Muatan Nilai Kecintaan lingkungan
27 instruction; 2 penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata real
world problem, bukan dunia sekolah school work-kind of problems; 3 penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar; dan 4 penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran
kognitif, afektif, dan psikomotorik Pusat Kurikulum Balitbang, 2009: 3. Penilaian afektif sikap berangkat dari perasaan suka atau tidak suka yang
terkait dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatuobjek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan
hidup yang dimiliki seseorang. Dalam pembelajaran sains, didalamnya ada komponen sikap, yaitu sikap
ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Menurut Krathwol 1961 dalam Mushlich 2010:165 :
taksonomi tingkatan ranah afektif ada lima, yaitu receiving attending, responding, valuing, organization, dan characterization.
Penjelasan mengenai tingkatan ranah afektif tersebut, yaitu sebagai berikut. 1.
Tingkatan Receiving Pada tingkat receiving, siswa memiliki keinginan memperhatikan suatu
fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik misalnya mengarahkan siswa agar senang
membaca buku, senang bekerjasama, yang membuat kesenangan tersebut menjadi kebiasaan.
28
2. Tingkat Responding
Responding merupakan partisipasi aktif siswa, yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya memperhatikan fenomena
khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respon, berkeinginan memberi respon,
atau kepuasan memberi respons. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihann dan
kerapian. 3.
Tingkat Valuing Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang
menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan
keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal
secara jelas. Penilaian diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi. 4.
Tingkat Organization Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik
antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai,
misalnya pengembangan filsafat hidup. 5.
Tingkat Characterization Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat
ini siswa memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada
29 waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran ini
berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial. Bentuk penilaian afektif menurut Sunarti dan Rahmawati 2014: 46
mencakup empat ranah, yaitu sebagai berikut: 1.
Sikap, 2.
Minat, 3.
Nilai, dan 4.
Konsep diri.
1 Penilaian sikap, digunakan untuk mengukur kecenderungan siswa merespon suatu objek, situasi, konsep, atau orang, baik menyukai atau tidak
menyukai. Penilaian sikap siswa dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sikap. 2 Penilaian minat, digunakan untuk mengukur
keingintahuan siswa terhadap keadaan suatu objek yang terorganisasi melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Penilaian minat dapat berupa kuesioner. 3 Penilaian Nilai, digunakan untuk
mengukur suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang. Penilaian terhadap nilai dapat
dilakukan dengan membuat instrumen nilai berupa kuesioner. 4 Penilaian konsep diri, digunakan untuk mengukur dirinya sendiri menyangkut
keunggulan dan kelemahannya. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen konsep diri berupa kuesioner.
E.1 Karakteristik Ranah Afektif
Tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap dan nilai. 1.
Sikap