tubulus dentin dan mengkolonisasinya.
1
Pada penelitian Luciana Cunha Pazelli dkk Streptococcus mutans mencapai angka prevalensi 48.4 yang merupakan angka
besar dibandingkan bakteri lain sepert bacilli, sebesar 35.5.
1
Tabel 1. Kultur dan identifikasi bakteri dari saluran akar gigi dengan radiolusensi apikalis
Bakteri Insidens
Fusobacterium nucleatum 48
Streptococcus sp 40
Bacteroides sp 35
Prevotella intermedia 34
Peptostreptococcus intermedia 34
Eubacterium alactolyticum 34
Peptostreptococcus anaerobius 31
Lactobacillus sp 32
Eubacterium lentum 31
Fusobacterium sp 29
Campylobacter sp 25
Peptostreptococcus sp 15
Actinomyces sp 15
Eubacterium timidum 11
Capnocytophaga ochracea 11
Eubacterium brachy 9
Selenomonas sputigena 9
Veillonella parvula 9
Porphyromonas endodontalis 9
Prevotella buccae 9
Prevotella oralis 8
Proprionibacterium propionicum 8
Prevotella denticola 6
Prevotella loescheii 6
Eubacterium nodatum 6
Gambar 1. Sreptococcus mutans sumber: www.britannica.com
2.2 Bahan Medikamen Saluran Akar
Jika perawatan saluran akar tidak dapat diselesaikan dalam satu kali pertemuan, bakteri yang bertahan didalam saluran akar dapat berproliferasi jika
dibiarkan kosong antar kunjungan. Penggunaan bahan medikamen telah disarankan untuk membantu mengeliminasi bakteri yang tersisa di saluran akar untuk
mengurangi inflamasi periakpikal dan nyeri, serta dapat menyembuhkan. Pada penelitian Waltimo et al tahun 2005 dibuktikan bahwa penggunaan medikamen
penting adanya untuk mengurangi jumlah bakteri jika dibandingkan dengan saluran akar yang dibiarkan kosong antar waktu kunjungan.
15,16
Beberapa bahan medikamen juga dapat menghilangkan atau mengurangi eksudat apikal dan mengontrol resorpsi
akar yang inflamasi serta mencegah kontaminasi diantara kunjungan pasien. Telah ditunjukkan bahwa angka bakteri residual rendah setelah dilakukan instrumentasi,
tetapi jika saluran akar dibiarkan kosong di antara waktu kunjungan, bakteri yang tersisa akan berkembang menjadi angka awalnya.
2
Medikamen saluran akar dapat diklasifikasi berdasarkan bahan dasar kimianya yaitu bahan fenol seperti eugenol dan CMCP, aldehida formokresol,
halida iodine-potasium-iodida, kalsium hidroksida, antibiotik, dan kombinasi variasi.
1,2,8
Beberapa dari bahan ini tidak lagi digunakan pada perawatan saluran akar dikarenakan toksisitas yang telah dilaporkan, namun, kalsium hidroksida dan bahan
yang berbahan dasar antibiotik masih menjadi bahan yang sering digunakan sebagai medikamen saluran akar.
1,2
Kalsium hidroksida sering digunakan karena memiliki properti biologis yang bervariasi, sifat antibakteri serta kemampuan dalam
merangsang proses perbaikan dan menstimulasi formasi jaringan keras. Tetapi Cvek et al., Orstavik et al., dan Peters et al. mendemonstrasikan pada studi klinis bahwa
CaOH
2
dapat membatasi pertumbuhan bakteri tetapi tidak secara total mengeliminasi bakteri dari saluran akar.
2
Lain halnya dengan bahan yang mengandung antibiotik. Menggunakan medikamen berbahan dasar antibiotik dapat
meningkatkan resiko hipersensitivitas obat dan membatasi batas kemampuan obat yang digunakan. Contoh medikamen dengan bahan dasar antibiotik adalah Ledermix
yang dapat mengurangi nyeri setelah perawatan, namun tidak terlalu efektif membunuh bakteri.
1,2
2.3 Tanaman Manggis dan Nilai Farmakologisnya
Mengingat dalam penggunaan obat-obatan modern dengan purifikasi bahan aktif banyak menimbulkan efek samping terhadap kesehatan yang cukup signifikan,
maka timbul kecenderungan pada masa kini sehingga kebanyakan orang ingin kembali ke alami back to nature.
17
Tanaman manggis Garnicia mangostana L merupakan tanaman yang telah di cocok tanamkan di daerah tropical gambar 2. Tanaman ini dianggap berasal dari
Asia bagian tenggara atau Indonesia. Tanaman ini juga terdapat di Malaysia, Myanmar, Thailand, Cambodia, dan Vietnam. Bagian yang dapat di makan dari buah
ini hanya 25 dari volume totalnya, sisanya adalah bagian kulit yang pahit dan keras yang mengeluarkan resin kuning disebut xanthone atau warna kuning dari bahasa
Yunani.
18
Gambar 2. Buah Manggis
Berdasarkan taksonominya, tanaman manggis dapat diklasifikasikan berdasarkan Divisi Magnoliopsida, Subdivisi Dilleniidae, Kelas
Theales,Bangsa Clusiaceae, Suku Garcinia,Marga Garcinia mangostana L.
Manggis dapat tumbuh pada ketinggian 1-1000 m di atas permukaan laut pada berbagai jenis tanah pada tanah liat dan lempung yang kaya bahan organik. Agar
dapat tumbuh dengan baik, tanaman manggis membutuhkan iklim yang memiliki
kelembaban dan panas dengan curah hujan yang cukup merata. Pohon manggis selalu hijau dengan tinggi 6-20 m mempunyai batang tegak, batang pokok jelas, kulit batang
cokelat, dan memiliki getah kuning, daun tunggal, ruas daun berhadapan atau bersilang berhadapan, dan berbentuk helaian. Daunnya mengkilat di bagian
permukaannya, dengan permukaan atas berwarna hijau gelap dan permukaan bawah berwarna hijau terang dengan bentuk elips memanjang serta berukuran 12-23 x 4,5-
10 cm dengan panjang tangkai 1,5-2 cm.
19
Kulit, daun dan tangkai buah ini telah digunakan sebagai obat alami selama bertahun-tahun. Kulit manggis yang tebal ini
digunakan untuk menyembuhkan cystisis, diare, disentri, eczema, demam, penyakit usus, pruritis, dan penyakit kulit.
19-21
Efek terapeutik kulit buah manggis erat hubungannya dengan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Komponen aktif kulit buah manggis yang mengandung
xanthone antara lain saponin, tanin, alkaloid dan flavonoid.
18
Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel,
apabila saponin berinteraksi dengan sel kuman, kuman tersebut akan pecah atau lisis.
18
Tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi tinggi, tanin bekerja sebagai antimikroba dengan cara
mengkoagulasi atau mengumpulkan protoplasma kuman sehingga terbentuk ikatan yang stabil dengan protein kuman dan pada saluran pencernaan tanin diketahui dapat
mengeliminasi toksin.
18
Mekanisme alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan menghambat sintesis dinding sel yang akan menyebabkan lisis pada sel sehingga sel
mati.
18
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol yang mempunyai kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga mengganggu proses metabolisme.
18