PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP

LINGKUNGAN Oleh Didi Rahmadi

Hasil penelitan pendahuluan menunjukan bahwa sarana dan prasarana di sekolah sudah lengkap dengan tersedianya laboratorium komputer, proyektor, dan komputer. Selain itu, guru IPA sudah memiliki laptop dan bisa

mengoperasikannya, sehingga memungkinkan pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis ICT. Di sekolah juga belum ada media pembelajaran yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

Mempertimbangkan masalah-masalah tersebut, maka peneliti mengembangkan video pembelajaran sains yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan bagi siswa SMP/MTs, melihat efektivitas produk dari hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta mengetahui tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan.

Penelitian ini menggunakan Research and Development (R & D). Langkah-langkah dalam pengembangan meliputi, potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain oleh dua orang guru, revisi desain, uji coba produk pada tiga orang siswa SMPN 2 Bandar Lampung, revisi produk I, uji coba

pemakaian oleh siswa SMPN 2 Bandar Lampung, revisi produk II, dan produksi masal.


(2)

iii Penelitian pengembangan ini menghasilkan data penilaian uji kemenarikan 3,13 yang berarti produk ini menarik, data uji kemudahan 3,22 yang berarti produk ini mudah digunakan, dan data uji kemanfaatan 3,89 yang berarti produk ini sangat bermanfaat. Produk ini sudah dinyatakan layak dan efektif berdasarkan tiga aspek hasil uji coba yaitu aspek pengetahuan 80% siswa telah mencapai KKM, aspek sikap 80% siswa telah mencapai KKM dan aspek keterampilan 83,4% mencapai KKM.

Dapat disimpulkan telah dihasilkan produk media pembelajaran sains berupa video yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan untuk siswa tingkat SMP/MTs pada materi wujud zat padat, cair, dan gas yang menarik, mudah digunakan dan sangat bermanfaat, dan dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.

Kata kunci: media, nilai cinta lingkungan, nilai ketuhanan, pembelajaran sains, pengembangan.


(3)

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN

TERHADAP LINGKUNGAN

Oleh Didi Rahmadi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(4)

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN SAINS BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN

TERHADAP LINGKUNGAN

(Skripsi)

Oleh : Didi Rahmadi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerucut Pengalaman Dale ... 23 2.2 Batuan merupakan contoh benda yang termasuk zat padat ... 27 2.3 Air dalam gelas menempati ruang bagian dalam gelas ... 27 2.4 (a) Susunan partikel zat padat, (b) susunan partikel zat cair,

dan (c) susunan partikel zat gas ... 29 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode Research and

Development (R & D) ... 32 4.5 Grafik hasil penilaian uji kemenarikan, kemudahan, dan

kebermanfaatan produk ... 53 4.6 Grafik persentase ketuntasan pada ketiga aspek penilaian ... 54


(6)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sains ... 8

B. Pendidikan Karakter... 10

C. Nilai Ketuhanan ... 15

D. Kecintaan Terhadap Lingkungan ... 18

E. Multimedia Pembelajaran ... 20

F. Video ... 23

G. Wujud Zat ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 31

B. Prosedur Pengembangan ... 32


(7)

xv

IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 42

B. Pembahasan ... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56

B. Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Observasi Sarana dan Prasarana Pembelajaran IPA ... 61

2. Angket Analisis Kemampuan Guru ... 62

3. Angket Analisis Kebutuhan Siswa... 65

4. Hasil Analisi Kebutuhan Siswa ... 66

5. Silabus ... 67

6. (a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 72

(b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 83

7. Naskah Pengembangan Video Pembelajaran... 90

8. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli ... 119

9. Instrumen Uji Ahli Materi ... 121

10. Instrumen Uji Ahli Desain ... 130

11. Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi ... 138

12. Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain ... 139

13. Kisi-kisi Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan... 140

14. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ... 143

15. Hasil Uji Coba Pemakaian ... 147

16. Evaluasi ... 150

17. Lembar Penilaian Sikap ... 152

18. Lembar Penilaian Keterampilan ... 160


(8)

xvi 20. Hasil Sikap Siswa ... 164 21. Hasil Penilaian Keterampilan ... 165


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan sifat zat padat, cair, gas... 28

3.1 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban ... 40

3.2 Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas... 41

4.1 Desain produk video pembelajaran ... 44

4.2 Perbaikan desain video pembelajaran ... 46

4.2 Perbaikan prototipe video pembelajaran ... 49

4.3 Respon dan penilaian siswa terhadap video pembelajaran pada uji coba pemakaian ... 51


(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M. Sc. ____________

Sekretaris : Dr. H. Undang Rosidin, M.Pd. ____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd. ____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 198503 1 003


(11)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN MULTIMEDIA BERUPA VIDEO PEMBELAJARAN SAINS

BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN TERHADAP LINGKUNGAN

Nama Mahasiswa : Didi Rahmadi

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013022028 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M. Sc. Dr. H. Undang Rosidin, M.Pd.

NIP 19580603 198303 1 002 NIP 19600301198503 1 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(12)

MOTO

“Sungguh manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kesabaran”

(QS Al Ashr: 2-3)

“Tuliskan rencana kita dengan sebuah pensil, tetapi berikan penghapusnya kepada Allah. Izinkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantikan dengan rencana-Nya yang indah di dalam hidup kita, karena Allah selalu tahu apa yang kita butuhkan, bukan apa

yang kita minta, dan Allah tidak henti-hentinya memenuhi kebutuhan seseorang, selama ia memenuhi kebutuhan saudaranya.”

(HR. Thabrani)

Tidak Ada Perjuangan Tanpa Pengorbanan (Imam S)


(13)

(14)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahuwata’alla yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati,

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karya kecilku ini kepada: 1. Ibuku Sri Nuryati dan Bapakku Suwardi tersayang yang senantiasa dengan

sepenuh hati memberikan segala yang terbaik untukku yang takkan mungkin ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat lebih banyak memberikan kebahagiaan dan membuat kalian bangga.

2. Kakak-kakakku tersayang (Mas Amri, Mas Bayu, dan Mas Kiki) yang turut memberi semangat dan doa dalam setiap langkahku.

3. Teman-teman KKN (Yudhi, Zul, Wayan, Wira, Ria, Ruly, Nia dan Mbak Diana) yang telah bersedia menerima saya untuk bekerja secara tim di Desa Gunung Agung.

4. Sahabat RJ dan Pesma (Risky, Ibnu, Tawag dan Yudhi) yang telah memberi semangat dan menemani perjalanan ini.

5. Sahabat-sahabat Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Lampung Angkatan 2

(Rohli, M.nur, Khairul, Deni, Aan, Difta, Ja’far, Ferry, Yudhi, dan Risky)


(15)

xi 6. Sahabat-sahabat Prodi Pendidikan Fisika angkatan 2010, serta kakak-kakak

dan adik-adik semua angkatan yang telah memberikan semangat dalam bentuk apapun.

7. Seseorang yang sedang menungguku dalam penantian panjangmu. 8. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro, pada tanggal 14 Maret 1992, anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Ibu Sri Nuryati dan Bapak Suwardi.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Purwodadi yang diselesaikan pada Tahun 2004, melanjutkan di SMP Negeri 1 Trimurjo yang diselesaikan pada Tahun 2007, dan masuk SMA Negeri 3 Metro yang diselesaikan pada Tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama melaksanakan studi di Pendidikan Fisika, penulis tidak hanya

melaksanakan pembelajaran di kelas, namun juga melaksanakan pembelajaran di lapangan. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Malang, dan Bali. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) yang merupakan gabungan antara Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Program Praktik Lapangan (PPL). Penulis melaksanakan KKN di Desa Gunung Agung, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan PPL di SMA Negeri 1 Gunung Agung.

Selama menjadi mahasiswa, penulis memiliki pengalaman organisasi, yaitu sebagai Ketua Bidang Kerohanian Himasakta 2011/2012.


(17)

SANWACANA

Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahuwata’alla, karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Media Video Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan terhadap Lingkungan”. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.

5. Bapak Dr. H. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing II, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku Pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.


(18)

xiii 7. Pak Nengah, Pak Eko, Pak Wayan Distrik, Pak Wayan Suana, Pak Abe, Pak

Doni, Bu Kartini, Bu Vi, serta bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung lainnya yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.

8. Bapak Antomi Saregar, M.Pd., M.Si. selaku validator uji ahli desain, terimakasih atas waktu dan masukannya.

9. Bapak Sudarto, S.Pd. selaku validator uji ahli materi, terimakasih atas waktu dan masukannya.

10.Ibu Euis Tati Darnati, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 2 Bandar Lampung yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

11.Bapak Agus Budi Utomo, M.Pd. serta bapak dan ibu dewan guru SMP Negeri 2 Bandar Lampung beserta staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

12.Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.

13.Kakak-kakak tingkat dan adik-adik tingkat yang telah memberi semangat. 14.Sahabat-sahabatku kelas B dan seluruh keluarga besar pendidikan fisika 2010. 15.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan dari Allah Subhanahuwata’alla dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandarlampung, 25 September 2014 Penulis,


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pendidikan berkembang pesat di berbagai negara. Hal ini dapat kita ketahui dari dinamika perubahan dan pengembangan teori-teori pembelajaran sangat cepat dan sangat produktif, sehingga pembaharuan pendidikan sudah mengalami percepatan siklus dari sepuluh tahunan, pada lima tahunan. Di negeri ini pembaharuan yang sering dilakukan yaitu penerapan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan. Sejak tahun 1994 hingga tahun 2013, pemerintah sudah mengubah kurikulum yang berlaku di Indonesia mulai dari kurikulum 1994, kurikulum KBK 2004, KTSP 2006, hingga saat ini pemerintah mencoba menerapkan kurikulum 2013 yang diharapkan mampu untuk menumbuhkan karakter siswa dan pemahaman terhadap nilai ketuhanan.

Pembaharuan dunia pendidikan dilakukan dalam rangka peningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Ada beberapa hal yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, yaitu pengembangan kurikulum, inovasi pembelajaran, dan pemenuhan sarana serta prasarana pendidikan. Sedangkan, untuk peningkatan prestasi belajar siswa, guru dituntut untuk mendesain pembelajaran yang lebih kreatif dan inivotif agar dapat mendorong siswa belajar lebih optimal baik secara


(20)

2 mandiri di rumah maupun di dalam kelas. Inovasi model-model pembelajaran sangat diperlukan dan sangat mendesak terutama dalam menghasilkan model pembelajaran baru yang dapat memberikan hasil belajar lebih baik, peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran menuju pembaharuan.

Salah satu bagian yang integral dari upaya pembaharuan adalah media

pembelajaran. Oleh karena itu, media pembelajaran menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh guru profesional. Tuntutan kompetensi guru terkait dengan penguasaan media pembelajaran seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan : (1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran yang diampu; dan (2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Kemudian dalam permendiknas No. 16 Tahun 2007 dinyatakan bahwa guru harus memiliki kemampuan menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.

IPA merupakan sebuah kajian ilmu yang lebih mempelajari alam sekitar. Fisika adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam tersebut. Sehingga fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di alam. Fisika menjadi sebuah mata pelajaran wajib di satuan pendidikan yang harus dihadapi oleh siswa, bahkan masuk dalam mata pelajaran yang di ujikan setiap


(21)

3 tahunnya. Mata pelajaran fisika diterapkan mulai di SMP, SMA, hingga di

Perguruan Tinggi. Untuk jenjang SMP mata pelajaran fisika dipelajari secara terpadu dengan mata pelajaran biologi, dan mata pelajaran kimia menjadi IPA Terpadu, sehingga siswa diharapkan mengerti keterkaitan antara ketiga mata pelajaran itu. Namun, menurut sebagian besar siswa, fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dipelajari, membosankan dan menjenuhkan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran di kelas yang cenderung monoton. Untuk mengatasi permasalahan ini seorang guru bisa mencoba menerapkan media pembelajaran yang inovatif.

Tanggungjawab seorang siswa untuk mempelajari IPA, tidak melepaskan bebannya bahwa ia juga memiliki kewajiban untuk meyakini bahwa segala fenomena dan sesuatu yang ada di dunia ini adalah penciptaan Allah

Subhanahuwata’alla. Penghormatan dan penghargaan terhadap segala sesuatu di

alam semesta ini merupakan kewajiban bagi mereka. Bentuk penghargaan yang dapat dilakukan terhadap ciptaan Allah Subhanahuwata’alla, antara lain; menjaga lingkungan disekitar, tidak mencemari lingkungan, mencegah kerusakan alam, dan sebagainya. Jika kelestarian lingkungan rusak, maka anak-cucu mereka di masa yang akan datang tidak bisa merasakan kesejukan alam yang diciptakan oleh Allah Subhanahuwata’alla ini. Sehingga kecintaan terhadap lingkungan sangat perlu ditumbuhkan kepada siswa disetiap pembelajaran. Selain itu, sikap yang perlu dimiliki oleh siswa yaitu jujur dalam setiap melakukan proses belajar, sebab Allah Subhanahuwata’alla Maha Mengetahui segala hal yang dilakukan oleh hamba-Nya.


(22)

4 Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMPN 1 Trimurjo, pembelajaran di kelas belum pernah menggunakan fasilitas pendidikan yang ada sebagai media pembelajaran. Padahal di SMPN 1 Trimurjo mempunyai LCD yang masih berfungsi dengan baik dan guru juga sebagian sudah memiliki laptop. Fasilitas yang belum dimanfaatkan secara maksimal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya; keterbatasan kemampuan guru untuk mengkomunikasikan materi dalam bentuk visual, audio-visual, video dan lainnya.

Sebagai seorang guru yang profesional, memanfaatkan media pembelajaran dengan video dalam kegiatan pembelajaran di kelas merupakan suatu hal yang sebaiknya dilakukan yang diharapkan dapat memecahkan masalah belajar siswa. Dengan video, siswa akan lebih tertarik untuk belajar, baik secara mandiri maupun berkelompok. Guru juga akan memiliki pilihan untuk melakukan pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif. Selain itu, video dapat digunakan sebagai alat untuk mempermudah memahami materi fisika yang sulit, seperti kinematika, gelombang, sifat zat, dan lainnya. Sifat zat cair adalah menempati ruang, mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, dan volume menyusut jika dipanaskan pada suhu 00 - 40 C. Untuk mempelajari dan

menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan praktikum lansung membutuhkan waktu dan biaya yang banyak. Melalui video yang didesain dengan Corel Studio Pro, konsep tersebut dapat dijelaskan dengan mudah dan menarik, bahkan pengaruh suhu yang tidak tampak pada praktikum langsung dapat di dijelaskan dengan video.


(23)

5 Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka peneliti bermaksud

melakukan pengembangan media pembelajaran berjudul “Pengembangan Media Video Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Terhadap Lingkungan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diperlukan pengembangan media video pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan yang telah tervalidasi.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menghasilkan produk berupa video pembelajaran sains bermuatan ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan bagi siswa SMP/Mts pada pokok bahasan wujud zat padat, cair dan gas.

2. Mengetahui tanggapan siswa terhadap produk yang dikembangkan.

3. Melihat efektivitas yang dilihat dari hasil belajar siswa yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.


(24)

6 D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat sebagai berikut :

1. Bagi guru dan siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berimplikasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran berbasis karakter. 2. Melalui pengembangan media pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan

dan kecintaan terhadap lingkungan disamping meningkatkan prestasi belajar juga meningkatkan keyakinan terhadap Allah Subhanahuwata’ala dan kecintaan terhadap alam.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam pengembangan media pembelajaran ini adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan merupakan proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan media pembelajaran berupa video pembelajaran yang bermuatan nilai

ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

2. Materi pokok yang akan dimunculkan dalam produk adalah wujud zat padat, cair dan gas.

3. Produk akhir berupa video ini bisa digunakan sebagai suplemen dalam pembelajaran di kelas dan sebagai media belajar siswa di rumah.

4. Pendidikan karakter bermuatan nilai ketuhanan merupakan nilai karakter yang menanamkan kepada siswa bahwa setiap sesuatu yang ada di langit dan di bumi itu ciptaan Allah Subhanahuwata’alla.


(25)

7 5. Pendidikan karakter bermuatan nilai kecintaan terhadap lingkungan

merupakan nilai karakter yang menanamkan kepada diri siswa agar mencintai lingkungan sebagai upaya menjaga kelestarian alam.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Sains

Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang digunakan oleh seorang

pembelajar untuk menyampaikan suatu materi kepada siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Menurut Sanjaya (2008: 196) pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa. Proses pembelajaran itu merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen.

Munadi (2013: 4) menyatakan :

“kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan dari kata instruction (bahasa inggris). Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang) formal, pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar

mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi

proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.”

Hadirnya orang lain dalam kegiatan belajar siswa untuk membuat belajar lebih mudah, lebih efesien dan lebih lancar dinamakan pembelajaran. Menurut Bruner dalam Karwono (2010: 10) bahwa teori belajar adalah deskriptif, sedangakan teori pembelajaran adalah prespektif. Jadi teori belajar mendeskripsikan terjadinya proses belajar, sedangkan teori pembelajaran mendeskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal agar terjadi proses belajar.


(27)

9 Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner dalam Karwono (2010: 10) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik. Sedangkan, menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentnag Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berdasarkan sifatnya, ilmu pengetahuan (science) dibedakan menjadi social science (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sering kita sebut sains adalah sebuah kajian ilmu yang lebih mempelajari alam sekitar. Dikatakan mempelajari ilmu sekitar karena memang sesungguhnya sains didapatkan melalui pengamatan secara langsung terhadap alam maupun pengamatan terhadap sesuatu yang berkaitan dengan alam tersebut, tidak hanya menghafalkan kumpulan rumus, fakta, teorema, dan sebagainya. Viyanti (2012: 2) menyatakan bahwa,

Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga sebuah proses penemuan. IPA merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan bercirikan objektif, metodik, sistematis, universal, dan tentatif.

Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Sementara itu, Carin dan Sund dalam Viyanti (2012: 2) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

Benyamin dalam Toharudin, dkk (2011: 27) mengartikan sains sebagai cara penyelidikan yang berusaha keras mendapatkan data hingga informasi tentang


(28)

10 alam semesta dengan menggunakan metode pengamatan dan hipotesis yang telah teruji berdasarkan pengamatan tersebut. Senada dengan Benyamin, Toharudin (2011: 28) berpendapat bahwa sains merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami pengujian kebenarannya melalui metode ilmiah dan bahasan pokoknya adalah alam dan segala isinya.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pembelajaran dan sains di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sains merupakan serangkaian aktivitas belajar yang menimbulkan interaksi antara pendidik dengan peserta didik di kelas maupun di lingkungan belajar serta memanfaatkan sumber belajar yang tersedia untuk mengetahui suatu hal menggunakan metode pengamatan dan hipotesis yang telah teruji berdasarkan pengamatan tersebut.

B. PendidikanKarakter

Semua warga sekolah, yaitu pimpinan sekolah, guru, siswa, pegawai administrasi, bahkan penjaga sekolah, pengelola kantin, dan orang tua siswa, serta masyarakat perlu bekerja sama dalam melaksanakan program pendidikan karakter. Tempat pelaksanaan pendidikan karakter baik di dalam kelas maupun di luar kelas dalam berbagai jenis kegiatan, termasuk kegiatan di rumah atau di lingkungan

masyarakat sebaiknya melibatkan partisipasi orang tua siswa. Menurut Mundilarto (2013: 156),

kehidupan seseorang dari mulai bayi sampai dewasa sangat dipengaruhi oleh karakternya. Karakter seseorang merupakan hasil perpaduan antara faktor internal dan faktor eksternal dari individu tersebut. Dengan kata lain, karakter seseorang dapat dibentuk oleh lingkungan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa karakter dapat dibangun melalui pendidikan.


(29)

11 Terdapat 10 nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dirancang oleh Kemendikbud RI. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan karakter tersebut dalam proses pendidikan. Adapun nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang akan dilakukan, memiliki keberanian untuk melakukan hal yang benar.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Bersikap jujur, tidak menipu, tidak main curang, atau tidak mencuri, dapat diandal- kan, apa yang dikatakan membangun reputasi baik, setia pada keluarga, teman, dan negara.

3. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

4. Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

5. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.


(30)

12 6. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

7. Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain. Bertindak sesuai aturan, mau bergiliran dan berbagi, berpikiran terbuka, mendengarkan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, tidak menyalahkan orang lain secara

sembarangan, memperlakukan semua orang secara fair. 8. Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

9. Peduli lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

10. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Melakukan apa yang seharusnya dilakukan, memiliki rencana ke depan, tekun, terus mencoba, selalu melakukan yang terbaik, pengendalian diri, disiplin, berpikir sebelum bertindak-mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab


(31)

13 terhadap kata-kata, tindakan, dan sikap; memberi contoh yang baik bagi orang lain.

Mundilarto (2013: 156) menyatakan,

Pengembangan keterampilan hidup (soft skills), terutama yang terkait dengan nilai dan moral harus menjadi perhatian bagi semua pihak, terutama pemerintah, sekolah, guru, bahkan orang tua. Siswa perlu dilatih untuk mengembangkan kemampuannya, baik secara intelektual maupun moral da- lam pemecahan masalah-masalah nyata yang ada di lingkungannya.

Kegiatan-kegiatan yang melibatkan proses baik intelektual maupun moral mencakup antara lain mengamati, mengukur, memprediksi, mendeskripsi, membuat inferensi, berkreasi, berdisiplin, bekerjasama, menghargai orang lain, dan membangun kepercayaan diri.

Elfindri, dkk (2012: 94) menyatakan bahwa,

Di dalam skema model karakter yang dibuatnya, elemen yang pertama yaitu spiritual yang merupakan sumber inspirasi sekalius tujuan. Unsur spiritual ini dinyatakan dalam ungkapan religius, yang ditempatkan di bagian tengah, sebagai inti karakter dan mewarnai keseluruhan karakter lainnya.

Sehigga dapat kita fahami bahwa pada sistem pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter-karakter baik perlu dilandasi dengan unsur religius. Penerapan unsur religius dapat dilakukan secara langsung dalam pembelajaran di kelas maupun secara tidak langsung ketika belajar di lingkungan sekitar. Dalam hal ini seorang guru harus mampu membimbing siswa agar karakter yang diharapkan tercapai dan bisa memunculkan karakter-karakter baik yang lainnya.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter (Pusat Kurikulum Kemendikbud) sebagai berikut :

1. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai- nilai karakter merupakan sebuah proses yang tiada berhenti, dimulai dari awal siswa masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan, bahkan setelah tamat dan terjun ke masyarakat.


(32)

14 2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah, serta

muatan lokal; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, serta dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

3. Nilai tidak diajarkan, tapi dikembangkan dan dilaksanakan, mengandung makna bahwa materi nilai karakter tidak dijadikan pokok bahasan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika,

pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan keterampilan, atau mata pelajaran lainnya. Guru tidak perlu mengubah pokok bahasan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa. Selain itu, guru tidak harus mengembangkan proses belajar, khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

4. Proses pendidikan dilakukan siswa secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai karakter dilakukan oleh siswa, bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip tut wuri handayani dalam setiap perilaku yang ditunjukkan siswa. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang me- nimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan, guru menuntun siswa agar aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada siswa bahwa mereka harus aktif, tapi guru


(33)

15 pertanyaan, mencari sumber informasi dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi fakta, data, atau nilai, menyajikan hasil rekon- struksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

C. Nilai Ketuhanan

Manusia harus senantiasa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah

Subhanahuwata’alla. Nikmat-Nya tidak mampu kita sebutkan satu persatu, karena nikmat-Nya banyak sekali. Kenikmatan yang dapat kita gunakan untuk

mengetahui sesuatu sejak kita terlahir di dunia ini adalah telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan hati unutk merasa.

Sebagaimana Allah Subhanahuwata’alla telah berfirman dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 78, “ .... Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar

kamu bersyukur”.

Ayat di atas secara dzahir (tinjauan secara teks) telah menunjukan bahwa pengetahuan yang didapatkan oleh manusia tidak lepas dari peranan Allah

Subhanhuwata’alla. Hal ini menunjukan adanya nilai ketuhanan di setiap aktifitas

menuntut ilmu pengetahuan. Tanpa telinga, kita tidak bisa mendengarkan

penjelasan dari seorang guru. Tanpa mata, kita tidak bisa melihat penjelasan yang ditulis dipapan tulis dan kegiatan praktikum yang dilakukan oleh guru. Tanpa hati, kita tidak bisa meresapi hikmah dari ilmu yang kita pelajari selama ini. Maka, bersyukur kepada Allah Subhanahuwata’alla wajib kita lakukan setiap saat.


(34)

16

Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Nilai ketuhanan bermakna adanya

pengakuan dan keyakinan terhadap adanya Allah Subhanahuwata’alla. Adanya

nilai ketuhanan pada seseorang, akan menunjukkan identitasnya sebagai orang yang religius, bukan atheis.

Pendidikan berkarakter saat ini sedang marak digunakan di Indonesia. Dengan sistem ini, diharapkan melalui pendidikan formal akan dilahirkan anak-anak yang berkarakter dan berakhlak mulia. Dalam pendidikan berkarakter akan ditanamkan nilai-nilai yang dibutuhkan dapat meningkatkan dan menggunakan

pengetahuaannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pada kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum terbaru di Indonesia, tiga target di dalam kurikulum yakni keahlian, pengetahuan dan sikap akan dihubungkan dengan nilai-nilai ketuhanan. Munif dalam Suara Merdeka (17 Mei 2013) menambahkan bahwa,

Target kurikulum 2013 itu kan pertama anak itu punya keahlian, kedua anak punya pengetahuan, ketiga anak punya sikap yang baik kepada sesama, nah

ketiga hal itu kemudian harus dihubungkan kepada Allah ta’ala, kalau itu

benar bukan hanya tulisan tulisan teori tetapi mampu diaplikasikan saya yakin pendidikan di Indonesia akan maju.

Siswanto (2008: 88) menyatakan bahwa, pendidikan yang membentuk manusia secara utuh baik lahiriah maupun batiniah membutuhkan sebuah model

pendidikan yang mentransformasikan nilai-nilai moral keagamaan dalam setiap aspek sosial dan ekonomi. Hatami dalam Siswanto (2008: 89) menambahkan,

Dalam rangka mewujudkan pemeliharaan lingkungan hidup dengan bantuan model pendidikan tersebut, yang pelaksanaannya dapat melalui pendidikan


(35)

17 formal dalam setiap jenjangnya. Maka perumusan tujuan pendidikan yang hendak harus difokuskan dalam beberapa indikator berikut:

1. Pemahaman sebagai makhluk fisik dan biologik sebagai manifestasi keesaan, ciptaan, kekuasaan, keadilan, keagungan, dan keindahan Allah melalui karya-Nya (Allah sebagai pencipta Agung segala sesuatu dan ciptaan itu sebagai refleksi dari sifat-sifat-Nya)

2. Pemahaman mengenai martabat dan kedudukan makhluk dalam kerangka penciptaan semesta (kesatuan alam).

3. Mampu memahami berbagai prinsip dan implikasi ilmu dalam konteks pengetahuan yang digali melalui al-Qur'an dan Sunnah (rangkaian antara pengetahuan saintifik dan pengetahuann wahyu).

4. Mampu memahami bahwa penelitian dan aplikasi ilmu-ilmu harus terpadu dengan nilai-nilai etik dan moral agama.

Penerapan nilai ketuhanan dalam pendidikan sebenarnya tidaklah sulit, karena dari sekian banyak ilmu yang dipelajari di sekolah seharusnya mengingatkan

manusia akan kebesaran Allah Subhahuwata’alla. Dia dalam surat Ali Imran ayat

190-191 menjelaskan bahwa,

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya

malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. ...

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. ... ” Mengomentari ayat ini, At-Tabari dari Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra,

Ayat yang diturunkan setelah orang-orang yahudi meminta bukti kebenaran Muhammad bin Abdullah sebagai seorang Rasul, maka beliau berdoa dan turun ayat ini yang intinya mengajak supaya mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di alamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari serta peredarannya laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, tambang-tambang dan sebagainya di bumi ini. Memikirkan pergantian siang dan malam. mengikuti terbit dan terbenamnya matahari, siang lebih lama dari malam dan sebaliknya. Semuanya itu menunjukkan atas kebesaran dan Kekuasaan Penciptanya bagi orang-orang yang berakal.

D. Kecintaan terhadap Lingkungan

Peduli terhadap lingkungan menjadi topik utama dalam pembahasan masalah pemanasan global (global warming) yang melanda bumi ini. Tanggung jawab


(36)

18 terhadap kerusakan alam ini tidak bisa dituduhkan pada salah satu pihak saja, melainkan semua elemen masyarakat ikut terlibat. Mulai dari para pejabat, Dinas Kehutanan, kelompok sosial peduli lingkungan, sampai masyarakat secara umum. Kerusakan yang ditimbulkan akibat pemanasan global berdampak pada sistem kehidupan manusia menjadi tidak stabil. Salah satu dampak yang ditimbulkan yaitu, menaiknya permukaan air laut yang diprediksi akan menenggelamkan ibu kota negara, cukup menakutkan dan membuat pemerintah waspada.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanasan global, diantaranya : polusi karbon dioksida, gas metana dari peternakan, aktivitas penebangan pohon, dan pengunaan pupuk kimia yang berlebihan. Namun, sebab utama yang

mempengaruhi pemanasan global ini adalah manusia. Tentunya manusia yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik tentang lingkungan di masa kecilnya. Padahal pendidikan kecintaan terhadap lingkungan sangat baik ditanamakan sejak manusia masih kecil, sebab anak kecil mampu menyimpan hal-hal baik yang dicontohkan padanya.

Kemiskinan dan sistem sosial budaya kerap membuat anak-anak sering kali menjadi korban dari kerusakan lingkungan. Hal tersebut disampaikan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari

Gumelar (jurnas.com,16 Oktober 2013, 21:22:52).

Linda dalam jurnas.com (16 Oktober 2013, 21:22:52) menambahkan, Anak-anak kerap menjadi korban karena ketidaksepahaman orang tua tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Faktor ekonomi keluarga menjadi salah satu penyebabnya. Kalangan keluarga miskin kurang mendengarkan keinginan dan kebutuhan anak. "Ini tentu saja mempengaruhi


(37)

19 proses tumbuh kembang anak,". Padahal anak-anak merupakan kelompok masyarakat yang sangat strategis untuk menanamkan rasa cinta pada lingkungan. Faktor lainnya adalah faktor sosial budaya yang tanpa disadari menciptakan diskriminasi kepada anak-anak. Terkesan tanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan adalah tanggungjawab orang dewasa semata. Apalagi masalah lingkungan yang dihadapi sekarang ini sudah sangat bisa dirasakan. Pemanasan global, perubahan iklim ditandai dengan fenomena alam yang menimbulkan bencana bajir, longsor dan bencana alam lainnya adalah contoh nyata. Karena itu anak-anak sejak dini harus

ditanamkan rasa cinta pada lingkungan. Hal ini bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana misalnya dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menanam pohon. "Kita sebagai orang tua diharapkan untuk bisa menanamkan kesadaran untuk ikut serta menjaga dan memelihara ekosistem".

Sehingga penanaman kecintaan terhadap lingkungan sejak masih anak-anak ini, diharapakan ketika dewasa kelak, ia dapat menjaga kelestarian alam serta mencintai alam yang indah ini. Bukan sebaliknya, merusak alam untuk kepentingannya sendiri yang merugikan penduduk bumi.

Manusia sebagai pengelola lingkungan hidup memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Untuk itu perlu ditanamkan semangat cinta lingkungan semenjak dini. Karena anak-anak merupakan generasi penerus yang akan mengelola lingkungan untuk selanjutnya. Sudah sepantasnya jika mereka dibekali dengan cara-cara mengelola lingkungan dengan baik.

Menurut Wahyuti (Wahyuti Journal, 16 Oktober 2013, 21:29:20),

Contoh termudah yang dapat kita lakukan misalnya menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak pohon sembarangan, mengajak anak-anak untuk mulai mencintai tanaman dengan berkebun. Memberikan tanggung jawab terhadap mereka untuk menjaga tumbuhan yang mereka tanam sendiri. Semua itu merupakan upaya untuk menanamkan kecintaan anak terhadap lingkungan hidup. Membawa anak-anak keluar jalan-jalan menikmati udara segar di persawahan atau pun alam terbuka juga merupakan salah satu upaya untuk menanamkan cinta


(38)

20 Dengan adanya rasa cinta terhadap lingkungan diharapkan anak-anak usia dini ini nantinya akan dapat berperan aktif dalam menjaga lingkungan hidup tempat tinggal mereka. Lingkungan hidup yang lestari akan membawa kesejahteraan bagi penghuninya.

Kepala Dinas Pemuda Olah Raga Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, Tabrani (Jurnas.com, 14 Oktober 2013, 14:37:55) mengatakan, “Pemuda dan

masyarakat lebih meningkatkan kecintaanya kepada lingkungan, dengan

melakukan penanaman pohon. Artinya, mereka tidak hanya melakukan aktifitas

tetapi melakukan sesuatu yang bermanfaat.”

Bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi merupakan dampak dari kerusakan di muka bumi ini. Manusia yang diciptakan di bumi ditugaskan untuk menjaga dan melestarikannya, bukan untuk merusaknya. Sehingga penanaman kecintaan terhadap lingkungan harus dilakukan sejak dini, agar sifat yang dimiliki

manusia secara lahiriyah seperti dalam firman Allah Subhanahuwata’alla di atas dapat terbendung dengan kecintaannya terhadap lingkungan.

E. Multimedia Pembelajaran

Multimedia berasal dari kata multi dan media. Multi berasal dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam-macam. Sedangkan, kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan atau membawa sesuatu. (Munir, 2012: 2)

Menurut Hofstetter dalam Munir (2012: 3) multimedia dalam konteks komputer adalah penggunaan komputer untuk menyajikan atau menggabungkan teks, suara,


(39)

21 gambar, animasi dan video dengan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pengguna dapat melakukan navigas, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi.

Pengertian yang lebih komprehensif dikemukakan oleh Mao Neo dan Ken T. K. Neo dalam Munir (2012: 5) bahwa multimedia adalah kombinasi berbagai tipe media digital seperti teks, gambar, suara dan video yang dipadukan dalam aplikasi atau presentasi interaktif multisensory untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada pemirsa.

Munadi (2013: 148) juga menjelaskan bahwa,

media dalam konteks pembelajaran diartikan sebagai bahasa, maka multimedia dalam konteks tersebut adalah multibahasa, yakni ada bahasa yang mudah dipahami oleh indra pendengaran, pengelihatan, penciuman, peraba dan lain sebagainya; atau dalam bahasa lain multimedia

pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, bila kata multimedia dikaitkan dengan pembelajaran maka dapat diartikan sebagai kombinasi berbagai tipe media digital teks, gambar, suara dan video yang dipadukan secara kreatif untuk menyampaikan materi pembelajaran dari pengajar kepada siswa.

Munir (2012: 9) menyatakan,

Pendidikan sangat membutuhkan teknologi multimedia. Peserta didik dapat langsung melihat dan mendengar tentang hal-hal yang dipelajarinya. Dalam aplikasi pembelajaran, peserta didik dapat memilih materi atau subjek yang akan dipelajari. Di layar monitor akan muncul teks materi atau subjek disertai gambar, suara atau gambar hidup dari subjek yang dipelajari.

Perhatian peserta didik akan lebih terpusat dan rasa ingin tahunya akan lebih tinggi untuk mempelajari hal-hal lain karena merasa tertarik akan media penyajiannya.

Fenrich dalam munir (2012: 46) menyimpulkan keunggulan multimedia pembelajran antara lain :


(40)

22 1. Peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesiapan dan

keinginan.

2. Peserta belajar dari tutor yang ‘sabar’ (komputer) yang menyusaikan diri dengan kemampuan dari peserta didik.

3. Peserta didik terdorong untuk mengejar pengetahuan dan memperoleh uman balok yang seketika.

4. Pesert didik menghadapi suatu elevasi yang obyektif melalui keikutsertaannya dalam latiahan atau tes yang desediakan.

5. Peserta didik menikmati privasi di mana mereka tak perlu malu saat melakukan kesalahan.

6. Belajar saat kebutuhan muncul (“just-in-time” learning).

7. Belajar kapan saja sesuai kemauan mereka tanpa terikat waktu yang telah ditentukan.

8. Peserta didik mengenal perangkat teknologi informasi dan komnikasi. 9. Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi pendidik dan

peserta didik.

10.Metode belajar yang menyenangkan dapat menambah motivasi belajar anak lebih meningkat.

11.Mengejar ketertinggalan akan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.

12.Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu pembelajaran, Edgar Dale mengklasifikasikan media dari tingkatan yang paling konkrit ke tingkatan paling

abstrak. Klasifikasi yang lebih dikenal sebagai “Kerucut Pengalaman Dale”

(Gambar 2.1) ini dapat digunakan untuk mempermudah dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.


(41)

23

Gambar. 2.1 Kerucut Pengalaman Dale dalam Azhar (2011) Kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale tersebut memberi gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin

konkret siswa mempelajari bahan pengajaran contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh siswa.

Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, pemilihan media yang tepat perlu dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

F. Video

Secara empiris, video berasal dari singkatan dalam bahasa inggris, yaitu visual dan audio. Kata vi adalah singkatan dari visual yang berarti gambar dan deo

Kata Visual Gambar, radio

Gambar hidup Televisi Karyawisata Dramatisasi

Demontrasi Benda tiruan / Pengamatan


(42)

24 adalah singkatan dari audio yang berarti suara. Secara bahasa, video berasal dari bahasa latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya

penglihatan) atau dapat melihat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 1119) mengartikan video sebagai bagian yang memancarkan gambar pada pesawat televisi atau rekaman gambar hidup untuk ditayangkan pada pesawat televisi.

Senada dengan itu, Echols dan Shadilly dalam Sukiman (2012: 187) memaknai video dengan penyiaran atau penerimaan gambar pada televisi. Istilah video juga digunakan sebagai singkatan dari videotape, dan juga perekam video serta pemutar video. Aplikasi umum dari sinyal video adalah televisi, tetapi dia dapat juga digunakan dalam aplikasi lain di dalam bidang teknik, saintifik, produksi dan keamanan.

Sementara itu, Agnew dan Kellerman dalam Munir (2012: 290) menyatakan bahwa,

Video adalah media digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambar-gambar dan memberikan ilusi, gambar-gambaran, serta fantasi pada gambar-gambar yang bergerak. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu.

Dilihat dari media penyampai pesannya, video termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar. Dikatakan media pandang-dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual (pandang) dapat disajikan serentak. Munadi (2013: 113) menambahkan bahwa,

Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua, media audio-audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua.


(43)

25 Video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran masal, individual, maupun berkelompok. Pada pembelajaran yang bersifat masal (mass instruction), manfaat kaset video sangat nyata. Kemp dalam Sukiman (2012: 188) menjelaskan bahwa,

Video dapat menyajikan informasi, menggambarkan suatu proses, dan tepat mengajarkan keterampilan, menyingkat, dan mengembangkan waktu serta dapat mempengaruhi sikap. Hal ini dipengaruhi oleh ketertarikan minat, di mana tayangan yang ditampilkan oleh video dapat menarik gairah rangsang (stimulus) seseorang untuk menyimak lebih dalam.

Riyana dalam Ayuningrum (2012: 22) menambahkan bahwa,

Pemanfaatan video pembelajaran digunakan sebagai bahan ajar bertujuan untuk:

1. Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik maupun instruktur.

3. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.

Pemanfaatan video pembelajaran sebagai media dimaksudkan agar meningkatkan ketertarikan peserta didik dalam belajar. Dalam penggunannya sebagai media pembelajaran tentunya ada beberapa kaidah yang harus dipenuhi. Riyana dalam Ayuningrum (2012: 22) menjelaskan bahwa,

Karakteristik video pembelajaran yaitu: 1)Clarity of Massage (kejalasan pesan) 2)Stand Alone (berdiri sendiri).

3)User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya). 4)Representasi Isi

5)Visualisasi dengan media

6)Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi 7)Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Munadi (2013: 132) mendefinisikan video sebagai teknologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi gambar dan suara. Munadi (2013: 127) menambahkan,


(44)

26 Karakteristik video dari segi kelebihan-kelebihannya yaitu:

1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu

2. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan 3. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat

4. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa 5. Mengembangkan imajinasi peserta didik

6. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik

7. Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang

8. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan

9. Semua peserta baik yang pandai maupun yang kurang pandai mampu belajar dari video

10. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar

11. Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.

Namun, sebelum menggunakan video sebagai media pembelajaran kita harus memperhatikan beberapa aspek terlebih dahulu. Munadi (2013: 127-128) menyatakan bahwa,

Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

1. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu

melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.

3. Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi untuk melatih siswa mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan.

4. Program video bisa diputar dua kali atau lebih, untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu.

5. Agar siswa tidak memandang program video sebagai media hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatkan bagian-bagian tertentu.

6. Sesudah itu dapat dites, berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari program video itu.

G. Wujud Zat

Semua zat menempati ruang, mempunyai massa, dan dapat berada dalam wujud yang berbeda. Pada dasarnya ada tiga wujud zat: padat, cair, dan gas. Wujud dari suatu zat tergantung pada suhunya. Setiap wujud zat mempunyai karakterisitik


(45)

27 masing-masing yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat tersebut,

sebagaimana yang akan kamu pelajari. Tiga wujud zat tersebut antara lain :

1. Zat Padat

Zat padat mempunyai sifat bentuk dan volumenya tetap. Bentuknya tetap dikarenakan partikel-partikel pada zat padat saling berdekatan, tersusun teratur dan mempunyai gaya tarik antar partikel sangat kuat. Volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat padat dapat bergerak dan berputar pada kedudukannya saja. Perhatikan gambar 1, batu adalah salah satu contoh dari zat padat.

Contoh zat padat antara lain adalah pensil, buku, meja, kursi. Bisakah kalian sebutkan lagi contoh benda yang termasuk dalam zat padat yang ada disekitarmu?

Gambar. 2.2 Batuan merupakan contoh benda yang termasuk zat padat.

2. Zat Cair

Gambar. 2.3 Air dalam Gelas Menempati Ruang Bagian dalam Gelas

Perhatikan Gambar 2.3! Air di dalam sebuah botol dituangkan ke dalam sebuah gelas. Bagaimanakah jika air tersebut tidak di tuangkan ke dalam gelas? Pastinya air tersebut akan tumpah. Air merupakan contoh dari zat cair, dimana sifat dari zat cair yaitu menempati ruang.


(46)

28 Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volumenya tetap. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat cair berdekatan tetapi renggang, tersusun teratur, gaya tarik antar partikel agak lemah. Volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat cair mudah berpindah tetapi tidak dapat meninggalkan kelompoknya.

3. Zat Gas

Zat gas mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volume berubah-ubah. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat gas berjauhan, tersusun tidak teratur, gaya tarik antar partikel sangat lemah. Volumenya berubah-ubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat bergerak bebas meninggalkan kelompoknya.

Setelah mengetahui karakteristik dari masing-masing zat, perbedaan sifat zat padat, cair, dan gas dijelaskan pada Tabel. 2.1.

Tabel. 2.1 Perbedaan sifat zat padat, cair, gas

Setiap wujud zat mempunyai susunan gerak suatu partikel. Zat padat, zat cair, dan gas tersusun dari beberapa partikel. Tahukah kamu apakah partikel itu? Partikel atau molekul adalah bagian terkecil dari suatu zat yang masih memiliki sifat zat tersebut. Tahukah kamu bagaimana susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat? Perhatikan Gambar. 2.4.

Padat Cair Gas

Mempunyai bentuk dan volume tertentu.

Mempunyai volume tertentu, tetapi tidak mempunyai bentuk yang tetap, bergantung pada media yang digunakan.

Tidak mempunyai volume dan bentuk yang tertentu.

Jarak antar-partikel zat padat sangat rapat

Jarak antar-partikel zat cair lebih renggang.

Jarak antar-partikel gas sangat renggang. Partikel-pertikel zat

padat tidak dapat bergerak bebas.

Partikel-pertikel zat cair dapat bergerak bebas namun terbatas.

Partikel-partikel gas Dapat bergerak sangat


(47)

29

Gambar. 2.4 (a) Susunan partikel zat padat, (b) susunan partikel zat cair, dan (c) susunan partikel zat gas.

Adapun partikel masing-masing wujud zat tersebut, antara lain :

1. Partikel Zat Padat

Zat padat tersusun atas partikel-partikel yang teratur dan mempunyai jarak antarpartikel yang sangat rapat. Gaya tarik-menarik antarpartikel zat padat sangat kuat. Hal ini menyebabkan partikel tidak dapat bergerak secara bebas untuk berpindah tempat. Keadaan ini menyebabkan zat padat dapat mempertahankan bentuk dan volumenya sehingga zat padat selalu mempunyai bentuk dan volume yang tetap.

2. Partikel Zat Cair

Berbeda dengan zat padat, zat cair mempunyai susunan partikel yang kurang teratur dan kurang rapat dibandingkan susunan partikel pada zat padat. Hal inilah yang menyebabkan partikel-partikel dapat bergerak bebas untuk berpindah tempat. Akan tetapi, partikel-partikel penyusun zat cair tidak dapat memisahkan diri dari kelompoknya. Keadaan ini menyebabkan volume zat cair selalu tetap, walaupun bentuknya selalu berubah mengikuti tempatnya.


(48)

30 3. Partikel Zat Gas

Pada zat gas, jarak antarpartikel sangat berjauhan sehingga gaya tarik-menarik antarpartikel sangat lemah. Partikel-partikel ini bergerak sangat bebas dan cepat dalam wadahnya. Hal ini menyebabkan zat gas tidak dapat mempertahankan bentuk dan volumenya sehingga bentuk dan volume zat gas selalu berubah mengikuti ruang yang ditempatinya.


(49)

31

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitiaan research and development atau lebih dikenal dengan penelitian pengembangan. Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407).

Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Dalam penelitian pengembangan ini digunakan model prosedural karena dianggap cocok dengan tujuan pengembangan yang ingin dicapai yaitu untuk menghasilkan suatu produk dan menguji kelayakan produk yang dihasilkan dimana untuk mencapai tujuan tersebut harus melalui langkah-langkah tertentu yang harus dikuti untuk menghasilkan produk tertentu.

Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Penelitian pengembangan yang akan dilakukan adalah pembuatan media pembelajaran berupa video yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan. Materi yang diangkat dalam video adalah wujud zat padat, cair dan gas.


(50)

32 B. Prosedur Pengembangan

Borg dan Gall dalam Giyono (2010) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu

mengembangkan produk, dan menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi. Dengan demikian konsep penelitian pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validasinya.

Metode pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (R & D). Langkah-langkah penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :

1. Potensi dan Masalah

Sebagai seorang guru yang profesional, memanfaatkan media pembelajaran dengan video dalam kegiatan pembelajaran di kelas merupakan suatu hal yang sebaiknya dilakukan yang diharapkan dapat memecahkan masalah belajar siswa. Dengan video, siswa akan lebih tertarik untuk belajar, baik secara mandiri

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain

Produk Validasi Desain

Revisi Produk

Uji Coba Produk

Revisi Desain Uji Coba Pemakaian

Revisi Produk Produksi Masal Produksi Masal Produksi Masal


(51)

33 maupun berkelompok. Guru juga akan memiliki pilihan untuk melakukan

pembelajaran yang lebih menarik dan kreatif.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMPN 1 Trimurjo, pembelajaran di kelas belum pernah menggunakan fasilitas pendidikan yang ada sebagai media pembelajaran. Padahal di SMPN 1 Trimurjo mempunyai LCD yang masih berfungsi dengan baik dan guru juga sebagian sudah memiliki laptop. Fasilitas yang belum dimanfaatkan secara maksimal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya; keterbatasan kemampuan guru untuk mengkomunikasikan materi dalam bentuk visual, audio-visual, video dan lainnya. Penerapan pembelajaran dengan media yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan juga belum ada.

Maka, perlu dilakukan pengembangan media pembelajaran yang berjudul “Pengembangan Media Video Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaan Terhadap Lingkungan”.

2. Pengumpulan Data

Setelah dilakukan identifikasi masalah, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Dalam hal ini diperlukan metode penelitian tertentu. Metode apa yang akan digunakan untuk penelitian bergantung pada permasalahan dan ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

3. Desain Produk

Produk yang akan dihasilkan dalam pengembangan media pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan ini adalah video


(52)

34 pembelajaran. Software yang digunakan oleh peneliti untuk mendesain produk ini yaitu Corel Studio Pro. Materi pokok yang akan dimunculkan dalam produk adalah wujud zat padat, cair dan gas.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk secara rasional akan efektif atau tidak. Dikatakan secara rasional karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Tenaga ahli tersebut dapat kita pilih sesuai dengan kebutuhan penelitian.

5. Revisi Desain

Setelah desain produk divalidasi oleh pakar dan para ahli, maka akan dapat diketahui kelemahan dan kekurangannya. Setelah diketahui kelemahan dan kekurangan maka peneliti akan memperbaiki desain produk tersebut.

6. Uji Coba Produk

Setelah desain produk dibuat, produk tidak dapat diuji coba langsung, tetapi harus dibuat prototipenya dan selanjutnya prototipe inilah yang diuji coba. Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti media pembelajaran dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan direvisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi pengembangan media yang diterapkan di tingkat SMP. Setelah


(53)

35 ini dilakukan untuk mendapatkan informasi apakah media yang dikembangkan lebih efektif dan efisien serta tingkat keberhasilan tujuan pembelajaran yang dicapai lebih besar.

7. Revisi Produk I

Pengujian efektivitas media pembelajaran yang dikembangkan pada sampel yang terbatas tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran tersebut ternyata yang lebih efektif dari sebelumnya.

8. Uji Coba Pemakaian

Jika setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka selanjutnya produk yang berupa media pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas. Dalam operasinya, perangkat pembelajaran tersebut tetap harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi Produk II

Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan yang lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian

sebaiknya pengembang akan selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk yang berupa media pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.

10.Produksi Masal

Bila produk yang berupa media pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa


(54)

36 kali pengujian, maka produk tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga

pendidikan.

C. Validasi dan Uji Coba Produk 1. Validasi Produk

Validasi ini dilakukan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Validasi produk dibagi menjadi dua aspek, yaitu validasi atau uji materi dan desain. Setiap penguji dipilih berdasarkan keahlian yang dimiliki sesuai dengan maksud dari validasi yang dilakukan. Validasi ini menggunakan angket, dimana ahli materi dan desain memilih pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan pertanyaan yang telah disediakan. Dalam proses validasi juga dilakukan konsultasi dan meminta penilaian kepada para ahli tersebut.

2. Desain Uji Coba

Dalam pengembangan media pembelajaran ini, peneliti menggunakan 2 tahapan uji coba, yaitu:

a) Uji Satu Lawan Satu

Pada uji ini dipilih dua siswa atau lebih yang dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Menyajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut, hendaknya satu orang dari populasi target. Setelah didapatkan hasil pada uji satu lawan satu dan revisi (jika diperlukan), selanjutnya dilakukan uji lapangan.


(55)

37 b) Uji Lapangan

Evaluasi lapangan ini akan dikenakan kepada sebuah kelas yang terdiri 15 siswa dengan berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, latar belakang, jenis kelamin, kemajuan belajar dan sebagainya). Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a. Menjelaskan bahwa media ini berada pada tahap uji coba dan memerlukan umpan balik untuk menyempurnakannya.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan. Isi pembelajaran yang disampaikan minimal tujuan pembelajaran yang ada pada media yang dikembangkan.

c. Memberikan penugasan di rumah untuk mempelajari media pembelajaran yang dikembangkan di akhir pembelajaran.

d. Memberikan tes untuk mengetahui tingkat tujuan yang dapat tercapai. e. Membagikan kuesioner dan meminta siswa mengisinya. Kuesioner yang

dibagikan yaitu untuk mengetahui tingkat kemudahan, kemenarikan, kemanfaatan dan efektivitas media sebagai sumber belajar.

f. Menganalisis hasil uji lapangan untuk melihat kekurangan dan kelebihan media pembelajaran yang digunakan.

Data dari hasil uji coba ini akan dijadikan sebagai dasar dalam merevisi produk, sehingga produk yang dihasilkan benar-benar layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

3. Subjek Uji Coba

Subjek uji coba terdiri atas ahli materi, ahli desain, dan siswa-siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Bandar Lampung. Dalam menentukan para ahli tersebut


(56)

38 akan didasarkan pada kemampuan mereka dalam aspek yang akan dinilai pada pengujian. Sedangkan siswa-siswi tersebut dipilih karena belum

mendapatkan materi wujud zat padat, cair dan gas, sehingga efektivitas media pembelajaran akan didapatkan setelah digunakan dalam pembelajaran

terhadap siswa-siswi tersebut dengan membandingkan hasil belajar mereka terhadap nilai KKM wujud zat padat, cair dan gas.

4. Jenis Data

Data yang dihasilkan dari validasi dan uji coba berupa penilaian terhadap produk yang diujicobakan yang terhimpun melalui instrumen evaluasi program media pembelajaran. Ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari angket uji ahli maupun dari hasil konsultasi yang berupa masukan, komentar, kritik dan saran, dan diperoleh juga dari angket uji satu lawan satu. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif yang berupa penilaian, diperoleh dari hasil uji coba produk pada saat kegiatan uji lapangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui observasi, wawancara, serta menggunakan instrumen angket dan tes. Observasi, angket dan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan dengan mengetahui data nilai rata-rata kelas setiap uji blok, ketersediaan sumber, media, dan fasilitas pembelajaran serta laboratorium fisika. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi alat-alat optik pada produk yang telah


(57)

39 dikembangkan; instrumen angket respon pengguna digunakan untuk

mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan; dan data hasil tes digumakan untuk mengetahui tingkat keefektifan produk.

6. Teknik Analisis Data

Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan program pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini kemudian dilengkapi dengan data hasil identifikasi sumber daya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin dikembangkan.

Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli materi, ahli desain atau praktisi melalui uji/validasi ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang

dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh melalui evaluasi lapangan kepada pengguna secara langsung. Sedangkan data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran.

Analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan lapangan dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat.


(58)

40 Data kemudahan, kemenarikan, kemanfaatan, dan efektivitas media sebagai sumber belajar diperoleh dari siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”,“kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan “tidak baik”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel. 3.1. Tabel. 3.1 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat baik 4

Menarik Baik 3

Kurang menarik Kurang baik 2

Tidak menarik Tidak baik 1

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

� � � � ��� = �ℎ � �� �ℎ � � � � ���× 4

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subyek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.


(59)

41 Tabel. 3.2 Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas

Skor Penilaian

Rerata Skor

Klasifikasi

Kemenarikan Kemudahan Kemanfaatan 4 3,26 - 4,00 Sangat

Menarik Sangat Mudah

Sangat Bermanfaat 3 2,51 - 3,25 Menarik Menarik Bermanfaat 2 1,76 - 2,50 Kurang

Menarik Kurang Mudah

Kurang Bermanfaat 1 1,01 - 1,75 Tidak Menarik Tidak Mudah Tidak

Bermanfaat Sedangkan untuk data hasil tes, digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di sekolah sebagai pembanding. Apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat disimpulkan produk pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.


(60)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, disimpulkan sebagai berikut.

1. Dihasilkan produk media pembelajaran sains berupa video yang bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan untuk siswa tingkat SMP/Mts atau sederajat dengan materi wujud zat padat, cair, dan gas. 2. Produk media pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan

terhadap lingkungan hasil penelitian pengembangan memiliki skor kemenarikan 3,13 (menarik), kemudahan 3,22 (mudah digunakan), dan kemanfaatan 3,89 (sangat bermanfaat).

3. Produk media pembelajaran sains bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan hasil penelitian pengembangan telah dinyatakan layak dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil uji coba pemakaian 80% siswa telah mencapai KKM pada aspek

pengetahuan. Kemudian pada penilaian sikap 80% siswa mencapai KKM. Pada penilaian keterampilan, siswa yang mencapai KKM sebanyak 83,4%.


(61)

58 B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dihasilkan saran sebagai berikut.

1. Ukuran kapasitas video sebaiknya diubah menjadi lebih kecil agar bisa dimainkan di handphone (bagi sekolah yang tidak memiliki fasilitas

multimedia) atau media lain yang tidak mendukung ukuran file yang besar. 2. Video dibuat lebih kreatif lagi dengan menggunakan pilihan gambar dan

ilustrasi yang menarik agar siswa tidak bosan dan mengantuk. 3. Peneliti yang hendak melanjutkan penelitian ini, diharapkan dapat

mengembangkan video pembelajaran dengan muatan nilai ketuhanan yang lebih universal, sehingga bisa digunakan oleh guru atau siswa di sekolah-sekolah umum.

4. Bagi guru dan siswa produk media pembelajaran hasil penelitian

pengembangan digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Al Karim digital dan terjemahannya. Sony Sugema. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Ayuningrum, Fisika. 2012. Pengembangan Media Video Pembelajaran untuk Siswa Kelas X pada Kompetensi Mengolah Soup Kontinental di SMKN 2 Godean. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Elfindri, dkk. 2012. Pendidikan karakter. Jakarta: Baduose Media. Gumelar, Linda Amalia Sari. 2013. Linda : Libatkan Anak-anak Jaga

Lingkungan. (Online), (http://www.jurnas.com, diakses pada 16 Oktober 2013).

Karwono, Heni Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Jakarta: Cerdas Jaya.

Katsir, Ibnu. 2000. Tafsir Ibnu Katsir. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: Refrensi (Gaung Persada Press Group).

Mundilarto. 2013. Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III, Nomor 2, 156-158.

Munir. 2012. Multimedia, Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rosidin, Undang .2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai Ketuhanan dan Kecintaa terhadap Lingkungan untuk Memperkuat Karakter Siswa SMP. Laporan Penelitian. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.


(63)

Siswanto. 2008. Islam dan Pelestarian Lingkungan Hidup: Menggagas Pendidikan Islam Berwawasan Lingkungan. Pamekasan: STAIN Pamekasan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendahuluan. Bandung: Alfabeta.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarata: Pedagogia. Toharudin, Uus. dkk. 2011. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung:

Humaniora.

Viyanti. 2012. Diktat:Metodelogi Pembelajaran. Bandarlampung: Universitas Lampung. Tidak ditebitkan.

Wahyuti. 2013. Menanamkan cinta lingkungan sejak dini. (Online),


(64)

(1)

161

Penjelasan Penilaian Keterampilan

No

Aspek

Penilaian

Penjelasan

Skor

Maks

1

K1

Kemampuan membaca, mendengar,

menyimak, melihat

(dengan atau tanpa alat)

4

2

K2

Kemampuan menanyakan apa yang

tidak diketahui atau untuk mendapatkan

tambahan informasi menggunakan 5W

+ 1H

4

3.

K3

Kemampuan siswa untuk mencoba

melakukan berbagai eksperimen dengan

alat dan bahan yang tersedia kemudian

mampu mengumpulkan data hasil

percobaan

4

4

K4

Kemampuan siswa untuk mengolah

informasi yang didapatkan baik dari

hasil eksperimen maupun hasil

mengamati dan mengumpulkan

informasi

4

5

K5

Kemampuan menyajikan hasil

percobaan, kesimpulan secara lisan

maupun tulisan

4

Jumlah

20

Rubrik Penilaian Keterampilan

No

Aspek

Penilaian

Skor

1

2

3

4

1

K1

Tidak

melakukan

pengamatan

Pengamatan

dilakukan

kurang cemat

dan tidak

menunjukkan

rasa ingin tahu

Pengamatan

dilakukan

dengan kurang

cermat namun

menunjukkan

rasa ingin tahu

Pengamatan

dilakukan

dengan cermat

dan

menunjukkan

rasa ingin tahu

2

K2

Tidak

menunjukkan

kemampuan

menanya

Menunjukkan

keinginan

bertanya

namun

ragu-ragu

Bertanya

dengan

menggunakan

5W+1H tetapi

masih sulit

dimengerti

Bertanya

dengan

menggunakan

5W+1H yang

benar dan jelas

sehingga

pertanyaan

mudah

dimengerti


(2)

162

No

Aspek

Penilaian

Skor

1

2

3

4

3.

K3

Tidak

berpatisipasi

dalam

kegiatan

eksperimen

percobaan

Melakukan

percobaan

dengan

prosedur

kurang benar

Melakukan

percobaan

dengan

prosedur yang

benar namun

perlu

bimbingan

Melakukan

percobaan

dengan

prosedur yang

benar tanpa

perlu

bimbingan

4

K4

Tidak

menunjukkan

kemampuan

mengolah

Hanya

menunjukkan

1 aspek dari

kemampuan

mengolah

Hanya

menunjukkan

2 aspek dari

kemampuan

mengolah

Mencatat

setiap

pengamatan,

menghubungk

an hasil

pengamatan

dengan teori,

mengolah data

dalam bentu

tabel

5

K5

Tidak

menunjukkan

kemampuan

menyaji

Hanya

menunjukkan

1 aspek dari

kemampuan

menyaji

Hanya

menunjukkan

2 aspek dari

kemampuan

menyaji

Menulis hasil

diskusi dan

pembahasan,

membuat

kesimpulan,

menjelaskan

data secara

lisan


(3)

Lampiran 19

Hasil Penilaian Pengetahuan Siswa

Ketuntatasan KKM :

Tuntas

(≥ 76

)

= 12 siswa

= 80,00%

Tidak Tuntas (< 76) = 3 siswa

= 20,00%

No

Nama Siswa

Total

Kategori

Skor

1

Faza Al Apdarrovis

90

Tuntas

2

M.Farhan Zaqi Zhilal

100

Tuntas

3

Nadhif Fikri Ananda

100

Tuntas

4

Satria Bagas Perdana

90

Tuntas

5

Siti Ardianti

80

Tuntas

6

Mutiara Eka Alhadisti

80

Tuntas

7

Nani Ocktaviana

80

Tuntas

8

M.Miftah Farid

100

Tuntas

9

Roja Qonita Khairon

80

Tuntas

10

Raissa Shafa Khalishah

70

Tidak Tuntas

11

Karina Nathania

80

Tuntas

12

Wina Salsabila D

80

Tuntas

13

Ajeng Teralina L.A

80

Tuntas

14

Dwi Nur Agustina

60

Tidak Tuntas

15

Amara Rika Mulyani

70

Tidak Tuntas

Jumlah

1240

Rata-rata

82,67

Skor Tertinggi

100

Skor Terendah

60


(4)

Lampiran 20

Hasil Penilaian Sikap Siswa

No Nama Siswa Skor soal ke- Total Skor Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor Akhir

1 Faza Al Apdarrovis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 3 3 1 4 4 4 3 70 87,50 Tuntas

2 M.Farhan Zaqi Z 4 3 4 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 4 3 3 55 68,75 Tidak Tuntas

3 Nadhif Fikri A 3 4 4 3 1 4 3 4 4 4 3 3 2 4 4 2 2 2 2 4 62 77,50 Tuntas

4 Satria Bagas P 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 75 93,75 Tuntas

5 Siti Ardianti 3 3 4 3 3 4 2 2 3 4 3 3 2 3 2 2 3 4 3 4 60 75,00 Tidak Tuntas

6 Mutiara Eka A 4 3 4 2 3 3 4 4 1 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 65 81,25 Tuntas

7 Nani Ocktaviana 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 73 91,25 Tuntas

8 M.Miftah Farid 4 4 4 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 70 87,50 Tuntas

9 Roja Qonita K 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 79 98,75 Tuntas

10 Raissa Shafa K 4 4 4 3 2 3 4 3 4 2 4 4 4 3 2 4 4 3 4 4 69 86,25 Tuntas

11 Karina Nathania 4 4 4 3 2 3 2 3 4 2 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 60 75,00 Tidak Tuntas

12 Wina Salsabila D 4 4 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 69 86,25 Tuntas

13 Ajeng Teralina 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 1 3 3 2 4 3 4 67 83,75 Tuntas

14 Dwi Nur Agustina 4 4 4 4 3 3 2 4 3 2 3 4 1 4 4 2 2 4 3 3 63 78,75 Tuntas

15 Amara Rika MS 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 3 2 1 1 4 4 3 64 80,00 Tuntas

Ketuntasan KKM :

Tuntas (≥ 76)

= 12 siswa

= 80%

Tidak tuntas (< 76) = 3 siswa

= 20%


(5)

Lampiran 21

Hasil Penilaian Keterampilan Siswa Praktikum 1

Ketuntasan KKM :

Tuntas (≥ 76

)

= 12 siswa

= 80%

Tidak tuntas (< 76)

= 3 siswa

= 20%

No Nama Siswa Aspek Penilaian Total Skor Skor Kategori K1 K2 K3 K4 K5 Skor Maks Akhir

1

Faza Al

Apdarrovis 3 3 4 3 4 17 20 85 Tuntas

2 M. Farhan Zaqi 4 3 3 3 3 16 20 80 Tuntas

3 Nadhif Fikri A 4 4 3 4 4 19 20 95 Tuntas

4 Satria Bagas P 4 4 3 4 4 19 20 95 Tuntas

5 Siti Ardianti 3 3 3 4 3 16 20 80 Tuntas

6 Mutiara Eka A 3 2 3 3 3 14 20 70 Tidak Tuntas

7 Nani Octaviana 3 3 3 4 3 16 20 80 Tuntas

8 M. Miftah Farid 4 4 4 4 4 20 20 100 Tuntas

9 Roja Qonita K 3 4 4 4 4 19 20 95 Tuntas

10 Raissa Shafa K 3 3 3 4 3 16 20 80 Tuntas

11 Karina Nathania 4 3 3 3 3 16 20 80 Tuntas

12 Wina Salsabilla 4 3 3 3 3 16 20 80 Tuntas

13 Ajeng Teralina 4 3 3 3 3 16 20 80 Tuntas

14 Dwi Nur A 3 3 3 3 3 15 20 75 Tidak Tuntas

15 Amara Rika MS 2 3 3 3 3 14 20 70 Tidak Tuntas

Total Skor 51 48 48 52 50

Total Skor Maksimum 60 60 60 60 60

Rata-rata skor 3,00 2,28 2,80 3,06 2,94


(6)

166

Hasil Penilaian Keterampilan Siswa Praktikum 2

No Nama Siswa Aspek Penilaian Total Skor Skor Kategori K1 K2 K3 K4 K5 Skor Maks Akhir

1 Faza Al Apdarrovis 3 3 4 3 4 17 20 85 Tuntas

2 M. Farhan Zaqi Z 4 4 3 3 3 17 20 85 Tuntas

3 Nadhif Fikri A 4 4 3 4 4 19 20 95 Tuntas

4 Satria Bagas P 4 4 3 4 4 19 20 95 Tuntas

5 Siti Ardianti 3 3 3 4 3 16 20 80 Tuntas

6 Mutiara Eka A 3 3 3 3 3 15 20 75 Tidak Tuntas

7 Nani Octaviana 3 3 4 4 3 17 20 85 Tuntas

8 M. Miftah Farid 4 4 4 4 4 20 20 100 Tuntas

9 Roja Qanita Khairon 3 4 4 4 4 19 20 95 Tuntas

10 Raissa Shafa K 3 3 3 4 3 16 20 80 Tuntas

11 Karina Nathania 4 3 3 3 3 16 20 80 Tuntas

12 Wina Salsabilla D 4 4 3 3 4 18 20 90 Tuntas

13 Ajeng Teralina 4 3 3 3 3 16 20 80 Tuntas

14 Dwi Nur Agustina 3 3 4 3 3 16 20 80 Tuntas

15 Amara Rika M S 3 3 3 3 3 15 20 75 Tidak Tuntas

Total skor 52 51 50 52 51

Total skor maksimum 60 60 60 60 60

Rata-rata skor 3,06 3,00 2,90 3,06 3,00

Rata-rata skor akhir 86,70 85,00 83,00 86,70 85,00 85,33 Tuntas

Ketuntasan KKM :

Tuntas (≥ 7

6)

= 13 siswa

= 86,7%

Tidak tuntas (< 76)

= 2 siswa

= 13,3%