang digunakan adalah
etanol 70. Yang memiliki sifat semi polar yang baik untuk menyari senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak kulit buah manggis yaitu saponin, flavonoid, alkoloid,
dan tanin.
15
Namun pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah pelarut etanol teknis yang merupakan pelarut yang sulit dipastikan bahwa keseluruhan
kandungannya adalah alkohol murni, sehingga dapat menyebabkan kurangnya kemampuan melarutkan bahan aktif pada kulit buah manggis. Pada saat menguapkan
ekstrak dengan rotavapor, waktu harus tepat hingga ekstrak kental dan tidak boleh berhenti sebelum selesai proses pengerjaannya.
Ekstrak kulit buah manggis disuspensikan dalam media Mueller Hinton Broth MHB karena media ini memiliki pH netral yaitu 7,3 sehingga efek antibakteri yang
dihasilkan murni berasal dari ekstrak kulit buah manggis itu sendiri, bukan karena penambahan pelarut yang bersifat asam ataupun alkali yang kemungkinan dapat
meningkatkan efek antibakterinya. Pada tahap awal, pengujian efek antibakteri dari suatu bahan dilakukan secara in vitro. Ada dua metode untuk menentukan aktivitas
antibakteri pada penelitian ini yaitu serial dilution test metode dilusi dan metode drop plate Miles Misra. Metode dilusi dapat mengisolasi bakteri dan memiliki
prosedur praktis untuk menguji isolat dengan angka sedikit, sedangkan metode drop
plate Mills Misra dapat menentukan angka dari colony forming unit pada suspensi bakteri, lebih praktis dan cepat daripada metode lain dan kontaminasi bakteri pada
permukaan kerja lebih sedikit daripada metode lain. Dalam pengujian antibakteri ini tiap konsentrasi bahan coba dilakukan
replikasi sebanyak 3 kali untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri yang tumbuh pada ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai konsentrasi karena pada konsentrasi
yang sama belum tentu jumlah bakteri yang tumbuh juga sama. Penentuan nilai KHM dilihat dari konsentrasi minimal bahan coba yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi 24 jam yang dapat dilihat secara makroskopik dari hasil biakan pada tabung yang mulai tampak keruh
dengan menggunakan metode dilusi. Caranya adalah ambil 1 ml suspensi bakteri yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan menggunakan mikropipet lalu
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung bahan coba yang telah diberi label konsentrasi yang berbeda, kemudian divorteks. Lalu tabung-tabung tersebut
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam pada inkubator CO
2
dan diamati kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tesebut dengan kontrol untuk
menentukan nilai KHM dari masing-masing bahan coba. Konsentrasi 100 sangat kental akan secara langsung membunuh bakteri Streptococcus mutans karena
tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung di dalamnya. Begitu juga yang terjadi pada konsentrasi 50, 25, 12,5, 6,25, 3,125, 1,56, 0,78, 0,39,
0,195, 0,0975, dan 0,0487 tidak dijumpai pertumbuhan bakteri steril atau 0 CFUml yang artinya pada konsentrasi 100-0,0487 bersifat bakterisid.
Kemudian nilai KBM diperoleh dengan metode Drop Plate Mills Mesra dimana bahan coba dengan konsentrasi tersebut masing-
masing divorteks dan diambil 50 μl untuk tiap konsentrasi lalu diteteskan ke dalam media padat Mueller Hinton Agar,
direplikasi 3 petri, diamkan selama 15-20 menit sampai mengering dan diinkubasi dalam inkubator CO
2
den media padat akan tumbuh menjadi 1 koloni bakteri. Pada penelitian ini didapat nilai KBM yaitu pada konsentrasi 0,0487. Dari data hasil
penelitian tidak dapat dilakukan uji statistik dengan ANOVA dan LSD karena nilai perhitungan koloni bakteri pada konsentrasi 100-0,0487 adalah 0 CFUml, yang
artinya tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan atau bakteri yang berkontak dengan bahan coba 100 mengalami kematian.. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan pada konsentrasi bahan coba 0,02437 terjadi kekeruhan larutan yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri, namun nilai bakteri pada konsentrasi
ini lebih besar daripada jumlah koloni pada kontrol maka tidak dapat dikatakan sebagai nilai KHM karena tidak mempunyai efek pada bakteri, uji kontrol McFarland
juga tidak dapat dilakukan karena kekeruhan pada percobaan ekstrak yang divorteks dengan suspensi bakteri bisa jadi diakibatkan oleh warna keruh dari ekstrak itu
sendiri. Pada penelitian Mita Suci Afrilla tahun 2011, ekstrak daun sirih hijau dapat
efektif terhadap bakteri S. mutans dengan konsentrasi 20 dan menghambat bakteri tersebut pada konsentrasi 1, dimana daya bunuh minimal ekstrak kulit manggis
lebih rendah yakni 0,048, yang juga lebih efektif dalam konsentrasi kecil dibandingkan dengan penelitian Nur Permatasari mengenai efektivitas kulit buah
mahkota dewa terhadap bakteri yang sama dengan nilai KBM 9. Ekstrak kulit buah manggis sendiri memiliki angka konsentrasi KBM yang baik dalam efektivitasnya
terhadap bakteri S.aureus pada penelitian Dyan Putri yaitu pada angka 3,125, ekstrak kulit buah manggis juga dapat efektif menghambat bakteri S.aureus pada nilai
KHM 2 berdasarkan penelitian Poeloengan tahun 2010. Efek antibakteri dari ekstrak kulit buah manggis dikarenakan adanya senyawa
aktif yang terkandung di dalamnya yaitu alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang berperan dengan mengganggu fungsi membran atau dinding sel bakteri. Ekstrak ini
juga memiliki metabolit sekunder yakni xanthone, atau xanthen-9H-ones yang sangat efektif melawan bakteri.
20
Penelitian ini, seperti penelitian sebelumnya, membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki efek antibakteri secara in vitro. Hal ini kemungkinan
akan berbeda hasilnya dalam saluran akar karena bakteri yang terdapat dalam infeksi saluran akar ialah polimikrobial maka kedepannya perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut sehingga kulit buah manggis dapat digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar secara klinis.
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian efek antibakteri ekstrak kulit buah manggis terhadap Streptococcus mutans secara in vitro dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit
buah manggis mempunyai efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans dengan nilai KBM 0,04875 jumlah koloni 0 CFUml.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan uji fitokimia pada ekstrak kulit buah manggis untuk
mengetahui senyawa aktif mana yang memiliki aktivitas antibakteri paling besar. 2.
Perlu dilakukan penelitian untuk menguji efek antimikrobial kulit buah manggis terhadap mikroba lain yang patogen dalam saluran akar.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek kulit buah
manggis secara in vivo sehingga didapat konsentrasi yang dapat digunakan secara klinis dan akhirnya ekstrak kulit buah manggis dapat dikembangkan sebagai bahan
alternatif medikamen saluran akar dari bahan alami dalam perawatan endodonti. 4.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode cakram untuk mengetahui angka KHM.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baumgartner J.C, Bakland L.K, Sugita E.I. Chapter 3, Microbiology of
Endodontics and Asepsis in Endodontic Practice: Ingle and Backland. Endon 5
th
ed, 2002: 63-6, 77-9. 2.
El Karim et al. The Antimicrobial Effects of Root Canal Irrigation dan Medication. OOOOE 2007; 103; 560-1, 564-5.
3. Siqueira JF, Rocas IN. Clinical Implications and Microbiology of Bacterial
Persistence after Treatment Procedures. JOE 2008, 34. 4.
Samaranayake L. Essential Microbiology for Dentistry. Chapter 11, Streptococci, staphylococci and micrococci: Elsevier. 4
th
ed, 2012. 5.
Batt Carl A, Torotello M.L. Encyclopedia of Food Microbiology second edition. Elsevier 2014 : 536.
6. Hargreaves K M, Cohen S. Cohen’s Pathways of The Pulp Tenth Edition.
Mosby Elsevier, 2011: 253-5, 572-9. 7.
Aswal D, Beatrice L. Efek Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa Terhadap Enterococcus faecalis Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar
Secara In Vitro. J Dent 2010: 15, 32-6. 8.
Poeloengan M, Praptiwi. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis Garcinia mangostana Linn. Media Litbang Kesehatan 2010; 20,
65-9. 9.
Vishnu P et al. Antimicrobial Activity of Pericarp Extract of Garcinia mangostana Linn. IJPSR 2010; 1, 278-80.
10. Soerono Akbar SM. Endodontologi, kumpulan naskah 1991-2003. Ed ke-1.
Jakarta : Hafizh, 2003: 1250-1 11.
Siqueria JF. Taxonomic Changes of Bacteria Associated with Endodontic Infections. JOE 2003; 29, 619-22
12. Narayanan L L, Vaishnavi C. Endodontic Microbiology. J Conserv Dent
2010; 14, 233-9.
13. Peciuliene V, Maneliene R, Balcikonyte E, Drukteinis S, Rutkunas V.
Microorganisms in Root Canal Infections : a Review. Baltic Dental and Maxillofacial Journal, 10:4, 2008.
14. Shen Y et al. Evaluation of The Effect of Two Chlorhexidine Preparations on
Biofilm Bacteria In Vitro: A Three-Dimensional Quantitative Analysis. J Endod 2009; 35, 981.
15. Waltimo T et al. Clinical Efficacy of Treatment Procedures in Endodontic
Infection Control and One Year Follow-up of Periapical Healing. JOE 2005; 31; 863.
16. Clinical Update. Endodontic Flare-ups: Incidence, Etiology, Prevention,
Diagnosis, and Treatment. Naval Postgraduate Dental School 2009; 31. 17.
Pazelli L, Freitas A, Ito I, Souza-Gugelmin M, Medeiros A, Nelson-Filho P. Prevalence of Microorganisms in Root Canals od Human Deciduous Teeth
with Necrotic Pulp and Chronic Periapical Lesions. Pediatric Dentistry Journal 2003;174: 367.
18. Harsini, Widjijono. Penggunaan Herbal di Bidang Kedokteran Gigi. Majalah
Kedokteran Gigi 2008; 15, 61-4. 19.
Kaomongkolgit R, Jamdee K, Chaisomboon N. Antifungal Activity of Alpha- mangostin Against Candida Albicans. J Oral Sci 2009; 51,401-4.
20. Tadtong S, Viriyaroj A, Vorarat S, Nimkulrat S, Suksamrarn S.
Antityrosinase and Antibacterial Activities of Mangosteen Pericarp Extract. J Health Res 2009; 99-101.
21. Palakawong C, Sophanodora P, Pisuchpen S, Phongpaichit S. Antioxidant and
Antimicrobial Activities of Crude Extracts from Mangosteen Garcinia mangostana L. Parts and Some Essential Oils. International Food Research J
2010; 17, 583-7.