PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN

TERHADAP LINGKUNGAN Oleh

TIARA APRIANTY

Salah satu sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat membantu peserta didik maupun guru dalam proses pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa (LKS) termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi yang berupa buku dan berisi materi visual, yang membantu siswa belajar secara terarah. Setelah dilakukan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung, ternyata LKS yang digunakan belum menuntut adanya nilai karakter ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, tetapi LKS hanya berisikan uraian materi, pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi dan latihan ulangan. Sedangkan pada kurikulum 2013 LKS IPA itu harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik yang memiliki nilai karakter ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, yang terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 1 sampai dengan (KI) 4. Oleh karena itulah diperlukan pengembangan LKS yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.


(2)

Tiara Aprianty Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi model pengembangan media instruksional yang diadaptasi dari Suyanto dan Sartinem (2009). Desain tersebut meliputi tujuh tahapan prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu: analisis kebutuhan, identifikasi sumber daya untuk

memenuhi kebutuhan, identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, pengembangan produk, uji internal: uji kelayakan produk, uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna dan tahap terakhir produksi. Hasil uji internal menunjukan media telah sesuai dengan teori dan layak digunakan sebagai sumber belajar.Hasil uji eksternal menunjukkan bahwa LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan memiliki kualitas menarik, mudah digunakan dan bermanfaat. Dari uji tersebut diperoleh skor 3,04 yang menandakan LKS ini memiliki kualitas baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dihasilkan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungantelah teruji dan layak

digunakan dengan dengan kualitas: menarik, mudah digunakan, dan bermanfaat.

Kata kunci: penelitian pengembangan, lembar kerja siswa, nilai-nilai ketuhanan, dan kecintaan terhadap lingkungan.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Tiara Aprianty dilahirkan di Palembang Sumatra Selatan pada tanggal 24 April 1991, anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Bambang Mali Irianto dan Ibu Rostiati. Adapun Kakak penulis, yaitu Melicha Nova Yulianty dan Adik dari penulis Try Mandala Putra.

Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1997 di SDN 5 Kelapa Tujuh Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2003 penulis melanjutkan sekolah di SMPN 7 Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2006 dan dilanjutkan di SMA Kemala Bhayangkari Kotabumi yang diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung malalui jalur mandiri.

Pada tahun 2013 penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 2 Simpang Sari, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Simpang Sari, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat.


(8)

MOTO

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(QS Al Baqarah: 153)

”Bukanlah hidup kalau tidak ada masalah, Bukanlah sukses kalau tidak melalui rintangan, Bukanlah menang kalau tidak dengan pertarungan,

Bukanlah lulus kalau tidak ada ujian, dan Bukanlah berhasil kalau tidak berusaha”


(9)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

1. Papa Bambang dan Mama Rostiati tersayang yang telah mendidik, mendoakan dan tak kenal lelah dalam mewujudkan mimpi ku. Mudah-mudahan kelak dapat membahagiakan kalian.

2. Kakak dan adik ku (Licha dan Putra) tersayang, yang menanti keberhasilan penulis. Penulis akan terus berusaha untuk jadi Adik dan Kakak yang terbaik buat kalian.

3. Seluruh keluarga besar yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu kesuksesan ku.

4. Seseorang yang spesial (Fariz), yang selalu memberikan ku semangat serta menyertai ku dalam perjalanan ini.


(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas cinta kasih, rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga serta hidayah Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Lembar Kerja Siswa Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai

Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan ”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku Pembimbing I telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

5. Ibu Viyanti, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi kritik, saran, masukan, ilmu dan pembelajaran yang sangat berguna selama dalam penyusunan skripsi ini.


(11)

6. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si selaku Pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.

7. Bapak dan ibu dosen serta staf Jurusan Pendidikan MIPA.

8. Bapak Drs. H. Haryanto, M.Si selaku Kepala SMP Negeri 1 Bandar Lampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

9. Bapak Ermasdi, S.Pd. selaku guru mitra atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

10. Sahabat ku tersayang Hesty, Nelly, Yulistina, Mike, Cici Ayu, Caca Osi, Rendi, Sumirat, Silvi, Erika, Dyah, Ryzal, Putra, Gery, Tio, Linda, Denisa dan Asya atas arti persahabatan dan perhatian kalian selama ini, semoga persahabatan kita tidak lekang dimakan oleh usia. Amin.

11. Seluruh keluarga besar kkn ppl Nira, Indah, Puspa, Opi, Nope, Afni, Tina, Boy, Oyo, Iqbal, Mia, Imeh, Tia dan Lucky atas perhatian kalian selama ini dan kekompakan kita selama masa kkn ppl.

12. Seluruh keluarga besar Pendidikan Fisika 2009 serta Kakak tingkat angkatan 2008, 2007, dan 2006 atas bimbingannya serta adik-adik tingkat angkatan 2010, 2011, 2012 dan 2013.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, 2014 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Pengembangan ... 3

D. Manfaat Pengembangan ... 3

E. Ruang Lingkup Pengembangan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Sains ... 5

B. Pendidikan Karakter ... 8

C. Pendidikan Bermuatan Nilai Ketuhanan ... 13

D. Pendidikan Bermuatan Nilai Kecintaan terhadap Lingkungan . ... 16

E. Lembar Kerja siswa dan Pengembangannya.……….. 18

F. Manfaat Lembar Kerja Siswa ……… 23

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Subjek Penelitian ……… 25

C. Prosedur Pengembangan ... 25


(13)

xiv

2. Identifikasi Sumber Daya ... 29

3. Identifikasi Spesifikasi Produk ... 29

4. Pengembangan Produk ... 30

5. Uji Internal ... 31

6. Uji Eksternal ... 32

7. Produksi ... 35

D. Teknik Pengumpulan Data………... 35

E. Metode Analisis Data……… 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 37

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Data Hasil Wawancara ... 52

2. Silabus Mata Pelajaran IPA ... 54

3. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 58

4. Kisi-Kisi Soal Evaluasi ... 73

5. Kisi-Kisi Uji Ahli Desain ... 77

6. Kisi-Kisi Uji Ahli Materi ... 79

7. Kisi-Kisi Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kebermanfaatan ... 83


(14)

xv

9. Instrumen Penilaian Karakter ... 91

10.Soal Evaluasi ... 93

11.Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain ... 96

12.Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi ... 97

13.Rangkuman Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kebermanfaatan ... 98

14.Hasil Uji Penilaian Karakter Siswa………... 101

15.Hasil Evaluasi... 102


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ………...33

3.2 Konversi Skor Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas………..33

3.3 Lembar penilaian diri/karakter siswa………...34

4.1 Rangkuman Hasil Wawancara ………... 38

4.2 Rangkuman Hasil Uji Desain ………..41


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak usaha yang dilakukan pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan, salah satunya dengan mengimplementasikan kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013 yang menekankan pada pembentukan karakter. Pembentukan karakter tersebut terdiri dari pembentukan sikap, keterampilan, pengetahuan dan nilai-nilai karakter yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah, guru mempunyai peranan penting dalam membantu upaya pemerintahan untuk mendidik para siswa agar memiliki karakter yang diharapkan. Adanya karakter siswa yang kurang baik yang sering ditemui seperti tidak peduli terhadap lingkungan, kurangnya rasa tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, kurangnya rasa hormat tehadap guru, dan hal lainnya yang sangat menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu perlu diterapkannya pendidikan karakter dalam proses pembelajaran agar pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Salah satu sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat membantu peserta didik maupun guru dalam proses pembelajaran adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa (LKS) termasuk media cetak hasil pengembangan


(18)

2 teknologi yang berupa buku dan berisi materi visual, yang membantu siswa belajar secara terarah sehingga dapat mempermudah siswa mengerti materi yang diberikan oleh guru.

Setelah dilakukan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung, ternyata LKS yang digunakan belum menuntut adanya nilai karakter ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, tetapi LKS hanya berisikan uraian materi, pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi dan latihan ulangan. Sedangkan pada kurikulum 2013 LKS IPA itu harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik yang memiliki nilai karakter ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, yang terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 1 sampai dengan (KI) 4.

Menindaklanjuti pernyataan di atas, salah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu pembelajaran yang aktif bagi siswa adalah dengan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang akan dikembangkan berisi tahapan-tahapan dalam percobaan dan evaluasi yang memungkinkan siswa dapat menumbuhkan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, sesuai dengan kurikulum 2013. Sehingga dapat membentuk generasi yang memiliki sikap, pengetahuan, keterampilan, kreativitas dan lebih kompetitif dalam menunjang pendidikan.

Dengan demikian kegiatan pembelajaran di sekolah tidak hanya terbatas pada kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor agar siswa dapat menumbuhkan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Oleh karena itu penulis


(19)

3 dalam Pembelajaran Sains yang Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan”.

B. Rumusan Masalah

Rurmusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah: Dibutuhkan pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika dalam

pembelajaran sains yang bermuatan nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap lingkungan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah :

Menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika dalam pembelajaran sains yang bermuatan nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap lingkungan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah : 1. Memberi manfaat bagi guru dan siswa untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran yang berimplikasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran berbasis karakter.

2. Meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kecintaan terhadap alam.

3. Tersedianya Lembar Kerja Siswa sebagai media belajar bagi siswa yang dapat digunakan secara mandiri atau bersama kelompok belajarnya.


(20)

4 E. Ruang Lingkup

Agar jelas arah penelitian yang dilaksanakan, maka ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu.

2. Pengembangan dalam penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa bermuatan karakter.

3. LKS yang dimaksud adalah lembaran kerja yang digunakan sebagai penuntun siswa memahami materi pembelajaran.

4. Nilai karakter yang dimaksud dalam penelitian pengembangan ini adalah nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

5. Muatan nilai ketuhanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu nilai karakter yang ditanamkan pada peserta didik bahwa dibalik alam raya ini dan segala fenomena yang terjadi, ada tuhan yang wujud-Nya dirasakan di dalam diri manusia dan bahwa tanda-tanda wujud-Nya akan diperlihatkan melalui pengamatan dan penelitian manusia.

6. Muatan nilai kecintaan terhadap lingkungan adalah nilai-nilai lingkungan yang berhubungan dengan sains yang menghasilkan pribadi yang berkarakter dengan menjaga dan menghargai lingkungan sekitarnya.

7. Objek penelitian pengembangan ini adalah siswa SMP Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Pembelajaran Sains

Kata sains berasal dari bahasa latin scientia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa inggris kata science berarti pengetahuan. Jadi sains dapat diartikan ilmu yang mempelajari sebab dan akibat dari kejadian yang terjadi di alam ini. Sains atau ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip yang merupakan suatu proses penemuan.

Menurut Ilma (2012: 1), menyatakan bahwa:

Hakikat IPA meliputi empat unsur utama, yaitu: (1) Produk: merujuk pada sekumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum. (2) Proses: proses IPA merujuk pada proses-proses pencarian IPA yang dilakukan para ahli disebut science as the process of inquiry dan IPA memiliki sesuatu metode yang dikenal dengan scientific method. (3) Sikap: IPA perlu pula memiliki sifat ilmiah (scientific attittudes), agar hasil yang dicapainya itu sesuai dengan harapannya. (4) Aplikasi: Aspek aplikasi merujuk pada dimensi aksiologis IPA sebagai suatu ilmu, yaitu

penerapannya pengetahuan tentang IPA dalam kehidupan.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama, yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.


(22)

6 Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembang- kan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses

“mencari tahu” dan “berbuat”. Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolahnya

sebaiknya harus memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, dan menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah (hipotesis).

Sund dalam Yudianto (2005: 11), mengatakan bahwa

Sains dipandang sebagai produk dan proses hal-hal berikut ini: (1) Scientific attitudes (sikap ilmiah), yaitu seperti: keyakinan nilai-nilai,

gagasan/pendapat, objektif, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan sebagainya. (2) Scientific processes or methods (metode ilmiah), yaitu suatu cara khusus dalam memecahkan problem seperti: mengamati fakta,

membuat hipotesis, merancang dan melaksanakan eksperimen,

mengumpulkan, dan menyusun data, mengevaluasi data, menafsirkan, dan menyimpulkan data, serta membuat teori dan mengkomukasikannya. (3) Scientific products (produk ilmiah), yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori tentang fenomena alam, dan sebagainya

Berdasarkan kutipan di atas, bahwa sains itu merupakan suatu produk yang di dalamnya terdapat sikap ilmiah berupa keyakinan nilai-nilai, metode ilmiah berupa cara dalam memecahkan problem, dan produk ilmiah yaitu hasil akhir yang tercapai berupa fakta, konsep, hukum, fenomena alam, dan sebagainya

Menurut Zuchdi (2005: 15), menyatakan bahwa“pembelajaran sains didasarkan pada tiga ranah Taksonomi Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik dan telah diusahakan berorientasi baik pada materi maupun proses”. Dalam


(23)

7 holistik yaitu umumnya hanya menitikberatkan pada tujuan ranah kognitif dan menghindari tujuan ranah afektif, sehingga pembelajaran berlangsung:

(1) Tidak menyenangkan, menimbulkan sikap negatif terhadap mata pelajaran sains; (2) Pasif, didominasi ceramah guru; (3) Monoton, tidak memberi peluang pengembangan kreati-fitas; dan (4) Tidak efektif, jumlah waktu yang disediakan belum maksimal termanfaatkan bagi pencapaian kompetensi murid.

Melalui pembelajaran Sains berbasis lima ranah untuk pendidikan sains, murid diharapkan tidak saja dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga berkembang sikap positif terhadap sains itu sendiri maupun dengan

lingkungannya, serta menerapkan dan menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari secara lebih aktif. Lima ranah dalam pembelajaran sains, sebagai berikut:

Domain 1- Knowing and Understanding (knowledge domain), berupa: fakta, konsep, hukum, beberapa hipotesis dan teori yang digunakan para saintis, dan masalah-masalah sains dan sosial. Domain 2- Exploring and Discovering (Process of science domain), adalah (1) Proses sains dasar : observasi, komuni- kasi, klasifikasi, pengukuran, inferensi dan prediksi; (2) Proses sains terpadu: identifikasi variabel, penyusunan tabel data, pembuatan grafik, deskripsi hubu- ngan antarvariabel, penyediaan dan pemrosesan data, analisis investigasi, penyusunan hipotesis, definisi operasional variabel, desain investigasi, dan eksperimen. Domain 3 – Exploring and Discovering (process of science domain). Terdapat beberapa kemampuan penting manusia dalam domain ini, yaitu


(24)

8 menghasilkan alternatitif atau menggunakan objek yang tidak biasa digunakan ; mengimajinasikan; memimpikan; dan menghasilkan ide-ide yang luar biasa.

Domain 4- Feeling and Valuing (attitudinal domain), domain ini mencakup: pengembangan sikap positif terhadap sains secara umum, sains di sekolah, dan para guru sains, pengembangan sikap positif terhadap diri sendiri, pengembangan kepekaan, dan penghargaan terhadap perasaan orang lain dan pengambilan keputusan tentang masalah sosial dan lingkungan.

Domain 5 – Using and Applying (application and connection domain) berupa: mengamati contoh konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains yang telah dipelajari.

B.Pendidikan Karakter 1. Makna Pendidikan

Sebelum berbicara mengenai apa itu pendidikan karakter, terlebih dahulu akan dilihat definisi dari pendidikan itu sendiri. Ada berbagai pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh sejumlah pakar pendidikan.

Menurut Muhtadi (2010: 32), mengemukakan “Bahwa pendidikan pada dasarnya

adalah usaha untuk memanusiakan manusia”. Pada konteks tersebut pendidikan

tidak dapat diartikan sekedar membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan yang memiliki peradaban. Pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya dan juga lingkungannya.


(25)

9

2. Makna Karakter

Menurut Tadkiratun (2008: 27) “Karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills), meliputi

keinginan untuk melakukan hal yang terbaik”.

Istilah moral berasal dari kata moralis (Latin) yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup: sama dengan istilah etika yang berasal dari kata ethos (Yunani). Tema moral erat kaitannya dengan tanggung jawab sosial yang teruji secara langsung, sehingga moral sangat terkait dengan etika. Sedangkan tema nilai meski memiliki tanggung jawab sosial dapat ditangguhkan sementara waktu. Sebagai contoh kejujuran merupakan nilai yang diyakini seseorang, namun orang tersebut (menangguhkan sementara waktu) melakukan korupsi Budi (2010: 4).

Dari pemaparan diatas tampak bahwa pengertian karakter kurang lebih sama dengan moral dan etika, yakni terkait dengan nilai-nilai yang diyakini seseorang dan selanjutnya diterapkan dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial.

3. Makna Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harus dilibatkan,

termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam


(26)

10 menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter. Pendidikan karakter juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu

mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru

berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipenga-ruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya

Menurut Koesoema (2007: 250) pendidikan karakter merupakan: Nilai-nilai dasar yang harus dihayati jika sebuah masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara damai. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain,tanggung jawab pribadi, perasaan senasib, sependeritaan,pemecahan konflik secara damai, merupakan nilai-nilai yang semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter.

.

Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.


(27)

11 4. Nilai-nilai atau Karakter Dasar yang Diajarkan dalam Pendidikan

Karakter

Lickona (1992: 53) mengemukakan bahwa “Memiliki pengetahuan nilai moral itu tidak cukup untuk menjadi manusia berkarakter, nilai moral harus disertai dengan adanya karakter yang bermoral". Hal ini diperlukan agar manusia mampu

memahami, merasakan, dan sekaligus mengerjakan nilai-nilai kabajikan.

Aspek-aspek dari tiga komponen karakter adalah: moral knowing. Terdapat enam hal yang menjadi tujuan dari diajarkannya moral knowing yaitu: (1) kesadaran moral (moral awareness); (2) mengetahui nilai moral (knowing moral values); (3) perspective talking; (4) penalaran moral (moral reasoning); (5) membuat

keputusan (decision making); (6) pengetahuan diri (self knowledge). Unsur moral knowing mengisi ranah kognitif mereka.

Berdasarkan pendapat dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan nilai moral itu harus disertai dengan adanya karakter yang bermoral, ada tiga komponen karakter yaitu: pengetahuan tentang moral, perasaan tentang moral, dan perbuatan bermoral.

5. Jenis-jenis Pendidikan Karakter

Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu: (1) Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu tuhan (konservasi moral); (2) Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra,


(28)

12 keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa; (3) Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan); (4) Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis) Yahya (2010: 2).

Jenis pendidikan karakter ini menjadikan pendidikan senantiasa hidup di level individu, sosial, lingkungan, peradaban dan agama. Keempat level ini akan menyempurnakan dan melesatkan individu kejalur kemenangan dahsyat yang tidak diprediksi sebelumnya, karena mengalami kecepatan luar biasa dalam hidupnya.

6. Fungsi Pendidikan Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 7) fungsi pendidikan karakter adalah: (1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa; (2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam

pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; (3) Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Maka dari itu, untuk mewujudkan fungsi pendidikan karakter, maka urgensi pendidikan karakter merupakan suatu keniscayaan sebab pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia yang berwatak dan cerdas.


(29)

13 7. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter ada 5 yaitu: (1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; (2) Mengembangkan

kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius; (3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa; (4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; (5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity) Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 10).

Berdasarkan pendapat para tokoh di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

C.Pendidikan Bermuatan Nilai Ketuhanan

Karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa


(30)

14 dan negara. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir

generasi bangsa yamg tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur banga serta agama.

Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi spritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Foester (1869-1966). Menurut Foester dalam Elmubarok (2008: 105) ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter yaitu:

Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasr yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan seta tekanan dari pihak lain. Keempat, keteguhan dan kesetian. Keteguhan merupakan daya tahan sesorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka disimpulkan karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman pribadi seseorang yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.


(31)

15 Megawangi (2004) dalam Elmubarok (2008: 111) sebagai pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun karakter mulia yang selayanya diajarkan kepada anak yang kemudian disebut sebagai 9 pilar, yaitu: (1) Cinta Tuhan dan kebenaran; (2) Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; (3) Amanah; (4) Hormat dan santun; (5) Kasih sayang, kepedulian , dan kerjasama; (6) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah; (7) Keadilan dan kepemimpinan; (8) Baik dan rendah hati; (9) Toleransi. Jadi, 9 karakter inilah yang dapat bapak dan ibu guru sisipkan dalam setiap pembelajaran. Pilar-pilar tersebut harus dilengkapi tambahan praktek dari kerapian, keamanan, kebersihan, dam kesehatan.

Menurut Anshari dalam Yudianto (1974 : 34) bahwa: manusia terbangun dari jasmani dan rohani. Rohani manusia tersusun dari faktor-faktor pikiran, perasaan, kemauan, dan intuisi. Akal pikiran dapat berperan untuk lebih mengkokohkan manusia menge- nai agama yang dianutnya, yang awalnya diterima semata- mata didasarkan kepada iman. Sumber kebenaran adalah Tuhan melalui firman,

kemudian pada bagian lainnya disebutkan pula bahwa: firman yang terdapat dalm kitab suci Al-Quran : “Kebenaran (yang mutlak) itu ialah kebenaran yang

bersumber dari Rabb kamu. Janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu” (QS. Al-Baqarah: 147).

“Dan Dia menundukan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada

di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah

bagi kaum yang berfikir” (QS.Al-jatsiyat:13).

Dari uraian di atas, pedidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran di sekolah memberikan keuntungan kepada siswa, karena memberikan perlakuan


(32)

16 yang positif sehingga membangun rasa percaya diri dan bertanggung jawab siswa sehingga tugas-tugas yang diberikan oleh guru dapat terselesaikan dengan baik tanpa rasa terbebani sedikit pun. Selain itu, dengan adanya pendidikan karakter disekolah, diharapkan mampu menghasilkan generasi yang tidak hanya pandai secara akademis, namun juga memiliki kepribadian yang baik.

D.Karakter Nilai Kecintaan Terhadap Lingkungan

Menurut Undang-Undang No.23 tahun 2007 dalam Satriani (2012: 1), menyatakan bahwa:

lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan kutipan di atas, lingkungan adalah kesatuan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup yang ada di sekitarnya.

Menurut Hatimah (2008: 45-46), menyatakan bahwa:

Pendidikan berbasis kemasyarakatan harus didasarkan pada hal-hal berikut ini: (1) Kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik. (2)

Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran. (3) Masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik. (4) Masalah yang diangkat dalam pembelajaran berkaitan dengan kebutuhan peserta didik. (5) Menekankan pada pembelajaran partisipasif yang

berpusat pada peserta didik. (6) Menumbuhkan kerjasama diantara peserta didik. (7) Menumbuhkan kemandirian.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis kemasyarakatan harus didasarkan pada kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi


(33)

17 peserta didik, pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran, masalah yang

diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik, masalah yang diangkat dalam pembelajaran berkaitan dengan kebutuhan peserta didik, penekanan pada pembelajaran partisipasif yang berpusat pada peserta didik. kerjasama diantara peserta didik, dan menumbuhkan kemandirian.

Menurut Sertain dalam Dalyono (2012: 133), menyatakan ”Macam-macam lingkungan dapat dibagi menjadi 3, yaitu: (1) Lingkungan alam/ luar (external or physical environment); (2) Lingkungan dalam (internal environment); dan (3) Lingkungan sosial/masyarakat (social environment).”

Lingkungan alam/luar (external or physical environment), yaitu segala sesuatu yang ada dalam dunia yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan, dan sebagainya. Lingkungan dalam (internal environment) yaitu segala seuatu yang termasuk lingkungan luar/alam. Lingkungan sosial/ masyarakat (social environment), yaitu semua orang/manusia lain yang mempengaruhi

kehidupan kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman sekolah, dan sebagainya. Yang tidak langsung melalui, misal melalui radio, televisi, membaca buku, majalah, dan sebagainya.

Rene dalam Hatimah (2008: 48), menyatakan “Belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya”. Menurut kutipan itu, dalam

proses belajar terjadi interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Lingkung- an yang dimaksud disini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab


(34)

18 antara keduanya tidak dapat dipisahkan, yaitu: (1) belajar teknis; (2) belajar praktis; (3) belajar emansipatoris.

Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinterksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antarsesama manusia. Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya.

E.Lembar Kerja Siswa dan Pengembangannya

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembe-lajaran tergantung pada kegiatan pembepembe-lajaran yang dirancang. Penggunaan media memberikan manfaat dalam proses pembelajaran, Hal ini dikemukakan oleh Arsyad (2004: 25-27) antara lain, yaitu : (1) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar semakin lancar dan meningkatkan hasil belajar; (2) Meningkatkan motivasi siswa, dengan mengarahkan perhatian siswa


(35)

19 sehingga memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya; (3) Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; (4) Siswa akan mendapat pengalaman yang sama mengenai suatu

peristiwa, dan memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar.

Sedangkan menurut Tabatabai (2009: 1), menyatakan bahwa:

LKS adalah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktik, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktik, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan.

Penggunaan LKS dalam pembelajaran memiliki beberapa tujuan. Menurut Alfad (2010: 2) tujuan penggunaan LKS tersebut adalah:

(1) Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik; (2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan; (3) Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.

Dari kutipan di atas bahwa tujuan penggunaan LKS adalah untuk memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik dengan mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran untuk mengecek tingkat pemahaman.


(36)

20 Tabatabai (2009: 2) menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar LKS memiliki dua fungsi, yaitu:

(1) Sebagai sarana belajar siswa baik di kelas, di ruang praktek maupun di luar kelas sehingga siswa berpeluang besar untuk mengembangkan

kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatih keterampilan, memproses sendiri untuk mendapatkan perolehannya; (2) Melalui LKS, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sudah menerapkan metode

“membelajarkan siswa” dengan kadar SAL (Student active learning) yang tinggi.

Berdasarkan kutipan di atas fungsi LKS dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai sarana belajar siswa baik di kelas, di ruang praktek maupun di luar kelas, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sudah menerapkan

metode “membelajarkan siswa”.

Menurut Dhari dan Haryono dalam Muliya (2012: 1), menyatakan bahwa:

penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal,

memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah. Adapun bagi siswa bermanfaat untuk: (1) Meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar; (2) Melatih dan mengembangkan ketrampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu pengetahuan; (3) Membantu

memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut; (4) Membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar siswa secara sistematis.

Berdasarkan kutipan di atas, manfaat penggunan LKS dapat dirasakan oleh guru dan siswa. Bagi guru memungkinkan mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah. Bagi siswa yaitu meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, mengembangkan ketrampilan


(37)

21 proses pada siswa, membantu memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari, dan membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari.

Menurut Mulya (2012: 1), macam-macam LKS dibagi menjadi dua yaitu:

(a) LKS tertutup, lembaran kegiatan siswa yang digunakan dalam pembelajaran di kelas secara teratur dan sistematis. Contohnya, biasanya setelah guru menyampaikan materi maka siswa diberikan lembar kerja yang harus diselesaikan oleh peserta didik, guru bisa menggunakan lembar kerja siswa tertutup ini; (b) LKS terbuka, yaitu lembar kegiatan siswa yang di dalamnya tidak terikat dengan aturan-aturan. Jadi, siswa disuruh

menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS ini dengan caranya sendiri beserta dengan petunjuk guru.

Berdasarkan kutipan di atas, LKS dibagi menjadi dua, yaitu LKS tertutup yang digunakan dalam pembelajaran di kelas secara teratur dan sistematis, LKS terbuka, yaitu lembar kegiatan siswa yang di dalamnya tidak terikat dengan aturan-aturan. Jadi, siswa disuruh menyelesaikan masalah yang ada di dalam LKS ini dengan caranya sendiri beserta dengan petunjuk guru.

Menurut Mulya (2012: 1), keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan misalnya syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. (1) Syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai; (2) Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS; (3) Syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, dan pengembangan dalam LKS .


(38)

22 Kusnandiono (2009: 2) secara lebih rinci menjelaskan agar dapat berfungsi

dengan baik, LKS harus memenuhi beberapa kriteria berikut :

(1) Desainnya menarik atau indah; (2) Kata-kata yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti; (3) Susunan kalimatnya singkat namun jelas artinya; (4) LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir kritis; (5) Penjelasan atau informasi yang penting hendaknya dibuat dalam

lembaran catatan siswa; (6) LKS harus dapat menunjukkan secara jelas bagaimana cara merangkai atau menyusun alat yang dipakai dalam suatu kegiatan; (7) Urutan kegiatan harus logis (tujuan, alat/bahan, cara kerja, data, pertanyaan dan kesimpulan); (8) LKS disusun berdasarkan dengan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum; (9) LKS dibuat sesuai dengan kompetensi dasar suatu pelajaran.

Berdasarkan kutipan di atas kriteria yang harus dipenuhi oleh LKS agar menjadi LKS yang baik, yaitu berupa desainnya menarik, kata-kata yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti, susunan kalimatnya singkat dan jelas, LKS harus dapat membantu atau memotivasi siswa untuk berfikir kritis, informasi yang penting hendaknya dibuat dalam lembaran catatan siswa, LKS harus dapat

menunjukkan secara jelas bagaimana cara merangkai alat yang dipakai dalam suatu kegiatan, urutan kegiatan harus logis, LKS disusun berdasarkan dengan kisi-kisi soal yang sesuai dengan kurikulum, dan LKS dibuat sesuai dengan

kompetensi dasar suatu pelajaran

Menurut Trianto (2007: 73) “Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah". Dalam proses pembelajaran, Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai media bagi siswa untuk mendalami materi fisika yang sedang dipelajari. Dengan adanya Lembar Kerja Siswa siswa dituntut untuk mengemukakan pendapat, mampu membuat kesimpulan, dan bekerja sama. Hal ini menunjukkan bahwa Lembar Kerja Siswa berfungsi sebagai media yang dapat meningkatkan aktifitas siswa


(39)

23 dalam proses belajar mengajar. Lembar Kerja Siswa dikatakan media

pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. Lembar Kerja Siswa menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang.

F. Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS)

Adapun manfaat dan tujuan dari Lembar Kerja Siswa, menurut Priyanto dan Harnoko (1997: 135), yaitu: (1) mengefektifkan siswa dalam proses belajar mengajar; (2) membantu siswa dalam mengembangkan konsep; (3) melatih siswa untuk menemukan dan mengembangan proses belajar mengajar; (4) sebagai pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran; (5) membantu guru dalam menyusun pelajaran; (6) membantu siswa dalam

menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar; (7) membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Pada proses pembelajaran, Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa dari suatu materi pokok atau sub materi pokok yang telah atau sedang disajikan. Melalui Lembar Kerja Siswa siswa dituntut mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu media pembelajaran yang

digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan kecerdasan siswa dalam proses pembelajaran.


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah (research and development) atau penelitian pengembangan. Penelitian ini diarahkan pada pengembangan suatu produk media pembelajaran fisika yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Produk yang dikembangkan berupa LKS untuk kelas VII Sekolah Menengah Pertama dengan materi zat padat, cair dan gas.

Saat proses pengembangan, diberlakukan uji ahli dan uji coba produk. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan

berdasarkan kesesuaian produk dilihat dari segi isi/ materi dan desain media pembelajaran. Sedangkan uji coba produk juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan produk yang telah dihasilkan dari penelitian pengembangan ini.

Proses uji coba penggunaan produk dilakukan menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study. Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan. Efek atau pengaruh perlakuan yang ingin diketahui melalui uji coba produk adalah tingkat kemenarikan produk hasil pengembangan sabagai media pembelajaran. Tingkat kemenarikan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian yang diberikan setelah uji coba penggunaan produk.


(41)

25 B. Subjek Penelitian

Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 di SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Subjek dalam penelitian ini adalah para ahli yang menguji kevalidan LKS yang terdiri dari pakar fisika (dosen fisika PMIPA Universitas Lampung) dan siswa kelas VII SMP sebagai pengguna yang menilai tingkat kemenarikan, kemanfaatan dan kemudahan LKS yang

dikembangkan. Sedangkan objek penelitian ini adalah LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan materi zat padat, cair dan gas.

C. Prosedur Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang mengacu pada prosedur pengembangan media intruksional pembelajaran menurut Suyanto (2009), yang memuat langkah-langkah pokok penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk. Hasil produk pada penelitian pengembangan ini berupa LKS yang mencangkup nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Produk yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini diharapkan agar dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar dan bisa

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kecintaan terhadap ligkungan.

Model pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yatiu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal: Uji spesifikasi dan Uji


(42)

26 operasionalisasi produk(6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) produksi.

Dengan mengadaptasi model tersebut, maka prosedur pengembangan yang digunakan, yaitu:


(43)

27

Gambar 3.1. Model Pengembangan Media Instruksional termodifikasi (diadaptasi dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan Sartinem, (2009)).

Tahap I:

Analisis Kebutuhan program Pengembangan

Tahap II:

Identifikasi Sumber Daya Tahap III:

Identifikasi Spesifikasi Produk Tahap VII:

Pencetakan Produk

Tahap IV: Pengembangan Produk

(Prototipe I) Tahap VI: Uji Eksternal

Uji Kemanfaatan Produk (Prototipe IV)

Tahap V: Uji Internal

Uji Spesifikasi (Prototipe II) Uji Kualitas (Prototipe III)


(44)

28 1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi bahwa diperlukan adanya LKS yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan guru SMP Negeri 1 Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika di SMP

Negeri 1 Bandar Lampung, ternyata LKS yang digunakan belum menuntut adanya nilai karakter ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, tetapi LKS hanya berisikan uraian materi, pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi dan latihan ulangan. Sedangkan pada kurikulum 2013 LKS IPA itu harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik yang memiliki nilai karakter ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, yang terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 1 sampai dengan (KI) 4.

Analisis kebutuhan yang dilakukan bertujuan mengetahui kemampuan berpikir dan pengalaman siswa baik secara indivudu maupun kelompok. Selain itu, analisis kebutuhan berguna untuk mengetahui minat, sikap, dan motivasi siswa terhadap pembelajaran dan dapat mengetahui keaktifan siswa pada saat proses


(45)

29 2. Identifikasi Sumber daya

Setelah dilakukan analisis kebutuhan, peneliti selanjutnya melakukan identifikasi terhadap sumber daya sekolah untuk memenuhi kebutuhan. Adapun sumber daya sekolah yang diidentifikasi meliputi LKS yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran sains.

Untuk dapat memperoleh data, dilakukan identifikasi sumber daya melalui wawancara dengan guru mata pelajaran fisika. Setelah itu, hasil data yang diperoleh dari identifikasi sumberdaya ini akan digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin untuk diwujudkan.

3. Identifikasi Spesifikasi Produk

Pada tahap ketiga ini, yaitu tahap identifikasi spesifikasi produk, yaitu untuk mengetahui spesifikasi produk yang memungkinkan untuk dikembangkan dengan memperhatikan tahap pertama yaitu hasil analisis kebutuhan dan tahap yang kedua yaitu identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menentukan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan. b) Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran

dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.

c) Menentukan buku-buku fisika yang akan dijadikan rujukan materi penunjang. d) Membuat LKS yang akan dikembangkan.


(46)

30 4. Pengembangan Produk

Tahap keempat adalah tahap pengembangan produk, yaitu mengembangan

perangkat pembelajaran fisika berupa lembar kerja siswa dengan materi zat padat, cair dan gas. Dalam pengembangan produk ini mengacu pada nilai-nilai

pendidikan karakter, yaitu bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Pengembangan pada tahap ini dilakukan pembuatan LKS dalam pembelajaran sains yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

Nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan merupakan nilai pendidikan karakter yang dapat membantu siswa agar mampu memandang suatu fenomena atau masalah dalam sains bukan hanya dalam aspek pengetahuan saja tetapi juga tetap menerapkan aspek religious atau keagamaan dan juga kecintaan terhadap lingkungan yang selama ini menjadi salah satu sumber belajar siswa.

Pada tahap pengembangan produk awal, peneliti mengembangan media pembelajaran fisika berupa LKS dalam pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan disamping meningkatkan prestasi belajar juga meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan kecintaan terhadap alam. Hasil dari pengembangan pada langkah ini berupa Prototipe I.


(47)

31 5. Uji Internal

Tahap lima pada pengembangan ini, yaitu tahap uji internal atau uji kelayakan produk. Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli materi produk, yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/materi

pembelajaran. Produk yang telah dibuat diberi nama Prototipe I, kemudian dikenakan uji ahli desain produk yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian produk yang direncanakan dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah ditetapkan. Prosedur uji spesifikasi produk menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai Prototipe I yang telah dibuat; (b) Menyusun instrumen uji spesifikasi berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan; (c) Melaksanakan uji spesifikasi produk ini dilakukan oleh ahli desain pembelajaran; (d) Melakukan analisis terhadap hasil uji untuk mendapatkan perbaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013; (e) Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil uji spesifikasi produk; (f) Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada ahli desain pembelajaran. Setelah melalui uji ahli desain akan dihasilkan Prototipe II. Prototipe II ini kemudian dikenakan uji ahli materi produk dengan berpedoman instrumen uji yang telah ditetapkan. Uji ahli materi produk ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut: (a) Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai

Prototipe II hasil uji spesifikasi produk yang telah dibuat; (b) Menyusun instrumen uji kualitas produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan; (c) Melaksanakan uji kualitas produk yang dilakukan oleh ahli isi/ materi; (d) Melakukan analisis terhadap hasil uji kualitas produk untuk


(48)

32 memperoleh perbaikan kualitas produk yang dihasilkan; (e) Merumuskan

rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji kualitas produk; (f) Mengkonsultasi- kan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada ahli isi/ materi media pembelajaran.

Setelah mengalami uji kualitas produk, maka Prototipe II akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli isi/materi media pembelajaran. Produk hasil perbaikan berdasarkan saran-saran tersebut kemudian disebut Prototipe III.

6. Uji Eksternal

Hasil prototipe III akan dikenakan uji eksternal, yaitu uji kemanfaatan produk oleh pengguna. Pada uji ini produk diberikan kepada siswa SMP kelas VII untuk digunakan sebagai sumber belajar sekaligus sebagai media belajar. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan oleh pengguna, yaitu: kemenarikan, kemudahan menggunakan produk.

Uji eksternal ini menggunakan desain penelitian One-Shot Case Study. Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan yang terdiri dari 30 orang siswa SMP kelas VII di SMPN 1 Bandar Lampung pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Data kemenarikan, kemudahan menggunakan produk sebagai sumber belajar diperoleh dari siswa sebagai pengguna. Instrumen pada tahap ini yang digunakan berupa angket respon. Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya “Sangat menarik”, “Menarik”, “Kurang


(49)

33 berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah skor total kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam

Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor Sangat Menarik Sangat Baik 4

Menarik Baik 3

Kurang Menarik Kurang Baik 2 Tidak Menarik Tidak Baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Skor penilaian = � � ℎ � � �

� � ℎ � ��� x4

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan untuk menentukan kemenarikan dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam

Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalam Suyanto (2009:20)

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi 4 3,26 – 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 - 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik


(50)

34 Pengumpulan data pada aspek karakter menggunakan lembar observasi dengan memberi angket penilaian karakter pada siswa. Sebagai contoh lembar penilaian karakter siswa dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 lembar penilaian diri/karakter siswa

No Pertanyaan

Alternatif Jawaban TS R S SS 1 Alam semesta dengan segala isinya adalah

ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

2 Ketika ada teman yang membuang sampah sembarangan, itu adalah hak mereka. 3 Saya mempunyai kewajiban untuk menolak

ajakan teman yang akan merusak fasilitas sekolah.

4 Mencontek saat ujian sedang berlangsung merupakan tindakan yang kurang baik. 5 Tuhan lah yang telah menciptakan berbagai

zat di sekitar kita.

6 Memisahkan sampah organik dan non organik ketika membuang sampah itu bisa

mengurangi pencemaran lingkungan.

7 Terdapatnya es dengan jumlah puluhan juta km3 di kutub utara dan selatan adalah kuasa Tuhan.

8 Kegiatan penghijauan sekolah adalah Salah satu upaya melestarikan lingkungan. 9 Saya tidak senang dengan teman yang suka

bertanya kepada guru saat diskusi. 10 Membaca doa terlebih dahulu sebelum

memulai aktivitas sehari-hari itu sebuah kewajiban setiap manusia.

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Skor penilaian = � � ℎ � � �


(51)

35 Hasil dari skor penilaian karakter tersebut kemudian dicari rata-ratanya untuk melihat karakter nilai ketuhanan dan kecintaan siswa terhadap lingkungan.

7. Produksi

Tahap terakhir yaitu tahap produksi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan. Hasil akhir dari pengembangan LKS ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui wawancara, observasi, serta instrumen angket. Wawancara digunakan untuk mengetahui dan

menganalisis kebutuhan dengan mengetahui ada tidaknya perangkat pembelajaran LKS siswa yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, observasi dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber belajar serta perlu tidaknya pengembangan terhadap LKS yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Instrumen angket meliputi dua tahap, yaitu angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrrumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi zat padat,cair dan gas pada produk yang telah dikembangkan; instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat

kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan. Kegiatan ini berupa postes kepada siswa setelah mereka menggunakan produk.


(52)

36 E. Metode Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data hasil observasi dan wawancara dijadikan sebagai latar belakang dilakukannya

penelitian ini. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli desain dan ahli materi melalui uji ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

Analisis data kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji lapangan kepada pengguna secara langsung.


(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Dihasilkan LKS materi zat padat, cair dan gas yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

2. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dapat mendorong meningkatkan rasa bersyukur kepada Allah SWT dan mendorong meningkatkan sikap peduli terhadap lingkungan.

3. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan sebagai sumber pembelajaran telah teruji sesuai teori dengan kualitas: menarik mudah digunakan, dan bermanfaat.

B.Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Guru atau peneliti yang hendak melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Lembar Kerja Siswa bermuatan nilai ketuhanan dan

kecintaan terhadap lingkungan pada materi zat padat, cair dan gas lebih lanjut dengan memperluas cakupan materi yang disampaikan dan mengaitkan nilai ketuhanan dan nilai kecintaan terhadap lingkungan dengan IPA supaya siswa/siswi memiliki rasa bersyukur kepada Allah SWT dan memiliki sikap peduli terhadap lingkungan.


(54)

48

2. Guru atau peneliti yang hendak melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan menerapkan materi dan metode pembelajaran yang lain. 3. Produk dari penelitian pengembangan ini diharapkan dapat membantu mutu

pendidikan di Indonesia.

4. LKS dapat dikembangkan oleh guru dengan mengkombinasikan LKS dengan model pembelajaran yang sesuai.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Alfad, Haritsah. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. http://haritsah. ifastnet.com/home/38/50-lks.html.

Al-Qur’an Terjemahan. 2009. Bandung : CV Diponegoro.

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Budi, Udik Wibowo. 2010. Pendidikan dari Dalam: Strategi Alternatif

Pengembangan Karakter. Diambil dari Jurnal Dinamika Pendidikan No. 01/Th.XVI/Mei 2010.

Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Elmubarok, Zalim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Fitria, Maria. 2013. Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Skala Kecil pada

Sub Pokok Bahasan Sifat Koloid untuk Siswa SMA. Skripsi. Bandung: UPI. Hatimah, Lhat. 2008. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Ilma. 2012. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA. http://Ielmasblog. Blogspot.com/2012/02/hakikat-IPA-dan-Pembelajaran-IPA-html.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan dan Karakter Budaya Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.

Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.

Kusnandiono. 2009. Lembar kerja Siswa. http://kusnan-kentus.blogspot.com/ 2009/05/lks.html.


(56)

Lickona, Thomas. 1992. Moral Development and Behaviour: theory, research, and social issues. New York: State University Of New York.

Muhtadi, Ali. 2010. Strategi Implementasi Pendidikan Budi Pekerti yang Efektif di Sekolah. Diambil dari Jurnal Dinamika Pendidikan No.01/Th.XVI/Mei 2010.

Muliya, Deka. 2012. Lembar Kerja Siswa. http///download/bahan /lks/lembar-kerja-siswa.html.UIN Syarif Hidatatullah Jakarta.html.

Musfiroh, Tadkiratun. 2008. Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana. Priyanto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Rosidin, Undang. 2013. Pengembangan Program Pembelajaran Sains Bermuatan

Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan. Laporan Penelitian (Tidak Diterbitkan). Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Unila.

Satriani, Muhammad Iqbal. 2012. Pengertian Lingkungan Dan Lingkungan Hidup Menurut Para Ahli. http://scorponoksiqbal.blogspot.com/2012/01/

pengertian-lingkungan-dan-lingkungan.html. 17 juni 2013.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Tabatabai, Husein. 2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. http://tartocute. blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html.

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Yahya, Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.

Yudianto, Suroso Adi. 2005. Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Jakarta: PT Mughni Sejahtera.

Zuchdi, Darmayanti., Prasetya, Zuhdan Kun., Masruri, Muhsinatun Siasah. 2013. Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional.


(1)

Hasil dari skor penilaian karakter tersebut kemudian dicari rata-ratanya untuk melihat karakter nilai ketuhanan dan kecintaan siswa terhadap lingkungan. 7. Produksi

Tahap terakhir yaitu tahap produksi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan. Hasil akhir dari pengembangan LKS ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui wawancara, observasi, serta instrumen angket. Wawancara digunakan untuk mengetahui dan

menganalisis kebutuhan dengan mengetahui ada tidaknya perangkat pembelajaran LKS siswa yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan, observasi dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber belajar serta perlu tidaknya pengembangan terhadap LKS yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Instrumen angket meliputi dua tahap, yaitu angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrrumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi zat padat,cair dan gas pada produk yang telah dikembangkan; instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat

kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan. Kegiatan ini berupa postes kepada siswa setelah mereka menggunakan produk.


(2)

36 E. Metode Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data hasil observasi dan wawancara dijadikan sebagai latar belakang dilakukannya

penelitian ini. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli desain dan ahli materi melalui uji ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

Analisis data kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji lapangan kepada pengguna secara langsung.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Dihasilkan LKS materi zat padat, cair dan gas yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

2. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dapat mendorong meningkatkan rasa bersyukur kepada Allah SWT dan mendorong meningkatkan sikap peduli terhadap lingkungan.

3. Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan sebagai sumber pembelajaran telah teruji sesuai teori dengan kualitas: menarik mudah digunakan, dan bermanfaat. B.Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Guru atau peneliti yang hendak melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Lembar Kerja Siswa bermuatan nilai ketuhanan dan

kecintaan terhadap lingkungan pada materi zat padat, cair dan gas lebih lanjut dengan memperluas cakupan materi yang disampaikan dan mengaitkan nilai ketuhanan dan nilai kecintaan terhadap lingkungan dengan IPA supaya siswa/siswi memiliki rasa bersyukur kepada Allah SWT dan memiliki sikap peduli terhadap lingkungan.


(4)

48

2. Guru atau peneliti yang hendak melanjutkan penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan LKS bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan menerapkan materi dan metode pembelajaran yang lain. 3. Produk dari penelitian pengembangan ini diharapkan dapat membantu mutu

pendidikan di Indonesia.

4. LKS dapat dikembangkan oleh guru dengan mengkombinasikan LKS dengan model pembelajaran yang sesuai.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alfad, Haritsah. 2010. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. http://haritsah. ifastnet.com/home/38/50-lks.html.

Al-Qur’an Terjemahan. 2009. Bandung : CV Diponegoro.

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Budi, Udik Wibowo. 2010. Pendidikan dari Dalam: Strategi Alternatif

Pengembangan Karakter. Diambil dari Jurnal Dinamika Pendidikan No. 01/Th.XVI/Mei 2010.

Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Elmubarok, Zalim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Fitria, Maria. 2013. Pengembangan Penuntun Praktikum Kimia Skala Kecil pada

Sub Pokok Bahasan Sifat Koloid untuk Siswa SMA. Skripsi. Bandung: UPI. Hatimah, Lhat. 2008. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Ilma. 2012. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA. http://Ielmasblog. Blogspot.com/2012/02/hakikat-IPA-dan-Pembelajaran-IPA-html.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan dan Karakter Budaya Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.

Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo.

Kusnandiono. 2009. Lembar kerja Siswa. http://kusnan-kentus.blogspot.com/ 2009/05/lks.html.


(6)

Lickona, Thomas. 1992. Moral Development and Behaviour: theory, research, and social issues. New York: State University Of New York.

Muhtadi, Ali. 2010. Strategi Implementasi Pendidikan Budi Pekerti yang Efektif di Sekolah. Diambil dari Jurnal Dinamika Pendidikan No.01/Th.XVI/Mei 2010.

Muliya, Deka. 2012. Lembar Kerja Siswa. http///download/bahan /lks/lembar-kerja-siswa.html.UIN Syarif Hidatatullah Jakarta.html.

Musfiroh, Tadkiratun. 2008. Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana. Priyanto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Rosidin, Undang. 2013. Pengembangan Program Pembelajaran Sains Bermuatan

Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan. Laporan Penelitian (Tidak Diterbitkan). Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Unila.

Satriani, Muhammad Iqbal. 2012. Pengertian Lingkungan Dan Lingkungan Hidup Menurut Para Ahli. http://scorponoksiqbal.blogspot.com/2012/01/

pengertian-lingkungan-dan-lingkungan.html. 17 juni 2013.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Tabatabai, Husein. 2009. Pengembangan Lembar Kerja Siswa. http://tartocute. blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html.

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Yahya, Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Pelangi Publishing.

Yudianto, Suroso Adi. 2005. Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Jakarta: PT Mughni Sejahtera.

Zuchdi, Darmayanti., Prasetya, Zuhdan Kun., Masruri, Muhsinatun Siasah. 2013. Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional.