Tabel 3.1 Formula sediaan pewarna pipi dari ekstrak bunga kecombrang
Komposisi gram
Sediaan 1
2 3
4 5
6
Talkum 36, 893
35,808 34,723
33,638 33,638
43,404 Kaolin
4,150 4,028
3,906 3,784
3,662 4,883
Zink Oksida 2,306
2,238 2,170
2,102 2,034
2,713 Eks. B K
7,65 8,925
10,2 11,475
12,75 Nipagin
0,05 0,05
0,05 0,05
0,05 0,05
Parfum 0,13095 0,13095 0,13095
0,13095 0,13095 0,13095
Isopropil miristat
0,512 0,512
0,512 0,512
0,512 0,512
Lanolin 0,512
0,512 0,512
0,512 0,512
0,512 Keterangan:
Sediaan 1 = formula dengan konsentrasi ekstrak kecombrang 15 Sediaan 2 = formula dengan konsentrasi ekstrak kecombrang 17,5
Sediaan 3 = formula dengan konsentrasi ekstrak kecombrang 20 Sediaan 4 = formula dengan konsentrasi ekstrak kecombrang 22,5
Sediaan 5 = formula dengan konsentrasi ekstrak kecombrang 25 Sediaan 6 = formula tanpa ekstrak bunga kecombrang blanko
3.4.3 Prosedur pembuatan pewarna pipi
Zink oksida dihaluskan dan diayak dengan ayakan mesh 100. Talkum, kaolin dan nipagin masing-masing dihaluskan dalam lumpang. Ekstrak bunga
kecombrang digerus dalam lumpang yang lain dan ditambahkan talkum sedikit demi sedikit digerus hingga homogen dan dicampurkan ke dalam campuran di
atas, kemudian digerus lagi hingga homogen. Ditambahkan zat pengikat isopropil miristat dan lanolin yang sebelumnya telah dipanaskan sampai
mencair dan campuran digerus hingga diperoleh massa yang homogen, kemudian ditambahkan parfum lalu diayak dengan pengayak mesh 60, lalu
dikeringkan dalam lemari pengering selama ±20 menit pada suhu ±50
o
C. Kemudian diayak dengan pengayak mesh 100. Dikempa dengan menggunakan
pencetak.
Universitas Sumatera Utara
3.5Pemeriksaan Mutu Fisik Pewarna Pipi
Pemeriksaan mutu sediaan fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan pewarna pipi. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan
dispersi warna homogenitas, uji poles, uji kekerasan dan uji keretakan.
3.5.1 Uji dispersi warna
Dispersi warna diuji dengan menebarkan serbuk pada permukaan kertas berwarna putih dan tidak boleh ada warna yang tercoreng atau tidak
merataButler, 2000.Pengamatan dilakukan menggunakan lup, lup yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah lup dengan perbesaran 3x. 3.5.2 Uji poles
Uji poles dilakukan terhadap sediaan masing-masing formula dengan cara dioleskan lima kali pada punggung telapak tangan dan diamati warnanya
Kethler, 1956.
3.5.3 Uji tekanankekerasan
Sediaan yang dibuat diuji kekerasannya dengan cara mengukur denganhardness tester Copley. Sediaan diletakkan diantara anvil dan punch,
ditekan knob sampai sediaan retak dan pecah, kemudian dibaca bilangan yang menunjukkan kekerasan pada layar Soekemi, dkk., 1987.
3.5.4 Uji keretakan
Sediaan dijatuhkan pada permukaan kayu beberapa kali pada ketinggian 8-10 inci. Diamati bentuknya, sediaan yang tidak pecah dinyatakan memenuhi
syarat Butler, 2000.
Universitas Sumatera Utara
3.6Uji Cemaran Mikroba
Ditimbang sampel 1 g dalam aluminium foil. Sampel dimasukkan dalam labu ukur 10 ml ditambah pengencer sampai 10 ml sehingga diperoleh
pengenceran 1:10, dan dikocok hingga larut. Dilanjutkan dengan pengenceran yang diperlukan, yaitu 1;100 dan 1:1000. Dipipet 1 ml dari tiap pengenceran ke
dalam cawan petri steril dengan menggunakan pipet yang berbeda dan steril untuk tiap pengenceran. Tiap cawan petri dituangkan 5 ml media Nutrien Agar
yang telah dicairkan pada suhu kurang lebih 45
o
C. cawan petri digoyangkan hingga sampel tercampur rata dengan perbenihan. Kemudian dibiarkan hingga
campuran dalam cawan petri membeku. Cawan petri dengan posisi terbalik dimasukkan ke lemari inkubator pada suhu35
o
Berdasarkan keputusan Direktur Jendral POM tentang persyaratan cemaran mikroba pada kosmetika, persyaratan maksimum mikroba yang
terdapat pada jenis kosmetika pewarna pipi adalah 10 C selama 24 jam. Dicatat
pertumbuhan koloni pada masing-masing cawan yang mengandung 30-300 setelah 24 jam. Dihitung ALT angka lempeng total dalam kolonig sampel
dengan mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang sesuai Saifuddin, 2011.
5
3.7 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan Hedonic Test