PENGEMBANGAN LKS DALAM PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN

(1)

Meitikasari

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS DALAM PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN

TERHADAP LINGKUNGAN Oleh

MEITIKASARI

Media pembelajaran sangat penting karena merupakan salah satu komponen untuk mendukung proses pembelajaran, agar tercapainya tujuan pembelajaran. Telah dilakukan penelitian untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) SMP/MTs pada pokok bahasan kalor dan perpindahannya yang berisi materi, kegiatan praktikum, dan terdapat soal-soal evaluasi, serta dilengkapi dengan muatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Pengembangan LKS dengan tujuan mengembangkan maupun mengetahui kemanfaatan, kemudahan, kegunaan dan keefektifan produk yang dilihat dari hasil belajar siswa yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta menghasilkan produk berupa LKS dalam pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan bagi siswa SMP/MTs kelas VII.

Pengembangan ini diawali dengan tahap analisis kebutuhan yang menghasilkan bahwa perlunya dikembangkan LKS berkarakter, tahap kedua identifikasi sumber daya yang dimiliki sekolah masih kurang sehingga sangat dibutuhkan media pembelajaran. Identifikasi spesifikasi produk menghasilkan format LKS yang


(2)

Meitikasari akan dikembangakan. Tahap selanjutnya pengembangan produk dengan menggunakan format LKS yang telah ditentukan sehingga menghasilkan prototipe 1. Tahap uji internal diperoleh skor 3,1 (baik) untuk uji materi, dan skor 3 (menarik) untuk uji desain sehingga dihasilkan prototipe II. Selanjutnya Uji eksternal pada uji satu lawan satu diperoleh skor kemenarikan 3,4 (sangat menarik), skor kemudahan 3,7 (sangat mudah), dan skor kemanfaatan 3,6 (sangat bermanfaat), sehingga dapat dilanjutkan dengan uji kelompok kecil atau uji lapangan, maka diperoleh skor kemenarikan 3,55 (sangat menarik), skor kemudahan 3,57 (sangat mudah), dan skor kemanfaatan 3,5 (sangat bermanfaat). Tahap produksi yang diperoleh produk berupa media pembelajaran kalor dan perpindahannya yang berbentuk media cetak. Ketuntasan belajar siswa dilihat dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan skor rata-rata 3,35 (sangat baik). Hasil belajar siswa sebesar 83,7% telah tuntas KKM dengan nilai rata-rata 81,1, ini menunjukan bahwa LKS yang dikembangan sudah efektif.

Kata kunci: LKS pembelajaran sains, nilai kecintaan terhadap lingkungan, nilai ketuhanan.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Pugung, Kabupaten Pesisir Barat pada tanggal 20 Mei 1991, anak ke tiga dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Nasruddin dan Ibu Bun Yani.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK-PGRI Bambang tahun 1997-1998, selanjutnya SD Bambang pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2004, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Lemong Kabupaten Pesisir Barat pada tahun ajaran 2004 sampai tahun 2007, dan masuk MAN Krui Pesisir Barat pada tahun 2007 yang diselesaikan pada Tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis memiliki pengalaman organisasi, yaitu Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) FKIP periode 2011/2012 sebagai Anggota bidang Pengabdian Masyarakat (PENGMAS). Pada tahun 2012 penulis telah mengikuti Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMTD) yang di selenggarkan oleh BEM FKIP.


(8)

ix

Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan terintegrasi (KKN-KT) di SMPN 2 Liwa Lingkungan Pantau Kelurahan Pasar Liwa Lampung Barat, selama lebih kurang 2,5 bulan.


(9)

MOTO

“Apa yang nampak sebagai suatu kemurahan hati, sering sebenarnya tiada lain adalah ambisi yang terselubung, yang mengabaikan kepentingan-kepentingan kecil untuk

mengejar kepentingan-kepentingan yang lebih besar” (La Roucefoucauld)

“Kesulitan adalah ladang belajar terbaik untuk menjadi kuat dan tak berhenti berjuang untuk menjadi manusia yang baik”


(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan kasih cintaku yang tulus dan mendalam kepada:

1. Kedua orang tua penulis tercinta Bapak Nasruddin dan Ibu Bun Yani yang selalu menanti keberhasilanku.

2. Kakak-kakakku tercinta Niksen Mardiansyah beserta istrinya Asis Sofia Meda dan Agus Cik yang selalu memberikan dukungan dalam

keberhasilanku.

3. Adikku tercinta Riskon Kausar dan Rama Hartati yang selalu memberikan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Datuk dan Andung ku yang tersayang Hanafi dan Hazmi yang selalu memberikan dukungan dan do’a dalam menyelesaiakan tugas akhirku. 5. Awan Zaini dan keluarga serta cuda Herlina dan keluarga yang selalu

memberikan dorongan dan semangat dalam menyelesaikan tugas akhirku. 6. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.


(11)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrohim.

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS dalam Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan pada Materi Pokok Kalor dan Perpindahannya di SMP”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika. 4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Ismu Wahyudi, S.Pd, M.Pfis., selaku Pembimbing II yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.


(12)

xiii

6. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M,Pd., selaku Pembahas atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, saran dan kritik kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Ibu Lilik Indrawati, S.Pd., selaku guru fisika SMP 1 Sekampung yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis.

9. Bapak Drs. Haryanto, M.Si., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah.

10.Ibu Tri Wahyu Utami selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas VII SMP Negeri 1 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian

berlangsung.

11.Ibu Herlina S.Pd, Tri Susilowati, S.Pd, dan Bapak Antomi Saregar, M.Pd., M.Si,. selaku uji ahli, terimakasih atas waktu dan masukannya.

12.Sahabat ku Dewi, Novel, dan Vandan terimakasih atas kebersamaan baik senang maupun susah.

13.Teman seperjuangan Pendidikan Fisika B 2010 : Beti, Galih, Rika, Cory, Yunita, April, Ratri, Kadek, Gus, Liza, Sandi, Heru, Manda, Mas Didi, Om Topan,

Tawag, Kak Selamet, Udin, Dodo, Mirza, Novita, Nani, Inayah terimakasih untuk kebersamaannya, semoga kesuksesan selalu menyertai kita.


(13)

xiv

14. Tim seperjuangan, Kaloer’s: Rosita, shela, Paulina, Risky, Trian yang selalu menjaga kekompakan dan kesolidan. Semoga kesabaran kita membuahkan hasil yang maksimal. Amin.

15.Sahabat SMP ku Litha, Dian, Maria, Puri, Dede, Nisa, Aya, Ben dan lain-lain yang selalu memberikan semangat.

16.Teman-teman Program Studi Pendidikan Fisika A 2010, terima kasih atas dukungannya.

17.Sahabat seperjuangan MAN Krui yang luar biasa Febri, Hera, Dica, Tri, Lia, Prada, Samsyiati, Neni, Ria, Serli, Fendi, Fadli,Nanang, Murdani, Meki, Rena, Dian, semoga perjuangan kita tidak sia-sia.

18.Abang Icen Amsterly, SH., terimakasih banyak atas dukungan dalam menyusun skripsi ini.

19.Bapak Asep Wahyudin, S.Pd., yang tidak pernah berhenti memberikan semangat kepada penulis.

20.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, April 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER ... i

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup ... 5

F. Definisi Istilah ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 7

B. Pembelajaran Sains ... 15

C. Pendidikan Berkarakter ... 16

1. Nilai Kecintaan terhadap Lingkungan ... 22

2. Nilai Ketuhanan ... 25

D. Materi ... 26

E. Desain Rancangab LKS ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 36

B. Prosedur Pengembangan ... 36


(15)

xv

2. Identifikasi sumber daya ... 38

3. Identifikasi spesifikasi produk ... 39

4. Pengembangan produk ... 39

5. Uji internal ... 40

6. Uji eksternal ... 41

7. Produksi ... 43

C. Teknik Pengumpuan Data ... 43

D. Teknik Analisis Data ... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 65

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 71

B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perilaku Berkarakter yang diamati dalam Penelitian... 19

2. Kalor Jenis Berbagai Zat... 28

3. kriteria Penilaian Ujian Internal dan Eksternal... 47

4. Konversi Penilaian Akhir Uji Internal dan Eksternal... 48

5. Ringkasan Saran Perbaikan Uji Spesifikasi Produk ... 56

6. Hasil Uji Internal Lembar Kerja Siswa Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan ... 58

7. Respon dan penilaian siswa terhadap pengguna LKS ... 59

8. Respon dan Penilaian Siswa terhadap Pengguna LKS pada Uji Kelompok Kecil... 60

9. Data Penilaian Pengetahuan... 61

10. Data Penilaian Sikap ... 62

11. Data Penilaian Keterampilan... 63

12. Perbandingan Skor Rata-rata Siswa ... 64


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sembilan Karakter dari Nilai-Nilai Luhur Universal Manusia ... 21

2. Grafik Hubungan Suhu dan Waktu Pemanasan Air ... 30

3. Proses Kalor untuk Mengubah Wujud Zat ... 31

4. Kerangka Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan ... 34

5. Model Pengembangan Media Instruksional ... 37

6. One-Shot Case Study ... 44

7. Format LKS yang dikembangkan ... 54


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No. 20 (2003) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Menurut Bloom dalam Sanjaya (2010: 125) bentuk prilaku sebagai tujuan pendidikan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam 3 klasifikasi atau 3 domain (bidang) yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pada kenyataanya pembelajaran selama ini hanya didominasi ranah

pengetahuan dari pada penilaian sikap dan keterampilan. Sedangkan pendidikan harus menumbuhkan nilai sikap dan keterampilan siswa agar siswa lebih aktif dan memiliki sikap yang santun.

Pembelajaran sains tidak hanya menuntut siswa untuk mengerti dan menghafal konsep, prinsip, teori dan hukum saja, melainkan lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung yang dapat

mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami lingkungan sekitar secara ilmiah. Proses pembelajaran secara langsung seperti mengamati,


(19)

2

menanya, mencoba, mengolah, dan menyimpulkan fenomena lingkungan sekitar sehingga dapat menumbuhkan sikap dan keterampilan siswa. Guru dapat menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga kegiatan pembelajaran dapat berlangsung efektif, efisien, dan menarik serta dapat menumbuhkan karakter pada siswa.

Pemilihan media pembelajaran dilakukan guru berdasarkan isi materi dan metode pelajaran yang digunakan. Pemberian pengalaman langsung dapat dilakukan melalui media pembelajaran. Pembelajaran sains misalnya sesuai jika dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen maka media yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi adalah lembar kerja siswa beserta alat praktikum. Lembar kerja siswa (LKS) digunakan siswa sebagai penuntun penggunaan alat praktikum sedangkan alat praktikum digunakan siswa untuk memperoleh data-data. Proses pembelajaran seperti ini dapat membelajarkan siswa baik pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Pembelajaran karakter digunakan dalam proses pemberian tuntunan peserta didik, agar menjadi manusia seutuhnya. Nilai-nilai ketuhanan dan perilaku berkarakter harus muncul pada sikap peserta didik, karena peserta didik kurang memahami nilai ketuhanan yang menyebabkan kurangnya rasa syukur terhadap alam semesta. Selain itu kurangnya rasa cinta terhadap lingkungan dapat menyebabkan siswa tidak peduli terhadap lingkungan seperti

membuang sampah sembarangan. Salah satu cara untuk membangun karakter siswa yaitu dengan menanamkan nilai-nilai karakter dalam media


(20)

3

Selama ini LKS yang digunakan di lapangan untuk pembelajarkan materi kalor dan perpindahannya hanya melalui penjelasan saja. Sementara, materi kalor dan perpindahannya adalah materi yang cukup rumit dengan konsep-konsep fisika yang kadang sulit dipahami bila hanya dijelaskan saja. Dengan adanya LKS yang akan dikembangan ini, maka siswa dapat memahami konsep-konsep fisika khusunya pada materi kalor dan perpindahannya yang selama ini susah dipahami.

Berdasarkan wawancara dengan siswa pembelajaran sains khususnya pelajaran fisika bagi siswa sangat sulit dan susah dipahami, karena masih banyak dari pelajar tidak memahami konsep melainkan menghafal rumus. Selain itu siswa tidak memiliki sumber belajar yang memadai. Kemudian hasil wawancara dan penyebaraan angket kepada guru SMPN 1 Sekampung mengenai LKS yang sering digunakan, diperoleh data bahwa LKS hanya digunakan untuk latihan soal, dan belum memunculkan nilai ketuhanaan dan kecintaan terhadap lingkungan baik dalam LKS maupun pada saat penjelasan materi secara langsung, sehingga belum bisa memotivasi siswa untuk belajar secara mandiri, dan menumbuhkan nilai karakter dalam diri siswa. Sedangkan hasil pengamatan mengenai fasilitas yang dimiliki oleh SMPN 1 Sekampung, telah memadai seperti tersedianya alat praktikum, laboratorium, dan

perpustakaan, hanya saja semua fasilitas tersebut belum dimanfaatkan dengan baik. Melihat hasil observasi tersebut maka peneliti ingin mengembangkan LKS yang memotivasi siswa agar belajar secara mandiri dan memiliki nilai karakter, serta dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia khususnya pada materi kalor dan perpindahannya.


(21)

4

Mempertimbangkan kebermanfaatan media pembelajaran dan masalah-masalah yang telah dipaparkan di atas, maka diperlukan pengembangan media pembelajaran berbasis cetak yang bermuatan nilai-nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan pada materi kalor dan perpindahannya untuk SMP/MTs. Oleh karena itu salah satu media yang dapat membantu siswa maupun guru dalam proses pembelajaran adalah LKS, dengan adanya LKS berbasis karakter diharapkan siswa memiliki prilaku berkarakter.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah

1. Perlu dikembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tervalidasi untuk pembelajaran sains materi tentang kalor yang bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan pada SMP kelas VII.

2. Bagaimana kemenarikan, kemanfaatan, kemudahan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tervalidasi untuk pembelajaran sains materi tentang kalor yang bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan pada SMP kelas VII?

3. Bagaimana keefektifan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan pada SMP kelas VII?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah

1. Menghasilkan LKS yang tervalidasi untuk pembelajaran sains materi tentang kalor yang bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan pada SMP kelas VII.


(22)

5

2. Mengetahui kemenarikan, kemanfaatan, kemudahan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tervalidasi untuk pembelajaran sains materi kalor yang bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan pada SMP kelas VII.

3. Mengetahui keefektifan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan pada SMP kelas VII.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian pengembangan ini adalah: 1. Sebagai media alternatif guna menunjang pembelajaran yang bermuatan

nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan bagi guru maupun bagi siswa.

2. Pengembangan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan disamping meningkatkan prestasi belajar siswa juga meningkatkan nilai ketuhanan dan kecintaan peserta didik terhadap lingkungan sekitar.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup penelitian ini adalah:

1. Pengembangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembuatan Lembar Kerja Siswa dalam pembelajaran sains bermuatan nilai

ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

2. LKS pembelajaran sains yang dikembangkan berfokus pada dua muatan karakter yaitu nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.


(23)

6

3. Media pembelajaran LKS yang dikembangkan khusus pada pokok materi kalor dan perpindahannya.

4. Uji produk penelitian pengembangan dilakukan oleh ahli desain, ahli isi/materi pembelajaran dan uji coba produk di lapangan.

5. Uji lapangan dilakukan pada guru mata pelajaran IPA Fisika SMP 1 Sekampung.

6. Subjek uji coba produk penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPA Fisika dan peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sekampung.

F. Definisi Isitlah

1. Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti LKS dan lain sebagainya.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut Eli Rohaeti dkk merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.

3. Pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang didasarkan pada pengetahuan yang mempelajari, menjelaskan, dan menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang bersifat empiris dan sistematis.

4. Pendidikan karakter adalah pendidkan yang bertujuan membentuk individu yang berkarak terbaik, diantaranya nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, dan nilai karakter dalam hubungannya dengan nilai nasionalis.


(24)

7

5. Bermuatan nilai ketuhanan adalah nilai-nilai agama yang berhubungan dengan sains yang dapat menghasilkan pribadi yang berkarakter dengan bersyukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada makhluk-Nya.

6. Kecintaan terhadap lingkungan merupakan nilai sadar dan peduli terhadap lingkungan sekitar, berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembar Kerja Siswa (LKS)

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Prastowo dalam Lestari (2013: 6) Lembar kerja siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa diharapkan dapat materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS tersebut siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi, selain itu juga siswa dapat menemukan arahan yang tersetruktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi yang diberikan tersebut.

Menurut Trianto (2010: 11) bahwa LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS berisi lembaran kegiatan yang berfungsi sebagai penuntun bagi siswa untuk menyelesaikan suatu masalah dalam


(26)

9

konsep karena apabila hanya guru saja yang menyampaikan konsep tidak akan langsung dipahami oleh siswa.

Menurut Widjajanti dalam Rohaeti dkk (2009) LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi.

LKS merupakan bagian dari enam perangkat pembelajaran. Para guru di negara maju, seperti Amerika Serikat mengembangkan enam perangkat pembelajaran untuk setiap topik; di mana untuk IPA disebut science pack. Keenam perangkat pembelajaran tersebut adalah (1) syllabi (silabi); (2) lesson plan (RPP); (3) hand out (bahan ajar); (4) student worksheet atau Lembar Kerja Siswa (LKS); (5) media (minimal powerpoint); dan (6) evaluation sheet (lembar penilaian).

Azhar, (1993; 78) LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat.

Berdasarkan definisi di atas LKS (lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri media penunjang dalam proses pembelajaran yang terdapat pemahaman yang peroleh siswa, serta sebagai evaluasi belajar siswa.


(27)

10

2. Manfaat LKS

Manfaat penggunakan media dalam proses pembelajaran, hal ini dikemukakan oleh Azhar (2004 : 25-27) antara lain yaitu :

“1). Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar semakin lancar dan meningkatkan hasil belajar; 2). Meningkatkan motivasi siswa, dengan mengarahkan perhatian siswa sehingga memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya; 3). Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; 4). Siswa akan mendapat pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa, dan memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar.”

3. Komponen LKS

Komponen LKS meliputi hal-hal berikut:

a. Nomor LKS, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah guru mengenal dan menggunakannya.

b. Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan sesuai dengan KD, seperti Komponen Ekosistem.

c. Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai dengan KD.

d. Alat dan bahan, jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan, maka dituliskan alat dan bahan yang diperlukan.

e. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kerja untuk siswa yang berfungsi mempermudah siswa melakukan kegiatan belajar.

f. Tabel Data, berisi tabel di mana siswa dapat mencatat hasil pengamatan atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data, maka bisa diganti dengan kotak kosong di mana siswa dapat menulis, menggambar, atau berhitung.

g. Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi. Untuk


(28)

11

beberapa mata pelajaran, seperti bahasa, bahan diskusi bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat refleksi.

4. Fungsi LKS

LKS memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar, seperti melakukan percobaan. LKS berisi alat dan bahan serta prosedur kerja. b. Sebagai lembar pengamatan, di mana LKS menyediakan dan memandu

siswa menuliskan data hasil pengamatan. LKS berisi tabel yang memungkinkan siswa mencatat data hasil pengukuran atau pengamatan. c. Sebagai lembar diskusi, di mana LKS berisi sejumlah pertanyaan yang

menuntun siswa melakukan diskusi dalam rangka konseptualisasi. Melalui diskusi tersebut siswa dilatih membaca dan memaknakan data untuk memperoleh konsep-konsep yang dipelajari.

d. Sebagai lembar penemuan (discovery), di mana siswa mengekspresikan temuannya berupa hal-hal baru yang belum pernah ia kenal

sebelumnya.

e. Sebagai wahana untuk melatih siswa berfikir lebih kritis dalam kegiatan belajar mengajar.

f. Meningkatkan minat siswa untuk belajar jika kegiatan belajar yang dipandu melalui LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar serta menarik perhatian siswa.


(29)

12

5. Model LKS

Sund (1998) menyebut pendekatan ini sebagai open discovery. Menurutnya, secara umum ada tiga metode pembelajaran yaitu (1) mendengar-berbicara; (2) membaca-menulis; dan (3) mengamati-melakukan. Setiap pendekatan dan metode di atas memiliki pengaruh terhadap model LKS, sehingga digunakan model LKS yang berbeda-beda pula. Model LKS yang digunakan adalah model rumpun ketiga yaitu mengamati-melakukan, mencakup (1) demonstrasi; (2) kerja lapangan; (3) kerja lab/ hands on; (4) proyek; (5) eksplorasi/diskoveri; (6) permainan. Misalnya, pada topik pencemaran akibat sampah, guru menyuruh anak secara berkelompok mengamati tempat-tempat yang banyak sampahnya, mengidentifikasi jenis-jenis sampahnya, mencatat volume dan asalnya, dan mendesain alat pengolah sampah. LKS jenis ini bersifat lebih terbuka, berisi alat dan bahan, panduan kerja, serta tabel pengamatan dan pertanyaan pengarah diskusi siswa.

6. Langkah-langkah Penyusunan LKS

a. Melakukan analisis kurikulum; kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu.

b. Menganalisis silabus dan memilih alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai dengan hasil analisis KI, KD, dan indikator.

c. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar (Pembukaan, Inti: eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan Penutup). d. Menyusun LKS sesuai dengan kegiatan eksplorasi dalam RPP.


(30)

13

mengamati ekosistem sawah atau yang ada di sekitar sekolah. Maka LKS berisi panduan bagaimana memilih daerah yang merupakan ekosistem, bagaimana menghitung individu, populasi, dan komunitas, bagaimana mengukur suhu, kelembaban, dan faktor abiotik lainnya, dan seterusnya.

7. Penggunaan LKS

Penggunaan LKS disesuaikan dengan pendekatan/metode pembelajarannya, dapat di depan atau di belakang kegiatan pembelajaran. Pada pendekatan eksploratori yang menekankan pentingnya proses inkuiri, LKS digunakan di awal pembelajaran. Guru mengemukakan persoalan yang akan dikaji, membagi LKS, dan siswa melakukan kegiatan belajar sesuai petunjuk kerja dalam LKS. Hasil belajar/hasil pengamatan dicatat di dalam tabel atau lembar pengamatan di dalam LKS. Siswa berdiskusi sesuai pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS dan menuliskan hasilnya di dalam LKS. Hasil belajar ini dipresentasikan di kelas dan dibahas bersama seluruh siswa. Kelompok lain mungkin menemukan hal-hal yang berbeda. Guru memberi kesempatan siswa melakukan elaborasi dan kemudian memberi konfirmasi atas hasil belajar kelas tersebut, lalu menutup kegiatan pembelajaran.

8. Penilaian melalui LKS

Penilaian melalui LKS dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, yaitu penilaian kinerja. Ketika siswa praktik atau melakukan kegiatan belajar sesuai LKS guru melakukan penilaian melalui observasi.


(31)

14

9. Syarat-syarat LKS

Menurut Darmodjo dkk dalam Rohaeti dkk (2009) syarat LKS antara lain : (1), Syarat- syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan. komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa; (2), Syarat konstruksiberhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS; (3), Syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam LKS.

10.Kesalahan LKS

Di lapangan beredar banyak sekali LKS. LKS tersebut umumnya berisi latihan soal atau reviu dari bahan ajar setiap topik. Bentuknya berupa pertanyaan-pertanyaan. Hal itu sebenarnya bukan LKS, tetapi merupakan evaluation sheet atau lembar penilaian. LKS semacam itu tidak melatih siswa melakukan proses penyelidikan (inkuiri), sebaliknya hanya berupa drill latihan soal. LKS tersebut berbeda jauh dengan lembar kerja siswa sesungguhnya yang berisi panduan kegiatan eksplorasi.

Berdasarkan definisi LKS di atas maka dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa adalah bukan semata-mata hanya media pembantu untuk mengerjakan soal-soal saja, akan tetap LKS sebuah media yang memiliki


(32)

15

petunjuk dan perintah untuk melakukan keigatan yang sesuai dengan RPP dan langkah kerja pada LKS tersebut.

B. Pembelajaran Sains

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari kata science yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam, kemudian dialih bahasakan menjadi sains. IPA

merupakan pengetahuan yang rasional mengenai alam semesta dengan segala isisnya yang diperoleh melalui proses ilmiah.

Menurut Sund dan Trowbridge (1973: 2), kata science sebagai “both a body of knowledge and a process”. Sains diartikan sebagai bangunan ilmu

pengetahuan dan proses. Lebih lanjut, sains didefinisikan mempunyai tiga elemen penting yaitu sikap, proses dan produk.

Prasetyo (2008: 20), menguraikan lima ranah pendidikan sains meliputi pengetahuan, keterampilan, kreatifitas, sikap dan penerapan sains yang dikaitkan dalam kehidupan nyata. Menurut Darmojo (1992) makna sains mencakup tiga komponen utama yaitu komponen sikap, proses serta produk (hasil) dari kegiatan. Komponen sikap menekankan pada kegiatan dan pola piker yang dilakukan dan diharapkan dapat menjadi sikap yang tetap dilakukan dalam setiap aktivitas kehidupan. Sains sebagai metode

mengandung arti bahwa ciri seorang saintis harus memecahkan persoalan berdasar pada metode ilmiah yang dapat diterima secara logis. Produk sains merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dapat berbentuk konsep, teori, hukum dan postulat. Produk ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam melakukan pengamatan dan penelitian selanjutnya, maka dari ketiga


(33)

16

komponen tersebut (sikap, proses dan produk) diharapkan dapat menjadi a set of problem solving process (proses pemecahan masalah).

Dengan demikian makna sains tidak hanya mencakup aspek keilmuan yang telah diperoleh (produk) namun maknanya mencakup aspek proses serta sikap yang harus dilakukan dalam rangka memecahkan

permasalahan-permasalahan kehidupan.

Dari pernyataan diatas bahwa pembelajaran sains itu merupakan suatu proses belajar dimana Sains atau IPA merupakan suatu proses berpikir ilmiah dalam melihat fenomena di alam sekitar. Pentingnya Pengembangan moral dalam pembelajaran sains dapat dilakukan melalui pembiasaan dan keteladanan sikap-sikap positif sebagai karakter. Pembiasaan dan keteladanan ini harus sudah menjiwai setiap tahap kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, pendidik memberikan ruang dan fasilitas kepada peserta didik supaya mampu

mengembangkan sikap-sikap ilmiah.

C. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter

karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian. Pada dasarnya karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.


(34)

17

Menurut Furqon (2010: 9) karakter adalah kualitas mental, kekuatan moral, atau reputasi. Menurut Samani dkk (2012: 45) pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa.

Menurut Aqib (2011: 73) Karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agam, hukum, tatakrama, budaya dan adat

istiadat.

Pendidikan karakter berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bawah pendidikan karakter adalah suatu proses pembentukan dan pemberian tuntunan kepada peserta didik yang berhubungan dengan nilai religius dan nila sosial agar peserta didik memiliki kedekatan dengan tuhan.

Menurut Kemendiknas (2010) pendidikan karakter didefinisikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengambil keputusan yang baik, memelihara apa yang baik, dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau


(35)

18

kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Lanjut menurut Kemendiknas (2010) kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta

kebangsaan. Berikut adalah daftar nilai-nilai utama : (1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan; (2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (Jujur); (3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama; (4) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan; (5) Nilai kebangsaan. Dari ke 5 nilai di atas maka dapat dijelaskan dibawah ini:

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Religius: Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan atau ajaran agamanya.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri. Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan Peduli sosial dan lingkungan. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan


(36)

19

selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

Brooks dan Goble dalam Koesoema (2010) Pendidikan karakter yang secara sistematis diterapkan dalam pendidikan dasar dan menengah merupakan daya tawar berharga bagi seluruh komunitas. Para siswa mendapatkan keuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan positif yang mampu meningkatkan rasa percaya dalam diri mereka , membuat hidup mereka lebih bahagia dan lebih produktif. Nilai-nilai yang perlu

dikembangkan dalam pendidikan karakter oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Pusat Kurikulum (2011: 9). diidentifikasi dari sejumlah nilai pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Perilaku berkarakter yang diamati dalam penelitian Nilai yang

dikembangkan

Deskripsi

Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan agama lain.

Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi.

Menurut Lickona, dkk dalam Samani dkk (2012), bahwa pendidikan

karakter harus didasarkan pada sebelas prinsip berikut:(1). Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter; (2). Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku; (3). Menggunakan pendekatan tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter; (4). Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulia; (5). Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku


(37)

20

yang baik; (6). Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua pserta didik, membangun karakter mereka dan membantu mmereka untuk meraih sukses; (7). Mengusahakan tumbuhanya motovasi diri pada peserta didik; (8). Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama; (9). Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; (10). Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter; (11). Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan menifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Pendidikan berkarakter dalam proses pembelajaran merupakan proses pemberian tuntunan peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, rasa, dan karsa. Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan berkarater adalah suatu pembelajaran dimana pada dasarnya memang terlahir dari dirinya sendiri namun harus adanya prinsip-prinsip yang ditanamkan didalamnya.

2. Keberhasilan Implementasi Pendidikan Karakter

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik yang antara lain meliputi sebagai berikut:

a. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;


(38)

21

b. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;

c. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;

d. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;

Menurut Suyanto dalam Suparlan (2010), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Gambar 1. Sembilan karakter yang berasal dari nilai–nilai luhur universal manusia

Sembilan pilar karakter itu menurut Suyanto dalam Suparlan (2010) adalah: (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; (2) kemandirian dan tanggung jawab; (3) kejujuran dan amanah; 4), hormat dan santun; (5) dermawan, suka tolong–menolong dan gotong royong/ kerjasama; 6), percaya diri dan pekerja keras; (7) kepemimpinan dan keadilan; (8) baik dan rendah hari; dan (9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan.


(39)

22

Jumlah dan jenis pilar dapat berbeda antara matapelajaran yang satu dengan yang lain, tergantung kepentingan dan kondisi masing-masing. Perbedan jumlah dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang terhadap pilar-pilar tersebut. Pada pengembangan program pembelajaran fisika bermuatan nilai yang ditekankan pada budi pekerti dan ahlak mulia lebih terkait pada pilar-pilar, yaitu cinta tuhan dan peduli lingkuangan.

3. Kecintaan Terhadap Lingkungan

Menurut Hamzah (2013: 40) menyebutkan bahwa Lingkungan adalah sebuah tempat dimana individu memperoleh kesadaran lingkungan dan pengetahuan, keterampilan, nilai, pengalaman, serta tekad yang akan memungkinkan mereka untuk bertindak secara- individu maupun kolektif- untuk memecahkan maslah lingkungan sekarang dan masa yang akan datang. Karenanya lingkungan adalah suatu kompleks yang mencakup bukan hanya peristiwa, tetapi pendekatan yang mendasari kuat untuk membangun masyarkat secara keseluruhan.

Menurut Gustavo dalam Hamzah (2013: 5) Lingkungan merupakan jumlah total dari semua kondisi yang mempengaruhi kondisi eksistensi,

pertumbuhan, dan kesejahteraan dari suatu organisme yang ada di bumi, serta semua faktor yang secara biologi mempengaruhi organisme. Menurut Shingh dalam Hamzah (2013: 5) lingkungan adalah Inteaksi system fisik, biologi, dan unsur budaya yang saling berhubungan dengna berbagai cara, baik secara individual maupun bersama-sama. Unsur fisik


(40)

23

yang dimaksud seperti ruang, bentang alam (landforms) sumber air , iklim , batu karang dan mineral. Sedangakan unsur biologi seperti tumbuhan, binatang, jasad renik dan manusia yang merupakan biosfer.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 dalam Hamzah (2003: 5) tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, lingkungan hidup dinyatakan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungn dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya.

Menurut Doni dalam Aqib (2011: 99) lingkungan sekolah dapat menjadi tempat pendidikan yang baik bagi pertumbuhan karakter siswa, segala pristiwa yang terjadi dalam sekolahan semuanya dapat diintegrasikan dalam program pendidikan karakter.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik pada saat ini kebanyakan belum memiliki kesadaran akan cinta lingkungan. Beberapa peserta didik mungkin belum sadar terhadap lingkungan dan bahayanya, misalnya tindakan membuang sampah, penggunaan teknologi yang menghasilkan gas rumah kaca dan lain sebagainya. Hal inilah yang menguatkan bahwa perlunya dipupuk sikap positif peserta didik terhadap lingkungannya.

Daerah Pringsewu salah satu kabupaten yang ada di Lampung, menciptakan kepedulian terhadap lingkungan serta mewujudkan sumber daya manusia yang berkarakter. Sujadi Saddat (bupati pringsewu) memulai menggalakkan


(41)

24

sekolah Adiwiyata. Pertengahan April tahun lalu, meresmikan sekolah Adiwiyata dan Sekolah Ramah Anak di SD Negeri 2 Karangsari,

Kecamatan Pagelaran. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan hendaknya mulai memikirkan bagaimana tujuan yang akan dicapai. Tidak hanya sekedar rancangan yang dalam perealisasiannya masih jauh dari pemerataan dan harapan.

Dalam pembelajaran, penerapan nilai kecintaan terhadap lingkungan penting ditanamkan bagi peserta didik. Nilai ini penting diajarkan dan ditanamkan agar siswa memiliki kesadaran untuk menjaga dan melestarikan

lingkungannya. Setelah siswa diberi bekal pengetahuan mengenai pentingnya mencintai lingkungan sekitar, maka akan muncul kesadaran moralnya, kemudian berdampak kepada tindakan atau perilaku sesuai

dengan nilai yang diajarkan, yang tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa akan pentingnya menjaga dan mencintai lingkungan serta dapat

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Hal ini Seperti yang dikemukakan oleh (Soemarwoto, 2001: 55) “ kita harus menyadari bahwa hubungan manusia dengan lingkungan hidup bersifat sirkuler”. Hal ini bermakna bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungannya, dampaknya akan kembali lagi kepada manusia. Dengan adanya interaksi ini, maka dapat dipastikan bahwa kondisi lingkungan juga akan dipengaruhi oleh perilaku manusia. Sikap dan

perilaku manusia akan menentukan baik dan buruknya kondisi suatu lingkungan. Sebaliknya, bagaimana manusia memperlakukan lingkungan


(42)

25

dampaknya akan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia itu sendiri.

4. Nilai Ketuhanan

Pendidikan berbasis ketuhanan perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan.

Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT dalam diri peserta didik,

berkaitan erat dengan salah satu faktor dari sistem pendidikan, yaitu metode pendidikan yang digunakan tenaga pengajar dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik.

QS An-Nisa’: 147 menyatakan bahwa Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha

Mengetahui. Dalam menjalankan pendidikan kepada siswa, niai-nilai akhlak berikut kiranya patut sekali dipertimbangkan untuk ditanamkan kepada siswa Apabila tujuan pendidikan tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting daripada materi itu sendiri. Oleh sebab itu, pemilihan metode pendidikan harus


(43)

26

dilakukan secara cermat disesuaikan dengan berbagai faktor terkait sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan.

Rasul SAW sejak awal mencontohkan bagaimana mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi

pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul SAW sangat memperhatikan situasi, kondisi, dan karakter seseorang sehingga nilai-nilai ketuhanannya dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah SWT dan syari’at -Nya. Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu metode

pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan Alquran secara utuh, sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surat Al-Azhab: 21, yang artinya “sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. 33: 21).

D. Kalor dan Perpindahannya

1. Kalor dan Perubahan Suhu Benda

Kalor adalah suatu bentuk energi yang secara alamiah dapat berpindah dari benda yang suhunya tinggi menuju suhu yang lebih rendah saat


(44)

27

lebih tinggi jika dibantu dengan alat yaitu mesin pendingin. Semakin besar kalor jenis suatu zat , maka semakin besar pula kalor yang diperlukan. Jadi besarnya kalor yang diberikan pada suatu benda sebanding dengan kalor jenis atau jenis zat (c). Dari beberapa kesimpulan di atas dapat ditarik suatu pernyataan bahwa besarnya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu sebagai berikut :

Besarnya kalor (Q) yang diperlukan oleh suatu benda sebanding dengan massa benda (m), bergantung pada kalor jenis (c), dan sebanding

dengan kenaikan suhu (ΔT).

Secara matematis dapat dituliskan : Keterangan :

Q = kalor yang diperlukan atau dilepaskan (J) m = massa benda (kg)

c = kalor jenis benda (J/kg C)

ΔT = kenaikan suhu ( C)

Satuan kalor menurut SI adalah joule (J). Terdapat satuan kalor yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, antara lain kilokalori. Satu kalori dapat didefinisikan banyaknya kalor yang diperlukan tiap 1 gram air,

sehingga suhunya naik 10 C. Sedangkan satu kilokalori didefiniskan

banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan 1 kg air, sehingga

suhunya naik 10 C.

Terdapat kesetaraan antara satuan joule dangan satuan kalori yang biasa dikenal dengan sebutan tara kalor mekanik.

1 kalori = 4,2 joule


(45)

28

1 kilokalori = 4.200 joule 1 joule = 0,24 kalori

Tubuh mu mengubah sebagian makanan menjadi energi panas. Energi panas yang disediakan oleh makanan diukur dalam kilokalori, sering disingkat kkal atau Kal (dengan K huruf kapital). Satu Kal makanan sama dengan 1.000 kalori. Kita menggunakan kilokalori untuk makanan karena kalori terlalu kecil untuk dipakai mengukur energi pada makanan yang kita makan (agar bilangan yang dikomunikasikan tidak terlalu besar).

Tabel 2. Kalor Jenis Berbagai Zat

ZAT KALOR JENIS ZAT KALOR JENIS

Kkal/

kg˚C J/kg˚C Kkal/kg˚C J/kg˚C

Air 1,00 4190 Kaca 0,16 670

Air Raksa 0,03 138 Minyak tanah 0,52 2200 Alkohol 0,55 2400 Seng 0,09 390 Besi 0,11 460 Tembaga 0,09 390 Emas 0,030 130 timbal 0,03 130 Zat gizi makanan mengandung energi kimia yang dapat diubah menjadi energi panas atau energi bentuk lain. Sebagian energi ini digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh. Saat kamu sedang kedinginan, kamu akan menggigil untuk mempercepat metabolisme tubuh sehingga suhu tubuh tetap terjaga.

Kalor jenis suatu zat adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh1 kg zat

sehingga suhunya naik sebesar 1 C. Secara matematis kalor jenis suatu zat

dapat dituliskan : c =


(46)

29

Sedangkan kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan oleh

suatu benda sehingga suhunya naik 1 C. Secara matematis kapasitas kalor

dapat dituliskan : C = m x c

Karena : maka,

2. Kalor dan Perubahan Wujud Benda

Perubahan wujud zat dapat berubah dari wujud yang satu ke wujud yang lain. Berikut perubahan wujud yang terjadi pada zat, yaitu :

a. Mencair

Perubahan wujud zat padat menjadi cair disebut mencair. Saat zat mencair memerlukan energi kalor. Contoh peristiwa mencair,antara lain: es

dipanaskan, lilin dipanaskan dan lain-lain. b. Membeku

Perubahan wujud zat cair menjadi padat disebut membeku. Pada saat zat membeku melepaskan energi kalor. Contoh peristiwa membeku, antara

lain : air didinginkan di bawah 0 C, lilin cair didinginkan, dan lain-lain.

c. Menguap

Perubahan wujud zat cair menjadi gas disebut menguap. Pada saat tersebut zat memerlukan energi kalor. Contoh, antara lain: minyak wangi, air dipanaskan sampai mendidih, dan sebagainya.

d. Mengembun

Perubahan wujud zat gas menjadi cair disebut mengembun. Saat terjadi pengembunan zat melepaskan energi kalor. Contoh, antara lain : gelas


(47)

30

berisi es bagian luarnya basah, titik air di pagi hari pada tumbuhan, dan sebagainya.

e. Menyublim

Perubahan wujud zat padat menjadi gas disebut menyublim. Saat

penyubliman zat memerlukan energi kalor. Contoh: kapur barus (kamper), obat hisap, dan lain-lain.

f. Mengkristal atau menghablur

Perubahan wujud zat gas menjadi padat. Pada saat pengkristalan zat

melepaskan energi kalor. Contoh peristiwa pengkristalan, antara lain: salju, gas yang didinginkan, dan lain-lain.

Gambar 2. Grafik hubungan suhu dan waktu pemanasan air Perhatikan grafik tersebut! Garis AB dan CD condong ke atas, apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Hal ini disebabkan karena saat itu energi kalor yang diperlukan pada garis AB adalah untuk menaikkan suhu es mencapai

0 C untuk mengubah wujud es menjadi cair Juga pada garis CD kalor yang

diperlukan adalah untuk mengubah wujudzat cair menjadi gas pada suhu

100 C. Jika kamu perhatikan garis BC dan DE mendatar, apa yang

menyebabkannya? Pada saat proses garis BC es yang berwujud padat mulai mencair berubah menjadi air, demikian pula garis DE terjadi perubahan wujud zat cair menjadi gas. Apabila kamu perhatikan garis BC dan DE


(48)

31

mendatar, hal ini menunjukkan bahwa energi kalor yang diperlukan saat itu tidak digunakan untuk menaikkan suhu zat, melainkan untuk mengubah

wujud zat. Saat perubahan wujud, tidak terjadi perubahan suhu. Kalor untuk

mengubah wujud zat disebut kalor laten.

3. Perpindahan Kalor

Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Bagaimanakah cara kalor itu berpindah Kalor dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu konduksi atau hantaran, konveksi atau aliran, dan radiasi atau pancaran.

a. Konduksi

adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut.

Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Konduktor: Konduktor adalah zat yang memiliki daya hantar kalor baik.

Contoh : besi, baja, tembaga, aluminium, dan lain-lain.

2) IsolatorIsolator adalah zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik. Contoh : kayu, plastik, kertas, kaca, air, dan lain-lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kamu jumpai peralatan rumah tangga yang prinsip kerjanya memanfaatkan konsep perpindahan kalor secara

Gambar 3 Proses kalor untuk mengubah wujud zat

Kalor Laten

Kalor penguapan/ pengembunan

Kalor lebur/beku

Q = m . U


(49)

32

konduksi, antara lain : setrika listrik, solder. Mengapa alat-alat rumah tangga seperti setrika, solder, panci, wajan terdapat pegangan dari bahan isolator? Hal ini bertujuan untuk menghambat konduksi panas supaya tidak sampai ke tangan kita.

b. Konveksi atau aliran

Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Kamu dapat memahami peristiwa konveksi, antara lain:

1) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal system pemanasan air, sistem aliran air panas.

2) Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.

c. Radiasi atau pancaran

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Saat acara api unggun pada kegiatan pramuka di sekolahmu, apa yang dapat kamu rasakan saat kamu berada di sekitar nyala apiunggun? Kamu akan merasakan hangatnya api unggun dari jarak berjauhan. Bagaimanakah panas api unggun dapat sampai kebadanmu? Kalor yang kamu terima dari nyala api unggun disebabkan oleh energi pancaran. Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya radiasi kalor atau energi pancaran kalor disebut termoskop.


(50)

33

4. Manfaat Kalor dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kamu jumpai peralatan rumah tangga yang prinsip kerjanya menggunakan konsep perpindahan kalor, misal: panci tekan, setrika, alat penyulingan, dan alat pendingin. Berikut beberapa contoh penerapan perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari. a. Pada siang hari yang panas, orang lebih suka memakai baju cerah dari pada baju gelap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan kalor.

b. Cat mobil atau motor dibuat mengkilap untuk mengurangi penyerapan

kalor.

c. Mengenakan jaket tebal atau meringkuk di bawah selimut tebal saat udara

dingin badanmu merasa nyaman. Udara termasuk isolator yang baik. Beberapa bahan penyekat terdiri dari banyak kantong-kantong udara kecil terbungkus. Kantong tersebut berfungsi mencegah perpindahan kalor secara konveksi.

d. Termos; Dinding termos dilapisi perak. Hal ini bertujuan untuk mencegah

hilangnya kalor secara radiasi. Ruang hampa antara dinding kaca pada termos bertujuan untuk mencegah perpindahan kalor secara konveksi.

E. Desain Rancangan LKS

Pengembangan ini peneliti ingin mengembangkan suatu produk yaitu Lembar Kerja Siswa yang mengacu pada LKS percetakan perdagangan umum yang berbasisis pendidikan budaya dan karakter bangsa namun pengembangan ini meyesuaikan dengan ketentuan kurikulum 2013 yang menitik beratkan pada nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang ditanamkan pada LKS ini adalah nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. LKS yang akan


(51)

34

dikembangakan memuat materi tentang kalor dan perpindahanya. Isi LKS yang dikembangkan akan menyajikan fenomena kehidupan sehari-hari, materi dan eksperimen yang memuat nilai-nilai karakter. Muatan nilai karakter dalam LKS ini difokuskan pada nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

Gambar 4 Kerangka Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan

LKS didesain dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1. Fenomena yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari:

Materi pembelajaran disajikan fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang disesuaikan dengan materi kalor dan perpindahannya berfungsi dalam pembelajaran agar siswa lebih memahami dengan cara mengaitkan feomena yang sering dialami atau dilihat oleh siswa.

Cover Prakata Daftar Isi

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Indikator

Kegiatan Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran

2. Sajian fenomena dalam bentuk pertanyaan yang ada

dilingkungan sekitar yang berisi muatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan

3. Materi

4. Kegiatan eksperimen

5. Latihan berdasarkan eksperimen 6. Rangkuman

7. Evaluasi Daftar Pustaka


(52)

35

2. Materi: Materi yang disajikan dalam LKS yaitu kalor dan perpindahanya yang disesuaikan dengan bahan ajar yang ada dan digunakan oleh lembaga pendidikan.

3. Kegiatan eksperimen: Kegiatan yang disajikan dalam LKS ini adalah kegiatan untuk melakukan percobaan tentang materi kalor dan

perpindahannya. Rangkaian kegiatan ini dilakukan agar siswa dapat lebih memahami tentang kalor dan perpindahannya selain pemberian materi. 4. Latihan berdasarkan eksperimen: Latihan yang dibuat berdasarkan

eksperimen adalah kegiatan penyelesaian dan penyimpulan pada tiap kegiatan melakukan percobaan.

5. Karakter yang ditanamkan dalam LKS: Nilai-nilai karakter pada LKS disisipkan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Dengan demikian diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai karakter siswa yaitu nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

6. Rangkuman: Bagian yang penting dalam materi yang di pelajari (kalor dan perpindahanya).

7. Evaluasi: Soal yang disediakan sebagai sarana untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi kalor dan


(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan bahan ajar berupa LKS yang Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Terhadap Lingkungan. Sasaran pengembangan program adalah materi kalor dan perubahannya untuk SMP/MTs percobaan kalor. Uji coba evaluasi produk yaitu uji ahli bidang isi/materi, kelayakan LKS, uji satu lawan satu, dan uji lapangan. Uji oleh ahli materi dilakukan untuk mengevaluasi materi

pembelajaran oleh guru fisika di SMP/MTs uji kelayakan LKS dilakukan oleh dosen FKIP program studi Fisika Unila, uji satu lawan satu dilakukan dengan mengambil sampel penelitian 3 orang siswa SMP yang dapat mewakili populasi. Uji lapangan dilakukan kepada siswa kelas VII berjumlah 31 orang siswa.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan ini menggunakan model pengembangan media instruksional yang diambil dari Suyanto dan Sartinem (2009). Desain


(54)

37

pengembangan meliputi tahapan prosedur pengembangan produk dan uji produk yang perlu dilakukan, yaitu: (1) Analisis kebutuhan; (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan; (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna; (4) Pengembangan produk; (5) Uji internal: uji kelayakan produk; (6) Uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna; (7)Produksi. Mengadaptasi model tersebut, maka prosedur pengembangan yang digunakan, yaitu:

Gambar 5 Model Pengembangan media instruksional dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan Sartinem (2009).

Tahap VII Produksi

Tahap VI Uji Eksternal Produk

(Prototipe III) Uji kelompok kecil

Uji satu lawan satu

Tahap V

Uji Internal/Kelayakan Produk (Prototipe II)

Uji ahli isi/materi

Uji ahli desain

Tahap IV Pengembangan Produk (Prototipe I) Tahap III Identifikasi Spesifikasi Produk Tahap II

Identifikasi Sumber Daya Tahap I


(55)

38

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan guna dilakukan untuk mengumpulkan data bahwa diperlukan adanya pengembangan media berupa LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Analisis kebutuhan ini

dilakukan dengan teknik penyebaran angket dan observasi langsung. Angket ditujukan terhadap guru mata pelajaran fisika kelas VII pada SMP Negeri 1 Sekampung. Memberikan angket bertujuan untuk mengetahui media yang digunakan oleh guru, seberapa banyak penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran serta mengetahui hambatan-hambatan dalam penggunaan media pembelajaran, dan untuk mengetahui pentingnya penggunaan LKS yang akan dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran.

Observasi langsung dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah sebagai sumber belajar bagi guru maupun siswa yang mendukung kegiatan pembelajaran. Observasi seperti ketersediaan buku fisika di perpustakaan, ketersediaan alat-alat praktikum di laboratorium fisika dan pemanfaatan sumber belajar. Hasil angket dan observasi inilah yang menjadi acuan penulisan latar belakang masalah penelitian pengembangan ini.

2. Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki sekolahan, baik sumber


(56)

39

daya guru maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan, laboratorium, ketersediaan media dan sumber belajar lainnya yang mendukung kegiatan pembelajaran. Melihat dari sumber daya yang dimiliki maka peneliti mengembangkan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, karena LKS yang sering digunakan selama ini belum memuat nilai-nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Data yang didapat dari identifikasi sumber daya ini selanjutnya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang akan dikembangkan.

3. Identifikasi Spesifikasi Produk

Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya yang mendukung pengembangan produk dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan

dikembangkan.

b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.

c. Menentukan format pengembangan LKS.

4. Pengembangan Produk

Pada tahap pengembangan produk ini dilakukan pembuatan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Spesifikasi produk yang


(57)

40

dikembangkan adalah LKS materi pokok kalor yang di dalamnya terdapat muatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dan tersusun secara sistematis. Muatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan merupakan nilai pendidikan karakter yang dapat membantu siswa agar mampu memandang suatu fenomena atau masalah dalam sains bukan hanya dalam aspek pengetahuan saja tetapi juga tetap menerapkan aspek afektif dan psikomotor. LKS ini nantinya dapat digunakan sebagai pegangan guru dan juga sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa dalam mempelajari materi kalor. Hasil pengembangan pada langkah ini berupa prototipe 1.

5. Uji Internal

Dalam penelitian pengembangan sebuah desain media pembelajaran

memerlukan kegiatan uji coba secara bertahap dan berkesinambungan. Pada tahap pengembangan ini dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk. Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli isi/materi pembelajaran. Produk yang telah dibuat diberi nama prototipe I, kemudian dilakukan uji kelayakan produk dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah dibuat. Uji kelayakan produk ini meliputi langkah-langkah sebagi berikut:

a. Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe I yang telah dibuat.

b. Menyususn instrumen uji kelayakan produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.


(58)

41

c. Melaksanakan uji kelayakan produk yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

d. Melakukan analisis terhadap hasil uji kelayakan produk dan melakukan revisi.

e. Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki kepada ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.

Dalam melaksanakan uji kelayakan peneliti melibatkan dua orang ahli, dimana untuk uji ahli desain yang merupakan seorang master dalam bidang teknologi pendidikan dalam mengevaluasi desain media pembelajaran yaitu salah seorang dosen Pendidikan MIPA Universitas Lampung, sedangkan ahli bidang isi/materi dilakukan oleh ahli bidang isi/materi untuk mengevaluasi isi/materi kalor untuk SMP/MTs yaitu guru mata pelajaran fisika SMP yang berlatar belakang Pendidikan Fisika.

Setelah dilakukan uji internal produk, maka prototipe I akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli desain dan ahli isi/materi. Selanjutnya produk hasil perbaikan dan konsultasi kemudian disebut prototipe II.

6. Uji Eksternal

Setelah dilakukan uji internal atau uji kelayakan produk dan diperoleh hasil berupa prototipe II, langkah selanjutnya dilakukan uji eksternal yang diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber sekaligus media pembelajaran. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan, kemudahan,


(59)

42

kemenarikan produk oleh pengguna. Hal-hal yang diujikan yaitu:

kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan menggunakan produk oleh pengguna, dan keefektifan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika di sekolah yang harus terpenuhi.

Uji ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu: uji satu lawan satu, dan uji kelompok kecil. Tahap uji satu lawan satu ini bertujuan untuk melihat

kesesuaian media dalam pembelajaran sebelum tahap uji coba media pada uji kelompok kecil. Uji satu lawan satu dilakukan dengan cara dipilih dua orang siswa secara acak. Pada tahap ini, siswa menggunakan media secara individu (mandiri) lalu diberikan angket untuk menyatakan apakah media sudah menarik, mudah digunakan dan membantu siswa dalam pembelajaran dengan

pilihan jawaban “ya” dan “tidak”, media akan diperbaiki pada pilihan jawaban

tidak. Sedangkan untuk uji kelompok kecil dikenakan kepada satu kelas sampel pada siswa yang belum pernah mendapatkan materi kalor. Uji

kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan dalam menggunakan media dan keefektifan media. Siswa melakukan

pembelajaran dengan menggunakan media berupa LKS bermuatan nilai dan setelah pembelajaran siswa diberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat kemenarikan dan kemudahan dalam menggunakan media.


(60)

43

7. Produksi

Setelah dilakukan perbaikan dari uji eksternal maka dihasilkan prototipe III kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu produksi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.

C.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan tiga macam metode pengumpulan data. Ketiga macam metode tersebut meliputi:

1.Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah yang menunjang proses pembelajaran.

2.Metode Angket

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh menggunakan instrumen angket yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru serta siswa dalam menggunakan sumber belajar dalam materi fisika selain buku pegangan yang diberikan dari sekolah. Angket diberikan kepada guru serta siswa siswi SMP untuk mengetahui kebutuhan akan sumber belajar fisika bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi pada produk yang telah dikembangkan; instrumen angket respon pengguna digunakan untuk


(61)

44

X O

3. Metode Tes Khusus

Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Data efektivitas program diukur dari hasil belajar siswa yang dilihat dari tiga aspek, yaitu kognitif, afektif (nilai karakter ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan), dan penilaian kerja (psikomotor). Tahap ini produk digunakan sebagai sumber belajar, pengguna (siswa) diambil sampel penelitian satu kelas siswa SMP, dimana sampel diambil menggunakan teknik Sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan dan

menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study. Gambar desain yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 6:

Gambar 6. One-Shot Case Study Keterangan: X = Treatment, penggunaan LKS O = Hasil belajar siswa

Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandar Lampung, siswa menggunakan LKS sebagai media pembelajaran, selanjutnya siswa tersebut diberi soal evaluasi. Hasil evaluasi dianalisis ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai KKM telah ditentukan sekolah yang harus dicapai.


(62)

45

D. Teknik Analisis Data

1. Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat kebutuhan program pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini kemudian dilengkapi dengan data hasil identifikasi sumber daya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin dikembangkan.

2. Data yang diperoleh dari sampel pakar, dianalisis dengan teknik Deelphi (sangat perlu, perlu, tidak perlu). Responden diminta untuk meranking tingkat pentingnya suatu butir yang berupa pengetahuan esensial dan kompetensi sains siswa SMP, suatu butir dinyatakan merupakan suatu kebutuhan apabila lebih dari 2/3 atau 70% responden menyatakan cukup penting-sangat penting sekali.

3. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji/validasi ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang

dihasilkan. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji kemanfaatan kepada pengguna secara langsung. Data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan tingkat keefektifan produk sebagai media pembelajaran.

4. Data hasil tes untuk mengukur tingkat keefektifan media, digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran fisika di sekolah sebagai


(63)

46

pembanding setelah menggunakan media pembelajaran berupa LKS dalam pembelajaran sains yang bermuatan nilai ketuhanan dan cinta terhadap

lingkungan. Apabila 70% dari siswa yang belajar menggunakan LKS ini telah tuntas KKM, maka media pembelajaran berupa LKS dalam pembelajaran sains khususnya fisika ini dapat dikatakan efektif dan layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Adapun cara penjumlahkan nilai akhir setelah menggunakan produk, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Nilai =

X 100

5. Data tanggapan siswa/guru terhadap produk yang dikembangkan dianalisis kualitatif deskriptif (ditampilkan dalam bentuk Tabel atau grafik atau

diagram) sehingga diperoleh kesimpulan mengenai tanggapan siswa atau guru terhadap model produk yang dikembangkan.

6. Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji kelompok kecil dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen uji ahli oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran, memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan,

yaitu: “ya” dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “tidak”, atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap


(64)

47

7. Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Instrumen uji satu lawan satu memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan,

yaitu: “ya” dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “tidak”.

8. Data kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan dan efektivitas media sebagai sumber belajar diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap pengguna produk memiliki 4 pilihan

jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan “tidak baik”.

Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor, selanjutnya hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3 Kriteria penilaian uji internal dan eskternal.

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor Sangat menarik Sangat baik Sangat Mempermudah 4

Menarik Baik Mempermudah 3

Kurang menarik Kurang baik Kurang mempermudah 2 Tidak menarik Tidak baik Tidak mempermudah 1


(65)

48

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan, kemudahan, kemenarikan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. konversi penilaian akhir uji Internal dan Eksternal Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik


(66)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Dihasilkan LKS pembelajaran sains kelas VII SMP yang divalidasi dengan kemenarikan, kemanfaatan, kemudahan, dan keefektifan yang menanamkan nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan pada materi kalor untuk SMP/MTs kelas VII.

2. Dihasilkan LKS pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan skor kemenarikan 3,55, skor kemudahan 3,57, skor kemanfaatan 3,5.

3. LKS pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan memiliki keefektifan, pada aspek pengetahuan 83,87% siswa telah mencapai KKM. Kemudian pada penilaian sikap spiritual

(ketuhanan) dan sosial (kecintaan terhadap lingkungan) masing-masing 93,55% dan 87,1% siswa mencapai KKM. Pada penilaian keterampilan, siswa yang mencapai KKM sebanyak 80,65%.


(67)

72

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah:

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) pembelajaran hasil pengembangan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang memuat nilai sikap spritual dan sikap sosial untuk meningkatkan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan pada siswa.

2. Pengujian LKS pembelajaran sains hasil pengembangan penelitian ini sebaiknya dilakukan uji skala besar agar kefektifan produk dapat diketahui secara luas.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Prilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: Yrama Widya.

_________, dan Sujak. 2011. Panduaan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Azhar, Arsyad. 1993. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. __________. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Darmojo, Hendro dan Kaligi, Jenny R.E. 1992. Pendidikan IPA untuk SMP/MTs.

Jakarta: Depdikbud.

Departemen Agama. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Mahkota. __________ Pendidikan Nasional. 2003. Undang - Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Furqon. M Hidayatulloh. 2010. Guru Sejati, Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.

Hamzah, Syukri. 2013. Pendidikan Lingkungan. Bandung: Rafika Aditama. Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Buku Pedoman Pendidikan Karakter di

Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan SMP.

Koesoema, Dani.2010. Pendidikan Karakter Strategi mendidik Anak di Zaman.Global. Jakarta: Grasindo.

Kurniawati, Rosita. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Terhadap Lingkungan Pada Materi Kalor. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung (Tidak diterbitkan).


(69)

74

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Akademia Permata.

Prasetyo, Zuhdan Kun.2008. Pidato Pengukuhan Guru Besar “Kontribusi

Pendidikan Sains dalam Pengembangan Moral Peserta Didik”. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Puskurbuk. 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta: Gramedia.

Rohaeti Eli, Widjajanti, E. Padmaningrum Tutik Regina. 2009. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Inovasi Pendidikan, vol 10. No 1. Mei 2009.

Rosidin, Undang. 2013. Pengembangan Program Pembelajaran Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan untuk Memperkuat Karakter Siswa SMP. Laporan Penelitian. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung. (Tidak Diterbitkan).

Samani, Muchlas dan Haryanto. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2010. Perancangan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Soemarwoto, Otto. 2001. Atur-Diri-Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Sund dan Trowbridge. 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary

School. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company.

Sund, R. 1998. Teaching Science through Discover. New York: Macmillan Publishing Company.

Suparlan. 2010. Pendidikan karakter dan kecerdasan.[On line]

tersedia:http://www.suparlan.com/pages/posts/pendidikan-karakter-dan-kecerdasan-288.php diunduh pada tanggal 05 Maret 2013.

Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila.

Trianto. 2010. Perangkat Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Yasir, Mochhammad. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Strategi Belajar Metakognitif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa


(70)

75

Pada Materi Pewarisan Sifat Manusia. Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Online Bio Edu Vol 2. No 1. Januari 2013.


(1)

48

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan, kemudahan, kemenarikan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. konversi penilaian akhir uji Internal dan Eksternal Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Dihasilkan LKS pembelajaran sains kelas VII SMP yang divalidasi dengan kemenarikan, kemanfaatan, kemudahan, dan keefektifan yang menanamkan nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan pada materi kalor untuk SMP/MTs kelas VII.

2. Dihasilkan LKS pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan skor kemenarikan 3,55, skor kemudahan 3,57, skor kemanfaatan 3,5.

3. LKS pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan memiliki keefektifan, pada aspek pengetahuan 83,87% siswa telah mencapai KKM. Kemudian pada penilaian sikap spiritual

(ketuhanan) dan sosial (kecintaan terhadap lingkungan) masing-masing 93,55% dan 87,1% siswa mencapai KKM. Pada penilaian keterampilan, siswa yang mencapai KKM sebanyak 80,65%.


(3)

72

B. Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah:

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) pembelajaran hasil pengembangan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang memuat nilai sikap spritual dan sikap sosial untuk meningkatkan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan pada siswa.

2. Pengujian LKS pembelajaran sains hasil pengembangan penelitian ini sebaiknya dilakukan uji skala besar agar kefektifan produk dapat diketahui secara luas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Prilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: Yrama Widya.

_________, dan Sujak. 2011. Panduaan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Azhar, Arsyad. 1993. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. __________. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Darmojo, Hendro dan Kaligi, Jenny R.E. 1992. Pendidikan IPA untuk SMP/MTs.

Jakarta: Depdikbud.

Departemen Agama. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Mahkota. __________ Pendidikan Nasional. 2003. Undang - Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Furqon. M Hidayatulloh. 2010. Guru Sejati, Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka.

Hamzah, Syukri. 2013. Pendidikan Lingkungan. Bandung: Rafika Aditama. Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Buku Pedoman Pendidikan Karakter di

Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan SMP.

Koesoema, Dani.2010. Pendidikan Karakter Strategi mendidik Anak di Zaman.Global. Jakarta: Grasindo.

Kurniawati, Rosita. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Terhadap Lingkungan Pada Materi Kalor. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung (Tidak diterbitkan).


(5)

74

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: Akademia Permata.

Prasetyo, Zuhdan Kun.2008. Pidato Pengukuhan Guru Besar “Kontribusi

Pendidikan Sains dalam Pengembangan Moral Peserta Didik”. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Puskurbuk. 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta: Gramedia.

Rohaeti Eli, Widjajanti, E. Padmaningrum Tutik Regina. 2009. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal Inovasi Pendidikan, vol 10. No 1. Mei 2009.

Rosidin, Undang. 2013. Pengembangan Program Pembelajaran Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan untuk Memperkuat Karakter Siswa SMP. Laporan Penelitian. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung. (Tidak Diterbitkan).

Samani, Muchlas dan Haryanto. 2012. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sanjaya, Wina. 2010. Perancangan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Soemarwoto, Otto. 2001. Atur-Diri-Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Sund dan Trowbridge. 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary

School. Ohio: Charles E. Merrill Publishing Company.

Sund, R. 1998. Teaching Science through Discover. New York: Macmillan Publishing Company.

Suparlan. 2010. Pendidikan karakter dan kecerdasan.[On line]

tersedia:http://www.suparlan.com/pages/posts/pendidikan-karakter-dan-kecerdasan-288.php diunduh pada tanggal 05 Maret 2013.

Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Unila.

Trianto. 2010. Perangkat Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Yasir, Mochhammad. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Strategi Belajar Metakognitif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa


(6)

Pada Materi Pewarisan Sifat Manusia. Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Online Bio Edu Vol 2. No 1. Januari 2013.