Kadar Bunuh Minimal KBM
plate Mills Misra dapat menentukan angka dari colony forming unit pada suspensi bakteri, lebih praktis dan cepat daripada metode lain dan kontaminasi bakteri pada
permukaan kerja lebih sedikit daripada metode lain. Dalam pengujian antibakteri ini tiap konsentrasi bahan coba dilakukan
replikasi sebanyak 3 kali untuk mengetahui rata-rata jumlah bakteri yang tumbuh pada ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai konsentrasi karena pada konsentrasi
yang sama belum tentu jumlah bakteri yang tumbuh juga sama. Penentuan nilai KHM dilihat dari konsentrasi minimal bahan coba yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi 24 jam yang dapat dilihat secara makroskopik dari hasil biakan pada tabung yang mulai tampak keruh
dengan menggunakan metode dilusi. Caranya adalah ambil 1 ml suspensi bakteri yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan menggunakan mikropipet lalu
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung bahan coba yang telah diberi label konsentrasi yang berbeda, kemudian divorteks. Lalu tabung-tabung tersebut
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam pada inkubator CO
2
dan diamati kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tesebut dengan kontrol untuk
menentukan nilai KHM dari masing-masing bahan coba. Konsentrasi 100 sangat kental akan secara langsung membunuh bakteri Streptococcus mutans karena
tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung di dalamnya. Begitu juga yang terjadi pada konsentrasi 50, 25, 12,5, 6,25, 3,125, 1,56, 0,78, 0,39,
0,195, 0,0975, dan 0,0487 tidak dijumpai pertumbuhan bakteri steril atau 0 CFUml yang artinya pada konsentrasi 100-0,0487 bersifat bakterisid.
Kemudian nilai KBM diperoleh dengan metode Drop Plate Mills Mesra dimana bahan coba dengan konsentrasi tersebut masing-
masing divorteks dan diambil 50 μl untuk tiap konsentrasi lalu diteteskan ke dalam media padat Mueller Hinton Agar,
direplikasi 3 petri, diamkan selama 15-20 menit sampai mengering dan diinkubasi dalam inkubator CO
2
den media padat akan tumbuh menjadi 1 koloni bakteri. Pada penelitian ini didapat nilai KBM yaitu pada konsentrasi 0,0487. Dari data hasil
penelitian tidak dapat dilakukan uji statistik dengan ANOVA dan LSD karena nilai perhitungan koloni bakteri pada konsentrasi 100-0,0487 adalah 0 CFUml, yang
artinya tidak dijumpai pertumbuhan bakteri dalam media perbenihan atau bakteri yang berkontak dengan bahan coba 100 mengalami kematian.. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan pada konsentrasi bahan coba 0,02437 terjadi kekeruhan larutan yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri, namun nilai bakteri pada konsentrasi
ini lebih besar daripada jumlah koloni pada kontrol maka tidak dapat dikatakan sebagai nilai KHM karena tidak mempunyai efek pada bakteri, uji kontrol McFarland
juga tidak dapat dilakukan karena kekeruhan pada percobaan ekstrak yang divorteks dengan suspensi bakteri bisa jadi diakibatkan oleh warna keruh dari ekstrak itu
sendiri. Pada penelitian Mita Suci Afrilla tahun 2011, ekstrak daun sirih hijau dapat
efektif terhadap bakteri S. mutans dengan konsentrasi 20 dan menghambat bakteri tersebut pada konsentrasi 1, dimana daya bunuh minimal ekstrak kulit manggis
lebih rendah yakni 0,048, yang juga lebih efektif dalam konsentrasi kecil dibandingkan dengan penelitian Nur Permatasari mengenai efektivitas kulit buah
mahkota dewa terhadap bakteri yang sama dengan nilai KBM 9. Ekstrak kulit buah manggis sendiri memiliki angka konsentrasi KBM yang baik dalam efektivitasnya
terhadap bakteri S.aureus pada penelitian Dyan Putri yaitu pada angka 3,125, ekstrak kulit buah manggis juga dapat efektif menghambat bakteri S.aureus pada nilai
KHM 2 berdasarkan penelitian Poeloengan tahun 2010. Efek antibakteri dari ekstrak kulit buah manggis dikarenakan adanya senyawa
aktif yang terkandung di dalamnya yaitu alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid yang berperan dengan mengganggu fungsi membran atau dinding sel bakteri. Ekstrak ini
juga memiliki metabolit sekunder yakni xanthone, atau xanthen-9H-ones yang sangat efektif melawan bakteri.
20
Penelitian ini, seperti penelitian sebelumnya, membuktikan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki efek antibakteri secara in vitro. Hal ini kemungkinan
akan berbeda hasilnya dalam saluran akar karena bakteri yang terdapat dalam infeksi saluran akar ialah polimikrobial maka kedepannya perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut sehingga kulit buah manggis dapat digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar secara klinis.