Uji kekerasan Hasil Ekstraksi Bunga Kecombrang

4.4Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan Pewarna Pipi 4.4.1 Uji dispersi warna Homogenitas Hasil pemeriksaan dispersi warna menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat terdispersi merata dan tidak ada warna yang berbeda atau tidak merata pada saat ditaburkan pada kertas putih. Sediaan yang diuji adalah sediaan dengan 22,5 ekstrak bunga kecombrang Gambar hasil uji dispersi warna dapat dilihat pada Lampiran8. 4.4.2Uji poles Berdasarkan uji poles diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan pemolesan yang baik adalah sediaan pada konsentrasi 15; 17,5 dan 20. Hal ini ditandai dengan dua kali pemolesan, sediaan telah menghasilkan warna pada punggung tangan. Sediaan 22,5 menghasilkan warna dengan 3 kali pemolesan. Sedangkan sediaan 25 sukar dipoles sehingga tidak melepaskan warna pada punggung tangan. Antosianin adalah glikosida, pada konsentrasi tinggi menyebabkan kekompakan sediaan 25 lebih besar sehingga tidak melepaskan warna saat dipoles pada punggung tangan. Gambar hasil uji polesdapat dilihat pada Lampiran9.

4.4.3 Uji kekerasan

Berdasarkan uji kekerasan diperoleh bahwa hanya sediaan 6 yang menunjukkan hasil yang berbeda, sedangkan sediaan 1-5 menunjukkan hasil yang relatif sama. Hasil uji kekerasan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Data hasil uji kekerasan sediaan pewarna pipi dari ekstrak bunga kecombrang Keterangan: Sediaan 1 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 15 Sediaan 2 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 17,5 Sediaan 3 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 20 Sediaan 4 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 22,5 Sediaan 5 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 25 Sediaan 6 = Formula tanpa ekstrak bunga kecombrang Dilakukan juga uji kekerasan pada produk pewarna pipi komersial sebagai pembanding dengan nilai kekerasan 0,45 kg. Produk yang digunakan memiliki bobot 1,6 gram, dengan ukuran 1,8×1,8cm dan tebal 4mm.Maka nilai uji kekerasan antara pewarna pipi komersial dengan sediaan yang dibuat tidak berbeda secara signifikan. Untuk ukuran kekerasan, sediaan tidak dapat dibuat terlalu keras karena akan sulit saat penggunaannya. 4.4.4Uji keretakan Uji keretakan yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa semua sediaan yang dibuat tidak pecah saat dijatuhkan pada permukaan kayu dengan ketinggian 8-10 inci sebanyak 3 kali. Hasil uji keretakan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini. Sediaan Kekerasan kg 1 0,37 2 0,39 3 0,39 4 0,41 5 0,40 6 0,31 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Data hasil uji keretakan sediaan pewarna pipidari ekstrakbunga kecombrang Sediaan Hasil 1 Tidak pecah 2 Tidak pecah 3 Tidak pecah 4 Tidak pecah 5 Tidak pecah 6 Tidak pecah Keterangan: Sediaan 1 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 15 Sediaan 2 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 17,5 Sediaan 3 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 20 Sediaan 4 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 22,5 Sediaan 5 = Formula dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 25 Sediaan 6 = Formula tanpa ekstrak bunga kecombrang 4.5Uji Cemaran Mikroba Hasil uji cemaran mikroba menunjukkan bahwa sediaan blanko dan produk pewarna pipi komersial mengadungmikroba sebanyak 10 5 Sedangkan sediaan dengan konsentrasi ekstrak bunga kecombrang 15; 17,5; 20; 22,5 dan 25, memiliki jumlah mikroba lebih dari 10 sehingga memenuhi persyaratan maksimum mikroba. 5 . Besarnya jumlah mikroba ini dapat terjadi karena prosedur kerja yang tidak aseptis dan terkontaminasinya tumbuhan selama proses penanaman sehingga dapat mencemari sediaan pewarna pipi Pratiwi, 2008. Hasil uji cemaran mikroba dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Tabel 4.3 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3 Data hasil uji cemaran mikroba sediaan pewarna pipi dari ekstrak bunga kecombrang No. Sampel Jumlah mikroba x10 5 1 Sediaan 15 3 2 Sediaan 17,5 3 3 Sediaan 20 4 4 Sediaan 22,5 4 5 Sediaan 25 4 6 Blanko 1 7 Produk pewarna pipi komersial 1 4.6 Uji Iritasi dan Uji Kesukaan Hedonic Test 4.6.1 Uji iritasi