PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN

(1)

Ferry Kristiawan

ABSTRAK

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN

TERHADAP LINGKUNGAN Oleh

Ferry Kristiawan

Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa sarana dan prasarana sekolah sudah lengkap dengan tersedianya buku-buku teks penunjang belajar, LKS berkarakter, media elektronik, perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, dan 8 guru IPA. Selain itu, diketahui juga bahwa sekolah sudah memiliki fasilitas yang memadai dan memungkinkan bagi guru untuk melakukan pembelajaran IPA dengan menggunakan media berbasis ICT, walaupun belum dimanfaatkan secara optimal.

Selain itu, belum adanya multimedia pembelajaran yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan yang sesuai dengan kurikulum 2013. Lebih lanjut, peneliti mendapatkan informasi bahwa guru membutuhkan multimedia pembelajaran untuk membelajarkan materi perubahan fisika, perubahan kimia, dan pemanasan global. Mempertimbangkan masalah-masalah tersebut, maka peneliti bermaksud mengembangkan video pembelajaran sains yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan bagi siswa SMP/MTs, melihat efektivitas produk dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif, dan mengetahui tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan.

Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada prosedur pengembangan menurut Rayanda Asyhar, yaitu analisis kebutuhan dan


(2)

Ferry Kristiawan karakteristik siswa, merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan butir-butir materi, menyusun instrumen evaluasi, menyusun naskah media berupa spesifikasi pengembangan produk, melakukan validasi ahli yang dilakukan oleh pakar dan guru fisika, uji coba yang terdiri dari uji coba satu lawan satu dan uji lapangan yang dilakukan terhadap siswa kelas VII1 SMP Global Madani Tahun Pelajaran 2013/2014 sebagai pengguna, dan produk akhir berupa video pembelajaran bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan “Perubahan di Sekitar Kita”, yang mencakup materi perubahan fisika, perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global.

Hasil uji ahli menunjukkan bahwa video yang dikembangkan telah sesuai dengan teori dan layak digunakan sebagai multimedia pembelajaran. Berdasarkan respon dan penilaian siswa terhadap penggunaan video pembelajaran, didapatkan bahwa skor dari kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan secara berturut-turut adalah 3.43, 3.60, dan 3.36 atau secara kualitatif dinyatakan bahwa video sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat. Video pembelajaran dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran, hal ini berdasarkan perolehan hasil uji lapangan terhadap siswa kelas VII1 dengan Gain rata-rata sebesar 28.34, N-Gain rata-rata sebesar 0,57 (N-N-Gain kategori sedang) dan 80% siswa uji tuntas KKM dengan hasil belajar rata-rata 78,67.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dihasilkan video pembelajaran bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan “Perubahan di Sekitar Kita”, telah teruji sesuai teori dengan kualitas sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat dan dinyatakan efektif digunakan sebagai multimedia

pembelajaran.

Kata kunci: nilai kecintaan terhadap lingkungan, nilai ketuhanan, pembelajaran sains, pengembangan, video.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 16 September 1992, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ibu Zubaidah dan Bapak Tukilan.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 5 Kotagajah yang

diselesaikan pada Tahun 2004, melanjutkan di SMP Negeri 2 Kotagajah yang diselesaikan pada Tahun 2007, dan masuk SMA Negeri 1 Kotagajah yang

diselesaikan pada Tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama melaksanakan studi di Pendidikan Fisika, penulis tidak hanya

melaksanakan pembelajaran di kelas, namun juga melaksanakan pembelajaran di luar kelas. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Malang, dan Bali. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) yang merupakan gabungan antara Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Praktik Lapangan (PPL). Penulis melaksanakan KKN di Pekon Padang Tambak, Way Tenong, Lampung Barat; dan PPL di SMA Negeri 2 Way Tenong, Lampung Barat.

Selama menjadi mahasiswa, penulis memiliki pengalaman organisasi, yaitu sebagai Anggota Bidang Sosial Masyarakat Himasakta 2011/2012, Anggota Bidang Rumah Tangga dan Perpustakaan FPPI 2011/2012, dan Staf Ahli Kementrian Kominfo BEM U KBM Unila 2011/2012.


(8)

MOTO

“Sungguh manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kesabaran”

(QS Al Ashr: 2-3)

“Tuliskan rencana kita dengan sebuah pensil, tetapi berikan penghapusnya kepada Allah. Izinkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantikan dengan rencana-Nya yang indah di dalam hidup kita, karena Allah selalu tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa

yang kita minta, dan Allah tidak henti-hentinya memenuhi kebutuhan seseorang, selama ia memenuhi kebutuhan saudaranya.”


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karyaku ini kepada:

1. Ibuku Zubaidah dan Bapakku Tukilan tersayang yang senantiasa dengan sepenuh hati memberikan segala yang terbaik untukku yang takkan mungkin ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat lebih banyak memberikan kebahagiaan dan membuat kalian bangga.

2. Kakak-kakak dan adikku tersayang (Mas Bas, Mas Adi, dan Ega) yang turut memberi semangat dan doa dalam setiap langkahku.

3. Kakak-kakak dan adik-adikku dari Smansaga (Mbak Linda, Mas Tedi, Mas Dian, Deni, dan Yusuf) yang turut memberi semangat dan doa dalam setiap langkahku.

4. Sahabat-sahabat OKI (Tama, Hadi, Made, Ridwan, Kak Rangga, Kak Nanang, Mas Mon, Mbak Mira, Mbak Dina, dan Mbak Irma) yang turut memberi semangat dalam segala kondisi.

5. Sahabat-sahabat MPI Lampung yang turut memberi semangat dalam segala kondisi.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Video Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Terhadap Lingkungan”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. H. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

5. Bapak Dr. H. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing II, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Dr. H. Chandra Ertikanto, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.


(11)

7. Pak Nengah, Pak Eko, Pak Wayan Distrik, Pak Abe, Pak Doni, Bu Kartini, Bu Vi, serta bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung lainnya yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung. 8. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si. dan Bapak Antomi Saregar, M.Pd., M.Si.

selaku evaluator uji ahli, terimakasih atas waktu dan masukannya.

9. Ibu Alief Yunaini, S.Si., M.Sc., selaku Kepala SMP Global Madani yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

10.Miss Yeni, Miss Dewi, Miss Intan serta bapak dan ibu dewan guru SMP Global Madani beserta staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11.Siswa kelas VII1 SMP Global Madani atas bantuan dan kerjasamanya. 12.Kakak-kakak tingkat angkatan 2009, 2008, 2007, atas bimbingannya.

13.Sahabat-sahabatku Hadi, Tama, Ridwan, Made, Haekal, Adin, Yudhi, Rohli, Yusron, Badri, Anton, Ajo, Andre, Irfan, Cici, Eni, Pau, Tami, Mawar, Novi, Kadek Mila, Puspa, Rohma, Rizki Adita, Junia, Mei Tri, Gledys, Astari, Eva, Fitri, Ricca, dan seluruh keluarga besar pendidikan fisika 2010.

14.Adik-adik tingkat dan keluarga besar pendidikan fisika 2011, 2012, dan 2013. 15.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandarlampung, 26 Mei 2014 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... . xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Pengembangan ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Pengembangan ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Video Pembelajaran ... 8

B. Hakikat Sains (IPA) ... 14

C. Nilai Ketuhanan ... 17

D. Cinta Lingkungan ... 19

E. Perubahan di Sekitar Kita... 22

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Prosedur Pengembangan ... 32

C. Validasi dan Uji Coba Produk ... 35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43


(13)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Observasi Sarana dan Prasarana Pembelajaran IPA ... 74

2. Angket Analisis Kebutuhan Guru Tentang Multimedia Pembelajaran .. 77

3. Angket Analisis Kemampuan Guru Tentang Multimedia Pembelajaran Berbasis ICT ... 79

4. Angket Analisis Kemampuan Siswa Tentang Multimedia Pembelajaran Berbasis ICT ... 82

5. Silabus ... 85

6. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 105

7. Naskah Pengembangan Media Pembelajaran ... 129

8. Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Angket Uji Ahli... 155

9. Instrumen Uji Ahli Materi ... 160

10.Instrumen Uji Ahli Desain ... 171

11.Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ... 176

12.Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ... 179

13.Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen Uji Keefektifan... 183

14.Instrumen Uji Keefektifan... 189

15.Rangkuman Hasil Uji Materi ... 192

16.Rangkuman Hasil Uji Desain ... 194

17.Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 195


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Strategi rekonstruksi epistemologis ... 19 3.1 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban ... 40 3.2 Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas ... 41 4.1 Beberapa tampilan di dalam video pembelajaran “Perubahan di Sekitar

Kita”... 52 4.2 Hasil uji materi video pembelajaran “Perubahan di Sekitar Kita” dan

Revisinya ... 53 4.3 Hasil uji desain video pembelajaran “Perubahan di Sekitar Kita” dan

revisinya... 55 4.4 Respon dan penilaian siswa terhadap video pembelajaran “Perubahan di

Sekitar Kita” ... 59 4.5 Hasil pre-test dan post-test pengguna video pembelajaran “Perubahan di


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Posisi media dalam sistem pembelajaran ... 9

2.2 Kerucut pengalaman Edgar Dale ... 10

2.3 (a) Besi meleleh, (b) Es mencair, dan (c) Air menguap ... 22

2.4 Perubahan wujud zat ... 23

2.5 (a) Pembakaran kayu, (b) Terbentunya endapan dari reaksi Perak Nitrat dengan Natrium Klorida, (c) Besi berkarat, dan (d) Tapai ubi hasil fermentasi ... 26

2.6 Mekanisme terjadinya pemanasan global ... 30

3.1 Prosedur pengembangan media pembelajaran ... 32

4.1 Persentase respon siswa terhadap kemenarikan video pembelajaran “Perubahan di Sekitar Kita” ... 57

4.2 Persentase respon siswa terhadap kemudahan video pembelajaran “Perubahan di Sekitar Kita” ... 58

4.3 Persentase respon siswa terhadap kemanfaatan video pembelajaran “Perubahan di Sekitar Kita” ... 58


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan alat utama yang berfungsi untuk membentuk dan membangun karakter bangsa. Karena, pendidikan adalah wahana untuk menanamkan berbagai karakter kepada peserta didik mulai dari kecil hingga menginjak dewasa. Saat ini, bangsa Indonesia sedang mengalami krisis multi dimensi, sesuai fungsinya maka pendidikan merupakan objek yang harus ditinjau kembali. Karena rapuhnya karakter suatu bangsa, pastilah diawali dan disebabkan oleh rapuhnya pendidikan karakter di bangku-bangku akademik.

Pendidikan sebagai salah satu lembaga yang berwenang dalam menanamkan karakter sejak anak-anak harus bertindak secara maksimal dalam masalah ini. Berkenaan dengan pembentukan karakter tersebut, Indonesia melalui Undang-Undang Republik Indonesia merancang sebuah sistem pendidikan yang dapat menghasilkan generasi berkarakter.

Dalam pasal 3 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU

Sisdiknas) menyebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta


(17)

2 didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional ini merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaharuan dan inovasi di bidang pendidikan, salah satunya dengan pengimplementasian kurikulum 2013 yang menyempurnakan kurikulum sebelumnya (KTSP). Pada kurikulum 2013, dua kompetensi sikap dimasukkan menjadi kompetensi inti (KI), yaitu KI 1 untuk sikap spiritual dan KI 2 untuk sikap sosial. Dalam kurikulum 2013 kompetensi sikap, sikap spiritual dan aspek sosial tidak dijabarkan dalam materi yang harus diajarkan kepada siswa melalui proses belajar mengajar (PBM), namun sikap spiritual dan sikap sosial harus diwujudkan oleh siswa dalam tindakan nyata sebagai dampak pengiring dari PBM. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif dapat dinilai dalam waktu 2 minggu (2-4 pertemuan), namun hasil belajar pada ranah sikap (spiritual dan sosial) tidak dapat dinilai dengan waktu sesingkat itu. Oleh sebab itu, penulis membatasi bahwa hasil belajar siswa yang diamati hanya pada ranah kognitif.

Multimedia pembelajaran adalah perantara yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dari guru kepada peserta didik. Dengan pengunaan


(18)

3 multimedia pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran akan lebih efektif, lebih efisien, lebih menarik, dan mampu mewakili penyampaian bahan yang tidak bisa diucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mudah mencerna materi pembelajaran dibandingkan dengan tanpa bantuan multimedia. Hal itu juga didukung dengan “Kerucut Pengalaman” dari Edgar Dale. Edgar Dale menyatakan bahwa, pembelajaran yang didesain dengan menggunakan multimedia yang mampu menciptakan pengalaman belajar secara langsung akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep yang terkandung di dalam pembelajaran tersebut.

Hasil observasi di SMP Negeri 1 Bandar Lampung menunjukkan bahwa sekolah memiliki fasilitas yang memadai dan memungkinkan para guru untuk melakukan pembelajaran fisika dengan menggunakan multimedia pembelajaran. Fasilitas-fasilitas yang tersedia adalah LCD di setiap ruang kelas, laboratorium komputer yang dilengkapi dengan 42 unit komputer dan adanya wifi sebagai koneksi internet. Ditinjau dari kemampuan guru dalam mengoperasikan fasilitas-fasilitas seperti komputer atau laptop dan penggunaan software-sofware sebagai

multimedia pembelajaran, guru dinilai sudah mampu. Beberapa jenis multimedia yang sudah digunakan oleh guru diantaranya yaitu buku teks, gambar,

powerpoint, animasi, dan video. Kandungan nilai karakter yang ada dalam beberapa multimedia tersebut dihadirkan secara acak oleh guru, dengan kata lain belum ada multimedia yang spesifik bermuatan nilai karakter tertentu. Selain itu, kebanyakan siswa kelas VII4 sebagai sampel, memiliki komputer atau laptop yang biasa mereka gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah ataupun hanya sekedar melihat film. Oleh karena itu, fasilitas yang ada harus digunakan secara


(19)

4 maksimal demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.

Melihat dari hasil observasi mengenai fasilitas yang tersedia di sekolah, maka perlu dilakukan pengembangan multimedia pembelajaran yang dapat menambah nilai kebermanfaatan dari fasilitas-fasilitas tersebut. Untuk mengetahui nilai karakter yang harus dikembangkan dalam multimedia pembelajaran, maka dilakukan observasi lanjutan terhadap guru dan siswa. Dengan penggunaan kurikulum 2013 pada kelas VII, guru merasakan perlunya muatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan pada multimedia pembelajaran. Hal ini

dikarenakan belum adanya multimedia yang memiliki muatan nilai tersebut, padahal siswa kelas VII sudah menggunakan buku teks dari Direktorat Jendral Pendidikan yang memuat nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Sebagian besar siswa kelas VII4sebagai sampel merasakan belum ada multimedia pembelajaran yang digunakan guru, yang bermuatan nilai ketuhanan dan

kecintaan terhadap lingkungan. Padahal, buku pegangan siswa menekankan pada nilai karakter tersebut. Sebagai upaya untuk menyesuaikan kandungan nilai yang ada di buku pegangan siswa dengan multimedia pembelajaran yang digunakan guru, maka perlu diadakan pengembangan multimedia yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

Melihat dari hasil observasi mengenai kebutuhan siswa dan guru terhadap multimedia pembelajaran berbasis ICT, maka perlu dilakukan pengembangan multimedia pembelajaran yang dapat menambah nilai kebermanfaatan dari fasilitas yang dimiliki oleh guru dan siswa. Untuk mengetahui jenis multimedia yang harus dikembangkan, maka dilakukan observasi lanjutan terhadap guru dan


(20)

5 siswa. Melihat gaya belajar siswa yang beraneka ragam, ada yang visual learner, audio learner, maupun kinesthetic learner, maka guru menganggap bahwa jenis multimedia yang paling cocok adalah media audio-visual. Setidaknya, dengan penggunaan multimedia jenis tersebut, dua dari tiga jenis gaya belajar siswa sudah bisa belajar secara optimal. Beberapa contoh dari media audio-visual yaitu film, video, dan slide bersuara. Selain itu, komputer atau laptop yang dimiliki guru dilengkapi software video player. Berdasarkan observasi, didapatkan bahwa sebagian besar siswa kelas VII4 memiliki komputer atau laptop yang biasa digunakan untuk membuat tugas sekolah atau sekedar memutar film

menggunakan software video player. Tidak hanya itu, kebanyakan dari siswa juga memiliki handphone yang bisa untuk memutar video. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan fasilitas yang dimiliki oleh guru dan siswa, maka multimedia pembelajaran yang dikembangkan berbentuk video pembelajaran.

Mempertimbangkan kebermanfaatan multimedia pembelajaran dan masalah-masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti bermaksud

mengembangkan multimultimedia pembelajaran sains berupa video bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang diajukan adalah:


(21)

6 Produk yang dimaksud di sini berupa video pembelajaran yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan?

2. Bagaimanakah produk yang tepat sasaran, dilihat dari hasil belajar siswa yang mencakup ranah kognitif?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan?

C. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan permasalahan yang didapatkan di lapangan, maka tujuan dilakukannya pengembangan multimedia pembelajaran ini adalah:

1. Menghasilkan produk, berupa video pembelajaran sains yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan bagi siswa SMP/MTs.

2. Melihat efektivitas produk, dilihat dari hasil belajar siswa yang mencakup ranah kognitif.

3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini bermanfaat bagi guru dan siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berimplikasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran berbasis karakter.

Melalui pengembangan video pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, disamping meningkatkan prestasi belajar juga meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kecintaan terhadap alam.


(22)

7 E. Ruang Lingkup Pengembangan

Ruang lingkup dalam pengembangan video pembelajaran ini yaitu:

1. Pengembangan merupakan proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan multimedia pembelajaran berupa video pembelajaran yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

3. Pengembangan video adalah pengembangan beberapa media, baik berupa gambar, animasi, dan suara yang digabungkan ke dalam sebuah video pembelajaran.

4. Materi pokok yang dimunculkan terangkum dalam sebuah tema “Perubahan di Sekitar Kita”. Tema ini mencakup materi perubahan fisika, perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global.

5. Pendidikan karakter bermuatan nilai ketuhanan merupakan nilai karakter yang menanamkan bahwa dalam setiap kejadian alami maupun buatan dapat

mengingatkan siswa kepada Allah.

6. Pendidikan karakter bermuatan nilai kecintaan terhadap lingkungan

merupakan nilai karakter yang menanamkan kepada diri siswa agar mencintai lingkungan sebagai upaya menjaga kelestarian alam yang merupakan rahmat Allah yang diberikan guna memenuhi kebutuhan hidup manusia.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Video Pembelajaran

Kalimat “video pembelajaran” adalah sebuah kalimat yang tersusun dari dua kata, yakni video dan pembelajaran. Dalam membahas video pembelajaran, tidak bisa terlepas dari media pembelajaran maupun multimedia pembelajaran. Hal ini terjadi karena video pembelajaran merupakan jenis dari media pembelajaran dan gabungan dari beberapa media pembelajaran disebut dengan multimedia

pembelajaran. Oleh sebab itu, maka perlu diperjelas tentang media pembelajaran dan multimedia pembelajaran terlebih dahulu, sebelum memperjelas tentang video pembelajaran.

Banyak sekali pakar pendidikan yang mendefinisikan media pembelajaran. Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) dalam Sadiman (2009: 6) menyatakan bahwa, media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, dapat didengar, dan dibaca.

Menambahi pendapat NEA, Briggs dalam Sadiman (2009: 6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya.


(24)

9 Dengan adanya beberapa pendapat tentang media, maka diperlukan gambaran yang jelas tentang media yang digunakan dalam pembelajaran. Uno (2008: 114) mengatakan bahwa,

Media dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Media selain digunakan untuk mengantarkan pembelajaran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan, maupun motivasi.

Dengan pengertian diatas, jelas bahwa media pembelajaran adalah segala alat komunikasi yang bisa menyampaikan informasi dari pendidik kepada peserta didik. Menambahkan hal itu, Munadi (2013: 8) memahamkan bahwa,

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta

lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Media merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Media memiliki tempat tersendiri dalam pembelajaran. Daryanto (2010: 7) memposisikan media dalam pembelajaran seperti pada Gambar 2.1.


(25)

10 Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale dalam Arsyad (2011: 11) mengadakan klasifikasi terhadap media pembelajaran. Klasifikasi ini dimulai dari pengalaman langsung (kongkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama ”kerucut pengalaman Dale” dan dianut secara luas dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.

Gambar 2.2 Kerucut pengalaman Edgar Dale.

Penggunaan media pembelajaran dapat mempermudah guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa. Dengan kata lain, media dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa dan guru sebagai penyelenggara sumber belajar. Dalam penggunaan media pembelajaran sebagai sumber belajar, tentunya harus

didasarkan pada pemilihan yang tepat. Sehingga, media pembelajaran dapat dapat menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Munir (2012: 148) menambahkan bahwa,

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses


(26)

11 belajar. Dengan adanya berbagai bentuk multimedia pembelajaran,

diharapkan dapat meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit.

Dengan jelasnya definisi dan fungsi dari media pembelajaran dan multimedia pembelajaran, maka kita bisa melangkah untuk memahami video pembelajaran. Secara empiris, video berasal dari singkatan dalam bahasa inggris, yaitu visual dan audio. Kata vi adalah singkatan dari visual yang berarti gambar dan deo adalah singkatan dari audio yang berarti suara. Secara bahasa, video berasal dari bahasa latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya

penglihatan) atau dapat melihat.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119), video diartikan sebagai bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi atau rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi. Pendapat lainnya, Agnew dan Kellerman dalam Munir (2012: 290) menyatakan bahwa,

Video adalah media digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambar-gambar dan memberikan ilusi, gambaran, serta fantasi pada gambar yang bergerak. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu.

Video merupakan satu dari berbagai jenis media pembelajaran. Saat ditinjau dari media penyampai pesannya, video termasuk media pembelajaran audio-visual atau media pembelajaran pandang-dengar. Dikatakan media pandang-dengar karena terdapat unsur dengar (audio) dan unsur visual (pandang) yang disajikan serentak. Munadi (2013: 113) menambahkan bahwa,

Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua, media audio-visual tidak murni. Film,


(27)

12 televisi, dan video termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual yang diberi suara termasuk jenis yang kedua.

Pada dasarnya, tujuan digunakannya multimedia dalam pembelajaran adalah untuk menarik minat belajar siswa, mempermudah guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dan bermanfaat baik bagi siswa dan guru. Apabila ketiga tujuan ini tidak tercapai, maka diperlukan pertimbangan lebih untuk tetap menggunakannya sebagai multimedia pembelajaran. Ketiga tanggapan inilah yang akan penulis cari dari siswa sebagai pengguna multimedia.

Video merupakan medium yang sangat bermanfaat untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran masal, individual, maupun berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat masal (mass instruction), manfaat kaset video sangat nyata. Kemp dalam Sukiman (2011: 188) menjelaskan bahwa,

Video dapat menyajikan informasi, menggambarkan suatu proses, dan tepat mengajarkan keterampilan, menyingkat, dan mengembangkan waktu serta dapat mempengaruhi sikap. Hal ini dipengaruhi oleh ketertarikan minat, di mana tayangan yang ditampilkan oleh video dapat menarik gairah rangsang (stimulus) seseorang untuk menyimak lebih dalam.

Salah satu tujuan digunakannya multimedia (secara khusus video) dalam pembelajaran adalah untuk mempermudah guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Riyana (2007: 6) menjelaskan bahwa,

Pemanfaatan video pembelajaran digunakan sebagai bahan ajar bertujuan untuk:

1. Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik maupun instruktur.

3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.


(28)

13 belajar. Saat video dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, harus ditampilkan kelebihan di dalamnya, sehingga dapat menambahkan ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penggunaaan video sebagai media pembelajaran, ada beberapa kaidah yang harus dipenuhi. Riyana (2007: 8-11) menjelaskan bahwa,

Karakteristik video pembelajaran yaitu: 1)Clarity of Massage (kejalasan pesan)

Dengan video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga informasi akan tersimpan dalam memori jangka panjang dan bersifat retensi. 2)Stand Alone (berdiri sendiri).

Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

3)User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya).

Media video menggunakan bahasa yang sederhana, umum, mudah dimengerti. Paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

4)Representasi Isi

Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sains dapat dibuat menjadi media video.

5)Visualisasi dengan media

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila

langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinggi. 6)Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi

Tampilan video dibuat dengan teknologi rekayasa digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap spech system komputer. 7)Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan dengan jumlah siswa maksimal 50 orang yang dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian dari narator.

Setiap multimedia pembelajaran memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Walaupun memiliki beberapa kekurangan, video pembelajaran memiliki banyak kelebihan. Munadi (2013: 127) memaparkan bahwa,

Karakteristik video dari segi kelebihan-kelebihannya yaitu: 1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.


(29)

14 2. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.

3. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat. 4. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. 5. Mengembangkan imajinasi peserta didik.

6. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistis.

7. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

8. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan.

9. Semua peserta baik yang pandai maupun yang kurang pandai mampu belajar dari video.

10.Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

11.Dengan video, penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.

Perlu ditekankan bahwa pemanfaatan multimedia pembelajaran harus dapat meningkatkan pengalaman belajar yang lebih konkrit. Tanpa tercapainya tujuan itu, maka perlu dikoreksi penyebab tidak maksimalnya penggunaan media pembelajaran. Untuk mencapai tujuan itu, maka guru harus memperhatikan beberapa aspek terlebih dahulu sebelum menggunakan video sebagai media pembelajaran. Munadi (2013: 127-128) menyatakan bahwa,

Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu

melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.

3. Sesudah video ditunjukkan, perlu diadakan diskusi untuk melatih siswa memecahan masalah, membuat, dan menjawab pertanyaan. 4. Program video bisa diputar dua kali atau lebih, untuk memperhatikan

aspek-aspek tertentu.

5. Agar siswa tidak memandang video sebagai media hiburan, maka siswa perlu ditugaskan untuk memperhatkan bagian-bagian tertentu. 6. Sesudah itu dapat dites, berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap

dari program video itu.

B. Hakikat Sains (IPA)

Berdasarkan sifatnya, ilmu pengetahuan (science) dibedakan menjadi social science (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).


(30)

15 Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sering kita sebut sains adalah sebuah kajian ilmu yang lebih mempelajari alam sekitar. Dikatakan mempelajari ilmu sekitar, karena memang sesungguhnya sains didapatkan melalui pengamatan secara langsung terhadap alam maupun pengamatan terhadap sesuatu yang berkaitan dengan alam tersebut, tidak hanya menghafalkan kumpulan rumus, fakta, theorama, dan sebagainya. Viyanti (2012: 2) menyatakan bahwa,

Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga sebuah proses penemuan. IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan bercirikan objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Sementara itu, Carin dan Sund dalam Viyanti (2012: 2) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

Melengkapi pendapat Carin dan Sund, Benyamin dalam Toharudin, dkk. (2011: 28) mengartikan sains sebagai cara penyelidikan yang berusaha keras

mendapatkan data hingga informasi tentang alam semesta dengan menggunakan metode pengamatan dan hipotesis yang telah teruji berdasarkan pengamatan.

Senada dengan Benyamin, Toharudin, dkk. (2011: 28) berpendapat bahwa sains merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami pengujian kebenarannya melalui metode ilmiah dan bahasan pokoknya adalah alam dan segala isinya.


(31)

16 Menanggapi beberapa pengertian sains, bisa dikatakan bahwa sains memiliki sifat dan karakteristik unik yang membedakannya dengan ilmu lainnya. Keunikan dari sains itu sendiri lebih kita kenal dengan hakikat sains. Beberapa hakikat utama dari sains yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat hakikat sains ini tidak bisa bisa dipisahkan, karena semuanya adalah satu kesatuan utuh yang harus ada agar pemahaman sains benar-benar mendalam. Dengan adanya hakikat proses dalam sains, peserta didik akan merasakan bagaimana proses yang dilakukan para ilmuan untuk menemukan suatu prinsip. Dengan adanya hakikat sikap dalam sains, peserta didik bisa merasakan bagaimana sikap yang harus dimiliki oleh ilmuan agar berhasil menemukan suatu penemuan. Dengan adanya hakikat aplikasi dalam sains, peserta didik dapat memahami ternyata “alat ini”

menggunakan “prinsip itu”. Dan produk adalah hasil pemuan yang dilakukan oleh para ilmuan. Viyanti (2012: 3) memahamkan bahwa,

IPA meliputi beberapa unsur utama, yaitu:

1. Sikap, yaitu rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended.

2. Proses, yaitu prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah yang meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3. Produk, yaitu berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

4. Aplikasi, yaitu penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

IPA secara utuh terdiri dari IPA sebagai sikap, proses, produk, dan aplikasi. Pernyataan Viyanti ternyata sedikit berbeda dengan Toharudin, dkk. (2011: 28) yang menyatakan bahwa,

Hakikat sains meliputi tiga unsur utama, yaitu:

1. Sikap; rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab-akibat yang menimbulkan masalah baru yang


(32)

17 dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Jadi, sains bersifat open ended.

2. Proses; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi yang meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

3. Produk, yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum.

Aplikasinya berupa penerapan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.

C. Nilai Ketuhanan

Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Nilai ketuhanan bermakna adanya pengakuan dan keyakinan terhadap adanya Tuhan. Adanya nilai ketuhanan pada seseorang, dapat menunjukkan identitasnya sebagai orang yang religius, bukan atheis.

Pendidikan berkarakter saat ini sedang marak digunakan di Indonesia. Dengan sistem ini, diharapkan melalui pendidikan formal akan dilahirkan anak-anak yang berkarakter dan berakhlak mulia. Dalam pendidikan berkarakter, akan ditanamkan nilai-nilai yang dibutuhkan dapat meningkatkan dan menggunakan

pengetahuaannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru di Indonesia. Tiga target di dalam kurikulum ini yaitu keahlian, pengetahuan, dan sikap akan dihubungkan dengan nilai-nilai ketuhanan. Munif dalam Faiz (Suara Merdeka, 17 Mei 2013)

menjelaskan bahwa,

Target kurikulum 2013 itu kan pertama anak itu punya keahlian, kedua anak punya pengetahuan, ketiga anak punya sikap yang baik kepada sesama, nah ketiga hal itu kemudian harus dihubungkan kepada Allah ta’ala, kalau itu benar bukan hanya tulisan tulisan teori tetapi mampu


(33)

18 diaplikasikan saya yakin pendidikan di Indonesia akan maju.

Dalam hubungan berbagi hal yang bersifat spiritual dengan perkembangan ilmu pengetahuan, Einstein dalam Anshari (1974: 45-46) menyatakan bahwa,

Emosi yang paling indah dan mendalam yang dapat kita alami ialah

kesadaran akan perkara-perkara yang sifatnya spiritual (mistik). Kesadaran itu merupakan kekuatan segala ilmu pengetahuan yang sejati. Orang yang tak kenal emosi itu, yang tidak lagi merasa kagum dan terpesona,karena rasa hormat yang mendalam, boleh dikatakan mati. Mengetahui apa yang bagi kita tak dapat dipahamkan itu sungguh ada dan menyadarkan diri sebagai kebijaksanaan yang setinggi-tingginya dan keindahan yang secemerlang-cemarlangnya yang kesanggupan kita yang tumpul itu hanya dapat memahaminya dalam bentuk-bentuknya yang paling sederhana- pengalaman itu adalah pusat keagamaan sejati.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas, jelaslah bahwa secara alamiah, agama dan ilmu pengetahuan berjalan berdampingan dan tidak ada pertentangan antara keduanya. Hal itu dikarenakan ilmu pengetahuan sejati adalah mengungkapkan kesadaran tentang kebenaran agama.

Pembelajaran bernuansa nilai ketuhanan membuat suasana proses pembelajaran diarahkan kepada peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT melalui pengembangan berfikir logis untuk menimbulkan kesadaran adanya sistem nilai dan moral pada setiap ajarnya.

Maman (2011: 12-13) menyatakan bahwa,

Ketika kita menerima pandangan teoritis yang bernuansa ideologis dan kepercayaan, maka tidak ada cara lain kecuali melakukan koreksi, serta membangun teori-teori baru (adition) dari sudut pandang Hadhoroh Islam untuk menggantikan teori-teori konvensional yang mengandung

etnosentrisme, budaya, kepercayaan dan agama tertentu. Setelah

melakukan pemilahan kerangka berfikir, menjadi pola berfikir sains dan pola pikir rasional, maka rekonstruksi epistemologis dapat dilakukan melalui proses fiksasi, internalisasi, koreksi, substitusi, dan adisi.


(34)

19 Lebih jelasnya, strategi rekonstruksi epistemologis disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Strategi rekonstruksi epistemologis No Rekonstruksi

Epistemologi

Hasil dari Pola Berfikir Ket.

Sains Rasional

1 Fiksasi + -

2 Internalisasi + -

3 Koreksi - +

4 Substitusi - +

5 Adisi + +

Sumber: Maman (2011: 13)

Maman (2011: 13) menjelaskan bahwa,

Fiksasi berarti menerima teori-teori yang dihasilkan melalui proses empiris-laboratoris yang bersifat objektif, faktual, dan replicable. Dalam waktu yang sama kita dapat dapat melakukan internalisasi nilai terhadap proses berfikir ilmiah dan produk ilmiah. Kita juga dapat melakukan adisi jika ditemukan teori baru dari proses kajian ilmiah. Sementara itu, bagi teori-teori yang merupakan produk kontemplatif dan bernuansa hadhoroh yang dibangun atas pola pikir rasional, maka kita dapat melakukan koreksi dan substitusi terhadap teori-teori lama yang dinilai sudah usang.

Demikianlah, sains tumbuh di atas landasan kesadaran ketuhanan, sehingga terdapat keterpaduan antara sains dengan agama dalam arti kata yang

sesungguhnya. Dengan kesadaran ketuhanan, akan menyebabkan kegiatan sains dan teknologi yang bersifat profan menjadi aktivitas yang bernuansa religius.

D. Cinta Lingkungan

Usman dalam Siswanto (2008: 85) menyatakan bahwa, lingkungan hidup adalah lingkungan alam hayati, lingkungan alam non-hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial yang mempengaruhi keberlangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya. Lingkungan atau alam diciptakan


(35)

20 Allah SWT untuk manusia dalam rangka memenuhi hajat hidupnya.

Manusia menempati peran yang sangat penting dalam lingkungan. Namun tanpa disadari, manusia malah menjadikan alam sebagai mesin yang sempurna untuk diekploitasi sebesar-besarnya demi kesejahteraan hidup. Tidak ada etika, tidak ada kasih sayang terhadap sesama maupun alam. Kerusakan lingkungan alam tidak bisa dilepaskan dari perilaku manusia. Terbukti, bahwa sebagian besar bencana yang terjadi bukanlah karena faktor alam semata, tetapi karena ulah dan perilaku manusia sendiri, seperti banjir dan pencemaran lingkungan.

Padahal dalam Al-Qur’an, Allah berfirman “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya…” (Surat Al A’raf: 56). Katsir (2006: 587-588) mengatakan bahwa firman Allah ini mengandung pengertian bahwa Allah melarang hambanya berbuat kerusakan di atas bumi dan berbuat apapun yang dapat merugikannya setelah adanya perbaikan. Karena sesungguhnya jika segala sesuatu berjalan di atas kebaikan, kemudian terjadi sebuah kerusakan maka akan menjadikan sebuah kerugian bagi manusia.

Perlakuan manusia terhadap lingkungannya dapat menunjukkan kecintaannya terhadap lingkungan. Lingkungan sebagai tempat tinggal manusia membutuhkan perhatian dan penanganan secara terpadu, baik dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, maupun pengembangannya. Kecintaan terhadap lingkungan dapat terlihat dari bagaimana seseorang

melakukan pengelolaan tersebut secara terpadu dengan mempertimbangkan kesatuan ekosistem di dalam unsur-unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.


(36)

21 Berbagai tugas dalam rangka melakukan pelestarian lingkungan merupakan tugas utama manusia. Sebagai manusia yang taat kepada Tuhannya, tentu manusia akan melakukan segala yang diperintahkan-Nya semaksimal yang bisa dia lakukan. Kecintaannya terhadap Tuhannya akan tercermin pada kecintaannya terhadap lingkungan. Sebagai khalifah yang benar, maka manusia akan melakukan tugas utamanya diciptakan, sembari menjaga lingkungan sebagai fasilitas yang telah Allah sediakan untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Qadir dalam Siswanto (2008: 85) menambahkan bahwa,

Tata lingkungan yang memberi manfaat besar bagi manusia terletak pada mekanisme kerja antara ekosistem dengan komunitas manusia. Jika mekanisme berjalan dengan baik, berarti manusia telah menempatkan diri pada posisi sebagai khalifah Allah di bumi. Lingkungan yang sehat memberikan peluang bagi kelangsungan hidup ekosistem secara menyeluruh, sebaliknya lingkungan yang tercemar tidak akan mampu menunjang kelangsungan hidup secara menyeluruh. Oleh karena itu menciptakan lingkungan hidup yang berdampak positif bagi kemakmuran dan kelangsungan hidup menjadi keharusan bagi manusia.

Yafie dalam Siswanto (2008: 86) menjelaskan bahwa manusia sebagai khalifah di bumi dituntut untuk memelihara dan mengembangkan kekayaan alam yang dianugerahkan Allah untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Shihab dalam Siswanto (2008: 86) menambahkan bahwa,

Dengan demikian, tugas kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam. Interaksi itu bersifat harmonis sesuai dengan petunjuk-petunjuk Ilahi yang tertera dalam wahyu-Nya. Inilah prinsip pokok yang merupakan landasan interaksi antara sesama manusia dan lingkungan sekitarnya dan

keharmonisan hubungan itu pulalah yang menjadi tujuan dari segala etika agama.


(37)

22 E. Perubahan di Sekitar Kita

Perubahan Fisika

Perubahan fisika adalah perubahan zat yang bersifat sementara, seperti perubahan wujud, bentuk, maupun ukuran. Disebut sebagai perubahan sementara karena zat tersebut dapat kembali ke wujudnya semula bila zat tersebut diberi perlakuan sebaliknya.

Contoh dari perubahan fisika yaitu saat kita memanaskan es, maka es berubah menjadi air, selanjutnya jika dipanaskan maka air berubah menjadi uap air. Sebaliknya, jika air dibekukan akan kembali menjadi es. Contoh lain, jika besi dipanaskan sampai pada titik leburnya maka akan melebur, tetapi jika besi cair ini didinginkan, maka akan menjadi besi padat seperti semula.

Gambar 2.3 (a) Besi meleleh, (b) Es mencair, dan (c) Air menguap.

Contoh dari perubahan fisika meliputi semua perubahan wujud zat seperti membeku, meleleh, menguap, mengkristal, mengembun, dan menyublim. Berbagai perubahan wujud zat dapat dilihat pada Gambar 2.4.


(38)

23

Gambar 2.4 Perubahan wujud zat

Sumber: http://arifkristanta.files.wordpress.com/

Perubahan bentuk atau ukuran juga termasuk dalam perubahan fisika, misalnya gandum yang digiling menjadi tepung terigu. Benang dipintal menjadi kain dan batang pohon dipotong-potong menjadi kayu balok, papan dan triplek. Terdapat beberapa ciri perubahan fisika, yaitu tidak terbentuk zat jenis baru, zat yang berubah dapat kembali ke bentuk semula, hanya diikuti perubahan yang bersifat fisika saja. Perubahan sifat fisika yang tampak adalah bentuk, ukuran, dan warna.

Ciri utama dari perubahan fisika yaitu perlunya perlakuan tertentu untuk merubah suatu zat ke bentuk yang lain. Perlunya perlakuan tersebut dapat mengingatkan kita kepada kekuasaan Allah SWT. Mari kita ingat beberapa ayat dalam Al Qur’an yang menunjukkan betapa mudahnya bagi Allah jika ingin

mengembalikan sesuatu ke bentuk semula.

“Dan mereka berkata: Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan


(39)

24 ”Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk

menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.” (QS Al Baqarah: 260)

Jika manusia perlu melakukan suatu perlakuan khusus agar suatu zat menjadi ke bentuk yang diinginkan, maka Allah SWT hanya perlu mengatakan kun (jadilah), maka jadilah ia. Ini menunjukkan betapa kekuasaan dan kebesaran Allah SWT.

Perubahan Kimia

Perubahan kimia adalah perubahan pada zat yang menghasilkan zat jenis baru. Pernahkah kamu membakar kertas? Apa yang dapat kamu lihat setelah kertas tersebut habis terbakar? Terdapat abu yang diperoleh akibat proses pembakaran. Kertas sebelum dibakar memiliki sifat yang berbeda dengan kertas sesudah dibakar.

Ciri-ciri perubahan kimia yaitu:

a. Perubahan warna, contohnya gula yang dipanaskan menghasilkan karbon dan uap air. Gula yang berwarna putih berubah menjadi uap air dan karbon yang berwarna hitam.

b. Perubahan suhu, contohnya larutan natrium hidroksida (NaOH) dicampur dengan larutan asam klorida (HCl) dalam tabung reaksi akan menghasilkan larutan natrium klorida (NaCl). Reaksi ini mengakibatkan dinding tabung terasa hangat.

c. Pembentukan gas, contohnya kapur tulis dimasukkan ke dalam larutan asam klorida akan menghasilkan gas karbon dioksida.

d. Pembentukan endapan, contohnya larutan perak nitrat (AgNO3) dicampur dengan larutan natrium klorida (NaCl) menghasilkan perak klorida (AgCl) dan


(40)

25 natrium nitrat (NaNO3), reaksi ini menghasilkan endapan putih perak klorida (AgCl).

Perubahan kimia dalam kehidupan sehari-hari dapat terjadi melalui: 1. Pembakaran

Pembakaran bahan bakar yang mengandung atom C dan H (hidrokarbon) yang meliputi bahan bakar fosil, kayu, dan alkohol dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pembakaran sempurna dan pembakaran tidak sempurna.

2. Pengaratan (korosi)

Korosi terjadi jika besi atau logam bereaksi dengan oksigen di udara yang mengandung uap air. Hasil korosi besi disebut karat besi.

3. Pembusukan, merupakan reaksi kimia yang diakibatkan oleh mikroorganisme. Pada pembusukan, akan mengakibatkan menjadi berbau, menghasilkan gas dan lendir, serta merusak struktur makanan. Misalnya nasi menjadi basi, buah busuk.

4. Fermentasi, yaitu reaksi yang dibantu oleh mikroorganisme. Berbeda dengan pembusukan, proses fermentasi menghasilkan suatu zat yang berbeda dan tidak merusak struktur makanan, tetapi makanan yang difermentasi akan lebih lunak, lebih harum dan rasanya berbeda. Misalnya pembuatan tape,

pembuatan yoghurt, pembuatan kecap, alkohol, keju, dan lain-lain. 5. Pemasakan.

Pemasakan atau penggorengan makanan akan mengubah struktur dan menghasilkan suatu zat baru. Misalnya telur yang digoreng.

6. Fotosintesis, yaitu reaksi pembentukan senyawa yang berlangsung pada tumbuhan hijau.


(41)

26 7. Pengenziman, yaitu proses yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup.

Misalnya cabai hijau menjadi cabai merah, amilum menjadi glukosa.

Gambar 2.5 (a) Pembakaran kayu, (b) Terbentunya endapan dari reaksi Perak Nitrat dengan Natrium Klorida, (c) Besi berkarat, dan (d) Tapai ubi hasil fermentasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita temukan hal-hal yang menunjukkan kebesaran Allah SWT karena tidak terjadinya perubahan kimia yang seharusnya terjadi. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah tidak terjadinya pembusukan pada jasad Fir’aun (Ramses II). Jasad Fir’aun ditemukan pada tahun 1898 M dengan kondisi tidak membusuk. Berdasarkan penelitian Prof. Maurice Bucaille, Fir’aun meninggal di laut. Hal ini terlihat dari adanya garam di kulit Fir’aun. Namun, yang mengherankan baginya adalah bagaimana mungkin jasad tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad mumi yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut. Dalam laporan akhirnya, Prof. Maurice Bucaille menyatakan bahwa penyelamatan mayat Fir’aun dari laut dan pengawetannya adalah kuasa Allah SWT sesuai dengan yang terdapat di dalam Taurat, Injil, dan Al Qur'an. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman,

“Maka pada hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus: 92)


(42)

27 Beberapa Pencemaran Akibat Adanya Perubahan Fisika dan Perubahan Kimia

Berbagai kemanfaatan dari industri, transportasi, ataupun yang lainnya yang terjadi melalui perubahan fisika maupun perubahan kimia tidak selamanya berdampak baik. Banyak hal yang bermanfaat, namun karena sikap tidak memperhatikan lingkungan, mengakibatkan rusaknya lingkungan. Salah satu dampaknya adalah pencemaran, baik pencemaran udara maupun pencemaran air.

Berbagai pabrik juga tak lepas dari masalah semacam ini. Pabrik melakukan produksi berupa perubahan kimia dan perubahan fisika. Dalam produksinya, pabrik menghasilkan berbagai limbah yang berbahaya. Misalnya, adanya gas buangan dengan jumlah besar, ada juga yang menghasilkan limbah yang langsung dibuang ke badan air. Akibatnya, tercemarlah udara dan air. Sebenarnya, hal ini bisa diminimalisir jika berbagai pabrik tersebut peduli terhadap lingkungan. Misalnya dengan menanam banyak pohon yang dapat merubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen. Selain itu, juga perlu dilakukan berbagai pengolahan kembali limbah-limbah pabrik sebelum dibuang ke badan air. Dengan demikian, akan menunjukkan kecintaan kita terhadap lingkungan.

Udara dikatakan tercemar apabila terdapat unsur-unsur yang mengotori udara. Pencemaran udara disebabkan oleh gas buangan, baik dari gas buang kendaraan, gas buang industri, dan lain-lain. Beberapa contoh gas buangan misalnya, CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC dari pendingin ruangan dan kulkas, CO, dan asap rokok. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran udara antara lain: a. Terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan.


(43)

28 b. Rusaknya bangunan karena pelapukan, korosi/karat pada logam, dan

memudarnya warna cat.

c. Terganggunya pertumbuhan tananam, seperti menguningnya daun atau kerdilnya tanaman akibat konsentrasi SO2 yang tinggi atau gas yang bersifat asam (efek hujan asam).

d. Adanya peristiwa efek rumah kaca (green house effect) yang dapat menaikkan suhu udara secara global serta dapat mengubah pola iklim bumi dan

mencairkan es di kutub.

Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan menjadi limbah pertanian, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain:

a. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen.

b. Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi) yang dapat berakibat kurang oksigen di perairan. Hal ini dapat membunuh biota perairan dan terjadinya pendangkalan dasar perairan.

c. Menjalarnya wabah penyakit karena air yang kotor menjadi sumber penyakit, diantaranya muntahber.

Dampak Terbesar Adanya Pencemaran Lingkungan


(44)

29 pembicaraan publik adalah pemanasan global atau global warming. Pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18°C (1.33 ± 0.32°F) selama seratus tahun terakhir.

Meningkatnya suhu global menyebabkan perubahan-perubahan lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas cuaca ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi (turunnya air dari atmosfer, misal hujan, salju). Akibat pemanasan global lainnya yaitu terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Segala sumber energi yang terdapat di bumi berasal dari matahari. Ketika energi mengenai permukaan bumi, energi berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi menyerap sebagian panas dan

memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini memantul sebagai radiasi inframerah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian lagi tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang

dipancarkan bumi. Akibatnya, panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Hal ini terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda. Metana menghasilkan efek pemanasan 23


(45)

30 kali dari karbon dioksida. Nitrogen Oksida menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari karbon dioksida. Gas-gas lain, seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari karbon dioksida.


(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis research and development (R&D) atau lebih dikenal dengan penelitian pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian pengembangan ini digunakan model prosedural, karena dianggap cocok dengan tujuan

pengembangan yang ingin dicapai yaitu untuk menghasilkan suatu produk dan menguji kelayakan produk yang dihasilkan.

Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Penelitian pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan multimedia pembelajaran berupa video yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Materi yang diangkat dalam video adalah perubahan fisika, perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global yang dirangkum ke dalam tema “Perubahan di Sekitar Kita”.

Model research and development menurut Sugiyono (2013: 409) memiliki

prosedur yaitu: (1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain; (6) ujicoba produk; (7) revisi produk; (8)


(47)

32 ujicoba pemakaian; (9) revisi produk; dan (10) produksi massal.

B. Prosedur Pengembangan

Penelitian pengembangan ini menggunakan metode penelitian yang diadaptasi dari prosedur pengembangan multimedia pembelajaran menurut Sadiman, dalam Asyhar (2011: 94-100). Perancangan multimedia pemebelajaran ini meliputi: (1) menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa; (2) merumuskan tujuan

pembelajaran; (3) merumuskan butir-butir materi; (4) menyusun instrumen evaluasi; (5) menulis naskah multimedia; (6) produk awal; (7) validasi ahli; (8) ujicoba lapangan; (9) produk akhir.

Secara umum, prosedur pengembangan multimedia pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur pengembangan multimedia pembelajaran menurut Asyhar (2011: 95)


(48)

33 1. Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa

Hal inilah yang digunakan sebagai dasar dalam pengembangan multimedia pembelajaran yang dibuat. Analisis kebutuhan dilakukan untuk

mengumpulkan informasi tentang apa yang dibutuhkan siswa dan guru pada khususnya, dan sekolah pada umumnya. Ketersediaan sumber dan multimedia pembelajaran yang diobservasi meliputi ketersediaan buku IPA yang

bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan di perpustakaan dan buku penunjang lain, penggunaan LKS berbasis karakter nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, serta ketersediaan proyektor dan alat pendukung lainnya.

2. Merumuskan tujuan pembelajaran

Setelah teridentifikasi bahwa video pembelajaran bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dibutuhkan, maka langkah selanjutnya merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan didasarkan pada kompetensi akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran. Tujuan ini menjadi dasar dalam pembuatan multimedia pembelajaran dan

menggambarkan dengan jelas apa yang harus dicapai, apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, materi apa yang harus disiapkan, dan bagaimana merealisasikannya.

3. Merumuskan butir-butir materi

Perumusan butir materi didasarkan pada rumusan tujuan. Perumusan butir-butir materi diperoleh berdasarkan materi pokok yang menjadi dasar materi perubahan fisika, perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global.


(49)

Butir-34 butir materi yang harus dikuasai siswa, yaitu mampu menunjukan karakter nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dalam perubahan fisika, perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global.

4. Menyusun instrumen evaluasi

Instrumen ini dimaksudkan untuk mengukur pencapaian pembelajaran, apakah tujuan sudah tercapai atau tidak. Untuk itu, diperlukan alat ukur proses dan hasil belajar berupa tes, penugasan, daftar cek perilaku dan lain-lain.

5. Menyusun naskah/draft multimedia

Naskah/draft digunakan sebagai pedoman, sehingga tujuan pembelajaran dan materi ajar dapat dituangkan dalam sebuah video pembelajaran yang

bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Dalam penelitian ini, naskah yang digunakan tergolong naskah multimedia audio-visual, yang di dalamnya berisi pedoman tertulis yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan acuan dalam pembuatan multimedia.

6. Produk awal

Perwujudan dari pengembangan ini adalah produk awal berupa video

pembelajaran “Perubahan di Sekitar Kita” yang mencakup materi perubahan fisika, perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

7. Melakukan validasi ahli


(50)

35 ahli multimedia pembelajaran dan ahli desain. Validasi ini terdiri dari validasi mengenai kesesuaian materi dan desain dengan spesifikasi yang direncanakan dan evaluasi dalam perencanaan pembelajaran.

8. Melakukan uji coba/tes dan revisi

Video pembelajaran yang telah dibuat diuji cobakan dalam kegiatan

pembelajaran. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian multimedia dalam pembelajaran. Uji coba ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu uji coba satu lawan satu dan uji coba kelompok kecil. Pada uji coba satu lawan satu dilakukan kepada tiga orang siswa pada kelas subjek penelitian untuk mengetahui kekurangan dari alat percobaan yang dikembangkan dan selanjutnya dilakukan perbaikan. Setelah itu, selanjutnya dilakukan uji lapangan di sebuah kelas untuk mengetahui kualitas produk yang dikembangkan.

9. Produk akhir

Hasil dari uji coba ini dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan video pembelajaran yang telah dibuat, sehingga dapat menghasilkan produk akhir yang siap digunakan di sekolah.

C. Validasi dan Uji Coba Produk

1. Validasi produk

Validasi ini dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Validasi produk dibagi menjadi dua aspek, yaitu validasi materi dan validasi desain. Setiap penguji dipilih berdasarkan keahlian yang dimiliki


(51)

36 sesuai dengan tujuan dari validasi yang dilakukan. Validasi ini

menggunakan angket, dimana ahli materi dan ahli desain memilih pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan pertanyaan yang telah disediakan. Dalam proses validasi juga dilakukan konsultasi dan meminta penilaian kepada para ahli tersebut.

2. Desain ujicoba

Dalam pengembangan multimedia pembelajaran ini, peneliti menggunakan 2 tahapan uji coba, yaitu:

a. Uji satu lawan satu

Pada uji ini, dipilih tiga siswa yang dapat mewakili populasi target dari multimedia yang dibuat. Uji satu lawan satu dilakukan dengan cara menyajikan multimedia tersebut kepada mereka secara individual. Setelah didapatkan hasil pada uji satu lawan satu dan revisi (jika diperlukan), selanjutnya dilakukan uji lapangan.

b. Uji lapangan

Uji lapangan dilakukan terhadap sebuah kelas yang terdiri 20 siswa dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, latar belakang, jenis kelamin, kemajuan belajar dan sebagainya). Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1)Menjelaskan bahwa multimedia ini berada pada tahap uji coba dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.

2)Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan multimedia pembelajaran yang dikembangkan. Isi pembelajaran yang


(52)

37 disampaikan minimal tujuan pembelajaran yang ada pada

multimedia yang dikembangkan.

3)Memberikan penugasan di rumah untuk mempelajari multimedia pembelajaran yang dikembangkan di akhir pembelajaran.

4)Memberikan tes untuk mengetahui tingkat tujuan yang dapat tercapai.

5)Membagikan kuesioner dan meminta siswa mengisinya. Kuesioner yang dibagikan yaitu untuk mengetahui tingkat kemudahan,

kemenarikan, kemanfaatan, dan efektivitas multimedia sebagai sumber belajar.

6)Menganalisis hasil uji lapangan untuk melihat kekurangan dan kelebihan multimedia pembelajaran yang digunakan.

Data dari hasil uji coba ini dijadikan sebagai dasar dalam merevisi produk, sehingga produk yang dihasilkan benar-benar layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

3. Subjek ujicoba

Subjek uji coba terdiri dari tim ahli dan siswa kelas VII1 SMP Global Madani. Tim ahli teridi atas ahli materi, yaitu dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila; dan ahli desain, yaitu dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila. Penentuan para ahli didasarkan pada kemampuan mereka dalam aspek yang dinilai pada pengujian. Sedangkan siswa kelas VII1 SMP Global Madani dipilih karena belum mendapatkan materi perubahan fisika, perubahan kimia, pencemaran, maupun pemanasan global. Efektivitas


(53)

38 multimedia pembelajaran didapatkan dengan membandingkan hasil pre-test dan hasil post-pre-test dari masing-masing siswa. Selain itu, efektivitas juga diukur dengan membandingkan hasil belajar (post-test) mereka terhadap nilai kriteria kelulusan minial (KKM) yang diterapkan tempat uji coba pada materi perubahan fisika, perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global.

4. Jenis data

Di dalam penelitian ini, didapatkan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari angket uji ahli maupun dari hasil konsultasi yang berupa masukan, komentar, kritik dan saran, dan diperoleh juga dari angket uji satu lawan satu. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif yang berupa penilaian, diperoleh dari hasil uji coba produk pada saat kegiatan uji lapangan.

5. Teknik pengumpulan data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui observasi, wawancara, serta menggunakan instrumen angket dan tes. Observasi, angket dan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan dengan mengetahui sarana prasarana sekolah, ketersediaan sumber, media, dan fasilitas pembelajaran serta laboratorium IPA.

Instrumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi perubahan fisika, perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global pada produk yang telah dikembangkan; instrumen angket respon pengguna digunakan


(54)

39 untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan, dan

kemanfaatan; dan data hasil tes (pre-test dan post-test) digunakan untuk mengetahui tingkat keefektifan produk.

6. Teknik analisis data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan program pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini kemudian dilengkapi dengan data hasil identifikasi sumber daya yang digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin

dikembangkan.

Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli materi dan ahli desain. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai multimedia pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan

penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh melalui evaluasi lapangan kepada pengguna secara langsung. Sedangkan data hasil belajar (pre-test dan post-test) yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk mengetahui efektivitas produk sebagai multimedia pembelajaran.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan lapangan dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan multimedia pembelajaran. Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap


(55)

40 multimedia yang sudah dibuat.

Data kemudahan, kemenarikan, dan kemanfaatan multimedia sebagai sumber belajar diperoleh dengan angket yang diisi langsung oleh siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik”atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan “tidak baik”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2

Tidak menarik Tidak baik 1

Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009: 327)

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

� � � � ��� =�ℎ � �� �ℎ � � � � ���× 4

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subjek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan


(56)

41 kualitatif. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat baik

3 2,51 - 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik

1 1,01 - 1,75 Tidak Baik

Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009: 327)

Kefektivitasan produk ditentukan dengan dua cara, yaitu dengan N-Gain Analisys dan membandingkan hasil belajar dengan KKM yang ditetapkan sekolah. Data hasil belajar ranah kognitif diperoleh dengan melakukan pre-test di awal pertemuan dan post-test setelah siswa menggunakan multimedia pembelajaran. Soal yang diujikan kepada siswa saat pre-test dan post-test adalah sama dengan bentuk pilihan jamak. Setelah

didapatkan kedua data tersebut maka selanjutnya dilakukan uji N-Gain Analisys untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan multimedia pembelajaran. N-Gain diperoleh dari

pengurangan skor pre-test dengan post-test dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pre-test. Secara matematis, dapat dituliskan sebagi berikut.

� =� − �

��− �

Keterangan: � : N-Gain

� : Skor/Nilai pre-test � : Skor/Nilai post-test � �� : Skor/Nilai maksimal


(57)

42 Sedang : 0,3 ≤ N-Gain < 0,7

Rendah : N-Gain < 0,3

Apabila N-Gain bernilai positif, maka produk pengembangan efektif digunakan sebagai multimedia pembelajaran. Setelah dengan N-Gain Analisys, kemudian hasil post-test dari masing-masing siswa dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam (IPA) di sekolah tempat uji coba. Apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat

disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai multimedia pembelajaran.


(58)

69

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Dihasilkan video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” yang

bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaaan terhadap lingkungan bagi siswa SMP/MTs. Video pembelajaran ini mencakup materi perubahan fisika,

perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global. Muatan nilai ketuhanan disajikan dengan menayangkan contoh perubahan fisika dan perubahan kimia yang akan mengingatkan siswa akan kebesaran Allah SWT, seperti adanya ribuan kubik es di kutub dan pengawetan mumi Fir’aun. Muatan nilai kecintaan terhadap lingkungan disajikan dengan menayangkan jenis

pencemaran, dampak dari pencemaran yang terjadi di sekitar kita, termasuk pemanasan global, dan ajakan untuk mencintai lingkungan.

2. Video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” telah teruji dan

dinyatakan efektif digunakan sebagai multimedia pembelajaran, baik terhadap individu secara mandiri maupun berkelompok. Hal ini berdasarkan perolehan hasil uji lapangan terhadap siswa kelas VII1 SMP Global Madani dengan Gain rata-rata 28.34, N-Gain rata-rata 0,57 (N-Gain kategori sedang) dan 80% siswa uji tuntas KKM dengan hasil belajar rata-rata 78,67.


(59)

70 3. Video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” telah teruji secara

internal dengan kualitas layak dan sesuai dengan teori, serta telah teruji secara eksternal dengan skor kemenarikan 3.43, skor kemudahan 3.60, dan skor kemanfaatan 3.36. Dengan kata lain, video pembelajaran dinyatakan sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat.

B. Saran

Berdasarkan simpulan, disarankan bahwa:

1. 20% dari siswa SMP Global Madani yang belum tuntas KKM sebaiknya diberikan remedial agar dapat tuntas KKM.

2. Guru yang hendak menggunakan video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” diharapkan dapat berlatih sebelum digunakan dalam

pembelajaran.

3. Mengubah ukuran file dan format video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” ke format lain, sehingga dapat diputar dengan media yang umum dengan ukuran file yang tidak terlalu besar.

4. Guru atau peneliti yang hendak melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” dengan menampilkan muatan nilai ketuhanan yang universal, sehingga bisa digunakan di SMP yang umum.

5. Menggiatkan pengujian penggunaan video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” hasil pengembangan dalam skala yang lebih besar untuk

mengetahui kelebihan dan tingkat efesiensinya sebagai multimedia dan sumber belajar bagi siswa.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim dan Terjemahannya. Diponegoro.

Anshari, E. Saefuddin. 1974. Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Online),

(http://www.books.google.co.id/books?id, diakses pada 20 Oktober 2013). Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Ayuningrum, Fiskha. 2012. “Pengembangan Media Video Pembelajaran untuk Siswa Kelas X pada Kompetensi Mengolah Soup Kontinental di SMK N 2 Godean”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Faiz, Irsyam. 17 Mei, 2013. “Kurikulum 2013 lebih Religius”. Suara Merdeka. (Online), (http://www.suaramerdeka.com, diakses pada 12 Oktober 2013) Katsir, Ibnu. 2006. Ringkasan Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Jilid II. Bogor:

Pustaka Ibnu Katsir.

Kristanta, Arif. 2012. Kalor. (Online), (http://www.arifkristanta.wordpress.com, diakses pada 12 Oktober 2013)

Maman, U. 2011. Mewujudkan Integrasi keilmuan: Pendekatan Epistemologis. (Online), (http://www.scribd.com/doc/11334155/Epistemologi, diakses pada 12 November 2013)

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Referensi.

Munir. 2012. Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(61)

Riyana, Cheppy. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.

Rosidin, Undang .2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaa terhadap Lingkungan untuk Memperkuat Karakter Siswa SMP. Laporan Penelitian. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung (tidak diterbitkan)

Sadiman. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Siswanto. 2008. Islam dan Pelestarian Lingkungan Hidup: Menggagas Pendidikan Islam Berwawasan Lingkungan. Pamekasan: STAIN Pamekasan.

Sugiyono. 2013. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukamto, Ismu. 2012. “Pengembangan Media Pembelajaran Alat-alat Optik Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi”. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedadogia. Suyanto, Eko. dan Sartinem. 2006. Penguasaan Teori dan Praktik Membuat

Skenario Pembelajaran Mikro. Makalah Mata Kuliah. Bandarlampung: Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.

Swasono, Fajar. 2013. ”Pengembangan Alat Konversi Energi Sebagai Alat Peraga Materi Perubahan Energi”. Skripsi. Bandarlampung: Universitas

Lampung.

Toharudin, Uus., Sri Hendrawati, dan Andrian Rustaman. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Viyanti. 2012. Metodologi Pembelajaran. Diktat. Bandarlampung: Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.

Wasis., Sugeng Yuli Irianto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen pendidikan Nasional.


(62)

(1)

42 Sedang : 0,3 ≤ N-Gain < 0,7

Rendah : N-Gain < 0,3

Apabila N-Gain bernilai positif, maka produk pengembangan efektif digunakan sebagai multimedia pembelajaran. Setelah dengan N-Gain Analisys, kemudian hasil post-test dari masing-masing siswa dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam (IPA) di sekolah tempat uji coba. Apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat

disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai multimedia pembelajaran.


(2)

69

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Dihasilkan video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” yang

bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaaan terhadap lingkungan bagi siswa SMP/MTs. Video pembelajaran ini mencakup materi perubahan fisika,

perubahan kimia, pencemaran, dan pemanasan global. Muatan nilai ketuhanan disajikan dengan menayangkan contoh perubahan fisika dan perubahan kimia yang akan mengingatkan siswa akan kebesaran Allah SWT, seperti adanya

ribuan kubik es di kutub dan pengawetan mumi Fir’aun. Muatan nilai

kecintaan terhadap lingkungan disajikan dengan menayangkan jenis

pencemaran, dampak dari pencemaran yang terjadi di sekitar kita, termasuk pemanasan global, dan ajakan untuk mencintai lingkungan.

2. Video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” telah teruji dan

dinyatakan efektif digunakan sebagai multimedia pembelajaran, baik terhadap individu secara mandiri maupun berkelompok. Hal ini berdasarkan perolehan hasil uji lapangan terhadap siswa kelas VII1 SMP Global Madani dengan Gain rata-rata 28.34, N-Gain rata-rata 0,57 (N-Gain kategori sedang) dan 80% siswa uji tuntas KKM dengan hasil belajar rata-rata 78,67.


(3)

70 3. Video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” telah teruji secara

internal dengan kualitas layak dan sesuai dengan teori, serta telah teruji secara eksternal dengan skor kemenarikan 3.43, skor kemudahan 3.60, dan skor kemanfaatan 3.36. Dengan kata lain, video pembelajaran dinyatakan sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat.

B. Saran

Berdasarkan simpulan, disarankan bahwa:

1. 20% dari siswa SMP Global Madani yang belum tuntas KKM sebaiknya diberikan remedial agar dapat tuntas KKM.

2. Guru yang hendak menggunakan video pembelajaran sains “Perubahan di

Sekitar Kita” diharapkan dapat berlatih sebelum digunakan dalam pembelajaran.

3. Mengubah ukuran file dan format video pembelajaran sains “Perubahan di

Sekitar Kita” ke format lain, sehingga dapat diputar dengan media yang umum dengan ukuran file yang tidak terlalu besar.

4. Guru atau peneliti yang hendak melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan video pembelajaran sains “Perubahan di Sekitar Kita” dengan menampilkan muatan nilai ketuhanan yang universal, sehingga bisa digunakan di SMP yang umum.

5. Menggiatkan pengujian penggunaan video pembelajaran sains “Perubahan di

Sekitar Kita” hasil pengembangan dalam skala yang lebih besar untuk mengetahui kelebihan dan tingkat efesiensinya sebagai multimedia dan sumber belajar bagi siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim dan Terjemahannya. Diponegoro.

Anshari, E. Saefuddin. 1974. Wawasan Islam: Pokok-Pokok Pikiran Tentang Paradigma dan Sistem Islam. (Online),

(http://www.books.google.co.id/books?id, diakses pada 20 Oktober 2013). Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Ayuningrum, Fiskha. 2012. “Pengembangan Media Video Pembelajaran untuk Siswa Kelas X pada Kompetensi Mengolah Soup Kontinental di SMK N 2 Godean”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemendikbud.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Faiz, Irsyam. 17 Mei, 2013. “Kurikulum 2013 lebih Religius”. Suara Merdeka. (Online), (http://www.suaramerdeka.com, diakses pada 12 Oktober 2013) Katsir, Ibnu. 2006. Ringkasan Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Jilid II. Bogor:

Pustaka Ibnu Katsir.

Kristanta, Arif. 2012. Kalor. (Online), (http://www.arifkristanta.wordpress.com, diakses pada 12 Oktober 2013)

Maman, U. 2011. Mewujudkan Integrasi keilmuan: Pendekatan Epistemologis. (Online), (http://www.scribd.com/doc/11334155/Epistemologi, diakses pada 12 November 2013)

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Referensi.

Munir. 2012. Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


(5)

Riyana, Cheppy. 2007. Pedoman Pengembangan Media Video. Jakarta: P3AI UPI.

Rosidin, Undang .2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaa terhadap Lingkungan untuk Memperkuat Karakter Siswa SMP. Laporan Penelitian. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung (tidak diterbitkan)

Sadiman. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Siswanto. 2008. Islam dan Pelestarian Lingkungan Hidup: Menggagas Pendidikan Islam Berwawasan Lingkungan. Pamekasan: STAIN Pamekasan.

Sugiyono. 2013. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukamto, Ismu. 2012. “Pengembangan Media Pembelajaran Alat-alat Optik

Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi”. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedadogia. Suyanto, Eko. dan Sartinem. 2006. Penguasaan Teori dan Praktik Membuat

Skenario Pembelajaran Mikro. Makalah Mata Kuliah. Bandarlampung: Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.

Swasono, Fajar. 2013. ”Pengembangan Alat Konversi Energi Sebagai Alat Peraga

Materi Perubahan Energi”. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Toharudin, Uus., Sri Hendrawati, dan Andrian Rustaman. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.

Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Viyanti. 2012. Metodologi Pembelajaran. Diktat. Bandarlampung: Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.

Wasis., Sugeng Yuli Irianto. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen pendidikan Nasional.


(6)